Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN

SISTEM PERKEMIHAN
“INFEKSI SALURAN KEMIH”
Dosen pembimbing: Ns. Ana Fitria Nusantara S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh : Kelompok 2

1. Dwi Yusro L

2. Herlina Amalia

3. Miftahul Huda

4. Nurul Jalal

5. Riki Pratama P

6. Siti Roufatul J

7. Weni Widia W

PROGRAM STUDY S-1 KEPERAWATAN

STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN

GENGGONG – PROBOLINGGO

2017-2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Atas bimbingan dan pertolongannya sehingga
makalah ini dapat tersusun dengan berdasarkan berbagai sumber pengetahuan
yang bertujuan untuk membantu proses belajar mengajar mahasiswa agar dapat
berlangsung secara efektif dan efisien. Sehingga dapat di terbitkan sesuai dengan
yang di harapkan dan dapat di jadikan pedoman dalam melaksanakan kegiatan
keperawatan dan sebagai panduan dalam melaksanakan makalah dengan judul
“Infeksi Saluran Kemih”.

Sebagai pembuka, kami mengucapkan terimakasih kepada:

1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah S.H., M.M. selaku ketua


yayasan STIKES Zainul Hasan Genggong.
2. Ns. Iin Aini Isnawati,S.Kep.,M.Kes selaku ketua STIKES Zainul
Hasan Genggong.
3. Ana Fitria Nusantara, S.Kep.Ns.,M.Kep, selaku dosen mata kuliah
Sistem Perkemihan
4. Rekan-rekan mahasiswa S1 Keperawatan Hafshawaty serta semua
pihak yang telah membantu atas terselesaikannya penyusunan
makalah ini.
Penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun
selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis
berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

14 April 2018

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................
1.2 Rmuusan Masalah.................................................................................
1.3 Tujan.....................................................................................................
1.4 Manfaat.................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Fisiologi ................................................................................
2.2 Devinisi................................................................................................
2.2 Klasifikasi........................................................................................... .
2.3 Etiologi.................................................................................................
2.4 patofisiologis........................................................................................
2.5 Manifestasi klinis.................................................................................
2.6 Pemeriksaan penunjang...................................................................... .
2.7 Penatalaksaan.......................................................................................
2.8 Komplikasi...........................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWAT.....................................................................
3.1PENGKAJIAN.......................................................................................
3.2PEMERIKSAAN FISIK........................................................................
3.3DIAGNOSA KEPERAWATAN.............................................................
3.4INTERVENSI KEPERAWATAN..........................................................
BAB IV PENUTUP ..........................................................................................
4.1 Kesimpulan..........................................................................................
4.2 Saran....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi saluran kemih adalah suatu infeksi yang melibatkan ginjal,
ureter, buli-buli, ataupun uretra. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah
umum yang menunjukkan keberadaan mikroorganisme (MO) dalam urin
(Sukandar, E.,2004).
Dalam setiap tahun, 15% perempuan mengalami ISK. Kejadian ISK
makin sering terjadi pada masa kehamilan. Perubahan mekanis dan hormonal
yang terjadi pada kehamilan meningkatkan risiko keadaan yang membuat
urin tertahan di saluran kencing. Juga adanya peningkatan hormon
progesterone pada kehamilan akan menambah besar dan berat rahim serta
mengakibatkan pengenduran pada otot polos saluran kencing. Infeksi saluran
kemih di Indonesia insiden dan prevalensinya masih cukup tinggi, pada
bumil/nifas 5-6%. Prevalensi ISK di masyarakat makin meningkat seiring
dengan meningkatnya usia. Pada usia 40 – 60 tahun mempunyai angka
prevalensi 3,2 %. Sedangkan pada usia sama atau diatas 65 tahun kira-kira
mempunyai angka prevalensi ISK sebesar 20%. Infeksi saluran kemih dapat
mengenal baik laki-laki maupun wanita dari semua umur baik anak-anak,
remaja, dewasa maupun lanjut usia. Sekitar 15% wanita, mengalami paling
sedikit satu kali serangan akut inferksi saluran kemih selama hidupnya.
Sebagian besar infeksi tersebut adalah asimtomatik, angka kejadiannya pada
wanita hamil adalah 5%-6% dan meningkat sampai 10% pada resiko tinggi.
Walaupun infeksi yang terjadi karena penyebaran kuman melalui pembuluh
darah dan limfe, akan tetapi yang terbanyak dan tersring adalah kuman-
kuman keatas melalui uretra kedalam kandung kemih dan saluran kemih yang
lebih atas.
Infeksi saluran kemih terjadi adanya invasi mikroorganisme pada
saluran kemih. Untuk menegakkan diagnosis ISK harus ditemukan bakteri
dalam urin melalui biakan atau kultur (Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001) dengan
jumlah signifikan (Prodjosudjadi, 2003). Tingkat signifikansi jumlah bakteri
dalam urin lebih besar dari 100/ml urin. Agen penginfeksi yang paling sering
adalah Eschericia coli, Proteus sp., Klebsiella sp., Serratia, Pseudomonas sp.
Penyebab utama ISK (sekitar 85%) adalah Eschericia coli (Coyle & Prince,
2005).
Keadaan ini tidak terlepas dari tingkat dan taraf kesehatan masyarakat
Indonesia yang masih jauh dari standart dan tidak meratanya tingkat
kehidupan sosial ekonomi, yang mau tidak mau berdampak langsung pada
kasus infeksi saluran kemih di Indonesia. Pada umumnya ISK lebih banyak
dijumpai pada wanita dibanding pada pria kemungkinan karena uretra wanita
lebih pendek sehingga mikroorganisme dari luar lebih mudah mencapai
kandung kemih dan juga letaknya dekat dengan daerah perianal dan vagina.
(Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) juga menjadi suatu komplikasi pada saat
masa nifas karena disebabkan oleh berbagai factor penyebab baik langsung
ataupun tidak langsung pada ibu nifas. Keperawatan memiliki peran penting
dalam memberikan pelayanannya terhadap klien yang menderita ISK, untuk
itu perlu pemahaman yang baik tentang konsep ISK pada klien serta asuhan
keperawatan yang dapat diberikan pada klien yang menderita ISK.
(Sukandar, E.,2004).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa definisi dari ISK ?
1.2.2 Insiden yang terjadi pada ISK ?
1.2.3 Apa saja etiologi dari ISK ?
1.2.4 Bagaimana patofisiologi dari ISK ?
1.2.5 Apa saja manifestasi klinik dari ISK ?
1.2.6 Apa saja klasifikasi dari ISK ?
1.2.7 Pemeriksaan penunjang apa saja yang digunakan pada ISK ?
1.2.8 Bagaimana penatalaksanaan dari ISK ?
1.2.9 Apa saja komplikasi yang terjadi pada ISK ?
1.2.10 Bagaimana asuhan keperawatan dari ISK ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui konsep teori, masalah keperawatan dan pendekatan
asuhan keperawatan pasien dengan Infeksi Saluran Kemih.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui definisi dari ISK
2. Mengetahui insiden dari ISK
3. Mengetahui etiologi dari ISK
4. Mengetahui patofisiologi ISK
5. Mengetahui manifestasi klinik dari ISK
6. Mengetahui Klasifikasi dari ISK
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada ISK
8. Mengetahui penatalaksanaan yang dilakukan pada ISK
9. Mengetahui komplikasi yang terjadi pada ISK
10. Mengetahui asuhan keperawatan dari ISK
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan
Mahasiswa di Jurusan Keperawatan mendapat informasi tentang
Infeksi Saluran Kemih secara umum dan tentang pendekatan asuhan
keperawatan ISK.

