Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN AKIBAT SISTEM

PERKEMIHAN DENGAN KASUS CHOLANGITIS, DIRUANGAN MINA RUMAH SAKIT KOTA


HARAPAN DAN DOA

A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Kolangitis adalah peradangan akut dinding saluran empedu, hampir selalu disebabkan infeksi
bakteri pada lumen steril. Cholangitis merupakan infeksi bakteri dari sistem duktus biller,
yang bervariasi tingkat keparahannya dari ringan dan dapat disembuhkan sendiri dan berat
dapat mengancam nyawa. Kolangitis akut merupakan superimposa infeksi bakteri yang
terjadi pada obsteruksi saluran biller, terutama yang ditimbulkan oleh batu empedu, namun
dapat pula ditimbulkan oleh neoplasma ataupun striktur.
2. Etiologi
Kolangitis akut adalah inflamasi pada sistem biller akibatnya adanya infeksi dan hambatan
aliran empedu. Penyebab kolangitis tersering adalah batu primer pada ductus choleduchus
yang disebabkan oleh infeksi, stasis empedu, striktur dan parasit.
Etiologi kholangitis :
 Choledocholithiasis
 Striktur sistem biller
 Neoplasma pada sistem biller
 Komplikasi iatrogenik akibat manipulasi “CBD” (Common Bile Duct)
 Parasit : cacing Ascaris, clonorchis sinensis
 Pankreatitis kronis
 Pseudokista atau tumor pancreas
 Stenosis ampulla
 Kista choledochus kongenital atau penyakit caroli
 Sindroma Mirizzi atau varian Sindroma Mirizzi
 Diverticulum Duodenum
3. Anatomi Fisiologi
Kandung empedu adalah sebuah kantung berbentuk seperti buah pir, yang terletak pada
permukaan inferior dari hati pada garis yang memisahkan lobus kanan dan kiri, yang disebut
dengan Fossa kandung Empedu. Ukuran kandung empedu pada orang dewasa adalah 7 cm
hingga 10 cm dengan kapasitas lebih kurang 30 ml. Kandung empedu menempel pada hati
oleh jaringan ikat longgar, yang mengandung vena dan saluran limfatik yang
menghubungkan kandung empedu dengan hati. Kandung empedu dibagi menjadi empat area
anatomi: Fundus, Korpus, Infundibulum dan Kolum.
Fungsi kandung empedu yaitu sebagai berikut :
a. Menyimpan dan mengkonsentrasikan cairan empedu yang berasal dati hati diantara dua
periode makan.
b. Berkontraksi dan mengalirkan garam empedu yang merupakan turunan kolestrol, dengan
stimulasi oleh kolesistokinin, ke duodenum sehingga membantu proses pencernaan
lemak.
4. Patologi dan WOC
Adanya hambatan dari aliran cairan empedu akan menimbulkan stasis cairan empedu dan
apabila berlangsung lama maka akan terjadi kolonisasi bakteri dan pertumbuhan kuman yang
berlebihan. Bakteri ini berasal dari flora duodenum yang masuk melalui sfingter Oddi, dapat
juga melalui penyebaran limfogen dari kandung empedu yang meradang akut (Numan 1999) .
Mikroorganisme yang menyebabkan infeksi pada kolangitis akut yang sering dijumpai adalah
bakteri gram (-) enterik E. Coli, Klebsiella, Streptococcus faecalis dan bakteri anaerob.
Bakteri seperti proteus, pseudomonas dan Enterobacter enterococci juga tidak jarang
ditemukan (Malet 1996).Kolangitis terjadi akibat kombinasi dari adanya hambatan dari aliran
cairan empedu yang berlangsung lama dan terjadi kolonisasi dan proliferasi bakteri.
Adanya tekanan yang tinggi dari saluran empedu yang tersumbat,bakteri akan kembali
(refluks) ke dalam saluran Limfe dan aliran darah dan dapat mengakibatkan sepsis (Numan
1999). Selain itu beberapa dari efek serius kolangitis bakteri gram (-). Endotoksin di serap
oleh usus lebih mudah bila terdapat obstruksi biller, karena ketiadaan garam empedu yang
biasanya mengeluarkan endotoksin sehingga mengeluarkan penyerapannya. Selanjutnya
kegagalan garam empedu mencapai intestin dapat menyebabkan perubahan flora usus. Selain
itu fungsi sel-sel Kupfer yang jelek dapat menghambat kemampuan hati untuk mengektraksi
endotoksin dari darah portal. Bilamana kolangitis tidak diobati, dapat timbul bakteremia
sistemik yang dapat menimbulkan abses hati (Mallet1996).
5. Manifestasi Klinik
