SISTEM PERKEMIHAN
“INFEKSI SALURAN KEMIH”
Dosen pembimbing: Ns. Ana Fitria Nusantara S.Kep., M.Kep
1. Dwi Yusro L
2. Herlina Amalia
3. Miftahul Huda
4. Nurul Jalal
5. Riki Pratama P
6. Siti Roufatul J
7. Weni Widia W
GENGGONG – PROBOLINGGO
2017-2018
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Atas bimbingan dan pertolongannya sehingga
makalah ini dapat tersusun dengan berdasarkan berbagai sumber pengetahuan
yang bertujuan untuk membantu proses belajar mengajar mahasiswa agar dapat
berlangsung secara efektif dan efisien. Sehingga dapat di terbitkan sesuai dengan
yang di harapkan dan dapat di jadikan pedoman dalam melaksanakan kegiatan
keperawatan dan sebagai panduan dalam melaksanakan makalah dengan judul
“Infeksi Saluran Kemih”.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
14 April 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................
1.2 Rmuusan Masalah.................................................................................
1.3 Tujan.....................................................................................................
1.4 Manfaat.................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Fisiologi ................................................................................
2.2 Devinisi................................................................................................
2.2 Klasifikasi........................................................................................... .
2.3 Etiologi.................................................................................................
2.4 patofisiologis........................................................................................
2.5 Manifestasi klinis.................................................................................
2.6 Pemeriksaan penunjang...................................................................... .
2.7 Penatalaksaan.......................................................................................
2.8 Komplikasi...........................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWAT.....................................................................
3.1PENGKAJIAN.......................................................................................
3.2PEMERIKSAAN FISIK........................................................................
3.3DIAGNOSA KEPERAWATAN.............................................................
3.4INTERVENSI KEPERAWATAN..........................................................
BAB IV PENUTUP ..........................................................................................
4.1 Kesimpulan..........................................................................................
4.2 Saran....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi saluran kemih adalah suatu infeksi yang melibatkan ginjal,
ureter, buli-buli, ataupun uretra. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah
umum yang menunjukkan keberadaan mikroorganisme (MO) dalam urin
(Sukandar, E.,2004).
Dalam setiap tahun, 15% perempuan mengalami ISK. Kejadian ISK
makin sering terjadi pada masa kehamilan. Perubahan mekanis dan hormonal
yang terjadi pada kehamilan meningkatkan risiko keadaan yang membuat
urin tertahan di saluran kencing. Juga adanya peningkatan hormon
progesterone pada kehamilan akan menambah besar dan berat rahim serta
mengakibatkan pengenduran pada otot polos saluran kencing. Infeksi saluran
kemih di Indonesia insiden dan prevalensinya masih cukup tinggi, pada
bumil/nifas 5-6%. Prevalensi ISK di masyarakat makin meningkat seiring
dengan meningkatnya usia. Pada usia 40 – 60 tahun mempunyai angka
prevalensi 3,2 %. Sedangkan pada usia sama atau diatas 65 tahun kira-kira
mempunyai angka prevalensi ISK sebesar 20%. Infeksi saluran kemih dapat
mengenal baik laki-laki maupun wanita dari semua umur baik anak-anak,
remaja, dewasa maupun lanjut usia. Sekitar 15% wanita, mengalami paling
sedikit satu kali serangan akut inferksi saluran kemih selama hidupnya.
Sebagian besar infeksi tersebut adalah asimtomatik, angka kejadiannya pada
wanita hamil adalah 5%-6% dan meningkat sampai 10% pada resiko tinggi.
Walaupun infeksi yang terjadi karena penyebaran kuman melalui pembuluh
darah dan limfe, akan tetapi yang terbanyak dan tersring adalah kuman-
kuman keatas melalui uretra kedalam kandung kemih dan saluran kemih yang
lebih atas.
Infeksi saluran kemih terjadi adanya invasi mikroorganisme pada
saluran kemih. Untuk menegakkan diagnosis ISK harus ditemukan bakteri
dalam urin melalui biakan atau kultur (Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001) dengan
jumlah signifikan (Prodjosudjadi, 2003). Tingkat signifikansi jumlah bakteri
dalam urin lebih besar dari 100/ml urin. Agen penginfeksi yang paling sering
adalah Eschericia coli, Proteus sp., Klebsiella sp., Serratia, Pseudomonas sp.