1.4.2 Bagi Pelayanan Kesehatan


masukan untuk pengembangan pemberian layanan kesehatan yang
optimal kepada klien dengan Infeksi saluran Kemih.

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI
Sistem perkemihan merupakan organ vital dalam melakukan ekskresi dan
melakukan eliminasi sisa-sisa hasil metabolisme tubuh. Selain mempunyai
fungsi eliminasi, sistem perkemihan juga mempunyai fungsi lainnya, yaitu
sebagai berikut:

1. Meregulasi volume darah dan tekanan darah dengan mengeluarkan


sejumlah cairan ke dalam urine dan melepaskan eritropoietin, serta
melepaskan renin.
2. Meregulasi konsentrasi plasma dari sodium, potasium, klorida, dan
mengontrol kuantitas kehilangan ion-ion lainnya ke dalam urine, serta
menjaga batas ion kalsium dengan menyintesis kalsitrol.
3. Mengonstribusi stabilisasi ph darah dengan mengontrol jumlah
keluarnya ion hydrogen dan ion bikarbonat ke dalam urine.
4. Menghemat pengeluaran nutrisi dengan memelihara ekskresi
pengeluaran nutrisi tersebut pada saat proses eliminasi produk sisa,
terutama pada saat pembuangan nitrogen seperti urea dan asam urat.
5. Membantu organ hati dalam mendetoksikasi racun selama kelaparan,
deaminasi asam amino yang dapat merusak jaringan.
Aktivitas sistem perkemihan dilakukan secara hati-hati untuk menjaga
komposisi darah dalam batas yang bisa diterima. Setiap adanya gangguan dari
fisiologis di atas akan memberikan dampak yang fatal.

Sistem perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
Untuk menjaga fungsi ekskresi, sistem perkemihan memiliki dua ginjal.
Organ ini memproduksi urine yang berisikan air, ion-ion, dan senyawa-
senyawa solute yang kecil. Urine meninggalkan kedua ginjal dan melewati
sepasang ureter menuju dan ditampung sementara pada kandung kemih.
Proses ekskresi urine dinamakan miksi, terjadi ketika adanya kontraksi dari
otot-otot kandung kemih menekan urine untuk keluar melewati uretra dan
keluar dari tubuh.

1. Ginjal
Secara anatomi, kedua ginjal terletak pada setiap sisi dari kolumna tulang
belakang antara T12 dan L3. Ginjal kiri terletak agak lebih superior dibanding
ginjal kanan. Permukaan anterior ginjal kiri diselimuti oleh lambung,
pancreas, jejunum, dan sisi fleksi kolon kiri. Permukaan superior setiap ginjal
terdapat kelenjar adrenal.

Posisi dari kedua ginjal di dalam rongga abdomen dipelihara oleh (1)
dinding peritoneum, (2) kontak dengan organ-organ visceral, dan (3)
dukungan jaringan penghubung. Ukuran setiap ginjal orang dewasa adalah
panjang 10 cm; 5,5 cm pada sisi lebar; dan 3 cm pada sisi sempit dengan
berat setiap ginjal berkisar 150 gr.

Lapisan kapsul ginjal terdiri atas jaringan fibrous bagian dalam dan bagian
luar. Bagian dalam memperlihatkan anatomis dari ginjal. Pembuluh-
pembuluh darah ginjal dan drainase ureter melewati hilus dan cabang sinus
renal. Bagian luar berupa lapisan tipis yang menutup kapsul ginjal dan
menstabilisasi struktur ginjal. Korteks ginjal merupakan lapisan bagian dalam
sebelah luar yang bersentuhan dengan kapsul ginjal. Medula ginjal terdiri atas
6-18 piramid ginjal. Bagian dasar piramid bersambungan dengan korteks dan
di antara pyramid dipisahkan oleh jaringan kortikal yang disebut kolum
ginjal.

a. Nefron
Ada sekitar 1 juta nefron pada setiap ginjal dimana apabila dirangkai akan
mencapai panjang 145 km. Ginjal tidak dapat membentuk nefron baru, oleh
karena itu pada keadaan trauma ginjal atau proses penuaan akan terjadi
penurunan jumlah nefron secara bertahap dimana jumlah nefron yang
berfungsi akan menurun sekitar 10% setiap 10 tahun, jadi pada usia 80 tahun
jumlah nefron yang berfungsi 40% lebih sedikit daripada usia 40 tahun.
Penurunan fungsi ini tidak mengancam jiwa karena perubahan adaptif sisa
nefron dalam mengeluarkan produk sisa yang tepat (Guyton, 1997 dalam
buku Arif Muttaqin & Kumala Sari, 2012).
Nefron terdiri atas glomerulus yang akan dilalui sejumlah cairan untuk
difiltrasi dari darah dan tubulus yang panjang dimana cairan yang difiltrasi
diubah menjadi urine dalam perjalanannya menuju pelvis ginjal.

Perkembangan segmen-segmen tubulus dari glomerulus ke duktus


pengumpul. Setiap tubulus pengumpul menyatu dengan tubulus-tubulus
pengumpul lain untuk membentuk duktus yang lebih besar.

Glomerulus tersusun dari suatu jaringan kapiler glomerulus yang


bercabang dan beranastomosis, mempunyai tekanan hidrostatik tinggi (kira-
kira 60 mmHg) bila dibandingkan dengan jaringan kapiler lainnya. Kapiler
glomerulus dilapisi oleh sel-sel epitel dan seluruh glomerulus dibungkus
dalam kapsula Bowman.

Cairan yang difiltrasi dari kapiler gromerulus mengalir ke dalam kapsula


Bowman dan kemudian masuk ke tubulus proksimal, yang terletak pada
korteks ginjal. Dari tubulus proksimal, cairan mengalir ke ansa Henle yang
masuk ke dalam medulla renal. Setiap lengkung terdiri atas cabang desenden
dan asenden. Binding/ikatan cabang desenden dan ujung cabang asenden
yang paling rendah sangat tipis, oleh karena itu, disebut bagian tipis dari ansa
Henle. Ujung cabang asenden tebal merupakan bagian tebal yang pendek,
yang sebenarnya merupakan plak pada dindingnya, dan dikenal sebagai
macula densa. Setelah macula densa, cairan memasuki tubulus distal, yang
terletak pada korteks renal, seperti tubulus proksimal.

Tubulus ini kemudian dilanjutkan dengan tubulus rektus dan tubulus


koligentes kortikal, yang menuju ke duktus koligentes tunggal besar yang
turun ke medulla dan bergabung membentuk duktus yang lebih besar secara
progresif yang akhirnya mengalir menuju pelvis renal melalui ujung papilla
renal.

