Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS SOP (SPACE OCCUPYING PROCCES) CEREBRI DI

RUANG 17 RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

Oleh :

MAHARANI H

(14901.06.19016)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

STIKES HAFSHWATY PESANTREN ZAINUL HASAN

GENGGONG - PROBOLINGGO

2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS SOP (SPACE OCCUPYING PROCCES) CEREBRI DI

RUANG 17 RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

Malang , Desember 2019


Mahasiswa

Pembimbing Ruangan Pembimbing


Akademik

Kepala Ruangan

2
ANATOMI FISIOLOGI

Tengkorak
Tulang tengkorak merupakan struktur tulang yang menutupi dan
melindungi otak, terdiri dari tulang kranium dan tulang muka. Tulang
kranium terdiri dari 3 lapisan : lapisan luar, etmoid dan lapisan dalam.
Lapisan luar dan dalam merupakan struktur yang kuat sedangkan etmoid
merupakan struktur yang menyerupai busa. Lapisan dalam membentuk
rongga/fosa; fosa anteroir didalamnya terdapat lobus frontalis, fosa tengah
berisi lobus temporalis, parientalis, oksipitalis, fosa posterior berisi otak
tengah dan sereblum.
Otak
Otak terdiri dari 3 bagian, antara lain yaitu :

a. Cerebrum
Serebrum atau otak besar terdiri dari 2 bagian, hemipherium serebri
kanan dan kiri. Setiap henispher dibagi dalam 4 lobus yang terdiri
dari lobus frontal, oksipital, temporal, dan pariental. Yang masing-
masing lobus memiliki fungsi yang berbeda, yaitu :
1) Lobus frontalis
Lobus frontalis pada korteks serebri terutama
mengendalikan keahlian motorik misalnya menulis,
memainkan alat musik atau mengikat tali sepatu. Lobus
frontalis juga mengatur ekspresi wajah dan isyarat tangan.
2) Lobus parientalis
Lobus parietalis pada korteks serebri menggabungkan
kesan dari bentuk, tekstur dan berat badan ke dalam
persepsi umum. Lobus parietalis juga membantu
mengarahkan posisi pada ruang di sekitarnya dan
merasakan posisi dari bagian tubuhnya. Kerusakan kecil di

3
bagian depan lobus parietalis menyebabkan mati rasa pada
sisi tubuh yang berlawanan.
3) Lobus temporalis
Lobus temporalis mengolah kejadian yang baru saja terjadi
menjadi dan mengingatnya sebagai memori jangka panjang.
Lobus temporalis juga memahami suara dan gambaran,
menyimpan memori dan mengingatnya kembali serta
menghasilkan jalur emosional.
4) Lobus oksipital
Fungsinya untuk visual center. Kerusakan pada lobus ini
otomatis akan kehilangan fungsi dari lobus itu sendiri yaitu
penglihatan.
b. Cereblum
Terdapat dibagian belakang kranium menepati fosa serebri posterior
dibawah lapisan durameter. Cereblum mempunyai aksi yaitu :
merangsang dan menghambat serta mempunyai tanggung jawab
yang luas terhadap koordinasi dan gerakan halus. Ditambah
mengontrol gerakan yang benar, keseimbangan posisi dan
mengintegrasikan input sensori.

c. Brainstem
Batang otak terdiri dari otak tengah, pons dan medula oblomata.
Otak tengah midbrain/ensefalon menghubungkan pons dan
sereblum dengan hemisfer sereblum. Bagian ini berisi jalur sensorik
dan motorik, sebagai pusat reflek pendengaran dan penglihatan.

A. DEFINISI
SOP (Space Occupying Procces) merupakan generalisasi masalah
tentang adanya lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak.
Banyak penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio
serebri, hematoma, infark, abses otak dan tumor intracranial (Long C , 1996 :
130). Tumor otak adalah sebuah lesi terletak pada intrakranial yang
menempati ruang di dalam tengkorak (Brunner & Suddarth, 2002).
Karena cranium merupakan tempat yang kaku dengan volume yang
terfiksasi maka lesi-lesi ini akan meningkatkan tekanan intracranial. Suatu
lesi yang meluas pertama kali diakomodasi dengan cara mengeluarkan
cairan serebrospinal dari rongga cranium. Akhirnya vena mengalami
kompresi, dan gangguan sirkulasi darah otak dan cairan serebrospinal mulai

4
timbul dan tekanan intracranial mulai naik. Kongesti venosa menimbulkan
peningkatan produksi dan penurunan absorpsi cairan serebrospinal dan
meningkatkan volume dan terjadi kembali hal-hal seperti diatas.
Posisi tumor dalam otak dapat mempunyai pengaruh yang dramatis
pada tanda-tanda dan gejala. Misalnya suatu tumor dapat menyumbat aliran
keluar dari cairan serebrospinal atau yang langsung menekan pada vena-
vena besar, meyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intracranial dengan
cepat. Tanda-tanda dan gejala memungkinkan dokter untuk melokalisirlesi
akan tergantung pada terjadinya gangguan dalam otak serta derajat
kerusakan jaringan saraf yang ditimbulkan oleh lesi. Nyeri kepala hebat,
kemungkinan akibat peregangan durameter dan muntah-muntah akibat
tekanan pada batang otak merupakan keluhan yang umum.

