Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap orang yang telah menikah pasti selalu mendambakan hadirnya keturunan, namun
tidak semua pernikahan berjalan dengan sesuai keinginan mereka. Hal itu disebabkan oleh
beberapa faktor seperti faktor keturunan, gaya hidup, dan faktor- faktor penyakit yang dapat
menghambat terjadinya proses kehamilan, seperti penyakit Ca Serviks dan Infertilitas.
Kanker serviks merupakan penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari
sel-sel jaringan tubuh, yang terjadi Pada bagian leher rahim (serviks) dalam perkembanganya
sel tersebut berubah menjadi sel kanker yangdapat menyebar kebagian tubuh lainnya sehingga
dapat menyebabkankematian. D i I n d o n e s i a , s a m p a i s a a t i n i p e n ya k i t k a n k e r
s e r v i k s m e r u p a k a n s a l a h s a t u penyebab kematian wanita yang cukup tinggi
dibandingkan dengan negara-negaralain di Asia, karena sebagian besar penderita kanker
serviks di Indonesia baru datang berobat setelah stadium lanjut. Jika sudah pada stadium lanjut
maka akan sulit untuk mencapai hasil pengobatan yang optimal dan hal tersebut
membuat penderita sangatkhawatir dan cemas dengan keadaannya.
Infertilitas didefinisikan sebagai kegagalan mengandung setelah 1 tahun berusaha hamil.
Infertil primer menunjuk pada pasien yang belum pernah hamil sama sekali. Infertil sekunder
digunakan untuk pasien yang pernah hamil sebelumnya (Benson, 2008).Infertilitas (pasangan
mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama satu tahun dan sudah melakukan
hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak. (Sarwono,
2000).

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kanker serviks dan Infertilias
2. Untuk mengetahui penyebab kanker serviks dan Infertilitas
3. Untuk mengetahui patofisiologi kanker serviks
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala kanker serviksdan Infertilitas
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan kanker serviks
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan kanker serviks dan Infertilitas
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. CA SERVIKS
1. Pengertian Ca Serviks

Kanker leher Rahim yang biasa disebut dengan Cancer Serviks merupakan penyakit
yang disebabkan oleh HPV atau human papilloma virus onkogenik mempunyai persentase cukup
tinggi dalam menyebabkan kanker servik itu sekitar 99,7%.Kanker serviks adalah suatu penyakit
kanker yang paling banyak terjadi pada kaum wanita. Fakta menunjukkan bahwa jutaan wanita
di dunia terinfeksi viris HPV yang di anggap penyakit lewat hubungan seks yang paling umum di
dunia.kanker servik bisa menyerang dalam pendarahan dalam vagina.Kanker servik terjadi pada
bagian leher rahim yaitu bagian yang sempit sebelah bawah antara vagina dan Rahim.

Gejala Kanker Serviks

Perubahan awal yang terjadi pada sel leher Rahim tidak selalu merupakan tanda- tanda
kanker.Pap Smear( pemeriksaan Pap Smear) yang teratur sangat diperlukan untuk mengetahui
lebih dini adanya perubahan awal dari sel kanker. Apabila kanker serkis sudah menyebar ke
panggul, pasien akan menderita keluhan nyeri punggung, hambatan dalam berkemih, serta
pembesaran ginjal. Dan, berikut ini adalah gambaran klinis kanker serviks:

1. Pendarahan Rahim yang abnormal


2. Siklus menstruasi yang abnormal
3. Pendarahan antara dua siklus menstruasi ( pada wanita yang masih mengalami
menstruasi)
4. Pendarahan vagina atau spotting pada wanita setelah monopuse
5. Pendarahan yang sangat lama, berat dan sering ( pada wanita yang berumur diatas 40
tahun keatas)
6. Nyeri perut atau keram panggul
7. Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca monopuse)
8. Nyeri atau sulit untuk berkemih
9. Nyeri saat melakukan hubungan seksual
10. Kotoran vagina yang meningkat
11. Nyeri pada pelvis
2. Stadium Ca Serviks

