Oleh:
RANIS RIYANTI
14901.06.19035
Mahasiswa
………………………..
……………………….. ………………………………..
Kepala Ruangan
…..…………………….
A. Anatomi Fisiologi
Cairan empedu biasanya normal pada individu yang sehat dengan anatomi bilier
yang normal. Bakteri dapat menginfeksi sistem saluran bilier yang steril melalui ampula
vateri (karena adanya batu yang melewati ampula), sfingterotomi atau pemasangan sten
(yang disebut kolangitis asending) atau bacterial portal, yaitu terjadinya translokasi
bakteri melalui sinusoid-sinusoid hepatik dan celah disse. Bakterobilia tidak dengan
sendirinya menyebabkan kolangitis pada individu yang sehat karena efek bilasan
mekanik aliran empedu, kandungan antibakteri garam empedu, dan produksi IgA. Namun
demikian, obstruksi bilier dapat mengakibatkan kolangitis akut karena berkurangnya
aliran empedu dan produksi IgA, menyebabkan gangguan fungsi sel kupffer dan rusaknya
celah membran sel sehingga menimbulkan refluks kolangiovena.
Respon terhadap
Ya Tidak Tidak
terapi
G. Manifestasi Klinis
Gejala klinik pada pasien kolangitis akut didapatkan:
1. Ikterus dan disertai demam, kadang-kadang menggigil
2. Fungsi hati menunjukkan tanda-tanda obstruksi yakni peningkatan yang
menyolok dari GGT atau fosfatase alkali. SGOT/SGPT dapat
meningkat.
3. Nyeri perut.
4. Trias yang klasik dari Charcot yakni demam, nyeri abdomen kuadran atas
dan icterus
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Uji laboratorium
Pemeriksaan darah rutin : leukosit è pada pasien dengan cholangitis 79%
memiliki sel darah putih melebihi 10.000/ml dengan angka rata rata 13.600.
pasien sepsis dapat leukopenik.
2. Ultrasonografi
Menunjukkan pelebaran saluran empedu. Ultrasonografi dapat membedakan
kolestasi extrahepati dan intrahepati dengan ketepattan 96% pada saluran empedu
yang melebar.
3. CT-Scan
Dapat mendeteksi batu saluran empedu sedikit lebih banyak dibandingkan dengan
ultrasonografi dan dpat juga menentukan setinggi apa dan penyebab obstruksi.
4. Pemeriksaan fungsi hati
Kemungkinan besar konsisten dengan cholangitis hiperbilirubinemia terdapat
SGOP dan SGPT biasanya sedikit meningkat.
5. Hasil urinalisis biasanya normal
Lipase : keterlibatan ductus choladochus bagian bawah dapat menimbulkan
pankreatitis dan peningkatan kadar lipase.
6. Endoscopi Retrograde Cholangio Pancreography (ERCO)
Merupakan pemeriksaan bersifat diagnostik dan terapeutik dan kriteria standart
pemeriksaan sistem bilier dengan tingkat keberhasilan 98%
7. Foto polos abdomen
8. Pada umumnya tidak banyak membantu pada diagnostik cholangitis akut . foto
polos abdoment dapat menunjukkan udara dalam saluran bilier setelah
endoskopi, apabila pasien mengalami cholestitis, emphysematosa cholangitis
ataupun fisula cholangitis ikterik.
I. Penatalaksanaan
Setiap pasien dengan ikterus apapun penyebabnya yang disertai demam harus diwaspadai
akan keberadaan cholangitis akut.
1. Pada pasien ini segra dilakukan pemeriksaan USG abdomen. USG adalah
tindakan yang pertama kali dilakukan untuk mengetaui batu empedu. Adanya
pelebaran saluran empedu baik ekstra maupun intra mengkonfirmasi adanya
cholangitis akut.
2. Lakukan ERCP untuk mengetahui penyebab obstruksi dan setinggi apa obstruksi
tersebut dan setinggi apa pada saluran empedu.
3. Pemeriksaan laboratorium menunujukkan leukositosi , peningkatan yang
menyolok dan fosfatase alkali GGT nilirubin, biasanya meningkat. Sebagian kecil
normal atau sedikit meningkat, SGOT?SGPT dapat meningkat.
4. Tindakan utama adalah melancarkan aliran bilier untuk mengatasi infeksi serta
untuk memperbaiki fungsi hati.
5. Pemilihan antibiotika secara tepat.
J. Komplikasi
Cholangitis yang tidak mendapatkan penanganan secara benar berpotensi
menyebabkan munculnya penyakit lain bahkan kematian. Beberapa komplikasi yang
dapat terjadi pada penderita cholangitis meliputi:
1. Abses hati.
2. Kambuhnya cholangitis dan berlangsung lama.
3. Gagal ginjal.
Asuhan Kerperawatan Secara Teori
1. Pengkajian
a. Identitas
Cholangitis cukup jarang terjadi, biasanya terjadi bersamaan dengan penyakit lain
yang menimbulkan obstruksi billier dan bactibilia missal setelah prosedur ERCP,
1-3% pasien mengalami cholangitis.
b. Keluhan utama pada penderita kolangitis, klien mengeluh nyeri perut kanan atas
nyeri tidak menjalar /menetap, nyeri pada saat menarik nafas dan nyeri seperti
ditusuk tusuk.
c. Riawayat penyakit
1) Riwayat penyakit dahulu
Riwayat medis pasien mungkin dapat membantu contohnya riwayat dari
keadaan berikut dapat meningkatkan resiko cholangitis
- Batu kandung empedu atau batu saluran empedu
- Pasca cholecystectomy
- Manipula endoskopik atau ERCP cholangiogram
- Riwayat cholangitis sebelumnya
- Riwayat HIV/AIDS: choalngitis yang berhubungan dengan aids
memliki cirri edema bilier ekstrahepatik ulserasi dan obstruksi bilier
2) Riwayat penyakit sekarang
Banyak pasien yang dating dengan ascending cholangitis tidak memiliki
gejala klasik tersebut. Sebagian besar pasien mengeluh nyeri abdomen
kuadran lateral atas. Gejala lain yang dapat terjadi meliputi: jaundice,
d. Pemeriksaan fisik
a) System pernafasan
Inspeksi : dada tampak, pernafasan dangkal klien tampak gelisah
Palpasi : vocal vremitus teraba merata
Perkusi : sonor
Auskultasi : tidak terdapat suara tambahan (ronchi, wheezing)
b) System kardiovaskuler
Terdapat takikardi dan diaphoresis
c) System neurologi
Tidak terdapat gangguan pada system neurologi
d) Simtem pencernaan
Inspeksi : tampak ad distensi abdomen diperut kanan atas klien
mengeluh mual muntah
Auskultasi : peristaltic usus 5-12x / menit flatulensi
Perkusi : adanya pembengkakan di abdomen atas/ kuadran kanan atas
nyeri tekan epigastrium
e) System eliminasi
Warna urine lebih pekat dan warna feses seperti tanah liat
f) System integument
Terdapat ikterik/jaundice dengan kulit berkeringat dan gatal
g) System musculoskeletal
Terdapat kelemahan otot karena gangguan produksi ATP
f. Diagnose keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan distensi kandung kemih
2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi
3. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan mual muntah
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan iritasi lumen
5. Dehidrasi berhubungan dengan mual muntah
Daftar pustaka