B. ETIOLOGI
Penyebab tumor otak belum diketahui pasti, tapi dapat diperkirakan karena :
1. Genetik
Tumor susunan saraf pusat primer merupakan komponen besar dari
beberapa gangguan yang diturunkan sebagi kondisi autosomal, dominant
termasuk sklerasis tuberose, neurofibromatosis.
2. Kimia dan Virus
Pada binatang telah ditemukan bahwa karsinogen kimia dan virus
menyebabkan terbentuknya neoplasma primer susunan saraf pusat tetapi
hubungannya dengan tumor pada manusia masih belum jelas.
3. Radiasi
Pada manusia susunan saraf pusat pada masa kanak-kanak
menyebabkan terbentuknya neoplasma setelah dewasa.

4. Trauma
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma
selaput otak). Pengaruh trauma pada patogenesis neoplasma susunan
saraf pusat belum diketahui.

C. KLASIFIKASI
Tumor otak ada bermacam-macam menurut Price, Sylvia Ardeson,2000,
yaitu:

5
a. Glioma adalah tumor jaringan glia (jaringan penunjang dalam system
saraf pusat (misalnya euroligis), bertanggung jawab atas kira-kira 40
sampai 50 % tumor otak.
b. Tumor meningen (meningioma) merupakan tumor asal meningen, sel-
sel mesofel dan sel-sel jaringan penyambung araknoid dan dura dari
paling penting.
c. Tumor hipofisis berasal dari sel-sel kromofob, eosinofil atau basofil dari
hipofisis anterior
d. Tumor saraf pendengaran (neurilemoma) merupakan 3 sampai 10 %
tumor intrakranial. Tumor ini berasal dari sel schawan selubung saraf.
e. Tumor metastatis adalah lesi-lesi metastasis merupakan kira-kira 5-10
% dari seluruh tumor otak dan dapat berasal dari sembarang tempat
primer.
f. Tumor pembuluh darah antara lain :
1) Angioma adalah pembesaran massa pada pembuluh darah
abnormal yang didapat didalam atau diluar daerah otak. Tumor ini
diderita sejak lahir yang lambat laun membesar.
2) Hemangiomablastoma adalah neoplasma yang terdiri dari unsur-
unsur vaskuler embriologis yang paling sering dijumpai dalam
serebelum
3) Sindrom non hippel-lindan adalah gabungan antara
hemagioblastoma serebelum, angiosmatosis retina dan kista ginjal
serta pancreas.
g. Tumor congenital (gangguan perkembangan). Tumor kongenital yang
jarang antara lain kondoma, terdiri atas sel-sel yang berasal dari sisa-
sisa horokoida embrional dan dijumpai pada dasar tengkorak.

D. PATOFISIOLOGI
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis progresif yang
disebabkan oleh dua faktor yaitu gangguan fokal oleh tumor dan kenaikan
tekanan intracranial (TIK). Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan
pada jaringan otak dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak
dengan kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang
tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Akibatnya terjadi kehilangan

6
fungsi secara akut dan dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskular
primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron
akibat kompresi, invasi, dan perubahan suplai darah ke dalam jaringan otak.
Peningkatan TIK dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti
bertambahnya massa dalam tengkorak, edema sekitar tumor, dan perubahan
sirkulasi CSS. Tumor ganas menyebabkan edema dalam jaringan otak yang
diduga disebabkan oleh perbedaan tekanan osmosis yang menyebabkan
penyerapan cairan tumor. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh
kerusakan sawar di otak, menimbulkan peningkatan volume intracranial dan
meningkatkan TIK.
Peningkatan TIK membahayakan jiwa jika terjadi dengan cepat.
Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan
untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila tekanan
intracranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini meliputi volume darah
intrakranial, volum CSS, kandungan cairan intrasel, dan mengurangi sel-sel
parenkim otak. Kenaikan tekanan yang tidak diatasi akan mengakibatkan
herniasi untuk serebellum.
Herniasi unkus timbul jika girus medialis lobus temporalis bergeser ke
inferior melalui insisura tentorial karena adanya massa dalam hemisfer otak.
Herniasi menekan mesensefalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan
menekan saraf otak ke-3. Pada herniasi serebellum, tonsil serebellum tergeser
ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior.
Kompresi medulla oblongata dan terhentinya pernapasan terjadi
dengan cepat. Perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat peningkatan
intrakranial yang cepat adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik, dan
gangguan pernapasan.

E. MANIFESTASI KLINIS
a. Sakit kepala
Sakit kepala merupakan gejala umum yang paling sering dijumpai
pada penderita tumor otak. Rasa sakit dapat digambarkan bersifat dalam
dan terus menerus, tumpul dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri ini
paling hebat pada pagi hari dan lebih menjadi lebih hebat oleh aktivitas
yang biasanya meningkatkan TIK seperti membungkuk, batuk, mengejan