Dalam hal ini, terdapat beberapa tingkatan atau stadium cancer serviks. Adapun beberapa
gejela pada kanker serviks adalah:

1. Stadium 0
Kanker serviks hanya di temukan pada lapisan atas dari sel- sel pada jaringan yang melapisi
dinding rahoim.Tingkat 0 disebut juga dengan Carcinoma In citu.
2. Stadium 1
Kanker telah menyerang leher Rahim di bawah lapisan atas dari sel –sel. Kanker serviks
hanya di temukan pada leher Rahim.
3. Stadium 2
Kanker serviks meluass melewati leher Rahim ke dalam jaringan- jaringan yang berdekatan
dan kebagian atas dari vagina.Kanker serviks tidak menyerang ke bagian ketiga yang lebih
rendah dari vagina atau didnding pelvis (lapisan bagian tubuh antara pinggul).
4. Stadium 3
Kanker meluas ke bagian bawah vagina.Kemungkina kanker telah menyebar ke dinding
pelvis an ssimpul- simpul getah bening yang berdekatan.
5. Stadium 4
Kaker servik telah menyabar ke kandung kemih, rectum, atau bagian- bagian lain tubuh.

3. Tahap- tahap Cervical Intraepithelial Neoplasia


1. Cervical Intraepithelial Neoplasia I
Pada tahap Cervical Intraepithelial Neoplasia I (CIN) atau Low grade squamous
lesions (LSILs) terjadi perubahan sel, yaitu sel yang terinfeksi HPV Oncogenik yang
memunjulkan partikel- partikel virus baru.
2. Cervical Intraepithelial Neoplasia II (CIN 2)
Pada Cervical Intraepithelial Neoplasia II (CIN 2) atau Low grade squamous lesions
(LSILs), sel –sel senakin menunjukkan gajala abnormal pra kanker.
3. Cervical Intraepithelial Neoplasia III (CIN 3)
Perlu anfdz ketahui bahwa dalam tahab Cervical Intraepithelial Neoplasia III (CIN
3), lapisan permukaan serviks di penuhi dengan sel- sel abnormal dan semakin
menjadi abnormal.
B. Patofisiologi

Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang tinggi.Waktu
yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS) berkisar antara 1 – 7 tahun,
sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi invasif adalah 3 – 20 tahun
(TIM FKUI, 1992).

Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya perubahan


displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas
regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus
atau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun
perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma
serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka,
pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks.Lesi dapat meluas ke
forniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau
vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal zona
transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen pada molekul vital
yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan sel normal
sehingga terjadi keganasan (Suryohudoyo, 1998; Debbie, 1998).\

C. INFERTILITAS
1. Pengertian Infertilitas
Fertilitas adalah kemampuan seorang istri menjadi hamil dan suami bisa
menghamili.Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah
selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat
kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak.(Sarwono, 2000).
Infertilitas adalah pasangan yang telah kawin dan hidup harmonis serta berusaha selama
satu tahun tetapi belum hamil.(Manuaba, 1998).Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk
hamil dalam waktu satu tahun.Infertilitas primer bila pasutri tidak pernah hamil dan
infertilitas sekunder bila istri pernah hamil.(Siswandi, 2006).

2. Faktor Penyebab Infertilitas


1) Infertilitas Disengaja

Infertilitas yang disengaja disebabkan pasangan suami istri menggunakan alat kontrasepsi
baik alami, dengan alat maupun kontrasepsi mantap.

2) Infertilitas Tidak Disengaja

Pihak Suami, disebabkan oleh: Gangguan spermatogenesis (kerusakan pada sel-sel


testis), misal: aspermia, hypospermia, necrospermia. Kelainan mekanis, misal: impotensi,
ejakulatio precox, penutupan ductus deferens, hypospadia, phymosis. Infertilitas yang
disebabkan oleh pria sekitar 35-40 %. Pihak Istri, penyebab infertilitas pada istri sebaiknya
ditelusuri dari organ luar sampai dengan indung telur. Gangguan ovulasi, misal: gangguan
ovarium, gangguan hormonal.