Meskipun setiap nefron mempunyai semua komponen seperti yang


digambarkan di atas, tetapi tetap terdapat perbedaan, bergantung pada berapa
dalamnya letak nefron pada massa ginjal. Nefron yang memiliki glomerulus
dan terletak di luar korteks disebut nefron kortikal; nefron tersebut
mempunyai ansa Henle pendek yang hanya menembus ke dalam medulla
dengan jarak dekat. Setiap segmen-segmen distal nefron bertanggung jawab
terhadap (1) reabsorpsi seluruh substrat organik yang masuk tubulus, (2)
reabsorpsi 90% lebih dari air yang difiltrasi, dan (3) sekresi air dan produk
sisa ke tubulus yang hilang pada saat proses filtrasi.

Kira-kira 20-30% nefron mempunyai gromerulus yang terletak di korteks


renal sebelah dalam dekat medulla dan disebut nefron jukstamedular. Nefron
ini mempunyai ansa Henle yang panjang dan masuk sangat dalam ke medulla.
Pada beberapa tempat semua berjalan menuju ujung papilla renal.

Struktur vaskular yang menyuplai nefron jukstamedular juga berbeda


dengan yang menyuplai nefron kortikal. Pada nefron kortikal, seluruh sitem
tubulus dikelilingi oleh jaringan kapiler peritubular yang luas. Pada nefron
jukstamedular, arteriol eferen panjang akan meluas dari gromerulus turun ke
bawah menuju medulla bagian luar dan kemudian membagi diri menjadi
kapiler-kapiler peritubulus khusus yang disebut vasa rekta, yang meluas ke
bawah menuju medulla dan terletak berdampingan dengan ansa Henle.
Seperti ansa Henle, vasa rekta kembali menuju korteks dan mengalirkan
isinya ke dalam vena kortikal.

b. Aliran Darah Ginjal


Ginjal menerima sekitar 1200 ml darah per menit atau 21% dari curah
jantung. Aliran darah yang sangat besar ini tidak ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan energi yang berlebihan, tetapi agar ginjal dapat secara terus
menerus menyesuaikan komposisi darah. Dengan menyesuaikan komposisi
darah, ginjal mampu mempertahankan volume darah, memastikan
keseimbangan natrium, klorida, kalium, kalsium, fosfat, dan ph, serta
membuang produk-produk metabolisme sebagai urea.

Arteri renalis memasuki ginjal melalui hilum bersama dengan ureter dan
vena renalis, kemudian bercabang-cabang secara progresif membentuk arteri
interlobaris, arteri skuata, asteri interlobularis (juga disebut arteri radialis),
dan arteriol aferen, yang menuju ke kapiler glomerulus dalam gromerulus
dimana sejumlah besar cairan dan zat terlarut (kecuali protein plasma)
difiltrasi untuk memulai pembentukan urine.
Ujung distal kapiler dari setiap gromerulus bergabung untuk membentuk
arteriol aferen, yang menuju jaringan kapiler kedua, yaitu kapiler peritubular
yang mengelilingi tubulus ginjal.

Sirkulasi ginjal ini bersifat unik karena memiliki dua bentuk kapiler, yaitu
kapiler glomerulus dan kapiler peritubulus, yang diatur dalam suatu rangkaian
dan dipisahkan oleh arteriol eferen yang membantu untuk mengatur tekanan
hidrostatik dalam kedua perangkat kapiler. Tekanan hidrostatik yang tinggi
pada kapiler gromerulus (kira-kira 60 mmHg) menyebabkan filtrasi cairan
yang cepat, sedangkan tekanan hidrostatik yang lebih jauh lebih rendah pada
kapiler peritubulus (kira-kira 13 mmHg) menyebabkan reabsorpsi cairan yang
cepat. Dengan mengatur resistensi arteriol aferen dan eferen, ginjal dapat
mengatur tekanan hidrostatik kapiler glomerulus dan kapiler peritubulus,
dengan demikian mengubah laju filtrasi glomerulus dan/atau reabsorpsi
tubulus sebagai respons terhadap kebutuhan homeostatic tubuh (Guyton,
1997 dalam buku Arif Muttaqin & Kumala Sari, 2012)

Kapiler peritubulus mengosongkan isinya ke dalam pembuluh sistem vena,


yang berjalan secara parallel dengan pembuluh arteriol dan secara progresif
membentuk vena interlobularis, vena arkuata, vena interlobaris, dan vena
renalis yang meninggalkan ginjal di samping arteri renalis dan ureter.

c. Pembentukan Urine
Kecepatan ekskresi berbagai zat dalam urine menunjukkan jumlah ketiga
proses ginjal, yaitu (1) filtrasi gromerulus, (2) reabsorpsi zat dari tubulus
renal ke dalam darah, dan (3) sekresi zat dari darah ke tubulus renal.

Pembentukan urine dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan yang


bebas protein dari kapiler glomerulus ke kapsula Bowman. Kebanyakan zat
dalam plasma, kecuali untuk protein, difiltrasi secara bebas sehingga
konsentrasinya pada filtrat glomerulus dalam kapsula Bowman hampir sama
dengan dalam plasma. Ketika cairan yang telah difiltrasi ini meninggalkan
kapsula Bowman dan mengalir melewati tubulus, cairan diubah oleh
reabsorpsi air dan zat terlarut spesifik yang kembali ke dalam darah atau oleh
sekresi zat-zat lain dari kapiler peritubulus ked lam tubulus.
Produksi urine akan memelihara homeostasis tubuh dengan meregulasi
volume dan komposisi dari darah. Proses ini berupa ekskresi dan eliminasi
dari berbagai larutan, terutama hasil sisa metabolisme yang meliputi Urea,
Kreatinin, Asam Urat.

Produk sisa harus diekskresi dalam larutan sehingga proses eliminasi juga
akan mengalami kehilangan air. Kedua ginjal mampu memproduksi
konsentrasi urine dengan konsentrasi osmotik 1200 sampai 1400 mOsm/L,
melebihi empat kali konsentrasi plasma. Apabila kedua ginjal tidak mampu
untuk mengonsentrasikan produk filtrasi dan filtrasi gromerulus, kehilangan
cairan yang banyak akan berakibat fatal dimana terjadi dehidrasi pada
beberapa jam kemudian. Untuk memenuhi hal tersebut, ginjal memerlukan
tiga proses berbeda, yaitu sebagai berikut:

1) Filtrasi. Pada saat filtrasi, tekanan darah akan menekan air untuk
menembus membrane filtrasi. Pada ginjal, membran filtrasi terdiri atas
glomerulus, endothelium, lamina densa, dan celah filtrasi.
2) Reabsorpsi. Reabsorpsi adalah perpindahan air dan larutan dari filtrate,
melintasi epitel tubulus dan ke dalam cairan peritubular. Kebanyakan
material yang diserap kembali adalah nutrient gizi yang diperlukan
tubuh. Dengan kata lain, elektrolit, seperti ion natrium, klorida, dan
bikarbonat, direabsorpsi dengan sangat baik sehingga hanya sejumlah
kecil saja yang tampak dalam urine. Zat nutrisi tertentu, seperti asam
amino dan glukosa, direabsorpsi secara lengkap dari tubulus dan tidak
muncul dalam urine meskipun sejumlah besar zat tersebut difiltrasi
oleh kapiler glomerulus.
3) Sekresi. Sekresi adalah transportasi larutan dari peritubulus ke epitel
tubulus dan menuju cairan tubulus. Sekresi merupakan proses penting
sebab filtrasi tidak mengeluarkan seluruh material yang dibuang dari
plasma. Sekresi menjadi metode penting untuk membuang beberapa
material, seperti berbagai jenis obat yang dikeluarkan ke dalam urine.
Pada saat yang sama, kedua ginjal akan memastikan cairan yang hilang
tidak berisi substrat organik yang bermanfaat, seperti glukosa, asam amino
yang banyak terdapat di dalam plasma darah. Material yang berharga ini
harus diserap kembali dan ditahan untuk digunakan oleh jaringan lain.

Setiap proses filtrasi gromerulus, reabsorpsi tubulus, dan sekresi tubulus


diatur menurut kebutuhan tubuh. Sebagai contoh, jika terdapat kelebihan
natrium dalam tubuh, laju filtrasi natrium meningkat dan sebagian kecil
natrium hasil filtrasi akan direabsorpsi, menghasilkan peningkatan ekskresi
dalam urine.

Pada banyak zat, laju filtrasi dan reabsorpsi relatif sangat tinggi terhadap
laju ekskresi. Oleh karena itu, pengaturan yang lemah terhadap filtrasi atau
reabsorpsi dapat menyebabkan perubahan yang relatif besar dalam ekskresi
ginjal. Sebagai contoh, kenaikan laju filtrasi gromerulus (GFR) yang hanya
10% (dari 180 menjadi 198 liter/hari) akan menaikan volume urine 13 kali
lipat (dari 1,5 menjadi 19,5 liter/hari) jika reabsorpsi tubulus tetap konstan.

d. Filtrasi Gromerulus
Filtrasi glomerulus adalah proses dimana sekitar 20% plasma yang masuk
ke kapiler glomerulus menembus kapiler untuk masuk ke ruang intertisium,
kemudian ke dalam kapsula Bowman. Pada ginjal yang sehat, sel darah merah
atau protein plasma hampir tidak ada yang mengalami filtrasi.

Proses filtrasi menembus glomerulus serupa dengan yang terjadi pada


proses filtrasi di seluruh kapiler lain. Hal yang berbeda pada ginjal adalah
bahwa kapiler glomerulus sangat permeable terhadap air dan zat-zat terlarut
yang berukuran kecil. Tidak seperti kapiler lain, gaya yang mendorong filtrasi
plasma menembus kapiler glomerulus ke dalam kapsula Bowman lebih besar
daripada gaya yang mendorong reabsorpsi cairan kembali ke kapiler. Dengan
demikian, terjadi filtrasi bersih cairan ke dalam ruang Bowman. Cairan ini
kemudian masuk dan berdifusi ke dalam kapsula Bowman dan memulai
perjalanannya ke seluruh nefron. Pada glomerulus, adanya perbedaan tekanan
hidrostatik dan osmotatik koloid pada kedua sisi kapiler menyebabkan
terjadinya perpindahan cairan.

2. Ureter
Ureter adalah organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi
mengalirkan urine dari pielum ginjal ke dalam kandung kemih. Pada orang
dewasa, panjangnya kurang lebih 20 cm. Dindingnya terdiri atas mukosa
yang dilapisi oleh sel-sel transisional, otot-otot polos sirkuler dan longitudinal
yang dapat melakukan gerakan peristaltik (berkontraksi) guna mengeluarkan
urine ke kandung kemih.
Jika karena sesuatu sebab terjadi sumbatan pada aliran urine, terjadi
kontraksi otot polos yang berlebihan yang bertujuan untuk
mendorong/mengeluarkan sumbatan tersebut dari saluran kemih. Kontraksi
itu dirasakan sebagai nyeri kolik yang datang secara berkala, sesuai dengan
irama peristaltik ureter.

Ureter memasuki kandung kemih menembus otot detrusor di daerah


trigonum kandung kemih. Normalnya ureter berjalan secara oblique
sepanjang beberapa sentimenter menembus kandung kemih yang disebut
dengan ureter intramural kemudian berlanjut pada ureter submukosa. Tonus
normal dari otot detrusor pada dinding kandung kemih cenderung menekan
ureter, dengan demikian mencegah aliran balik urine dari kandung kemih saat
terjadi tekanan di kandung kemih. Setiap gelombang peristaltik yang terjadi
sepanjang ureter akan meningkatkan tekanan dalam ureter sehingga bagian
yang menembus kandung kemih membuka dan memberi kesempatan
kandung urine mengalir ke dalam kandung kemih.

3. Kandung Kemih
Kandung kemih berfungsi menampung urine dari ureter dan kemudian
mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme miksi (berkemih). Dalam
menampung urine, kandung kemih mempunyai kapasitas maksimal, dimana
pada orang dewasa besarnya adalah ±300-450 ml. Pada saat kosong, kandung
kemih terletak di belakang simfisis pubis dan pada saat penuh berada di atas
simfisis sehingga dapat dipalpasi dan diperkusi.

Kandung kemih adalah organ berongga yang terdiri atas 3 lapis otot
detrusor yang saling beranyaman. Pada dinding kandung kemih terdapat 2
bagian yang besar. Ruangan yang berdinding otot polos adalah sebagai
berikut:

a) Badan (korpus) merupakan bagian utama kandung kemih dimana


urine berkumpul.
b) Leher (kolum), merupakan lanjutan dari badan yang berbentuk
corong, berjalan secara inferior dan anterior ke dalam daerah segitiga
urogenital dan berhubungan dengan uretra. Bagian yang lebih rendah
dari leher kandung kemih disebut uretra posterior karena hubungannya
dengan uretra.
Serat-seratnya meluas ke segala arah dan bila berkontraksi dapat
meningkatkan tekanan dalam kandung kemih menjadi 40 sampai 60 mmHg,
dengan demikian, kontraksi otot detrusor adalah langkah terpenting untuk
mengosongkan kandung kemih. Sel-sel otot polos dari otot detrusor terangkai
satu sama lain sehingga timbul aliran listrik berhambatan rendah dari satu sel
otot ke sel yang lain. Oleh karena itu, potensial aksi dapat menyebar ke
seluruh otot detrusor, dari satu sel otot ke sel otot yang berikutnya sehingga
terjadi kontraksi seluruh kandung kemih.

Pada dinding posterior kandung kemih, tepat di atas bagian leher dari
kandung kemih, terdapat daerah segitiga kecil yang disebut trigonum. Bagian
terendah dari apeks trigonum adalah bagian kandung kemih yang membuka
menuju leher masuk ke dalam uretra posterior dan kedua ureter memasuki
kandung kemih pada sudut tertinggi di trigonum.