7
pada waktu BAB. Nyeri sedikit berkurang jika diberi aspirin dan kompres
dingin pada tempat yang sakit.
b. Nausea dan muntah
Terjadi sebagai akibat rangsangan pusat muntah pada medulla
oblongata. Muntah paling sering terjadi pada anak-anak berhubungan
dengan peningkatan TIK diserta pergeseran batang otak. Muntah dapat
terjadoi tanpa didahului nausea dan dapat proyektif.
c. Papiledema
Disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan pembengkakan
papilla nervioptist. Bila terlihat pada pemeriksaan funduskopi akan
mengingatkan pada kenaikan TIK. Seringkali sulit untuk menggunakan
tanda ini sebagai diagnosis tumor otak oleh karena pada beberapa
individu fundus tidak memperlihatkan edema meskipun TIK tidak amat
tinggi. Dalam hubungannya dengan papiledema mungkin terjadi
beberapa gangguan penglihatan. Ini termasuk pembesaran bintik buta
dan amaurusis fugun (perasaan berkurangnya penglihatan).
d. Gejala fokal
Tanda-tanda dan gejala-gejala tumor otak antara lainnya juga
terjadi, tetapi ini lebih cenderung mempunyai nilai melokalisasi :
1) Tumor korteks motorik, memanifestasikan diri dengan menyebabkan
gerakan seperti kejang yang terletak pada satu sisi tubuh yang
disebut Kejang Jacksonian.
2) Tumor lobus oksipital menimbulkan gejala visual, hemiaropsia
humunimus kontralateral (hilangnya penglihatan pada setengah
lapang pandang, pada sisi yang berlawanan dari tumor) dan
halusinasi penglihatan.
3) Tumor serebelum, menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan
keseimbangan) atau gaya berjalan yang sempoyongan dengan
kecenderungan jatuh ke sisi yang lesi, otot-otot tidak terkoordinasi
dan nistagmus (gerakan mata berirama tidak disengaja) biasanya
menunjukkan gerakan horizontal.
4) Tumor lobus frontal sering menyebabkan gangguan kepribadian
perubahan status emosional dan tingkah laku, dan disintegrasi
perilaku mental. Pasien sering menjadi ekstrem yang tidak teratur
dan kurang merawat diri dan menggunakan bahasa cabul.

8
5) Tumor sudut serebroponsin biasanya diawali pada sarung saraf
akustik dan member rangkaian gejala yang timbul dengan semua
karakteriatik gejala pada tumor otak :
a) Pertama, tinnitus dan kelihatan vertigo, diikuti terjadinya tuli
(saraf cranial-8)
b) Berikutnya kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan lidah (saraf
cranial-5)
c) Selanjutnya, terjadi kelemahan atau paralisis (saraf cranial-7)
d) Akhirnya, karena pembesaran tumor menekan serebelum,
mungkin ada abnormalitas pada fungsi motorik.
e. Tumor ventrikel dan hipotalamus mengakibatkan somnolensia, diabetes
insipidus, obesitas, dan gangguan pengaturan suhu.
f. Tumor intrakranial dapat menghasilkan gangguan kepribadian, konfusi,
gangguan fungsi bicara dan gangguan gaya berjalan.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. CT Scan, memberikan informasi spesifik yang menyangkut jumlah
ukuran dan kepadatan jejas tumor dan meluasnya tumor serebral
sekunder, selain itu alat ini juga member informasi tentang system
ventrikuler.
b. MRI, digunakan untuk menghasilkan deteksi jejas yang kecil, membantu
dalam mendeteksi tumor didalam batang otak dan daerah hipofisis.
c. Biopsi stereotaktik bantuan computer (3 dimensi) dapat digunakan untuk
mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberikan
dasadasarpengobatan dan informasi prognosis.
d. Angiografi serebral, memberikan gambaran pembuluh darah serebral
dan letak tumor serebral.
e. EEG, dapat mendekati gelombang otak abnormal pada daerah yang
ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus
temporal pada waktu kejang.
f. Penelitian sitologis pada CSF, untuk mendekati sel-sel ganas, karena
tumor-tumor pada system saraf pusat mampu menggusur sel-sel ke
dalam cairan serebrospinal.

9
g. Ventriculogram / Arteriografi, apabila diagnose yang diduga sedemikian
rumitnya sehingga pungsi spinal atau pungsi lumbal tidak bias dilakukan
karena kontra indikasi peningkatan TIK.

G. PENATALAKSANAAN
Orang dengan tumor otak memiliki beberapa pilihan pengobatan. Tergantung
pada jenis dan stadium tumor, pasien dapat diobati dengan operasi
pembedahan, radioterapi, atau kemoterapi. Beberapa pasien menerima
kombinasi dari perawatan diatas (Barbara L. Bullock 2000).
1. Pembedahan
Pembedahan adalah pengobatan yang paling umum untuk tumor
otak. Tujuannya adalah untuk mengangkat sebanyak tumor dan
meminimalisir sebisa mungkin peluang kehilangan fungsi otak.Operasi untuk
membuka tulang tengkorak disebut kraniotomi. Hal ini dilakukan dengan
anestesi umum. Sebelum operasi dimulai, rambut kepala dicukur. Ahli bedah
kemudian membuat sayatan di kulit kepala menggunakan sejenis gergaji
khusus untuk mengangkat sepotong tulang dari tengkorak. Setelah
menghapus sebagian atau seluruh tumor, ahli bedah menutup kembali
bukaan tersebut dengan potongan tulang tadi, sepotong metal atau bahan.
Ahli bedah kemudian menutup sayatan di kulit kepala. Beberapa ahli bedah
dapat menggunakan saluran yang ditempatkan di bawah kulit kepala selama
satu atau dua hari setelah operasi untuk meminimalkan akumulasi darah atau
cairan.
Efek samping yang mungkin timbul pasca operasi pembedahan
tumor otak adalah sakit kepala atau rasa tidak nyaman selama beberapa hari
pertama setelah operasi. Dalam hal ini dapat diberikan obat sakit kepala.
Masalah lain yang kurang umum yang dapat terjadi adalah menumpuknya
cairan cerebrospinal di otak yang mengakibatkan pembengkakan otak
(edema). Biasanya pasien diberikan steroid untuk meringankan
pembengkakan. Sebuah operasi kedua mungkin diperlukan untuk
mengalirkan cairan. Dokter bedah dapat menempatkan sebuah tabung,
panjang dan tipis (shunt) dalam ventrikel otak. Tabung ini diletakkan di bawah
kulit ke bagian lain dari tubuh, biasanya perut. Kelebihan cairan dari otak
dialirkan ke perut. Kadang-kadang cairan dialirkan ke jantung sebagai
gantinya.