Penyebab utama ISK (sekitar 85%) adalah Eschericia coli (Coyle & Prince,
2005).
Keadaan ini tidak terlepas dari tingkat dan taraf kesehatan masyarakat
Indonesia yang masih jauh dari standart dan tidak meratanya tingkat
kehidupan sosial ekonomi, yang mau tidak mau berdampak langsung pada
kasus infeksi saluran kemih di Indonesia. Pada umumnya ISK lebih banyak
dijumpai pada wanita dibanding pada pria kemungkinan karena uretra wanita
lebih pendek sehingga mikroorganisme dari luar lebih mudah mencapai
kandung kemih dan juga letaknya dekat dengan daerah perianal dan vagina.
(Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) juga menjadi suatu komplikasi pada saat
masa nifas karena disebabkan oleh berbagai factor penyebab baik langsung
ataupun tidak langsung pada ibu nifas. Keperawatan memiliki peran penting
dalam memberikan pelayanannya terhadap klien yang menderita ISK, untuk
itu perlu pemahaman yang baik tentang konsep ISK pada klien serta asuhan
keperawatan yang dapat diberikan pada klien yang menderita ISK.
(Sukandar, E.,2004).
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui konsep teori, masalah keperawatan dan pendekatan
asuhan keperawatan pasien dengan Infeksi Saluran Kemih.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI
Sistem perkemihan merupakan organ vital dalam melakukan ekskresi dan
melakukan eliminasi sisa-sisa hasil metabolisme tubuh. Selain mempunyai
fungsi eliminasi, sistem perkemihan juga mempunyai fungsi lainnya, yaitu
sebagai berikut:
Sistem perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
Untuk menjaga fungsi ekskresi, sistem perkemihan memiliki dua ginjal.
Organ ini memproduksi urine yang berisikan air, ion-ion, dan senyawa-
senyawa solute yang kecil. Urine meninggalkan kedua ginjal dan melewati
sepasang ureter menuju dan ditampung sementara pada kandung kemih.
Proses ekskresi urine dinamakan miksi, terjadi ketika adanya kontraksi dari
otot-otot kandung kemih menekan urine untuk keluar melewati uretra dan
keluar dari tubuh.
1. Ginjal
Secara anatomi, kedua ginjal terletak pada setiap sisi dari kolumna tulang
belakang antara T12 dan L3. Ginjal kiri terletak agak lebih superior dibanding
ginjal kanan. Permukaan anterior ginjal kiri diselimuti oleh lambung,
pancreas, jejunum, dan sisi fleksi kolon kiri. Permukaan superior setiap ginjal
terdapat kelenjar adrenal.
Posisi dari kedua ginjal di dalam rongga abdomen dipelihara oleh (1)
dinding peritoneum, (2) kontak dengan organ-organ visceral, dan (3)
dukungan jaringan penghubung. Ukuran setiap ginjal orang dewasa adalah
panjang 10 cm; 5,5 cm pada sisi lebar; dan 3 cm pada sisi sempit dengan
berat setiap ginjal berkisar 150 gr.
Lapisan kapsul ginjal terdiri atas jaringan fibrous bagian dalam dan bagian
luar. Bagian dalam memperlihatkan anatomis dari ginjal. Pembuluh-
pembuluh darah ginjal dan drainase ureter melewati hilus dan cabang sinus
renal. Bagian luar berupa lapisan tipis yang menutup kapsul ginjal dan
menstabilisasi struktur ginjal. Korteks ginjal merupakan lapisan bagian dalam
sebelah luar yang bersentuhan dengan kapsul ginjal. Medula ginjal terdiri atas
6-18 piramid ginjal. Bagian dasar piramid bersambungan dengan korteks dan
di antara pyramid dipisahkan oleh jaringan kortikal yang disebut kolum
ginjal.
a. Nefron
Ada sekitar 1 juta nefron pada setiap ginjal dimana apabila dirangkai akan
mencapai panjang 145 km. Ginjal tidak dapat membentuk nefron baru, oleh
karena itu pada keadaan trauma ginjal atau proses penuaan akan terjadi
penurunan jumlah nefron secara bertahap dimana jumlah nefron yang
berfungsi akan menurun sekitar 10% setiap 10 tahun, jadi pada usia 80 tahun
jumlah nefron yang berfungsi 40% lebih sedikit daripada usia 40 tahun.