Trigonum sangat dikenal dengan mukosanya, yaitu lapisan paling dalam


kandung kemih yang memiliki testur paling lembut dibandingkan dengan
lapisan-lapisan lainnya yang berlipat-lipat berbentuk rugae. Masing-masing
ureter pada saat memasuki kandung kemih, berjalan secara oblique melalui
otot detrusor dan kemudian melewati 1 sampai 2 sentimeter lagi di bawah
mukosa kandung kemih sebelum mengosongkan diri ke dalam kandung
kemih.

Leher kandung kemih (uretra posterior) panjangnya 2 sampai tiga


sentimeter, dan dindingnya terdiri atas otot detrusor yang bersilangan dengan
sejumlah besar jaringan elastis. Otot pada daerah ini disebut sfingter internal.
Sifat tonusnya secara normal mempertahankan leher kandung kemih dan
uretra posterior agar kosong dari urine, dan oleh karena itu mencegah
pengosongan kandung kemih sampai pada saat tekanan puncak yang
dilakukan oleh otot-otot kandung kemih dalam mendorong urine keluar
melalui uretra.

Setelah uretra posterior, uretra berjalan melewati diafragma urogenital,


yang mengandung lapisan otot yang disebut sfingter eksterna kandung kemih.
Otot ini merupakan otot lurik yang berbeda dengan otot pada badan dan leher
kandung kemih, yang hanya terdiri atas otot polos. Otot sfingter eksterna
bekerja di bawah kendali sistem saraf volunter dan dapat digunakan secara
sadar untuk menahan miksi (berkemih) bahkan bila kendali involunter
berusaha untuk mengosongkan kandung kemih.

Persarafan utama kandung kemih ialah nervus pelvikus, yang berhubungan


dengan medulla spinalis melalui pleksus sakralis, terutama berhubungan
dengan medulla spinalis segmen S2 dan S3. Berjalan melalui nervus pelvikus
ini adalah serat saraf motorik. Serta sensorik mendeteksi derajat regangan
pada dinding kandung kemih. Tanda-tanda regangan dari uretra posterior
bersifat sangat kuat dan terutama bertanggung jawab untuk mencetuskan
reflex yang menyebabkan kandung kemih melakukan kontraksi pada proses
miksi.

Saraf motorik yang menjalar dalam nervus pelvikus adalah serat


parasimpatis. Serat ini berakhir pada sel ganglion yang terletak dalam dinding
kandung kemih, saraf postganglion pendek, kemudian mempersarafi otot
detrusor.

Selain nervus pelvikus, terdapat dua tipe persarafan lain yang penting
untuk fungsi kandung kemih. Hal yang terpenting adalah serat otot lurik yang
berjalan melalui nervus pudendal menuju sfingter eksternus kandung kemih,
yang mempersarafi dan mengontrol sfingter otot lurik pada sfingter. Selain
itu, kandung kemih juga menerima saraf simpatis dari rangkaian simpatis
melalui nervus hipogastrikus, terutama hubungan dengan segmen L2 medula
spinalis. Serat simpatis ini mungkin terutama merangsang pembuluh darah
dan sedikit memengaruhi kontraksi kandung kemih. Beberapa serat saraf
sensorik juga berjalan melalui saraf simpatis dan mungkin penting dalam
menimbulkan sensasi rasa penuh dan pada beberapa keadaan terasa nyeri.

4. Uretra
Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urine keluar dari kandung
kemih melalui proses miksi. Secara anatomis uretra dibagi menjadi dua
bagian yaitu uretra posterior dan uretra anterior. Pada pria, organ ini berfungsi
juga dalam menyalurkan cairan mani.

Uretra diperlengkapi dengan sfingter uretra interna yang terletak pada


perbatasan kandung kemih dan uretra, serta sfingter uretra eksterna yang
terletak pada perbatasan uretra anterior dan posterior. Sfingter uretra interna
terdiri atas otot polos yang dipersarafi oleh system simpatik sehingga pada
saat kandung kemih penuh, sfingter ini terbuka. Sfingter uretra eksterna
terdiri atas otot bergaris dipersarafi oleh sistem somatik yang dapat diperintah
sesuai dengan keinginan seseorang. Pada saat BAK, sfingter ini terbuka dan
tetap tertutup pada saat menahan urine.

Panjang uretra wanita kurang lebih 3-5 cm, sedangkan uretra pria dewasa
kurang lebih 23-25 cm. Perbedaan panjang inilah yang menyebabkan keluhan
hambatan pengeluaran urine lebih sering terjadi pada pria. Uretra posterior
pada pria terdiri atas uretra pars prostatika yaitu bagian uretra yang dilingkupi
oleh kelenjar prostat dan uretra pars membranasea. Pada bagian posterior
lumen uretra prostatika, terdapat suatu tonjolan veromontanum, dan di
sebelah proksimal dan distal dari verumontanum ini terdapat Krista uretralis.
Bagian akhir dari vas deferens yaitu kedua duktus ejakulatorius terdapat di
pinggir kiri dan kanan verumontanum, sedangkan sekresi kelenjar prostat
bermuara di dalam duktus prostatikus yang terbesar di uretra prostatika.

2.2 Definisi
infeksi saluran kemih (isk) adalah infeksi akibat berkembang
biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih,yang dalam keadaan
normal air kemih tidak mengandug bakteri,virus atau mikroorganisme lain,
infeksi saluran kemih dapat terjadi baik pada pria maupun wanita, pria
lebih sering menderita infeksi dari pada wanita (sudoyo Aru, dkk 2009).
Jenis infeksi saluran kemi, antra lain:
1. Kandung kemih (sititis)
2. Uretra (uretritis)
3. Prostat (prostatitis)
4. Ginjal (pielonefritus)

2.3 Klasifikasi
menurut letaknya:
I. Isk bawah
- Perempuan (sistitis presentasi klisnis infeksi kandung kemih
disertai bakteriuria bermakna).
- Sindrom uretra (SUA) presentasi klinis sistitis tampa di
temukan mikroorganisme (steril) sering dinamakan sisitis
bakterialis.
- Laki-laki sistitis ,epidimidis dan uretritis)
II. Isk atas
- pielonefritis akut (PNA) proses infeksi parenkim ginjal yang di
sebabkan infeksi bakteri.
- Pielonefritis kronis( PNK) kemungkinan akibat lanjut dari
infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil.