10
Infeksi adalah masalah lain yang dapat berkembang setelah
operasi (diobati dengan antibiotic). Operasi otak dapat merusak jaringan
normal. kerusakan otak bisa menjadi masalah serius. Pasien mungkin
memiliki masalah berpikir, melihat, atau berbicara. Pasien juga mungkin
mengalami perubahan kepribadian atau kejang. Sebagian besar masalah ini
berkurang dengan berlalunya waktu. Tetapi kadang-kadang kerusakan otak
bisa permanen. Pasien mungkin memerlukan terapi fisik, terapi bicara, atau
terapi kerja.
2. Radiosurgery stereotactic
Radiosurgery stereotactic adalah tehnik "knifeless" yang lebih
baru untuk menghancurkan tumor otak tanpa membuka tengkorak. CT scan
atau MRI digunakan untuk menentukan lokasi yang tepat dari tumor di otak.
Energi radiasi tingkat tinggi diarahkan ke tumornya dari berbagai sudut untuk
menghancurkan tumornya. Alatnya bervariasi, mulai dari penggunaan pisau
gamma, atau akselerator linier dengan foton, ataupun sinar proton.
Kelebihan dari prosedur knifeless ini adalah memperkecil
kemungkinan komplikasi pada pasien dan memperpendek waktu pemulihan.
Kekurangannya adalah tidak adanya sample jaringan tumor yang dapat
diteliti lebih lanjut oleh ahli patologi, serta pembengkakan otak yang dapat
terjadi setelah radioterapi.
Kadang-kadang operasi tidak dimungkinkan. Jika tumor terjadi di
batang otak (brainstem) atau daerah-daerah tertentu lainnya, ahli bedah tidak
mungkin dapat mengangkat tumor tanpa merusak jaringan otak normal.
Dalam hal ini pasien dapat menerima radioterapi atau perawatan lainnya.
3. Radioterapi
Radioterapi menggunakan X-ray untuk membunuh sel-sel tumor.
Sebuah mesin besar diarahkan pada tumor dan jaringan di dekatnya.
Mungkin kadang radiasi diarahkan ke seluruh otak atau ke syaraf tulang
belakang.
Radioterapi biasanya dilakukan sesudah operasi. Radiasi
membunuh sel-sel tumor (sisa) yang mungkin tidak dapat diangkat melalui
operasi. Radiasi juga dapat dilakukan sebagai terapi pengganti operasi.
Jadwal pengobatan tergantung pada jenis dan ukuran tumor serta usia
pasien. Setiap sesi radioterapi biasanya hanya berlangsung beberapa menit.
4. Kemoterapi

11
Kemoterapi yaitu penggunaan satu atau lebih obat-obatan untuk
membunuh sel-sel kanker. Kemoterapi diberikan secara oral atau dengan
infus intravena ke seluruh tubuh. Obat-obatan biasanya diberikan dalam 2-4
siklus yang meliputi periode pengobatan dan periode pemulihan.
Dua jenis obat kemoterapi, yaitu: temozolomide (Temodar) dan
bevacizumab (Avastin), baru-baru ini telah mendapat persetujuan untuk
pengobatan glioma ganas. Mereka lebih efektif, dan memiliki efek samping
lebih sedikit jika dibandingkan dengan obat-obatan kemo versi lama.
Temozolomide memiliki keunggulan lain, yaitu bisa secara oral.
Untuk beberapa pasien dengan kasus kanker otak kambuhan, ahli
bedah biasanya melakukan operasi pengangkatan tumor dan kemudian
melakukan implantasi wafer yang mengandung obat kemoterapi. Selama
beberapa minggu, wafer larut, melepaskan obat ke otak. Obat tersebut
kemudian membunuh sel kankernya.

H. KOMPLIKASI
a. Ganguan Fungsi Luhur
Komplikasi tumor otak yang paling ditakuti selain kematian adalah
gangguan fungsi luhur. Gangguan ini sering diistilahkan dengan
gangguan kognitif dan neurobehavior sehubungan dengan kerusakan
fungsi pada area otak yang ditumbuhi tumor atau terkena pembedahan
maupun radioterapi.
Neurobehavior adalah keterkaitan perilaku dengan fungsi kognitif
dan lokasi / lesi tertentu di otak. Pengaruh negatif tumor otak adalah
gangguan fisik neurologist, gangguan kognitif, gangguan tidur dan mood,
disfungsi seksual serta fatique.
Gangguan kognitif yang dialami pasien tumor otak bisa dievaluasi
dengan berbagai tes. Di antaranya adalah Sickness Impact Profile,
Minesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI), dan Mini mental State
Examination (MMSE). Komponen kognitif yang dievaluasi adalah
kesadaran, orientasi lingkungan, level aktivitas, kemampuan bicara dan
bahasa, memori dan kemampuan berpikir, emosional afeksi serta
persepsi.
b. Ganguan Wicara
Gangguan wicara sering menjadi komplikasi pasien tumor otak.
Dalam hal ini kita mengenal istilah disartria dan aphasia. Disartria adalah