Gangguan ovarium dapat disebabkan oleh faktor usia, adanya tumor pada indung telur
dan gangguan lain yang menyebabkan sel telur tidak dapat masak. Sedangkan gangguan
hormonal disebabkan oleh bagian dari otak (hipotalamus dan hipofisis) tidak memproduksi
hormon-hormon reproduksi seperti FSH dan LH.

Kelainan mekanis yang menghambat pembuahan, meliputi kelainan tuba, endometriosis,


stenosis canalis cervicalis atau hymen, fluor albus, kelainan rahim.Kelainan tuba disebabkan
adanya penyempitan, perlekatan maupun penyumbatan pada saluran tuba.

Kelainan rahim diakibatkan kelainan bawaan rahim, bentuknya yang tidak normal
maupun ada penyekat.Sekitar 30-40 % pasien dengan endometriosis adalah
infertil.Endometriosis yang berat dapat menyebabkan gangguan pada tuba, ovarium dan
peritoneum.Infertilitas yang disebabkan oleh pihak istri sekitar 40-50 %, sedangkan penyebab
yang tidak jelas kurang lebih 10-20 %.
3. Pemeriksaan Infertilitas
1. Syarat-Syarat Pemeriksaan

Pasangan infertil merupakan satu kesatuan biologis sehingga keduanya sebaiknya


dilakukan pemeriksaan. Adapun syarat-syarat sebelum dilakukan pemeriksaan adalah:

a. Istri dengan usia 20-30 tahun baru diperiksa setelah berusaha mendapatkan anak selama
12 bulan.
b. Istri dengan usia 31-35 tahun dapat langsung diperiksa ketika pertama kali datang.
c. Istri pasangan infertil dengan usia 36-40 tahun dilakukan pemeriksaan bila belum
mendapat anak dari perkawinan ini.
d. Pemeriksaan infertil tidak dilakukan pada pasangan yang mengidap penyakit.

Langkah Pemeriksaan

Pertama kali yang dilakukan dalam pemeriksaan adalah dengan mencari penyebabnya. Adapun
langkah pemeriksaan infertilitas adalah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan Umum

Anamnesa, terdiri dari pengumpulan data dari pasangan suami istri secara umum dan
khusus.

2. Anamnesa umum

Berapa lama menikah, umur suami istri, frekuensi hubungan seksual, tingkat kepuasan
seks, penyakit yang pernah diderita, teknik hubungan seks, riwayat perkawinan yang dulu,
apakah dari perkawinan dulu mempunyai anak, umur anak terkecil dari perkawinan tersebut.

3. Anamnesa khusus

Istri : Usia saat menarche, apakah haid teratur, berapa lama terjadi perdarahan/ haid,
apakah pada saat haid terjadi gumpalan darah dan rasa nyeri, adakah keputihan abnormal,
apakah pernah terjadi kontak bleeding, riwayat alat reproduksi (riwayat operasi, kontrasepsi,
abortus, infeksi genitalia).Suami : Bagaimanakah tingkat ereksi, apakah pernah mengalami
penyakit hubungan seksual, apakah pernah sakit mump (parotitis epidemika) sewaktu kecil.
4. Pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan fisik umum meliputi tanda vital (tekanan
darah, nadi, suhu dan pernafasan).

5. Pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan laboratorium dasar secara rutin


meliputi darah lengkap, urin lengkap, fungsi hepar dan ginjal serta gula darah.
6. Pemeriksaan penunjang, pemeriksaan penunjang disini bias pemeriksaan roentgen
ataupun USG.
7. Pemeriksaan Khusus
8. Pemeriksaan Ovulasi
9. Pemeriksaan ovulasi dapat diketahui dengan berbagai pemeriksaan diantaranya :
10. Penatalaksanaan suhu basal; Kenaikan suhu basal setelah selesai ovulasi dipengaruhi
oleh hormon progesteron.
11. Pemeriksaan vaginal smear; Pengaruh progesteron menimbulkan sitologi pada sel-sel
superfisial.
12. Pemeriksaan lendir serviks; Hormon progesteron menyebabkan perubahan lendir
serviks menjadi kental.
13. Pemeriksaan endometrium.
14. Pemeriksaan endometrium; Hormon estrogen, ICSH dan pregnandiol.
15. Pemeriksaan Sperma