Infeksi saluran kemih (ISK) pada usia lanjut di bedakan menjadi:

1. ISK ucomplicated simple merupakan isk sederhana yang terjadi pada


penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomik maupun
funngsional, infeksi hanya mengenal mukosa. ISK pada usia lanjut
terutama mengenal penderita wanita dan infeksi hanya mengenai
mukosa superficial kandung kemih.
2. ISK complicated sering menimbulkan banyak masalah karena sering
kali kuman penyebab sulit di berantas, kuman penyebab sering di
resistensi terhadap beberapa macan antibiotika, sering menjadi
bakterimia, sepsis dan shocck, isk ini terjadi bila terdapat keadaan
keadaan sebagai berikut:
- kelainan abnormal saluran kencing praplegia, kateter kandung
kencing , menetap dan prostatitis
- kelainan faal ginjal GAA maupun GGK
- gangguan daya tahan tubuh
- infeksi yang disebabkan karena organisme virulen seperti prosteus
yang memperoduksi urease
II.4 Etiologi
ISK terjadi tergantung banyak faktor seperti ,usia, gender, prevelensi,
bakteriuria, dan faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur
saluran kemih. Termasuk ginjal, berikut menurut ukuran jenis
mikroorganisme dan usia.
1. Jenis-jenis mikrooganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
- Eschericia choli 90%penyebab isk ucomplicated (simple).
- Pseudomonas, protues, klebsiella, penyebab isk complicated.
- Enterocobacter, staphylococchus epidemidis, enterococci dan
lain-lain.
2. Prevalensi penyebab isk pada usia lanjut, antara lain:
- sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat
pengososngan kandung kemih yang kurang efektif.
- mobilits menurun.
- nutrisi yang sering kurang baik.
- sistem imunitas yang kurang menurun, baik seluler maupun
humoral.
- Adanya hambatan pada aliran urine.
- hilangnya efek bakterisid dari sekresi protant.

II.5 Patofisiologi
Secara normal, air kencing atau urine adalah steril alias bebas kuman.
Infeksi terjadi bila bakteri atau kuman yang berasal dari saluran cerna jalan-
jalan ke uretra atau ujung saluran kencing untuk kemudian berkembang biak
disana. Maka dari itu kuman yang paling sering menyebabkan ISK adalah
E.coli yang umum terdapat dalam saluran pencernaan bagian bawah.
Pertama-tama bakteri akan menginap di uretra dan berkembang biak
disana. Akibatnya, uretra akan terinfeksi yang kemudian disebut dengan nama
Urethritis. Jika kemudian bakteri naik ke atas menuju saluran kemih dan
berkembang biak disana maka saluran kemih akan terinfeksi yang kemudian
disebut dengan istilah Cystitis. Jika infeksi ini tidak diobati maka bakteri akan
naik lagi ke atas menuju ginjal dan menginfeksi ginjal yang dikenal dengan
istilah Pyelonephritis.
Mikroorganisme seperti Klamidia dan mikoplasma juga dapat
menyebabkan ISK namun infeksi yang diakibatkan hanya terbatas pada uretra
dan system reproduksi. Tidak seperti E.coli, kedua kuman ini menginfeksi
orang melalui perantara hubungan seksual.
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang mengatur keseimbangan
cairan tubuh dan elektrolit dalam tubh dan sebagai pengatur volume komposisi
kimia darah dengan mengekskresikan air yang dikeluarkan dalam bentuk urine
apabila berlebih. Diteruskan dengan ureter yang menyalurkan urine ke
kandung kemih. Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih atau urine bebas
dari mikroorganisme atau steril.
Infeksi saluran kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik
dalam traktus urinarius. Masuknya mikroorganisme kedalam saluran kemih
dapat melalui :
A. Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi
terdekat (ascending) yaitu :
Masuknya mikroorganisme ke dalam kandung kemih, antara lain :
factor anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek
daripada laki-laki sehingga terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan
urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus
urinarius (pemasangan kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
B. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal
dari flora normal usus. Dan hidup secara komersal di dalam introitus
vagina, prepusium penis, kulit perineum, dan di sekitar anus.
Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui uretra à prostate
à vas deferens à testis (pada pria) buli-buli à ureter, dan sampai ke
ginjal.
C. Hematogen
Sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga
mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen. Ada beberapa
hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehinggal
mempermudah penyebaran hematogen, yaitu adanya : bendungan total
urine yang dapat mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan
intrarenal akibat jaringan parut.
D. Limfogen
Pielonefritis (infeksi traktus urinarius atas) merupakan infeksi
bakteri pada ginjal, tubulus, dan jaringan interstisial dari salah satu
atau kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kemih melalui uretra dan
naik ke ginjal meskipun ginjal 20% sampai 25% curah jantung ;
bakteri jarang mencapai ginjal melalui aliran darah ; kasus penyebaran
secara hematogen kurang dari 3%. Pielonefritis akut biasanya terjadi
akibat infeksi kandung kemih asendens. Pielonefritis akut juga dapat
terjadi melalui infeksi hematogen. Infeksi dapat terjadi di satu atau di
kedua ginjal. Pielonefritis kronik dapat terjadi akibat infeksi berulang,
dan biasanya dijumpai pada individu yang mengidap batu, obstruksi
lain, atau refluks vesikoureter.
E. Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh
menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran
balik urine dari uretra ke dalam kandung kemih (refluks urtrovesikal),
kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.
F. Uretritis suatu inflamasi biasanya adalah suati infeksi yang menyebar
naik yang digolongkan sebagai general atau mongonoreal. Uretritis
gonoreal disebabkan oleh Neisseria gonorhoeae dan ditularkan melalui
kontak seksual. Uretritis non gonoreal : uretritis yang tidak
berhubungan dengan Neisseria gonorhoeae biasanya disebabkan oleh
Klamidia frakomatik atau urea plasma urelytikum.

II.6 Manifestasi Klinik


Tanda-tanda ISK tidak khas, sebagian diantaranya bahkan tanpa gejala.
Biasanya, keluhan yang sering dijumpai antara lain:
a. Nyeri saat kencing (disuria)
b. Kencing sedikit-sedikit dan sering (polakisuria) dalam bahass jawa:
anyang-anyangen
c. Nyeri di atas tulang kemaluan atau perut bagian bawah (suprapubik)
Tanda-tanda tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan bagian saluran
kencing yang terinfeksi.
1. General klasifikation (sistemik)
a. Demam atau menggigil dapat menenadakan infeksi telah
mencapaiginjal(diiringi rasa nyeri si sisi bawah belakang rususk,mual
atau muntah)
b. Peradangan kronis pada kandung kemih yang berlanjut dan tidak
sembuh sembuh dapat memicu terjadinya kanker kandung kemih.
2. Lokalisir

a. ISK bagian bawah: biasanya ditandai dengan keluhan nyeri atau rasa
panas saat kencing, kencing sedikit-sedikit dan sering, rasa tidak
nyaman di atas tulang kemaluan (suprapubik).
b. ISK bagian atas: ditandai dengan keluhan nyeri atau rasa tidak
nyaman di pinggang, mual, muntah, lemah, demam, menggigil, sakit
kepala.

II.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Urinalisis
Leukosuria atau piuria : merupakan salah satu bentuk adanya ISK.
Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/ lapang pandang besar
(LBP) sediment air kemih.
Hematuria : Hematuria positif bila 5 – 10 eritrosit/ LBP sediment air
kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa
kerusakan glomerolus ataupun urolitiasis.
2. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
(Bakteriologis).
3. Metode tes
a. Tes dipstick multistrip untuk WBC ( tes esterase leukosit ) dan nitrit
(tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase leukosit positif :
maka pasien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif
jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi
nitrit.
b. Tes Penyakit Menular Seksual (PMS) : Uretritia akut akibat organime
menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria
gonnorrhoeae, herpes simplek).