Adanya manifestasi klinis pada 54% kasus berupa Trias charcot yaitu demam, ikterus dan
nyeri abdomen kuadran kanan atas. Nyeri ini bersifat kolik, menjalar kebelakang atau skapula
kanan, kadang-kadang nyeri bersifat konstan. Selain itu juga terdapat tanda dan gejala lain
seperti mual dan muntah yang dapat mengakibatkan penurunan nafsu makan sehingga asupan
nutrisi berkurang yang dapat mengakibatkan kelelehan serta menurunnya berat badan pada
penderita kolangitis. Pasien dengan kolangitis supuratif selain menunjukkan manifestasi
klinis berupa trias charcot tapi juga menunjukkan adanya penurunan kesadaran dan hipotensi.
6. Pemeriksaan diagnostik/penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Sebagian besar penderita mengalami hiperbilirubinemia sedang.Peningkatan billirubin
yang tertinggi terjadi pada obstruksi maligna. Tes fungsi hati termasuk alkali fosfatase
(GGT) dan transminase serum(SGOT/SGPT)juga sedikit meningkat yang
menggambarkan proses kolestatik. Pada beberapa pasien bahkan dapat meningkatkan
secara menyolok menyerupai hepatitis virus akut.
b. Foto Polos Abdomen
Pada pemeriksaan ini diharapkan dapat melihat opak dikandung empedu atau duktus
koledokus.Kadang-kadang pemeriksaan ini dipakai untuk skrening,melihat keadaan
secara keseluruhan dalam rongga abdomen.
c. Ultrasonografi (USG)
Pada pemeriksaan USG sangat mudah melihat pelebaran duktus bilaris intra/ekstrahepatal
sehingga dengan mudah dapat mendiagnosis apakah ada ikterus onstruksi atau ikterus
non obstruksi. Apabila terjadi sumbatan pada daerah duktus billaris komunis melebar
dengan cepat yang kemudian diikuti pelebaran bagian proximal. Untuk membedakan
obstruksi letak tinggi atau letak rendah dengan mudah didapatkan karena pada obstruksi
letak tinggi atau intrahepatal tidak tampak pelebaran dari duktus billaris komunis.
Apabila terlihat pelebaran duktus billaris intra dan ekstrahepatal maka ini dapat
dikategorikan obstruksi letak rendah(distal).
d. Magnetic Resonance Chalangiopancreatography (MRCP) adalah pemeriksaan duktus
billaris dan duktus pankreatikus dengan memakai pesawat MRI, dengan memakai
Heavily T2W acquisition untuk memaksimalkan signal cairan yang menetap pada duktus
billaris dan duktus pankreatikus.
7. Penatalaksanaan Medis
Setiap pasien dengan ikterus apapun penyebabnya yang disertai demam harus diwaspadai
akan keberadaan cholangitis akut.
a. Pada pasien ini segera dilakukan pemeriksaan Abdomen USG. USG adalah tindakan
yang pertama kali dilakukan untuk mengetahui batu empedu. Adanya pelebaran saluran
empedu baik ekstra maupun intra mengkonfirmasi adanya cholangitis akut.
b. Lakukan ERCP untuk mengetahui penyebab obstruksi dan setinggi apa obstruksi tersebut
dan setinggi apa pada saluran empedu.
c. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan leukositosi, peningkatan yang menyolok dan
fosfatase alkali GGT nilirubin, biasanya meningkat. Sebagian kecil normal atau sedikit
meningkat, SGOT/SGPT dapat meningkat.
d. Tindakan utama adalah melancarkan aliran biller untuk mengatasi infeksi serta untuk
memperbaiki fungsi hatiz
e. Pemilihan antibiotika secara tepat.
8. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari penyakit kolangitis terutama yang derajat tinggi(kolangitis
supuratif) adalah sebagai berikut :
1. Abses Hati piogenik
Abses hati piogenik merupakan 75% dari semua abses hati. Abses ini pada anak dan
dewasa muda terjadi akibat komplikasi apendisitis, dan pada orang tua sebagai
komplikasi penyakit saluran empedu intrahepatik menyebabkan kolangitis yang
menimbulkan dengan akibat abses multiple.
2. Bakteremia, sepsis bekteri gram negatif
Bakteremia adalah terdapatnya bakteri di dalam aliran darah (25-40%). Komplikasi
bekteremia pada kolangitis dapat terjadi oleh karena etiologi utama penyebab terjadinya
kolangitis adalah infeksi bakteri. Demam merupakan keluhan utama sekitar 10-15%.