12
gangguan wicara karena kerusakan di otak atau neuromuscular perifer
yang bertanggung jawab dalam proses bicara. Tiga langkah yang menjadi
prinsip dalam terapi disartria adalah meningkatkan kemampuan verbal,
mengoptimalkan fonasi, serta memperbaiki suara normal.
Afasia merupakan gangguan bahasa, bisa berbentuk afasia
motorik atau sensorik tergantung dari area pusat bahasa di otak yang
mengalami kerusakan. Fungsi bahasa yang terlibat adalah kelancaran
(fluency), keterpaduan (komprehensi) dan pengulangan (repetitif).
Pendekatan terapi untuk afasia meliputi perbaikan fungsi dalam
berkomunikasi, mengurangi ketergantungan pada lingkungan dan
memastikan sinyal-sinyal komunikasi serta menyediakan peralatan yang
mendukung terapi dan metode alternatif. Terapi wicara terdiri atas dua
komponen yaitu bicara prefocal dan latihan menelan.
c. Gangguan Pola Makan
Disfagi merupakan komplikasi lain dari penderita ini yaitu
ketidakmampuan menelan makanan karena hilangnya refleks menelan.
Gangguan bisa terjadi di fase oral, pharingeal atau oesophageal.
Komplikasi ini akan menyebabkan terhambatnya asupan nutrisi bagi
penderita serta berisiko aspirasi pula karena muntahnya makanan ke
paru. Etiologi yang mungkin adalah parese nervus glossopharynx dan
nervus vagus. Bisa juga karena komplikasi radioterapi.
Diagnosis ditegakkan dengan videofluoroscopy. Gejala ini sering
bersamaan dengan dispepsia karena space occupying process dan
kemoterapi yang menyebabkan hilangnya selera makan serta iritasi
lambung. Terapi untuk gejala ini adalah dengan sonde lambung untuk
pemberian nutrisi enteral, stimulasi, dan modifikasi kepadatan makanan
(makanan yang dipilih lebih cair/lunak).
d. Kelemahan Otot
Kelemahan otot pada pasien tumor otak umumnya dan yang
mengenai saraf khususnya ditandai dengan hemiparesis, paraparesis dan
tetraparesis. Pendekatan terapi yang dilakukan menggunakan prinsip
stimulasi neuromusculer dan inhibisi spastisitas. Cara lain adalah dengan
EMG biofeedback, latihan kekuatan otot, koordinasi endurasi dan
pergerakan sendi.

13
e. Ganguan Penglihatan Dan Pendengaran
Tumor otak yang merusak saraf yang terhubung ke mata atau
bagian dari otak yang memproses informasi visual (visual korteks) dapat
menyebabkan masalah penglihatan, seperti penglihatan ganda atau
penurunan lapang pandang.Tumor otak yang mempengaruhi saraf
pendengaran - terutama neuromas akustik - dapat menyebabkan
gangguan pendengaran di telinga pada sisi yang terlibat otak.
f. Stroke
Seseorang dengan stroke memiliki gangguan dalam suplai darah
ke area otak, yang menyebabkan otak tidak berfungsi. Otak sangat
sensitif terhadap setiap gangguan dalam aliran darah. Sel-sel otak mulai
mati dalam beberapa menit kehilangan pasokan oksigen dan glukosa.
Para gangguan aliran darah dapat terjadi oleh salah satu dari dua
mekanisme, yaitu hemorrhagic stroke disebabkan oleh perdarahan dari
pembuluh darah kecil yang memasok darah ke otak dan Stroke iskemik
disebabkan oleh bekuan darah yang menghalangi aliran darah melalui
arteri yang memasok darah ke otak. Ada dua jenis stroke iskemik: Stroke
trombotik stroke dan emboli. stroke trombotik disebabkan oleh gumpalan
darah yang terbentuk di dalam arteri otak. stroke emboli disebabkan oleh
gumpalan darah yang terbentuk di luar pembuluh darah otak, kemudian
gumpalan darah itu berjalan melaui aliran darah dan sampai pada
pembuluh darah otak, gumpalan darah ini selanjutnya menyumbat suplay
darah ke otak.
Pada tumor otak, komplikasi stroke yang timbul dapat berupa
Hemorrhagic stroke yang terjadi akibat pecahnya pembuluh darah otak
yang tertekan akibat pembesaran tumor.
g. Epilepsi
Kejadian sekitar 30% dari tumor otak. Alasannya sebagian besar
disebabkan karena rangsangan langsung atau represi dari tumor yang
menyebabkan ganguan listrik pada otak dan juga tumor otak dapat
menyebabkan iritasi pada otak yang dapat menyebabkan kejang
h. Depresi
Depresi dapat disebabkan karena tumor pada pusat emosi
(system limbic) atau karena keadaan klinis yang disebabkan oleh tumor
tersebut, Gejala yang timbul dapat berupa menangis terus-menerus,