Pemeriksaan sperma dinilai atas jumlah spermatozoa, bentuk dan pergerakannya.Sperma


yang ditampung/ diperiksa adalah sperma yang keluar dari pasangan suami istri yang tidak
melakukan coitus selama 3 hari. Pemeriksaan sperma dilakukan 1 jam setelah sperma
keluar.Ejakulat normal : volume 2-5 cc, jumlah spermatozoa 100-120 juta per cc, pergerakan 60
% masih bergerak selama 4 jam setelah dikeluarkan, bentuk abnormal 25 %.Spermatozoa pria
fertil : 60 juta per cc atau lebih, subfertil : 20-60 juta per cc, steril : 20 juta per cc atau kurang.
Sebab-sebab kemandulan pada pria adalah masalah gizi, kelainan metabolis, keracunan,
disfungsi hipofise, kelainan traktus genetalis (vas deferens).
16. Pemeriksaan Lendir Serviks

Keadaan dan sifat lendir yang mempengaruhi keadaan spermatozoa adalah:

Kentalnya lendir serviks; Lendir serviks yang mudah dilalui spermatozoa adalah lendir
yang cair.pH lendir serviks; pH lendir serviks ± 9 dan bersifat alkalis Enzim proteolitik. Kuman-
kuman dalam lendir serviks dapat membunuh spermatozoa.

17. Pemeriksaan Tuba

Untuk mengetahui keadaan tuba dapat dilakukan:

Pertubasi (insuflasi = rubin test); pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan CO2 ke
dalam cavum uteri. Hysterosalpingografi; pemeriksaan ini dapat mengetahui bentuk cavum uteri,
bentuk liang tuba bila terdapat sumbatan. Koldoskopi; cara ini dapat digunakan untuk melihat
keadaan tuba dan ovarium. Laparoskopi; cara ini dapat melihat keadaan genetalia interna dan
sekitarnya.

18. Pemeriksaan Endometrium

Pada saat haid hari pertama atau saat terjadi stadium sekresi dilakukan mikrokuretase.
Jika pada stadium sekresi tidak ditemukan, maka : endometrium tidak bereaksi terhadap
progesteron, produksi progesterone kurang.

Terapi yang diberikan adalah pemberian hormon progesteron dan antibiotika bila terjadi infeksi.

4. Nasehat Untuk Pasangan Infertil


1) Bidan dapat memberikan nasehat kepada pasangan infertil, diantaranya :
2) Meminta pasangan infertil mengubah teknik hubungan seksual dengan
memperhatikan masa subur.
3) Mengkonsumsi makanan yang meningkatkan kesuburan.
4) Menghitung minggu masa subur.
5) Membiasakan pola hidup sehat.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian keperawatan Ca Serviks


1) Identitas Pasien (Nama, umur, jenis kelamin, alamat)
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai keputihan
menyerupai air.
b) Riwayat kesehatan sekarang
pada stadium awal klien tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada
stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti : perdarahan, keputihan
dan rasa nyeri intra servikal
c) Riwayat kesehatan dahulu
Data yang perlu dikaji adalah : Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa
nifas, riwayat ooperasi kandungan, serta adanya tumor
d) Riwayat kesehatan keluarga
Adanya keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien
3) Pemeriksaan Fisik
A. Kepala
1) Rambut : bersih, tidak ada ketombe, dan tidak rontok
2) Wajah : tidak ada oedema
3) Mata : konjunctiva tidak anemis
4) Hidung : simetris, tidak ada sputum
5) Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
6) Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir lembab, tidak terdapat
lesi
7) Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak ada pembesaran
kelenjer getah bening
B. Dada
1) Inspeksi : simetris
2) Perkusi : sonor seluruh lap paru
3) Palpasi : vocal fremitus simetri kana dan kiri
4) Auskultasi : vesikuler
C. Cardiac
1) Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
2) Palpasi : ictus cordis teraba
3) Perkusi : pekak
4) Auskultasi : tidak ada bising
D. Abdomen
1) Inspeksi : simetris, tidak ascites
2) Palapasi : tidak ada nyeri tekan
3) Perkusi : tympani
4) Auskultasi : bising usus normal
E. Genetalia
Ada lesi, adanya pengeluaran pervaginam, berbau
F. Ekstremitas
Tidak oedema
4) Analisa Data