II.8 Penatalaksanaan
2.8.1 Non farmako
 Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra
indikasi.
 Perubahan pola hidup diantaranya
 Membersihkan perineum dari depan ke belakang
 Pakaian dalam dari bahan katun
 Menghindari kopi, alkohol
2.8.2 Farmakologi
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens
antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus
urinarius dengan efek minimal terhadap flora fekal dan vagina. Infeksi
Saluran Kemih ( ISK ) pada usia lanjut dapat dibedakan atas:
1) Terapi antibodika dosis tunggal
2) Terapi antibiotika konvensional : 5-14 hari
3) Terapi antibiotika jangka lama : 4-6 minggu
4) Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko
kekambuhan infeksi.penggunaan medikasi yang umum mencakup:
sulfisoxazole (gastrisin), trimethoprim/sulfamethoxazole (tpm,smz,
bactrim, septra), kadang ampicilin atau amoksisilin digunakan,tetapi
E.Coli telah resisten terhadap bakteri ini. pyridium, suatu analgesic
urinarius juga dapat digunakan untuk mengurangi ketidak nyamanan
akibat infeksi. Dan dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai
kebutuhan untuk membilas mikroorganisme yang mungkin naik ke
uretra,untuk wanita harus membilas dari depan kebelakang untuk
menghindari kontaminasi lubang uretra oleh bakteri feces.

II.9 Komplikasi
1. Pembentukan Abses ginjal atau perirenal
2. Gagal ginjal
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Asuhan Keperawatan


A. IDENTITAS KLIEN

Nama : Tn.I

Umur : 49 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Status Perkawinan : Kawin

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Diagnosa Medis : Infeksi Saluran Kemih (ISK)

Tanggal MRS : 7 Agustus 2017

Tanggal Pengkajian : 9 Agustus 2017

No. Registrasi : 14 96 64

Alamat : Jl. Komplek Bumi Berkat Sei. Besar RT.02 RW.01 Banjarbaru

Penanggung Jawab : Umum

B. Keluhan Utama

Klien mengeluh nyeri pada saat BAK dan pada daerah selangkangan
(Perineum).

C. Riwayat penyakit sekarang

Mulanya klien mengalami demam, pusing, dan nyeri di daerah saluran


kencing saat BAK maupun tidak BAK. Kemudian klien memeriksakan diri ke
perawat/mantri terdekat dan mantri tersebut memberikan diagnosa thypus dan
diberikan obat-obatan. Dirasa keluhannya tidak berkurang, klien
memeriksakan diri ke IGD RSUD Banjarbaru pada tanggal 7 Agustus 2017
Jam 21.00 dan hingga saat ini dirawat dikelas 3B Camar.

D. Riwayat Kesehatan yang lalu

Tahun 2010 klien pernah dirawat karena menderita penyakit malaria. Klien
juga memiliki riwayat penyakit hipertensi, namun tidak pernah memiliki
riwayat penyakit seperti DM. Klien juga tidak pernah mendapatkan tindakan
operasi maupun kecelakaan lalu lintas.

E. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Menurut penuturan klien diantara keluarga klien tidak ada yang menderita
penyakit yang sama dengan klien. Namun, Ibunda klien memiliki riwayat
penyakit hipertensi dan tidak memiliki penyakit DM, Jantung, ataupun asma.

F. DATA PSIKOSOSIAL

Klien dapat berorientasi dengan baik terhadap perawat dan dokter. Klien
juga berupaya cepat pulih dan selama dirumah sakit klien ditunggui isteri
klien.

G. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

Pola Kebiasaan Sebelum Masuk RS Sewaktu di RS


1. NUTRISI 3 kali/hari 3kali/hari (1/2 porsi nasi tidak habis)
Nasi, Ikan, Sayur Nasi, Ikan, Sayur
-Makan
Teh Manis, Air Putih Teh Manis, Air Putih
±1,5 L ±1,5 L
Frekuensi

Menu

-Minum

Jenis

Jumlah
2. ELIMINASI 4-5 kali/hari 2 kali/hari
-BAK Kuning Jernih Kuning Keruh
Frekuensi 1 kali/hari 1 kali/hari
Warna
-BAB
Frekuensi
3. ISTIRAHAT DAN TIDUR - -
-Tidur Siang 8 jam/hari 5 jam/hari
-Tidur Malam
4. PERSONAL HYGIENE 2 kali/hari 2 kali/hari
-Mandi
5. AKTIVITAS DAN LATIHAN Mandiri Mandiri
-Mandi Mandiri Mandiri
-Berpakaian Mandiri Mandiri
-Mobilitas Mandiri (BAK) Mandiri (BAK)
-Toileting Mandiri (BAB) Mandiri (BAB)
6. SPIRITUAL Bisa Mandiri Tidak bisa sholat
-Sholat Bisa pada Bulan Ramadhan Tidak bisa puasa
-Puasa

1.2 DATA OBJEKTIF

-Keadaan Umum : Compos Mentis

-Kesadaran : GCS 4-5-6

-Tanda-tanda Vital : TD: 130/90 mmHg

RR : 25 kali/menit

N : 75 kali/menit

S : 35,5º C

Tinggi Badan : 165 cm

Berat Badan : Turun kurang lebih 3 kg (dari 63 kg menjadi


60 kg)

- Skala Nyeri : 3 dari 0-5/sedang.

- Head to Toe :
 Kepala

Keadaan kepala bersih, bentuk kepala simetris, distribusi rambut


merata, rambut hitam, tidak ada lesi atau massa.

 Mata

Konjungtiva tidak anemis, pupil sama besarnya antara kiri dan


kanan, kornea bening, sklera tidak ikterik, kemampuan penglihatan
baik, lensa mata tidak keruh, namun terdapat kantong mata
dibawah mata yang berwarna agak kehitaman dan tatapan terlihat
lemah dan sayu.

 Hidung

Tidak terdapat peradangan, bentuk simetris, fungsi penciuman


baik, serta dapat membedakan bau minyak angin dan parfum.

 Mulut

Bentuk simetris, mukosa bibir lembab, mulut bersih, bibir tidak


sianosis, lidah bersih, tidak terdapat caries gigi, indera pengecapan
baik, dan dapat berkomunikasi dengan baik.

 Telinga

Telinga simetris, fungsi pendengaran baik, serumen minimal, dan


tidak terdapat nyeri.

 Leher

Leher terlihat simetris, leher tampak bersih, tidak ada tanda


kemerahan, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak terdapat
distensi vena jugularis.

 Thoraks

Thoraks terlihat simetris, pola pernafasan eupnea (normal), bunyi


jantung S1-S2 tunggal regular.
 Abdomen

Keadaan abdomen simetris, tidak terdapat benjolan, tidak terdapat


nyeri tekan.

 Kulit

Warna sawo matang, turgor kulit baik (dicubit 1-2 detik kembali),
tidak terdapat edema atau lesi.

 Genital

Terdapat nyeri tekan di daerah perineum (selangkangan) dan


saluran kencing dengan skala nyeri 3 dari 0-5/sedang.