14
kesedihan yang mendalam, social withdrawal, Mudah marah, kecemasan,
penurunan libido, gangguan tidur, tingkah laku yang tidak wajar. Dapat
juga karena efek steroid : mood and sleep changes, ganguan bipolar
(manicdepression).
i. Hidrosephalus
Hidrosephalus terjadi apabila tumor yang terbentuk menghalangi
aliran LCS, akibatnya aliran LCS akan terhambat dan mengakibatkan
terbentuknya hidrosephalus. Selain itu peningkatan tekanan intrakranial
juga dapat menghambat aliran LCS.
j. Cerebral Hernia
Cerebral hernia adalah kondisi, progresif fatal di mana otak
terpaksa melalui pembukaan dalam tengkorak.Tumor otak akan
menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial, yang kemudian
menyebabkan penggeseran parenkim otak ke foramen Magnum atau
transtentorial
k. Ganguan Seksualitas
Tumor otak sendiri dapat mempengaruhi seksualitas, terutama jika
tumor melibatkan daerah otak yang mengontrol pelepasan hormon yang
mempengaruhi libido, termasuk estrogen, progesteron testosteron, dan.
Daerah-daerah yang sama dari otak dapat rusak oleh terapi radiasi, yang
yang dapat juga mengurangi kesuburan dan libido selain itu dapat pula
menyababkan menopouse dini.
l. Terbentuknya Gumpalan Darah
Adanya Tumor otak mempunyai resiko tinggi terjadinya
pembekuan darah. Pembekuan ini disebut "trombosis vena dalam" (DVT)
dan terjadi di pembuluh darah kaki. Gejala yang DVT meliputi nyeri betis,
bengkak, dan perubahan warna kaki, meskipun itu DVT juga bisa terjadi
tanpa gejala. Bahaya itu DVT adalah bahwa mereka dapat pecah dan
dibawa oleh aliran darah ke paru-paru, di mana mereka menyebabkan
"thromboemboli paru" (PTE) pembekuan darah di arteri paru.

15
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI TUMOR OTAK

3.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan yang menyeluruh dan akurat sangat penting
dalam merawat pasien yang memiliki masalah saraf. Perawat perlu waspada
terhadap berbagai perubahan yang kadang samar dalam kondisi pasien yang
mungkin menunjukkan perburukan kondisi.
3.1.1 Anamnesa
1. Data Demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur,
agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin,
status perkawinan, dan penanggung biaya.
2. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh nyeri kepala yang hilang timbul dan
durasinya makin meningkat
3. Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluh nyeri kepala saat perubahan posisi dan dapat
meningkat dengan aktivitas, vertigo, muntah proyektil, perubahan

16
mental seperti disorientasi, letargi, papiledema, penurunan tingkat
kesadaran, penurunan penglihatan atau penglihatan double,
ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia), hilangnya
ketajaman atau diplopia.
4. Riwayat penyakit dahulu
Klien pernah mengalami pembedahan kepala atau trauma kepala
5. Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin
ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat
keluarga dengan tumor kepala.
6. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental,
kesulitan mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan
hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya
perubahan peran.
3.1.2 Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )
Pemeriksaan fisik pada klien dengan tomor otak meliputi pemeriksaan
fisik umum per system dari observasi keadaan umum, pemeriksaan
tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder),
B5 (Bowel), dan B6 (Bone).
1. Pernafasan B1 (Breath)
Adanya peningkatan irama pernafasan (pola napas tidak teratur) dan
sesak napas terjadi karena tumor mendesak otak sehingga hermiasi
dan kompresi medulla oblongata. Bentuk dada dan suara napas klien
normal, tidak menunjukkan batuk, adanya retraksi otot bantu napas,
dan biasanya memerlukan alat bantu pernapasan dengan kadar
oksigen 2 LPM.
2. Kardiovaskular B2 (Blood)
Desak ruang intracranial akan menyebabkan peningkatan tekanan
intracranial sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
Selain itu terjadi ketidakteraturan irama jantung (irreguler) dan
bradikardi. Klien tidak mengeluhkan nyeri dada, bunyi jantung
normal, akral hangat, nadi bradikardi.
3. Persyarafan B3 (Brain)
a. Penglihatan (mata) : Penurunan penglihatan, hilangnya
ketajaman atau diplopia.
b. Pendengaran (telinga): Terganggu bila mengenai lobus temporal

17
c. Penciuman (hidung) : Mengeluh bau yang tidak biasanya, pada
lobus frontal
d. Pengecapan (lidah) : Ketidakmampuan sensasi (parathesia atau
anasthesia)
1) Afasia : Kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa,
kemungkinan ekspresif atau kesulitan berkata-kata, reseotif
atau berkata-kata komprehensif, maupun kombinasi dari
keduanya.
2) Ekstremitas : Kelemahan atau paraliysis genggaman tangan
tidak seimbang, berkurangnya reflex tendon.
3) GCS : Skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran
pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak)
dengan menilai respon pasien terhadap rangsangan yang
diberikan.
Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan
rentang angka 1– 6 tergantung responnya yaitu :
a) Eye (respon membuka mata)
(4):Spontan
(3):Dengan rangsang suara (suruh pasien membuka
mata).
(2):Dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri,
misalnya menekan kuku jari)
(1): Tidak ada respon
b) Verbal (respon verbal)
(5) : Orientasi baik
(4) : Bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya
berulang-ulang ) disorientasi tempat dan waktu.
(3) : Kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata
masih jelas, namun tidak dalam satu kalimat. Misalnya
“aduh…, bapak…”)
(2) : Suara tanpa arti (mengerang)
(1) : Tidak ada respon
c) Motor (respon motorik)
(6):Mengikuti perintah
(5):Melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan
stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(4):Withdraws (menghindar/menarik ekstremitas atau
tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri)