Penurunan fungsi ini tidak mengancam jiwa karena perubahan adaptif sisa
nefron dalam mengeluarkan produk sisa yang tepat (Guyton, 1997 dalam
buku Arif Muttaqin & Kumala Sari, 2012).
Nefron terdiri atas glomerulus yang akan dilalui sejumlah cairan untuk
difiltrasi dari darah dan tubulus yang panjang dimana cairan yang difiltrasi
diubah menjadi urine dalam perjalanannya menuju pelvis ginjal.
Arteri renalis memasuki ginjal melalui hilum bersama dengan ureter dan
vena renalis, kemudian bercabang-cabang secara progresif membentuk arteri
interlobaris, arteri skuata, asteri interlobularis (juga disebut arteri radialis),
dan arteriol aferen, yang menuju ke kapiler glomerulus dalam gromerulus
dimana sejumlah besar cairan dan zat terlarut (kecuali protein plasma)
difiltrasi untuk memulai pembentukan urine.
Ujung distal kapiler dari setiap gromerulus bergabung untuk membentuk
arteriol aferen, yang menuju jaringan kapiler kedua, yaitu kapiler peritubular
yang mengelilingi tubulus ginjal.
Sirkulasi ginjal ini bersifat unik karena memiliki dua bentuk kapiler, yaitu
kapiler glomerulus dan kapiler peritubulus, yang diatur dalam suatu rangkaian
dan dipisahkan oleh arteriol eferen yang membantu untuk mengatur tekanan
hidrostatik dalam kedua perangkat kapiler. Tekanan hidrostatik yang tinggi
pada kapiler gromerulus (kira-kira 60 mmHg) menyebabkan filtrasi cairan
yang cepat, sedangkan tekanan hidrostatik yang lebih jauh lebih rendah pada
kapiler peritubulus (kira-kira 13 mmHg) menyebabkan reabsorpsi cairan yang
cepat. Dengan mengatur resistensi arteriol aferen dan eferen, ginjal dapat
mengatur tekanan hidrostatik kapiler glomerulus dan kapiler peritubulus,
dengan demikian mengubah laju filtrasi glomerulus dan/atau reabsorpsi
tubulus sebagai respons terhadap kebutuhan homeostatic tubuh (Guyton,
1997 dalam buku Arif Muttaqin & Kumala Sari, 2012)
c. Pembentukan Urine
Kecepatan ekskresi berbagai zat dalam urine menunjukkan jumlah ketiga
proses ginjal, yaitu (1) filtrasi gromerulus, (2) reabsorpsi zat dari tubulus
renal ke dalam darah, dan (3) sekresi zat dari darah ke tubulus renal.
Produk sisa harus diekskresi dalam larutan sehingga proses eliminasi juga
akan mengalami kehilangan air. Kedua ginjal mampu memproduksi
konsentrasi urine dengan konsentrasi osmotik 1200 sampai 1400 mOsm/L,
melebihi empat kali konsentrasi plasma. Apabila kedua ginjal tidak mampu
untuk mengonsentrasikan produk filtrasi dan filtrasi gromerulus, kehilangan
cairan yang banyak akan berakibat fatal dimana terjadi dehidrasi pada
beberapa jam kemudian. Untuk memenuhi hal tersebut, ginjal memerlukan
tiga proses berbeda, yaitu sebagai berikut:
1) Filtrasi. Pada saat filtrasi, tekanan darah akan menekan air untuk
menembus membrane filtrasi. Pada ginjal, membran filtrasi terdiri atas
glomerulus, endothelium, lamina densa, dan celah filtrasi.
2) Reabsorpsi. Reabsorpsi adalah perpindahan air dan larutan dari filtrate,
melintasi epitel tubulus dan ke dalam cairan peritubular. Kebanyakan
material yang diserap kembali adalah nutrient gizi yang diperlukan
tubuh. Dengan kata lain, elektrolit, seperti ion natrium, klorida, dan
bikarbonat, direabsorpsi dengan sangat baik sehingga hanya sejumlah
kecil saja yang tampak dalam urine. Zat nutrisi tertentu, seperti asam
amino dan glukosa, direabsorpsi secara lengkap dari tubulus dan tidak
muncul dalam urine meskipun sejumlah besar zat tersebut difiltrasi
oleh kapiler glomerulus.
3) Sekresi. Sekresi adalah transportasi larutan dari peritubulus ke epitel
tubulus dan menuju cairan tubulus. Sekresi merupakan proses penting
sebab filtrasi tidak mengeluarkan seluruh material yang dibuang dari
plasma. Sekresi menjadi metode penting untuk membuang beberapa
material, seperti berbagai jenis obat yang dikeluarkan ke dalam urine.
Pada saat yang sama, kedua ginjal akan memastikan cairan yang hilang
tidak berisi substrat organik yang bermanfaat, seperti glukosa, asam amino
yang banyak terdapat di dalam plasma darah. Material yang berharga ini
harus diserap kembali dan ditahan untuk digunakan oleh jaringan lain.
Pada banyak zat, laju filtrasi dan reabsorpsi relatif sangat tinggi terhadap
laju ekskresi. Oleh karena itu, pengaturan yang lemah terhadap filtrasi atau
reabsorpsi dapat menyebabkan perubahan yang relatif besar dalam ekskresi
ginjal. Sebagai contoh, kenaikan laju filtrasi gromerulus (GFR) yang hanya
10% (dari 180 menjadi 198 liter/hari) akan menaikan volume urine 13 kali
lipat (dari 1,5 menjadi 19,5 liter/hari) jika reabsorpsi tubulus tetap konstan.
d. Filtrasi Gromerulus
Filtrasi glomerulus adalah proses dimana sekitar 20% plasma yang masuk
ke kapiler glomerulus menembus kapiler untuk masuk ke ruang intertisium,
kemudian ke dalam kapsula Bowman. Pada ginjal yang sehat, sel darah merah
atau protein plasma hampir tidak ada yang mengalami filtrasi.
2. Ureter
Ureter adalah organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi
mengalirkan urine dari pielum ginjal ke dalam kandung kemih. Pada orang
dewasa, panjangnya kurang lebih 20 cm. Dindingnya terdiri atas mukosa
yang dilapisi oleh sel-sel transisional, otot-otot polos sirkuler dan longitudinal
yang dapat melakukan gerakan peristaltik (berkontraksi) guna mengeluarkan
urine ke kandung kemih.
Jika karena sesuatu sebab terjadi sumbatan pada aliran urine, terjadi
kontraksi otot polos yang berlebihan yang bertujuan untuk
mendorong/mengeluarkan sumbatan tersebut dari saluran kemih. Kontraksi
itu dirasakan sebagai nyeri kolik yang datang secara berkala, sesuai dengan
irama peristaltik ureter.
3. Kandung Kemih
Kandung kemih berfungsi menampung urine dari ureter dan kemudian
mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme miksi (berkemih). Dalam
menampung urine, kandung kemih mempunyai kapasitas maksimal, dimana
pada orang dewasa besarnya adalah ±300-450 ml. Pada saat kosong, kandung
kemih terletak di belakang simfisis pubis dan pada saat penuh berada di atas
simfisis sehingga dapat dipalpasi dan diperkusi.
Kandung kemih adalah organ berongga yang terdiri atas 3 lapis otot
detrusor yang saling beranyaman. Pada dinding kandung kemih terdapat 2
bagian yang besar. Ruangan yang berdinding otot polos adalah sebagai
berikut:
Pada dinding posterior kandung kemih, tepat di atas bagian leher dari
kandung kemih, terdapat daerah segitiga kecil yang disebut trigonum. Bagian
terendah dari apeks trigonum adalah bagian kandung kemih yang membuka
menuju leher masuk ke dalam uretra posterior dan kedua ureter memasuki
kandung kemih pada sudut tertinggi di trigonum.
Selain nervus pelvikus, terdapat dua tipe persarafan lain yang penting
untuk fungsi kandung kemih. Hal yang terpenting adalah serat otot lurik yang
berjalan melalui nervus pudendal menuju sfingter eksternus kandung kemih,
yang mempersarafi dan mengontrol sfingter otot lurik pada sfingter. Selain
itu, kandung kemih juga menerima saraf simpatis dari rangkaian simpatis
melalui nervus hipogastrikus, terutama hubungan dengan segmen L2 medula
spinalis. Serat simpatis ini mungkin terutama merangsang pembuluh darah
dan sedikit memengaruhi kontraksi kandung kemih. Beberapa serat saraf
sensorik juga berjalan melalui saraf simpatis dan mungkin penting dalam
menimbulkan sensasi rasa penuh dan pada beberapa keadaan terasa nyeri.
4. Uretra
Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urine keluar dari kandung
kemih melalui proses miksi. Secara anatomis uretra dibagi menjadi dua
bagian yaitu uretra posterior dan uretra anterior. Pada pria, organ ini berfungsi
juga dalam menyalurkan cairan mani.
Panjang uretra wanita kurang lebih 3-5 cm, sedangkan uretra pria dewasa
kurang lebih 23-25 cm. Perbedaan panjang inilah yang menyebabkan keluhan
hambatan pengeluaran urine lebih sering terjadi pada pria. Uretra posterior
pada pria terdiri atas uretra pars prostatika yaitu bagian uretra yang dilingkupi
oleh kelenjar prostat dan uretra pars membranasea. Pada bagian posterior
lumen uretra prostatika, terdapat suatu tonjolan veromontanum, dan di
sebelah proksimal dan distal dari verumontanum ini terdapat Krista uretralis.
Bagian akhir dari vas deferens yaitu kedua duktus ejakulatorius terdapat di
pinggir kiri dan kanan verumontanum, sedangkan sekresi kelenjar prostat
bermuara di dalam duktus prostatikus yang terbesar di uretra prostatika.
2.2 Definisi
infeksi saluran kemih (isk) adalah infeksi akibat berkembang
biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih,yang dalam keadaan
normal air kemih tidak mengandug bakteri,virus atau mikroorganisme lain,
infeksi saluran kemih dapat terjadi baik pada pria maupun wanita, pria
lebih sering menderita infeksi dari pada wanita (sudoyo Aru, dkk 2009).
Jenis infeksi saluran kemi, antra lain:
1. Kandung kemih (sititis)
2. Uretra (uretritis)
3. Prostat (prostatitis)
4. Ginjal (pielonefritus)
2.3 Klasifikasi
menurut letaknya:
I. Isk bawah
- Perempuan (sistitis presentasi klisnis infeksi kandung kemih
disertai bakteriuria bermakna).
- Sindrom uretra (SUA) presentasi klinis sistitis tampa di
temukan mikroorganisme (steril) sering dinamakan sisitis
bakterialis.
- Laki-laki sistitis ,epidimidis dan uretritis)
II. Isk atas
- pielonefritis akut (PNA) proses infeksi parenkim ginjal yang di
sebabkan infeksi bakteri.
- Pielonefritis kronis( PNK) kemungkinan akibat lanjut dari
infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil.
II.5 Patofisiologi
Secara normal, air kencing atau urine adalah steril alias bebas kuman.
Infeksi terjadi bila bakteri atau kuman yang berasal dari saluran cerna jalan-
jalan ke uretra atau ujung saluran kencing untuk kemudian berkembang biak
disana. Maka dari itu kuman yang paling sering menyebabkan ISK adalah
E.coli yang umum terdapat dalam saluran pencernaan bagian bawah.
Pertama-tama bakteri akan menginap di uretra dan berkembang biak
disana. Akibatnya, uretra akan terinfeksi yang kemudian disebut dengan nama
Urethritis. Jika kemudian bakteri naik ke atas menuju saluran kemih dan
berkembang biak disana maka saluran kemih akan terinfeksi yang kemudian
disebut dengan istilah Cystitis. Jika infeksi ini tidak diobati maka bakteri akan
naik lagi ke atas menuju ginjal dan menginfeksi ginjal yang dikenal dengan
istilah Pyelonephritis.
Mikroorganisme seperti Klamidia dan mikoplasma juga dapat
menyebabkan ISK namun infeksi yang diakibatkan hanya terbatas pada uretra
dan system reproduksi. Tidak seperti E.coli, kedua kuman ini menginfeksi
orang melalui perantara hubungan seksual.
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang mengatur keseimbangan
cairan tubuh dan elektrolit dalam tubh dan sebagai pengatur volume komposisi
kimia darah dengan mengekskresikan air yang dikeluarkan dalam bentuk urine
apabila berlebih. Diteruskan dengan ureter yang menyalurkan urine ke
kandung kemih. Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih atau urine bebas
dari mikroorganisme atau steril.
Infeksi saluran kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik
dalam traktus urinarius. Masuknya mikroorganisme kedalam saluran kemih
dapat melalui :
A. Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi
terdekat (ascending) yaitu :
Masuknya mikroorganisme ke dalam kandung kemih, antara lain :
factor anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek
daripada laki-laki sehingga terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan
urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus
urinarius (pemasangan kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
B. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal
dari flora normal usus. Dan hidup secara komersal di dalam introitus
vagina, prepusium penis, kulit perineum, dan di sekitar anus.
Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui uretra à prostate
à vas deferens à testis (pada pria) buli-buli à ureter, dan sampai ke
ginjal.
C. Hematogen
Sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga
mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen. Ada beberapa
hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehinggal
mempermudah penyebaran hematogen, yaitu adanya : bendungan total
urine yang dapat mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan
intrarenal akibat jaringan parut.
D. Limfogen
Pielonefritis (infeksi traktus urinarius atas) merupakan infeksi
bakteri pada ginjal, tubulus, dan jaringan interstisial dari salah satu
atau kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kemih melalui uretra dan
naik ke ginjal meskipun ginjal 20% sampai 25% curah jantung ;
bakteri jarang mencapai ginjal melalui aliran darah ; kasus penyebaran
secara hematogen kurang dari 3%. Pielonefritis akut biasanya terjadi
akibat infeksi kandung kemih asendens. Pielonefritis akut juga dapat
terjadi melalui infeksi hematogen. Infeksi dapat terjadi di satu atau di
kedua ginjal. Pielonefritis kronik dapat terjadi akibat infeksi berulang,
dan biasanya dijumpai pada individu yang mengidap batu, obstruksi
lain, atau refluks vesikoureter.
E. Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh
menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran
balik urine dari uretra ke dalam kandung kemih (refluks urtrovesikal),
kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.
F. Uretritis suatu inflamasi biasanya adalah suati infeksi yang menyebar
naik yang digolongkan sebagai general atau mongonoreal. Uretritis
gonoreal disebabkan oleh Neisseria gonorhoeae dan ditularkan melalui
kontak seksual. Uretritis non gonoreal : uretritis yang tidak
berhubungan dengan Neisseria gonorhoeae biasanya disebabkan oleh
Klamidia frakomatik atau urea plasma urelytikum.
a. ISK bagian bawah: biasanya ditandai dengan keluhan nyeri atau rasa
panas saat kencing, kencing sedikit-sedikit dan sering, rasa tidak
nyaman di atas tulang kemaluan (suprapubik).
b. ISK bagian atas: ditandai dengan keluhan nyeri atau rasa tidak
nyaman di pinggang, mual, muntah, lemah, demam, menggigil, sakit
kepala.
II.8 Penatalaksanaan
2.8.1 Non farmako
Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra
indikasi.
Perubahan pola hidup diantaranya
Membersihkan perineum dari depan ke belakang
Pakaian dalam dari bahan katun
Menghindari kopi, alkohol
2.8.2 Farmakologi
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens
antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus
urinarius dengan efek minimal terhadap flora fekal dan vagina. Infeksi
Saluran Kemih ( ISK ) pada usia lanjut dapat dibedakan atas:
1) Terapi antibodika dosis tunggal
2) Terapi antibiotika konvensional : 5-14 hari
3) Terapi antibiotika jangka lama : 4-6 minggu
4) Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko
kekambuhan infeksi.penggunaan medikasi yang umum mencakup:
sulfisoxazole (gastrisin), trimethoprim/sulfamethoxazole (tpm,smz,
bactrim, septra), kadang ampicilin atau amoksisilin digunakan,tetapi
E.Coli telah resisten terhadap bakteri ini. pyridium, suatu analgesic
urinarius juga dapat digunakan untuk mengurangi ketidak nyamanan
akibat infeksi. Dan dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai
kebutuhan untuk membilas mikroorganisme yang mungkin naik ke
uretra,untuk wanita harus membilas dari depan kebelakang untuk
menghindari kontaminasi lubang uretra oleh bakteri feces.
II.9 Komplikasi
1. Pembentukan Abses ginjal atau perirenal
2. Gagal ginjal
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Tn.I
Umur : 49 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
No. Registrasi : 14 96 64
Alamat : Jl. Komplek Bumi Berkat Sei. Besar RT.02 RW.01 Banjarbaru
B. Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri pada saat BAK dan pada daerah selangkangan
(Perineum).
Tahun 2010 klien pernah dirawat karena menderita penyakit malaria. Klien
juga memiliki riwayat penyakit hipertensi, namun tidak pernah memiliki
riwayat penyakit seperti DM. Klien juga tidak pernah mendapatkan tindakan
operasi maupun kecelakaan lalu lintas.
Menurut penuturan klien diantara keluarga klien tidak ada yang menderita
penyakit yang sama dengan klien. Namun, Ibunda klien memiliki riwayat
penyakit hipertensi dan tidak memiliki penyakit DM, Jantung, ataupun asma.
F. DATA PSIKOSOSIAL
Klien dapat berorientasi dengan baik terhadap perawat dan dokter. Klien
juga berupaya cepat pulih dan selama dirumah sakit klien ditunggui isteri
klien.
Menu
-Minum
Jenis
Jumlah
2. ELIMINASI 4-5 kali/hari 2 kali/hari
-BAK Kuning Jernih Kuning Keruh
Frekuensi 1 kali/hari 1 kali/hari
Warna
-BAB
Frekuensi
3. ISTIRAHAT DAN TIDUR - -
-Tidur Siang 8 jam/hari 5 jam/hari
-Tidur Malam
4. PERSONAL HYGIENE 2 kali/hari 2 kali/hari
-Mandi
5. AKTIVITAS DAN LATIHAN Mandiri Mandiri
-Mandi Mandiri Mandiri
-Berpakaian Mandiri Mandiri
-Mobilitas Mandiri (BAK) Mandiri (BAK)
-Toileting Mandiri (BAB) Mandiri (BAB)
6. SPIRITUAL Bisa Mandiri Tidak bisa sholat
-Sholat Bisa pada Bulan Ramadhan Tidak bisa puasa
-Puasa
RR : 25 kali/menit
N : 75 kali/menit
S : 35,5º C
- Head to Toe :
Kepala
Mata
Hidung
Mulut
Telinga
Leher
Thoraks
Kulit
Warna sawo matang, turgor kulit baik (dicubit 1-2 detik kembali),
tidak terdapat edema atau lesi.
Genital
Ekstremitas Atas-Bawah
Skala Otot :
Keterangan :
0 : Paralisis total.
a. Urine
b. Darah Lengkap
2. Terapi (Pengobatan)
a. Obat Suntik :
III. Intervensi
Diagnosa Nyeri
N Diagnosakeperaw Tujuan Intervensi
o atan
1. 210127 Ketidaknyamanan 1 3
2. 210108 Gangguankonsentrasi 1 3
3. Gangguandalamperasaanmengontrol 1 3
4. 210113 Gangguanpergerakanfisik 1 3
1. 210701 Frekuensimual 1 3
2. 210702 Intensitasmual 1 3
3. 210703 Distress mual 1 3
4. 210704 Frekuensimuntah 1 3
5. 210708 Intensitasmuntah 1 3
Fungsi Ginjal
3. 050406 Warnaurin 1 4
4. 050408 Ph Urine 1 3
5. 050430 Hematuria 1 3
6. 050430 Peningkatan protein urin 1 3
BAB 4
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk
mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy,
Ardaya, Suwanto, 2001)
Penyebab dari ISK yaitu
A. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
1) Pseudemonas, Proteus,klebsiella: penyebab ISK complicated
2) Escherichia coli:90% penyebab ISK uncomplicated
3) Enterobacter, Staphyloccoccus epidemidis, enterococci,dll.
B. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
1. Sisa urine dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
4.2 Saran
Dari kesimpulan yang ada maka kita sebagai perawat atau calon perawat
harus memahami secara detail tentang seluk beluk penyakit ISK sehingga kita
dapat melakukan asuhan keperawatan secara benar terhadap pasien dengan
ISK.
Dan untuk masyarakat setelah membaca makalah ini dapat berhati-hati
atau waspada terhadap gaya hidup ataupun lingkungannya karena dengan itu
ISK dapat menjangkit tubuh kita
DAFTAR PUSTAKA