No Data penunjang Etiologi Masalah kep

1. Ds : mengungkapkan secara - Agen-agen Gangguan rasa


verbal atau isyarat cidera nyaman: nyeri

Do :

- Gerakan menghindari
nyeri

- Perubahan nafsu makan


dan makan

- Perilaku ekspresif

- Berfokus pada diri sendiri


2. Ds : - haus - Perdarahan Defisit volume
yang berulang cairan
Do :

- perubahan TD

- Penurunan haluaran urine

- Penurunan turgor kulit

- Penurunan BB yg tiba-tiba

3. Ds : - - Supresi sum- Resiko infeksi


sum tulang
Do : -
- Penurunan
leukosit

4. Ds : - Gangguan Pola nafas tidak


pengembanga efektif
- dispnea
n paru
- Napas pendek
- Pertukaran O2
Do : dan CO2
terganggu
- perubahan gerakan
dada

- Penurunan tekanan
inspirasi /ekspirasi

- Napas cuping hidung

- Penggunaan otot bantu


nafas

5. Ds : - - Perdarahan Resiko cidera


Do : - berulang

- Anemia

6. Ds : - Keputihan dan Gangguan harga


bakteri diri
- pengungkapan rasa
malu/ bersalah - Bau khas ca
serviks
- Pengungkapan rasa
negative diri

Do :

- menyangkal
permasalahan

- Membesar-besarkan
permasalahan

- Merasionalisasi
kegagalan diri

7. Ds : - Asupan cairan Gangguan


dan serat eliminasi fekal
- nyeri abdomen
kurang
- Nyeri tekan pada
- Konstipasi
abdomen

- Anoreksia

- Mual

- Nyeri saat defekasi

Do :

- perubahan pada suara


abdomen ( borborigmi)

- Perubahan pola defekasi

- Penurunan frekuensi

- Distensi abdomen

- Mengejan saat defekasi

- Muntah

5) Diagnosa
1) Nyeri berhubungan dengan infiltrasi saraf akibat infiltrasi metastase
neoplasma.
2) Gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksia pasca tindakan kemoterapi.
3) Ketakutan/cemas berhubungan dengan ancaman perubahan status kesehatan
serta ancaman kematian.
4) Gangguan interaksi sosial berhungan dengan rasa malu sekunder bau busuk
nekrosis jaringan cerviks.
5) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan kemoterapi.
6) Intervensi

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1. Nyeri b.d - Setelah dilakukan - Kaji tingkat nyeri. - Untuk


infiltrasi saraf tindakan mengkaji data
- Berikan rasa nyaman
akibat infiltrasi keperawatan dasar.
pada pasien dengan
metastase pasien akan
pengaturan posisi - Mengalihkan
neoplasma. mampu
dan aktivitas hiburan fokus
mengurangi rasa
(musik). perhatian.
nyeri dengan
kriteria hasil: - Ajarkan teknik - Meningkatkan
manajemen nyeri relaksasi untuk
- Pasien merasa
(relaksasi, mengurangi
nyaman.
visualisasi, nyeri.
- Nyeri berkuran distraksi).
-
- Mampu - Kolaborasi
Memungkinkan
mendemonstrasik pemberian analgetik.
pasien
an keterampilam
berpartisipasi
relaksasi,
aktif dalam
kontrol nyeri.

- Kontrol nyeri
maksimum.

2. Gangguan - Setelah dilakukan - Pantau intake dan - Identifikasi


perubahan tindakan output makanan tiap defisiensi
nutrisi kurang keperawatan hari. nutrisi.
dari kebutuhan diharapkan
- Ukur BB tiap hari. - Memantau
b.d anoreksia kebutuhan nutrisi
peningkatan
pasca tindakan dapat tercukupi - Dorong pasien untuk
BB.
kemoterapi. dengan kriteria diet tinggi protein.
hasil: - Kebutuhan
jaringan
- Pasien
metabolik
mengungkapkan
adekuat oleh
pentingnya
nutrisi.
nutrisi.

- Peningkatan BB
progresif.

3.Ketakutan/ - Setelah dilakukan- Dorong pasien untuk - Memberikan


cemas tindakan mengungkapkan kesempatan
berhubungan keperawatan pikiran dan perasaan. untuk
dengan ketakutan/ mengungkapka
- Berikan lingkungan
ancaman kecemasan n
yang aman dan
perubahan berkurang sampai ketakutannya.
nyaman.
status kesehatan menghilang
- Membantu
serta ancaman dengan kriteria - Komunikasi
mengurangi
kematian hasil: terapeutik dan
kecemasan.
kontak sering dengan
- Pasien
pasien. -
mendemonstrasik
Meningkatkan
an koping efektif - Bantu mengembang-
kepercayaan
dalam kan koping
pasien.
pengobatan. menghadapi rasa
takutnya. -
- Pasien tampak
Meningkatkan
rileks dan
kemampuan
melaporkan
kontrol cemas.
cemas berkurang.

4.Ganguan body - Setelah dilakukan - Diskusikan dengan -Membantu


image tindakan pasien bagaimana mengidentifika
berhubungan keperawatan pengobatan si masalah
dengan diharapkan mempengaruhi untuk
perubahan gangguan body kehidupan pasien. menemukan
struktur tubuh image dapat pemecahannya.
- Jelaskan bahwa tidak
sekunder teratasi dengan
samping terjadi pada -Membantu
terhadap kriteria hasil:
pasien. pasien untuk
kemoterapi
- Pasien mampu menyiapkan
- Berikan dukungan
mengembangkan diri
emosi.
mekanisme beradaptasi.
- Gunakan sentuhan
koping. selama interaksi dan -Membantu
pertahankan kontak klien untuk
- Pasien mampu
mata. percaya diri.
memahami
tentang perubahan -Meningkatkan
struktur tubuh. kepercayaan
diri pasien.

5.Gangguan - Setelah dilakukan - Kaji kulit terhadap - Efek


integritas kulit tindakan efek samping terapi kemerahan
berhubungan keperawatan kanker, observasi dapat terjadi
dengan efek diharapkan adanya pada terapi
radiasi dan integritas kulit kerusakan/perlambat radiasi.
kemoterapi dapat terjaga an penyembuhan
-
dengan kriteria luka.
Mempertahank
hasil:
- Mandikan dengan air an kebersihan
- Pasien hangat dan sabun kulit tanpa
berpartisipasi ringan. mengiritasi
dalam mencegah kulit.
- Dorong pasien untuk
komplikasi.
menghindari - Membantu
- Tidak terjadi menggaruk kulit. menghindari
kerusakan kulit. trauma kulit.
- Ubah posisi tubuh
dengan sering. -
Meningkatkan
sirkulasi dan
mencegah
tekanan pada
kulit.

7) Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon,
1994, dalam Potter & Perry, 1997).

8) Evaluasi

Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :

1) Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya


komplikasi perdarahan.
2) Kebutuhan Nutrisi dan Kalori pasein tercukupi kebutuhan tubuh
3) Tidak ada tanda-tanda infeksi
4) Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan
5) Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
6) Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat
dapat diatasi.
7) Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap perannya
dan mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan peran.
8) Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian
terapi

Anda mungkin juga menyukai