18
(3):Flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi
kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi rangsang
nyeri).
(2):Extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi
di sisi tubuh, dengan jari mengepal & kaki extensi saat
diberi rangsang nyeri).
(1):Tidak ada respon
Berdasarkan Fokal
Tumor Lobus Frontalis
a. Gangguan keperibadian dan mental seperti apatis,kesukaran
dalam pandangan ke depan, regresi dalam tingkah laku
social
b. Graps refleks (reflek memegang)
c. Spasme tonik pada jari-jari kaki atau tangan
d. Kejang fokal atau wajah
e. Todd’s paralisis
f. Afasia motorik
g. Jika terjadi di traktus kortikospinalis :hemiparesis sampai
hemiplegia kontralateral lesi
h. Sindrom foster kennedy
Tumor lobus temporalis
a. Kajang parsiil
b. Movement motoric automatic
c. Nyeri epigastrium
d. Perasaan fluttering di epigastrik atau toraks
e. Dejavu
Tumor lobus parietalis
a. Astereognosis
b. Antopognosis
c. Hemianestesia
d. Tidak dapat membedakan kanan taua kiri
e. Loss of body image
Tumor lobus oksipitalis
a. Gangguan yojana penglihatan
b. Nyeri kepala di daerah oksipital
c. Hemianopsia homonym
Tumor Serebellum
a. Nyeroi kepala, muntah ban pupil edema
b. Ganguan gait dan gangguan koordinasi
c. Bila berjalan kan jatuh ke sisi lesi
d. Ataksia, tremor, nistagmus hipotonia

19
Tumor daerah thalamus
a. Refleks babinsky positif, hemiparesis, hiperrefleks
b. Tekanan intracranial yang tinggi
c. Lama kelamaan bisa menjadi hidrosefalus
Tumor daerah pineal/epifise
a. Tanda perinaud fenomena bell
b. Fenomena puppenkoft
c. Pupil argyl Robertson
d. Pubertas prekoks
e. Diabetes insipidus
Tumor batang otak
a. Kesadaran menurun
b. Gangguan N III
c. Sindrom webber
d. Sindrom benedict
e. Sindrom claude
Tumor sudut sereblo pontin
a. Gangguan pendengaran
b. Vertigo
Berdasarkan PTIK
Nyeri kepala,kejang, gangguan mental, pembesaran kepala,
papiledema, sensasi abnormal di kepala, false localizing sign

4. Perkemihan B4 (Bladder)
Gangguan control sfinter urine, kebersihan bersih, bentuk alat
kelamin normal, uretra normal, produksi urin normal
5. Pencernaan B5 (Bowel)
Mual dan muntah terjadi akibat peningkatan tekanan intracranial
sehingga menekan pusat muntah pada otak. Gejala mual dan muntah
ini biasanya akan diikuti dengan penurunan nafsu makan pada
pasien. Kondisi mulut bersih dan mukosa lembab
6. Muskuloskeletal/integument B6 (Bone)
Keterbatasan pergerakan anggota gerak karena kelemahan bahkan
kelumpuhan. Kemampuan pergerakan sendi bebas, kondisi tubuh
kelelahan.

1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
3.2 Diagnosa Keperawatan

20
1. Nyeri kronis (00133) berhubungan dengan perembesan tumor:
peningkatan tekanan intrakranial.
2. Ketidakefektifan pola nafas (00032) berhubungan dengan penekanan
medula oblongata.
3. Risiko ketidakefekifan perfusi jaringan serebral (00200) berhubungan
dengan peningkatan tekanan intrakranial, pembedahan tumor, edema
serebri.

3.3 Intervensi Keperawatan


1. Nyeri kronis (00133) berhubungan dengan perembesan tumor:
peningkatan tekanan intrakranial.
Domain 12: Comfort
Class 1. Physical Comfort
NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Pain Management (1400)
1) Mengurangi/menghilangkan faktor-
keperawatan selama 1x24 jam nyeri
faktor yang memimbulkan /
yang dirasakan berkurang 1 atau dapat
meningkatkan pengalaman nyeri
diadaptasi oleh klien dengan kriteria
2) Memilih dan mengimplementasikan
hasil :
satu jenis tindakan (farmakologi,
a. Klien mengungkapkan nyeri
non-farmakologi, interpersonal)
yang dirasakan berkurang atau
untuk memfasilitasi pertolongan
dapat diadaptasi ditunjukkan
nyeri
penurunan skala nyeri. Skala = 2 3) Mempertimbangkan jenis dan
b. Klien tidak merasa kesakitan.
sumber nyeri ketika memilih strategi
c. Klien tidak gelisah
pertolongan nyeri
Domain-Health Knowledge &
4) Mendorong klien untuk
Behaviour (IV)
menggunakan pengobatan nyeri
Pain Control (1605)
yang adekuat
Klien dapat mengenal onset nyeri 5) Instruksikan pasien/keluarga untuk
Klien dapat menggambarkan faktor melaporkan nyeri dengan segera jika
penyebab nyeri timbul.
6) Mengajarkan tehnik relaksasi dan
Klien mengenal gejala yang
metode distraksi
berhubungan dengan nyeri (160509)
7) Observasi adanya tanda-tanda nyeri
Melaporkan kontrol nyeri (160511)
non verbal seperti ekspresi wajah,
Pain: Disruptive Effects (2101)
gelisah, menangis/meringis,
Hubungan interpersonal tidak

21
terganggu perubahan tanda vital.
Kolaborasi: Analgesic Administration
Tindakan peran seperti semula
(2210)
Dapat melakukan ktivitas sehari-hari
1) Menentukan lokasi, karakteristik,
Aktivitas fisik tidak terganggu
kualitas, dan keparahan nyeri
sebelum pengobatan klien
2) Mengecek permintaan medis untuk
obat, dosis, dan frekuensi dari
analgesik yang telah ditentukan
(resep)
2. Ketidakefektifan pola nafas (00032) berhubungan dengan penekanan
medula oblongata.
Domain 4: Activity/Rest
Class 4. Cardiovascular/Pulmonary Responses
NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Airway Management (3140)
keperawatan selama 1x24 jam pola 1) Monitor status respirasi dan
pernafasan kembali normal dengan oksigenasi, yang tepat
kriteria Hasil : Respiratory Management (3350)
a. Pola nafas efekif
1) Monitor kecepatan, irama,
b. GDA normal
kedalaman dan upaya pernafasan.
2) Monitor pola pernapasan
c. Tidak terjadi sianosis 3) Monitor tingkat saturasi oksigen
dalam klien yang tenang
Domain-Physiologic Health (II) 4) Auskultasi suara napas, mencatat
Class-Cardiopulmonary (E) area penurunan ketiadaan ventilasi
Respiratory Status (0415) dan keberadaan suara tambahan
Respiraroty Rate normal
Respiraory Rhytm normal
Kedalaman inspirasi normal
Saturasi oksigen normal
Tidak ada sianosis
3. Risiko ketidakefekifan perfusi jaringan serebral (00200) berhubungan
dengan peningkatan tekanan intrakranial, pembedahan tumor, edema
serebri.
Domain 4: Activity/Rest
Class 4. Cardiovascular/Pulmonary Responses

22
NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Intracranial Pressure (ICP) Monitoring
keperawatan selama 1x24 jam perfusi (2590)
jaringan klien membaik ditandai 1) Monitor kualitas dan karakteristik
dengan tanda-tanda vital stabil dengan dari bentuk gelombang TIK
2) Monitor tekanan perfusi cerebral
kriteria hasil :
3) Monitor status neurologis
a. Tekanan perfusi serebral
4) Monitor TIK klien dan respon
>60mmHg, tekanan intrakranial
neurologis untuk merawat aktivitas
<15mmHg, tekanan arteri rata-
dan stimuli lingkungan
rata 80-100mmHg 5) Monitor jumlah, kecepatan, dan
b. Menunjukkan tingkat kesadaran karakteristik dari aliran cairan
normal serebrospinal (CSF)
6) Memberikan agen farmakologi
c. Orientasi pasien baik untuk menjaga TIK pada batas
d. RR 16-20x/menit tertentu
7) Memberi jarak waktu intervensi
e. Nyeri kepala berkurang atau keperawatan untuk meminimalkan
tidak terjadi PTIK
8) Monitor secara berkala tanda dan
Domain-Physiologic Health (II) gejala peningkatan TIK
Class-Cardiopulmonary (E) a. Kaji perubahan tingkat

Perfusi Jaringan: Serebral (0406) kesadaran, orientasi, memori,

Tekanan intracranial normal periksa nilai GCS

Tekanan darah sistolik normal b. Kaji tanda vital dan bandingkan


Tekanan darah diastolic normal dengan keadaan sebelumnya
Mean Blood Pressure normal
c. Kaji fungsi autonom: jumlah dan
Sakit kepala hilang
pola pernapasan, ukuran dan
Tidak mengalami penurunan tingkat
reaksi pupil, pergerakan otot
kesadaran
Tidak ada gangguan reflek neurologik d. Kaji adanya nyeri kepala, mual,
muntah, papila edema, diplopia,
kejang

e. Ukur, cegah, dan turunkan TIK

23
1. Pertahankan posisi dengan
meninggikan bagian kepala
15-300, hindari posisi
telungkup atau fleksi tungkai
secara berlebihan

2. Monitor analisa gas darah,


pertahankan PaCO2 35-45
mmHg, PaO2 >80mmHg

3. Kolaborasi dalam pemberian


oksigen

4. Hindari faktor yang dapat


meningkatkan TIK

9) Istirahatkan pasien, hindari tindakan


keperawatan yang dapat
mengganggu tidur pasien
10) Berikan sedative atau analgetik
dengan kolaboratif.

24
DAFTAR PUSTAKA

Barbara C. Long, alih bahasa R.Karnaen dkk. 2000. Perawatan Medikal Bedah. EGC.
Jakarta.
Barbara L. Bullock 2000. Patofisiology. Adaptasi and alterations infeksius function. Fourth
edition. Lipincott, Philadelpia.
Brunner & Sudarth. 2003. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed 8 Vol 3. EGC. Jakarta.
Lynda Juall Carpenito, Alih bahasa Yasmin Asih. 2002. Diagnosa Keperawatan.ed 6.
EGC.Jakarta.
Marilyn E. Doenges, et al. 2003. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta.
Sylvia A. Price, Alih bahasa Adji Dharma. 2004. Patofisiologi, konsep klinik proses- proses
penyakit ed. 4. EGC. Jakarta.

25

Anda mungkin juga menyukai