3. Peritonitis sistem biller
Kebocoran empedu dalam ruang peritoneal menyebabkan iritasi dan peritonitis. Jika
empedu terkena infeksi, maka akan menyebabkan peritonitis dan sepsis yang mempunyai
resiko tinggi yang sangat fatal.
4. Kerusakan duktus Empedu
Duktus empedu dapat dengan mudah rusak pada tindakan kolesistektomi atau pada
eksplorasi duktus empedu yang tidak sesuai dengan anatominya. Kesalahan yang sangat
fatal adalah tidak mengetahui cara melakukan transeksi atau ligasi pada duktus.
5. Pendarahan
Arteri hepatik dan arteri sistikus serta vaskularisasi hepar lainnya dapat mengalami
trauma dan pendarahan pada saat melakukan operasi. Pendarahan yang terjadi kadang
susah untuk dikontrol.
6. Kolangitis asendens dan infeksi lainnya
Kolangitis asendens adalah komplikasi yang terjadinya lambat pada sistem biller yang
merupakan anastomosis yang dibentuk antara duktus empedu dan usus besar bagian
asendens. Refluks pada bagian intestinal dapat berlanjut menjadi infeksi aktif sehingga
terjadi stagnan empedu pada sistem duktus yang menyebabkan drainase tidak adekuat.
Komplikasi lain yang harus diperhatikan pada pembedahan sistem biller adalah abses
subp/frenikus. Hal ini harus dijaga pada pasien yang mengalami demam beberapa hari
setelah operasi. Komplikasi berhubungan dengan pemakaian kateter pada pasien yang
diterapi dengan perketaneus dan drainase endoskopik adalah pendarahan(intra-andomen
atau perketaneus) dan sepsis.
\
A. Pengkajian
Pengkajian Tanggal :01-11-2019 Jam : 10.00 WIB
MRS Tanggal :26-10-2019 No RM : 080901
Diagnosa masuk :Cholangitis Hari Rawat ke :5
Ruangan/kelas :Mina
1. Identitas Pasien
Nama :Tn. I
Usia : 49 tahun
Jenis kelamin :laki laki
Suku Bangsa :Indonesia
Agama :Islam
Pendidikan :SD
Status Perkawinan :Menikah
Pekerjaan :Petani
Alamat : Jalan Sukamerindu
Penanggung jawab Pasien
Nama : Ny U
Alamat : jalan Sukamerindu
Hubungan keluarga :Istri
Telepon : 085320225667
2. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat penyakit Sekarang
Pasien mengatakan Nyeri pada perut,hulu hati,dan nyeri bertambah apabila melakukan aktivitas.
Riwayat penyakit Dahulu
Istri Klien mengatakan pernah dirawat, tidak ada penyakit kronik dan menular, tidak ada alergi
dan tidak pernah operasi .
2) Riwayat Penyakit Keluarga
Istri klien mengatakan tidak ada penyakit keturunan kronik dan menular dari keluarga
3) Perilaku yang mempengaruhi Kesehatan
Klien mengatakan bahwa ia tidak pernah mengkonsumsi Obat obatan terlarang, alkohol dan tidak
merokok.
4) Riwayat kesehatan lingkungan
Istri klien mengatakan bahwa mereka tinggal ditempat yang aman dan nyaman.
3. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda Tanda Vital :
a. TD :120/80 RR : 20x/m
b. N :100x/m S : 36,5
2) Sistem Pernapasan
a. RR 20x/m
b. Klien tidak mengeluh sesak
c. Pola nafas klien Normal dan Teratur
d. Klien tidak menggunakan alat bantu pernapasan
3) Sistem Kardiovaskuler
Klien mengatakan tidak memiliki nyeri dada dan tidak memiliki keluhan lainnya dibagian
jantung maupun berhubungan dengan paru-paru.
4) Sistem persyarafan
Kesadaran : composmentis
GCS : V5, E4, M6
Pupil : isokor
5) Sistem perkemihan
Klien berkemih normal, klien tampak menggunakan alat bantu yaitu kateter.
6) Sistem penglihatan
Klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan dan klien dapat melihat dengan baik.
7) Sistem pendengaran
Klien tidak menggunakan alat bantu dengar dan klien mengatakan dia dapat mendengar
dengan baik.
8) Sistem endokrin
Tidak terdapat pembesaran pada kelenjar tiroid dan getah bening.
9) Psikososial
Klien mengatakan merasa gelisah karena tidak dapat melakukan aktivitas bekerja seperti
biasanya
10) Spiritual
Klien mengatakan biasanya beribadah dirumah kadang kadang ketika sehat dan selama
sakit klien belum dapat melakukan ibadah karena keterbatasan penyakit yang dialaminya.
4. Pemeriksaan Penunjang

