Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

FISIOLOGI TUMBUHAN – METABOLISME

“Perbedaan Suhu Rendah dan Suhu Ruang terhadap Hasil Respirasi berupa CO2 pada
Kecambah Vigna radiata dengan Uji Titrasi”

Disusun oleh :
Nama :
NIM :
Kelas :
Kelompok :

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
A. JUDUL
Perbedaan Suhu Rendah dan Suhu Ruang terhadap Hasil Respirasi berupa CO2 pada
Kecambah Vigna radiata dengan Uji Titrasi

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah perbedaan suhu rendah dan suhu ruang terhadap hasil respirasi berupa
CO2 pada kecambah Vigna radiata dengan uji titrasi?

C. TUJUAN
Mengetahui perbedaan suhu rendah dan suhu ruang terhadap hasil respirasi berupa CO2
pada kecambah Vigna radiata dengan uji titrasi.

D. DASAR TEORI

E. HIPOTESIS
Perbedaan suhu rendah dan suhu ruang mempengaruhi hasil respirasi berupa CO2
kecambah Vigna radiata. Semakin rendah suhu, semakin sedikit CO2 yang dihasilkan
kecambah Vigna radiata.

F. BAHAN DAN METODE


Prinsip kerja dari praktikum ini yaitu menyiapkan alat dan bahan. Mengecambahkan
biji Vigna radiata dengan cara Merendam biji kacang hijau dalam air bersih selama 2
jam. Kemudian menyebarkan biji kacang hijau yang telah direndam pada nampan yang
berisi kapas basah setebal 1,5 cm. setelah itu nampan ditutup menggunakan serbet bersih
dan mendiamkannya selama 24 jam. Setelah kecambah mulai siap digunakan, langkah
selanjutnya yaitu menimbang kecambah Vigna radiata dengan massa 10 gram. Setelah itu
kecambah dibungkus dengan kain kassa.
Larutan yang akan dimasukkan dalam botol jam adalah NaOH 0,2 M. langkahnya
yaitu mengukur 100 mL NaOH menggunakan gelas ukur kemudian menuangkan larutan
NaOH ke dalam botol jam. Kecambah yang sudah dibungkus dengan kain kassa
kemudian digantungkan pada mulut botol jam dengan bantuan selotip agar tidak jatuh
kedalam air. Selanjutnya menutup botol jam dengan alumunium foil.Mendiamkan botol
jam selama 24 jam pada ruangan AC (suhu 16oC) dan ruangan biasa (suhu 25oC). Setelah
24 jam, selanjutnya Membuka tutup botol jam kemudian melepaskan gantungan
kecambah dari botol jam. Menambahkan indicator pp sebanyak 3-4 tetes ke dalam botol
jam yang berisi larutan NaOH.
Membandingkan perubahan warna hasil penetesan indicator pp dengan perubahan
warna pada botol kontrol. Kontrol dibuat dengan cara mengukur larutan NaOH 0,2 M
sebanyak 100 mL. Memasukkan larutan NaOH ke dalam botol jam.Menutup botol jam
tersebut dengan alumunium foil kemudian mendiamkannya pada ruangan biasa (suhu
25oC). Membuka tutup botol jam kemudian menambahkan indikator pp. Melakukan
titrasi dengan cara meneteskan HCl pada larutan NaOH dalam botol jam sampai terjadi
perubahan warna hingga bening. Menghitung jumlah tetesan HCl yang dibutuhkan pada
titrasi. Menghitung volume total CO2 dari jumlah tetesanHCl yang dibutuhkan pada
titrasi. Mencatat data hasil pengamatan dan melakukan pengulangan sebanyak 3 kali.
Cara menghitung volume total CO2 dari jumlah tetesanHCl yang dibutuhkan pada titrasi
yaitu :
V HCl (kontrol) x 0,2 N= x mg HCl ≈ mg NaOH (Kontrol)
V HCl (perlakuan) x 0,2 N= x mg HCl ≈ mg NaOH (perlakuan)
X mg NaOH (Kontrol)- X mg NaOH (Perlakuan) = X mg NaOH (yang bereaksi dengan
CO2 hasil respirasi)
2NaOH + CO2 -> Na2CO3 + H2O
1 mol CO2 membutuhkan 2 mol NaOH agar membentuk Na2CO3sehingga CO2 yang
diikat oleh NaOH sama dengan ½ X mg NaOH yang bereaksi dengan CO2 hasil respirasi.
Dengan menggunakan Rumus gas ideal :
=
V1T2 = V2T1
V2= X ml CO2
X mg CO2 yang diikat NaOH ≈X ml CO2
V total CO2 = X mg CO2 yang diikat NaOH . X ml CO2

Skema alat :
G. HASIL DAN PEMBAHASAN

 Berdasarkan hasil praktikum, pada suhu rendah (16oC) data menunjukkan volume
CO2 terlarut pada NaOH yang diperoleh sebesar 200 ml. Pada suhu ruang (25oC)
menunjukkan volume CO2 terlarut pada NaOH yang diperoleh sebesar 240 ml.
 Pada suhu rendah enzim yang berperan pada proses respirasi tidak bekerja dengan
optimal sehingga enzim tidak berperan dengan baik dalam mempercepat proses
respirasi yaitu pengubahan glukosa menjadi CO2. Pada suhu rendah NaOH sedikit
mengikat CO2.
 Reaksi-reaksi yang berlangsung di tumbuhan terjadi secara optimal pada suhu 27oC
(Lovelles, 1997).
 Respirasi meningkat seiring dengan meningkatnya suhu. Suhu yang dimaksud adalah
0-35 drajat C). respirasi pada daun meningkat 10-20 kali lipat seiring meningkatnya
suhu lingkungan. Difusi O2 dan CO2 juga dipercepat dengan peningkatan suhu (marsh, et al.
1986)
 Sedangkan pada suhu rendah kerja enzim tidak optimal sehingga proses enzimatik
berlangsung lebih lambat, CO2 yang dihasilkan pada proses respirasi lebih rendah
sehingga volume CO2 lebih sedikit diikat oleh KOH
 Suhu berpengaruh pada proses respirasi tumbuhan, dimana umumnya respirasi akan
meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10 derajat celcius (Salisbury,1995)
 Semakin rendah suhu maka semakin lambat laju respirasi
 Semakin rendah suhu menyebabkan volume co2 yang diikat oleh KOH lebih sedikit

H. KESIMPULAN
I. DAFTAR PUSTAKA

Bunce, James A. 2004. A Comparison of the Effect of Carbon Dioxide Concentration


Temperature on Respiration, Translocation and Nitrate Reduction in Darkened Soybean
Leaves. Annals of Botany 93: 665-669
Lovelles, A. R. 1997. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik. Jakarta:
Gramedia.
Marsh, James A., Willian C. Dennison and Randall S. Alberte. Effects of Temperature on
Photosynthesis and Respiration in Ellgras (Zostera marina L.). J. Exp. Mar. Biol. Ecol.,
1986, Vol. 101, pp. 257-267

Purwanti,Setyastuti.2004.Kajian Suhu Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai


Hitam dan Kedelai Kuning. Ilmu Pertanian Vol.11 No.1 : 22-31

Salisbury, J.W. dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I. Bandung : ITB
LAMPIRAN. DOKUMENTASI PRAKTIKUM
PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN
KELOMPOK 5

Anda mungkin juga menyukai