Anda di halaman 1dari 3

Lansia adalah suatu proses bagian tumbuh kembang manusia.

Lansia bukan penyakit,


namun suatu tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan
kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan. Menurut WHO klasifikasi lansia
meliputi usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lansia (elderly) 60-74 tahun, lansia tua (old)
75-90 tahun, dan lansia sangat tua (very old) diatas 90 tahun (Nugroho, 2009).
Pertumbuhan penduduk lanjut usia meningkat secara cepat pada tahun 2005 kondisi
komposisi penduduk Indonesia telah berubah yang menjadikan penduduk lansia mencapai 7%.
Sedangkan ramalan pihak badan kesehatan dunia WHO penduduk lansia di Indonesia pada tahun
2020 mendatang sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, yang menyebabkan
jumlah penduduk terbesar di dunia (Subagio, 2008).
Dengan meningkatnya usia harapan hidup ini maka berdampak terhadap penyakit
degeneratif seperti hipertensi. Ini dapat dilihat dari perubahan- perubahan yang terjadi pada
lansia, pada perubahan fisik terjadi perubahan kardiovaskular, akibat perubahan kardiovaskular
ini mengakibatkan tekanan darah meningkat atau hipertensi pada lansia (Maryam, 2008).
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mempunyai hubungan yang sangat erat
dengan lansia. Hal ni terjadi akibat perubahan fisiologis yang terjadi seperti penurunan respons
imunitas tubuh, katup jantung menebal dan menjadi kaku, penurunan kemampuan kontraktilitas
jantung, berkurangnya elastisitas pembuluh darah, serta kurangnya efektifitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi. Perubahan-perubahan inilah yang menyebabkan peningkatan resistensi
vaskuler sehingga lansia cenderung lebih rentan mengalami hipertensi. Lansia sering terkena
hipertensi disebabkan oleh kekakuan pada arteri sehingga tekanan darah cenderung meningkat.
Selain itu penyebab hipertensi pada lansia juga disebabkan oleh perubahan gaya hidup dan yang
lebih penting lagi kemungkinan terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi karena
bertambahnya usia lebih besar pada orang yang banyak mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung garam (Ritu Jain, 2011).
Menurut survei yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO) pada tahun
2000, jumlah penduduk dunia yang mengalami hipertensi untuk pria sekitar 26,6% dan wanita
sekitar 26,1%. Diperkirakan pada tahun 2025 jumlahnya akan meningkat menjadi 29,2%. Di
bagian Asia tercatat 38,4 juta penderita hipertensi pada tahun 2013 dan diprediksi akan menjadi
67,4 juta orang pada tahun 2025 (Muhammadun, 2013). Prevalensi penduduk dengan tekanan
darah tinggi secara nasional sebesar 30,9%. Prevalensi tekanan darah tinggi pada perempuan
32,9% lebih tinggi dibanding dengan lakilaki 28,7% (SIRKESNAS, 2016). Sedangkan,
prevalensi hipertensi di Jawa Tengah yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun
sebesar 11,55% dan Kabupaten Karanganyar sebessar 13,50 % (Depkes, 2016).
Hipertensi yang tidak terkontrol akan menimbulkan berbagai komplikasi, bila mengenai
jantung kemungkinan dapat terjadi infark miokard, jantung koroner, gagal jantung kongestif, bila
mengenai otak terjadi stroke, ensevalopati hipertensif, dan bila mengenai ginjal terjadi gagal
ginjal kronis, sedangkan bila mengenai mata akan terjadi retinopati hipertensif. Dari berbagai
komplikasi yang mungkin timbul merupakan penyakit yang sangat serius dan berdampak
terhadap psikologis penderita karena kualitas hidupnya rendah terutama pada kasus stroke, gagal
ginjal, dan gagal jantung (Nuraini, 2015).
Hipertensi dapat dikendalikan dengan meningkatkan aktivitas fisik secara teratur.
Maryam (2008) menyatakan bahwa olahraga yang dilakukan secara teratur dapat menghasilkan
suatu respon terhadap kardiovaskuler, yakni penurunan tekanan darah dan denyut nadi istirahat
secara bermakna. Latihan fisik akan memberikan efek akut pada tubuh yang mempengaruhi
sistem otot, sistem hormonal, sistem peredaran darah dan pernafasan, sistem pencernaan,
metabolisme, dan sistem pembuangan (Sebastianus, 2011).
Salah satu penanganan pada kejadian hipertensi dengan olahraga yaitu senam Tai Chi.
Latihan Tai Chi merupakan fewlow-felocity dan low impact exercise programs, yang mempunyai
manfaat tinggi bagi lansia dan dapat dilakukan di mana saja. Latihan Tai Chi merupakan latihan
tradisional dari cina yang menggabungkan latihan pernafasan, rileksasi, dan struktur gerakan
yang pelan dan lembut (srisurini,2003). Gerakan Tai Chi yang meliputi body-mind-soul-breath
secara teratur terbukti dapat meningkatkan pelepasan non adrenalin melalui urin, menurunkan
kadar cortisol, serta menurunkan aktivitas saraf simpatis yang membawa dampak positif pada
jantung (berupa denyut jantung yang stabil dan tekanan darah turun menuju normal). Ini karena
aktivitas saraf simpatis dan parasimpatis menjadi seimbang dan harmonis. Latihan tersebut dapat
pula meningkatkan antioksidan untuk menghilangkan radikal bebas dalam tubuh dan
menstabilkan tekanan darah (Sutanto, 2013).
Aktivitas fisik yang dianjurkan bagi penderita hipertensi selain senam Tai Chi salah
satunya ialah senam jantung seha. Senam jantung sehat adalah senam yang disusun dengan selalu
mengutamakan kemampuan jantung, gerakan otot besar dan kelenturan sendi, agar dapat
memasukkan oksigen sebanyak mungkin ke dalam tubuh. Senam jantung sehat bertujuan
merawat jantung dan pembuluh darah. Pembuluh darah yang sehat, membuat kerja jantung
menjadi optimal, karena kedua organ tersebut bekerja saling berhubungan (Sarvasty, 2012).
Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Eva Marvia staf Pengajar STIKES Mataram
(2016) dengan judul “EFEKTIFITAS SENAM JANTUNG TERHADAP PERUBAHAN
STATUS TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI PADA PENGHUNI RUMAH
TAHANAN KLAS IIB
PRAYA LOMBOK TENGAH”, diperoleh hasil t-hitung sebesar 1,75 yang dikonsultasikan
dengan t-tabel dengan tingkat kemaknaan 0,05 didapatkan hasil t-tabel yaitu sebesar 1,699 atau t-
hitung lebih besar dari t-tabel (1,75>1,699) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada
efektifitas senam jantung terhadap perubahan status tekanan darah pasien hipertensi.
Lebih lanjut, penelitian lain yang dilakukan oleh Anik Supriani, mahasiswa Program Studi Ners,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dian Husada (2014) dengan judul “PENGARUH SENAM TAI
CHI TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN
HIPERTENSI “ diperoleh hasil ada pengaruh senam Tai Chi terhadap penurunan tekanan darah
dengan nilai signifikasi tekanan darah sistolik pre-post pada kelompok eksperimen sebesar 0,007
dan tekanan darah diastolik pre-post pada kelompok eksperimen sebesar 0,014.
Dari latar belakang diatas penulis tertarik melakukan penelitian perbedaan pengaruh
senam tai chi dan senam jantung terhadap penurunan tekanan darah pada lansia.

Anda mungkin juga menyukai