Jenis Hasil
No. Tanggal&jam Interpretasi
Pemeriksaan pemeriksaan

1. 02-11-2019 Hemoglobin L12,1 9/dc 14-17.4

2. Hematokrit 36,1 41,5-50.4

3. Leukosit H 12.78 10^3/ul 4.50-11.0

4. Eritrosit 5.34juta/ul 4.4-60

5. Trombosit H 550/ul 150-450

6. MCV L67,6 Kl 80-96

7. MCH L22,7 pg 27,5-33,2

8. MCHC 33,5 33,4-35,5

9. Bilirubin total H 2,299mg/dl 0,100-1000

10. Bilirubin direk H 0,968 mg/dl 0.100-0.300

11. Bilirubin Indirer H 331 mg/dl 0.200-0.800

12.

13.
14.

15.

5. Terapi

No Tanggal Jenis Terapi Rute Dosis

1. Cefotoxim IV 2x200mg

2. OMZ IV 1x40mg

3. PCT IV 3x1mg

4. Amlodipin IV 1x10mg

B. ANALISA DATA

NO. DATA Etiologi Masalah

1. DS  Penekanan Saraf Nyeri


Pasien Mengatakan Nyeri pada  Kondisi pasca
bagian perut dan Hulu Hati. trauma
DO  Tekanan emosional
Pasien Tampak Gelisah

2. DS  Kelemahan Intoleransi Aktivitas


Pasien mengatakan bahwa dia  Imobilitas
hanya bisa beristirahat di  Ketidakseimbangan
tempat tidur karena kalau dia antara suplai dan
melakukan aktivitas akan kebutuhan Oksigen
terasa Nyeri dan cepat merasa
lelah
DO
Frekuensi meningkat >20%
dari kondisi istirahat.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan penekanan saraf
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan

Anda mungkin juga menyukai