 Ekstremitas Atas-Bawah

Tampak simetris, akral dingin, tidak terdapat massa.

Skala Otot :

Keterangan :

5 : Gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan penahanan


penuh.

4 ; Gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan sedikit


penahanan.

3 : Gerakan normal menentang gravitasi.

2 : Gerakan otot penuh menentang gravitasi dengan sokongan.

1 : Tidak ada gerakan, teraba kontraksi otot.

0 : Paralisis total.

G. DATA PENUNJANG DAN TERAPI

1. Hasil Pemeriksaan Laboraturium Tanggal 7 Agustus 2017


Makroskopis Hasil Nilai Normal
Warna Kuning Tua Tidak berwarna, kuning muda
Kejernihan Keruh Jernih
BJ 1,020 D03 – 1,00
PH 6,5 5-7
Glucose - -
Protein + -
Blood + -
Leukosit 10-25/lbp 0-2/lbp
Eritrosit 1-4/lbp 0-2/lbp

a. Urine

b. Darah Lengkap

Darah Lengkap Hasil Nilai Normal


Hb 15,2 gr/dl 12-18 gr/dl
Leukosit 17.800/mm3 4000-10000/mm3
Trombosit 280.000/mm3 100.000-400.000/mm3
LED 44% 36-55%

2. Terapi (Pengobatan)

a. Obat Suntik :

1. Ceftriaxone 1x1 vial/IV

2. Ranitidin 2x1 ampul/IV

II. ANALISA DATA

No Data Subyektif/DataEtiologi Masalah


. Obyektif Keperawatan
1. DS: Klien mengeluh nyeriPeradangan Nyeri Akut
pada daerah selangkanganSaluran Kemih
dan nyeri saat BAK.
DO:
-Klien tampak meringis.
-Skala Nyeri 3 dari 0-
5/sedang.
-Blood Presure: 130/90
mmHg
-Respirasi: 25x/menit
-Heart Rate: 75x/menit
-Temperature: 35,5º C
2. DS: Klien mengatakanPenurunan IntakeKetidakseimbangan
tidak ada nafsu makan. Oral kebutuhan nutrisi
DO: kurang dari tubuh
-1/2 porsi nasi yang
disediakan tidak dihabiskan
dank lien tidak ada makan
makanan selain dari rumah
sakit.
-Klien tampak lemah dan
berat badan turun 3kg.
-Blood Presure: 130/90
mmHg
-Respirasi: 25x/menit
-Heart Rate: 75x/menit
-Temperature: 35,5º C
3. DS: Klien mengatakan sulitFaktor Internal:Gangguan eliminasi
untuk berkemih. Penyakit, Stressurine
DO: Psikologis
-gelisah
-cemas
-meringis menahan nyeri
-BAK 1 kali/hari
-warna BAK kuning keruh

III. Intervensi
 Diagnosa Nyeri
N Diagnosakeperaw Tujuan Intervensi
o atan

1. NyeriAkut Setelahdilakukantind 1. Manajemenlingkungan :


akan 2x24 jam kenyamanan
nyeridapatberkurang. 2. Pemberianobatintravena
3. Peningkatanpelatihan
:peregangan.
4. Bantu
pasienuntukmengontrolp
emberian analgesic
5. Relaksasiototprogresif
6. Sentuhanterapeutik
7. Terapilatihan : control
otot

Nyeri Efek yang Mengganggu

No. KODE OUTCOME KESELURUHAN SKOR SKOR


AWAL TERAKHIR

1. 210127 Ketidaknyamanan 1 3

2. 210108 Gangguankonsentrasi 1 3

3. Gangguandalamperasaanmengontrol 1 3

4. 210113 Gangguanpergerakanfisik 1 3

5. 210117 GangguanEliminasi Urine 1 3

 Ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi kurang dari tubuh

N Diagnose Tujuan Kriteria Intervensi


o. keperawatan Hasil

2. Ketidakseimb Setelahdilakukantinda 1. Terapinutrisi


angan kan 3x24 jam 2. Konselingnutrisi
kebutuhan kebutuhannutrisidapat 3. Bantuanperawata
ndiri
nutrisi kurang terpenuhi.
:pemberianmaka
dari tubuh n.
4. Manajemenalergi
5. Manajemensalur
ancerna
6. Monitor nutrisi

No. Kode Outcome keseluruhan SkorAwal SkorAkhir

1. 210701 Frekuensimual 1 3

2. 210702 Intensitasmual 1 3
3. 210703 Distress mual 1 3

4. 210704 Frekuensimuntah 1 3

5. 210708 Intensitasmuntah 1 3

6. 210710 Sekresi air ludah yang 1 3


banyak

7. 210709 Distress muntah 1 3

 Gangguan Eliminasi Urine


N Diagnosa Tujuan Kriteria Intervensi
o Hasil

3. GangguanElimin Setelahdilakukantin 1. Manajemencaira


asiurin dakan 2x24 jam n
gangguaneliminasiu 2. Manajemenpeng
obatan
rindapat di atasi
3. Bantuanberkemi
h
4. Perawatanretensi
urin.
5. Perlindunganinfe
ksi.
6. Monitor cairan .

Fungsi Ginjal

No. Kode Skala Outcome SkorAwal SkorAkhir


keseluruhan

1. 050424 Urine output selama 24 jam 1 3

2. 050402 Keseimbangan intake dan 1 3


output selama 24 jam

3. 050406 Warnaurin 1 4

4. 050408 Ph Urine 1 3

5. 050430 Hematuria 1 3
6. 050430 Peningkatan protein urin 1 3

BAB 4
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk
mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy,
Ardaya, Suwanto, 2001)
Penyebab dari ISK yaitu
A. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
1) Pseudemonas, Proteus,klebsiella: penyebab ISK complicated
2) Escherichia coli:90% penyebab ISK uncomplicated
3) Enterobacter, Staphyloccoccus epidemidis, enterococci,dll.
B. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
1. Sisa urine dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan

kandung kemih yang kurang efektif


2. Mobilitas menurun
3. Nutrisi yang kurang baik
4. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
5. Adanya hambatan pada aliran urin
6. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
Tanda-tanda ISK tidak khas, sebagian diantaranya bahkan tanpa gejala.
Biasanya, keluhan yang sering dijumpai antara lain nyeri saat kencing
(disuria),kencing sedikit-sedikit dan sering (polakisuria) dalam bahass jawa:
anyang-anyangen, nyeri di atas tulang kemaluan atau perut bagian bawah
(suprapubik)

4.2 Saran
Dari kesimpulan yang ada maka kita sebagai perawat atau calon perawat
harus memahami secara detail tentang seluk beluk penyakit ISK sehingga kita
dapat melakukan asuhan keperawatan secara benar terhadap pasien dengan
ISK.
Dan untuk masyarakat setelah membaca makalah ini dapat berhati-hati
atau waspada terhadap gaya hidup ataupun lingkungannya karena dengan itu
ISK dapat menjangkit tubuh kita

DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses


penyakit: pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa:
Peter Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai