Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam sasaran internasional safety Goals yang kelima adalah
Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan Kesehatan, program yang
dikembangkan dalam hal ini adalah mengarahkan pengurangan secara
berkelanjutan resiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan dengan
menerapkan hand hygiene yang efektif. Rumah sakit mengadopsi pedoman
tersebut yang bersumber dari WHO Patien Safety.
Hampir setiap tindakan medic menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis
obat, jennis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah sakit
yang cuup besar merupakan hal yang potensial terjadinya kesalahan medis.
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan sebuah tantangan di
lingkungan fasilitas kesehatan. Kenaikan angka infeksi terkait pelayanan
kesehatan menjadi keprihatinan bagi pasien dan petugas kesehatan. Infeksi
biasanya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi
saluran kemih, infeksi pada aliran darah (blood stream infections) dan
pneumonia (sering kali dihubungkan dengan ventilasi mekanis).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana konsep dasar penyakit infeksi?
Bagaimana pengertian dari pencegahan infeksi ?
Bagaimana upaya menghilangkan masalah infeksi ?
Bagaimana faktor risiko, etiologi dan pencegahan dari jatuh?
Bagaimana cara mencuci tangan yang baik dan benar?
Bagaimana penjelasan dari alat pelindung diri (APD)?

1.3 Tujuan
Mengetahui jawaban dan penjelasan dari rumusan masalah.
Memenuhi tugas mata kuliah keselamatan dan kesehatan kerja.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Penyakit Infeksi


Berdasarkan sumber infeksi, maka infeksi dapat berasal dari
masyarakat/komunitas (Community Acquired Infection) atau dari rumah sakit
(Healthcare-Associated Infections/HAIs). Penyakit infeksi yang didapat di
rumah sakit beberapa waktu yang lalu disebut sebagai Infeksi Nosokomial
(Hospital Acquired Infection). Saat ini penyebutan diubah menjadi Infeksi
Terkait Layanan Kesehatan atau “HAIs” (HealthcareAssociated Infections)
dengan pengertian yang lebih luas, yaitu kejadian infeksi tidak hanya berasal
dari rumah sakit, tetapi juga dapat dari fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Tidak terbatas infeksi kepada pasien namun dapat juga kepada petugas
kesehatan dan pengunjung yang tertular pada saat berada di dalam lingkungan
fasilitas pelayanan kesehatan.
Untuk memastikan adanya infeksi terkait layanan kesehatan (Healthcare-
Associated Infections/HAIs) serta menyusun strategi pencegahan dan
pengendalian infeksi dibutuhkan pengertian infeksi, infeksi terkait pelayanan
kesehatan (Healthcare-Associated Infections/HAIs), rantai penularan infeksi,
jenis HAIs dan faktor risikonya.
1. Infeksi merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh mikroorganisme
patogen, dengan/tanpa disertai gejala klinik. Infeksi Terkait Pelayanan
Kesehatan (Health Care Associated Infections) yang selanjutnya disingkat
HAIs merupakan infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di
rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dimana ketika masuk
tidak ada infeksi dan tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi dalam
rumah sakit tapi muncul setelah pasien pulang, juga infeksi karena pekerjaan
pada petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan terkait proses pelayanan
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
2. Rantai Infeksi (chain of infection) merupakan rangkaian yang harus ada
untuk menimbulkan infeksi. Dalam melakukan tindakan pencegahan dan

2
pengendalian infeksi dengan efektif, perlu dipahami secara cermat rantai
infeksi.Kejadian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan dapat disebabkan
oleh 6 komponen rantai penularan, apabila satu mata rantai diputus atau
dihilangkan, maka penularan infeksi dapat dicegah atau dihentikan. Enam
komponen rantai penularan infeksi, yaitu:
Agen infeksi (infectious agent) adalah mikroorganisme penyebab
infeksi. Pada manusia, agen infeksi dapat berupa bakteri, virus, jamur
dan parasit. Ada tiga faktor pada agen penyebab yang mempengaruhi
terjadinya infeksi yaitu: patogenitas, virulensi dan jumlah (dosis, atau
“load”). Makin cepat diketahui agen infeksi dengan pemeriksaan klinis
atau laboratorium mikrobiologi, semakin cepat pula upaya pencegahan
dan penanggulangannya bisa dilaksanakan.
Reservoir atau wadah tempat/sumber agen infeksi dapat hidup, tumbuh,
berkembang-biak dan siap ditularkan kepada pejamu atau manusia.
Berdasarkan penelitian, reservoir terbanyak adalah pada manusia, alat
medis, binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air, lingkungan dan bahan-
bahan organik lainnya. Dapat juga ditemui pada orang sehat,
permukaan kulit, selaput lendir mulut, saluran napas atas, usus dan
vagina juga merupakan reservoir.
Portal of exit (pintu keluar) adalah lokasi tempat agen infeksi
(mikroorganisme) meninggalkan reservoir melalui saluran napas,
saluran cerna, saluran kemih serta transplasenta.
Metode Transmisi/Cara Penularan adalah metode transport
mikroorganisme dari wadah/reservoir ke pejamu yang rentan. Ada
beberapa metode penularan yaitu: (1) kontak: langsung dan tidak
langsung, (2) droplet, (3) airborne, (4) melalui vehikulum (makanan,
air/minuman, darah) dan (5) melalui vektor (biasanya serangga dan
binatang pengerat).
Portal of entry (pintu masuk) adalah lokasi agen infeksi memasuki
pejamu yang rentan dapat melalui saluran napas, saluran cerna, saluran
kemih dan kelamin atau melalui kulit yang tidak utuh.

3
Susceptible host (Pejamu rentan) adalah seseorang dengan kekebalan
tubuh menurun sehingga tidak mampu melawan agen infeksi. Faktor
yang dapat mempengaruhi kekebalan adalah umur, status gizi, status
imunisasi, penyakit kronis, luka bakar yang luas, trauma, pasca
pembedahan dan pengobatan dengan imunosupresan.
Faktor lain yang berpengaruh adalah jenis kelamin, ras atau etnis
tertentu, status ekonomi, pola hidup, pekerjaan dan herediter.

4
3. Jenis dan Faktor Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan
Jenis HAIs yang paling sering terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan,
terutama rumah sakit mencakup:
 Ventilator associated pneumonia (VAP)
 Infeksi Aliran Darah (IAD)
 Infeksi Saluran Kemih (ISK)
 Infeksi Daerah Operasi (IDO)
Faktor Risiko HAIs meliputi:
 Umur: neonatus dan orang lanjut usia lebih rentan.
 Status imun yang rendah/terganggu (immuno-compromised):
penderita dengan penyakit kronik, penderita tumor ganas,
pengguna obat-obat imunosupresan.
 Gangguan/Interupsi barier anatomis:
- Kateter urin: meningkatkan kejadian infeksi saluran kemih
(ISK).
- Prosedur operasi: dapat menyebabkan infeksi daerah operasi
(IDO) atau “surgical site infection” (SSI).
- Intubasi dan pemakaian ventilator: meningkatkan kejadian
“Ventilator Associated Pneumonia” (VAP). ⁻ Kanula vena
dan arteri: Plebitis, IAD ⁻ Luka bakar dan trauma.
 Implantasi benda asing :
- Pemakaian mesh pada operasi hernia.
- Pemakaian implant pada operasi tulang, kontrasepsi, alat
pacu jantung.
- cerebrospinal fluid shunts.
- valvular / vascular prostheses
 Perubahan mikroflora normal: pemakaian antibiotika yang tidak
bijak dapat menyebabkan pertumbuhan jamur berlebihan dan
timbulnya bakteri resisten terhadap berbagai antimikroba.

5
2.2 Pengertian Pencegahan Infeksi
Pencegahan infeksi merupakan sebuah tantangan di lingkungan fasilitas
kesehatan. Kenaikan angka infeksi terkait pelayanan kesehatan menjadi
keprihatinan bagi pasien dan petugas kesehatan. Secara umum, infeksi terkait
pelayanan kesehatan terjadi di semua unit layanan kesehatan, termasuk infeksi
saluran kencing disebabkan oleh kateter, infeksi pembuluh/aliran darah terkait
pemasangan infus baik perifer maupun sentral, dan infeksi paru-paru terkait
penggunaan ventilator.
Pencegahan infeksi merupakan proses fisikal, mechanical, atau kimiawi
yang dapat membantu mencegah penyebaran mikroorganisme infeksi dari orang
ke orang (pasien, klien petugas kesehatan atau petugas kesehatan) dan atau
peralatan, instrument, dan permukaan sekitar manusia. Tiga kategori risiko
potensial infeksi yang menjadi dasar pemilihan praktik atau proses pencegahan
yang akan digunakan (umpamanya sterilisasi instrument medis, sarung tangan
dan benda-benda lainnya) sewaktu merawat pasien. Kriteria tersebut yaitu
1. Kritikal yaitu bahan dan praktik ini biasanya menyangkut jaringan steril
atau system darah dan merupakan risiko infeksi tertinggi. Kegagalan untuk
melakukan manajemen sterilisasi, atau lebih tepatnya, melalukan disinfeksi
wberkemungkinan besar dapat mengakibatkan infeksi serius.
2. Semikritikal yaitu bahan dan praktik ini adalah terpenting kedua
menyangkut selaput lender dan area kecil kulit yang tidak utuh. Pengelolaan
memerlukan pengetahuan dan ketrampilan yang luas seperti penanganan
alat-alat invasive (umpamanya endoskop gastrointestinal, dan specula
vagina), melakukan dekontaminasi, pembersihan dan disinfeksi tingkat
tinggi dan pemakaian sarung tangan untuk petugas yang menyentuh selaput
lender atau kulit yang tidak utuh.

6
3. Nonkritikal yaitu pengelolaan peralatan/bahan dan praktik yang
berhubungan dengan kulit yang utuh, merupakan risiko rendah. Beberapa
hal seperti kebersihan tangan lebih penting daripada yang lain. Pengelolaan
yang buruk barang kritikal seperti penggunaan sarung tangan berulang-
ulang seringkali menghabiskan sebagian besar sumber sedangkan
pemamfaatannya terbatas.

2.3 Upaya Menghilangkan Masalah Infeksi


Upaya terpenting menghilangkan masalah infeksi ini dan infeksi lainnya
adalah dengan menjaga kebersihan tangan melalui cuci tangan. Pedoman
kebersihan tangan (hand hygiene) tersedia dari World Health Organization
(WHO). Rumah sakit mengadopsi pedoman kebersihan tangan (hand hygiene)
dari WHO ini untuk dipublikasikan di seluruh rumah sakit. Staf diberi pelatihan
bagaimana melakukan cuci tangan dengan benar dan prosedur menggunakan
sabun, disinfektan, serta handuk sekali pakai (towel), tersedia di lokasi sesuai
dengan pedoman.
Proses terjadinya infeksi bergantung kepada interaksi antara suseptibilitas
penjamu, agen infeksi (pathogenesis, virulensi dan dosis) serta cara penularan.
Identifikasi factor resiko pada penjamu dan pengendalian terhadap infeksi
tertentu dapat mengurangi insiden terjadinya infeksi (HAIs), baik pada pasien
ataupun pada petugas kesehatan.
Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi terdiri dari:
1. Peningkatan daya tahan penjamu, dapat pemberian imunisasi aktif.
Contoh vaksinasi hepatitis B, atau pemberian imunisasi pasif
(imunoglobulin). Promosi kesehatan secara umum termasuk nutrisi yang
adekuat akan meningkatkan daya tahan tubuh.
2. Inaktivasi agen penyebab infeksi, dapat dilakukan metode fisik maupun
kimiawi. Contoh metode fisik adalah pemanasan (pasteurisasi atau
sterilisasi) dan memasak makanan seperlunya. Metode kimiawi termasuk
klorinasi air, disinfeksi.

7
3. Memutus mata rantai penularan. Merupakan hal yang paling mudah
untuk mencegah penularan penyakit infeksi, tetapi hasilnya bergantung
kepeda ketaatan petugas dalam melaksanakan prosedur yang telah
ditetapkan.
4. Tindakan pencegahan paska pajanan (Post Exposure Prophylaxis/PEP)
terhadap petugas kesehatan. Berkaitan pencegahan agen infeksi yang
ditularkan melalui darah atau cairan tubuh lainnya, yang sering terjadi
karena luka tusuk jarum bekas pakai atau pajanan lainnya. Penyakit yang
perlu mendapatkan perhatian adalah hepatitis B, Hepatitis C, dan HIV.

2.4 Faktor Risiko, Etiologi dan Pencegahan Pasien Jatuh


Jatuh adalah suatu peristiwa di mana seorang mengalami jatuh dengan atau
tanpa disaksikan oleh orang lain, tak disengaja / tak direncanakan, dengan arah
jatuh ke lantai, dengan atau tanpa mencederai dirinya. Penyebab jatuh dapat
meliputi faktor fisiologis (pingsan) atau lingkungan (lantai yang licin)
(Yohanto, 2014).
1. Faktor Resiko Jatuh :
Riwayat jatuh sebelumnya
Gangguan Kognitif
Gangguan keseimbangan, gaya berjalan, atau kekuatan
Gangguan mobilitas
Penyakit neurologi; seperti stroke dan Parkinson
Gangguan muskuloskeletal; seperti artritis, penggantian sendi,
deformitas.
Penyakit kronis; seperti osteoporosis, penyakit kardiovaskular,
penyakit paru dan diabetes
Masalah nutrisi

8
2. Etiologi Jatuh
Ketidaksengajaan : 31%
Gangguan gaya berjalan / keseimbangan : 17%
Vertigo : 13%
Serangan jatuh (drop attack): 10%
Gangguan kognitif : 4%
Hipotensi postural : 3%
Gangguan visus : 3 %
Tidak diketahui : 18%

3. Kunci Keberhasilan Program Pencegahan Cedera Akibat Resiko Jatuh


Prioritas utama adalah keselamatan pasien
Gunakan pendekatan yang sederhana dan terstandarisasi
Kata Kunci : Semua pasien beresiko jatuh, semua petugas berperan
serta dalam pencegahan kejadian jatuh.
Pelatihan dan edukasi staf
Perlengkapan dan sumberdaya yang mendukung dan adekut

4. Pencegahan Menejemen Jatuh


Lakukan orientasi kamar inap kepada pasien
Sediakan pencahayaan yang adekuat
Alas kaki anti licin
Berikan instruksi kepada pasien untuk memanggil petugas jika ingin
turun dari tempat tidur
Beri penjelasan mengenai sistem pemanggilan perawat ke ruangan
Bel panggilan berada dalam jangkauan, gampang dilihat, serta pasien
mengetahui letak dan cara penggunaannya
Tali penarik lampu meja berada dalam jangkauan, terlihat, serta pasien
mengetaui letak dan cara penggunaannya
Pertimbangkan untuk menggunakan pengasuh pada pasien dengan
gangguan kognitif

9
Sediakan lingkungan yang aman (rapi, tidak licin, kabel-kabel terikat
dengan rapi, jalur berjalan bersih dari benda-benda yang tidak perlu
Barang-barang pribadi berada dalam jangkauan
Posisikan tempat tidur serendah mungkin dengan roda terkunci
Mulai mobilisasi secepat dan sesering yang masih diperbolehkan untuk
kondisi pasien
Edukasi pasien dan keluarga mengenai pencegahan jatuh
Tanda pengenal kepada pasien (gelang berwarna di pergelangan tangan,
tulisan atau tanda di depan kamar pasien)
Setiap 1-3 jam, tawarkan bantuan untuk ke kamar mandi dan perawatan
Perawatan termasuk mobilisasi pasien, menawarkan minum, dan
memastikan pasien hangat dan nyaman
Konsultasikan dengan tim dan farmasi (tinjau ulang medikasi)
Alarm tempat tidur
Alarm di kursi roda
Lokasi kamar tidur pasien berdekatan dengan pos perawat ( nurse
station)
Karpet di samping tempat tidur
Tempat tidur rendah
Evaluasi oleh tim interdisiplin
Untuk pasien yang beresiko cedera kepala (misalnya pasien dalam
terapi antikoagulan, gangguan kejang berat, riwayat jatuh mengenai
kepala), pertimbangkan penggunaan pelindung kepala
Penggunaan dudukan toilet yang ditinggikan
Musik relaksasi
Program olahraga/ aktivitas
Transfer ke sisi yang lebih stabil
Secara aktif, libatkan pasien dan keluarga dalam program pencegahan
jatuh
Berikan instruksi kepada pasien sebelum memulai aktivitas
Penggunaan alat bantu sesuai dengan kebutuhan pasien

10
Meminimalisir gangguan/distraksi
Periksa ujung anti-selip pada tongkat dan walker
Instruksikan pasien untuk menggunakan pegangan

2.5 Cara Mencuci Tangan yang Baik dan Benar


Pedoman kebersihan dan kesehatan tangan memberikan anjuran tentang
kapan dan bagaimana melakukan cuci tangan atau menggosok tangan untuk
pembedahan. Mencuci tangan adalah menghilangkan kotoran dan debu secara
mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi jumlah mikroorganisme
sementara.
Cuci tangan dengan sabun dan air sama efektifnya dengan cuci tangan
dengan sabun antimikroba (Pereira Lee Wade, 1990). Bila anda dirawat
dirumah sakit, maka anda bisa mengingatkan kepada petugas kesehatan yang
merawat anda untuk mencuci tangan saat:
Sebelum menyentuh pasien
Sebelum melakukan tindakan / prosedur
Sesudah resiko terpapar dengan cairan tubuh
Sesudah menyentuh pasien
Sesudah menyentuh lingkungan sekitar pasien

11
1. Prosedur Mencuci Tangan
a. Mencuci Tangan dengan Sabun/Hand Rubs
Langkah mencuci tangan dengan sabun atau hands rubs sama
yaitu dengan enam langkah seperti gambar dibawah ini :

12
Enam langkah mencuci tangan yang efektif yaitu
Telapak tangan kanan dan kiri saling digosokan untuk meratakan
sabun atau hands rubs.
Punggung tangan kanan diatas punggung tangan kiri digosokan
secara bergantian
Telapak dengan telapak dan jari saling terkait
Letakkan punggung jari pada telapak satunya dengan jari saling
mengunci
Jempol kanan digosok memutar oleh telapak kiri dan sebaliknya
Jari kiri mengucup,gosok memuntar ke kanan dank e kiri pada
telapak kanan dan sebaliknya.
Selanjutnya, bersihkan sabun dari kedua tangan dengan air
mengalir dan keringkan tangan dengan menggunakan tissue dan
bila menggunkan kran, tutup kran dengan tissue. Mengeringkan
dengan tissue lebih baik dibandingkan mengeringkan tangan
menggunakan mesin pengering tangan yang umum ada di mal.
Karena mesin pengering tangan yang dipakai secara umum
menampung banyak bakteri yang dapat menularkan ke orang lain.

b. Mencuci Tangan Untuk Tindakan Pembedahan


Tujuan mencuci tangan bedah adalah menghilangkan kotoran,
debu dan organism secara sementara secara mekanikal dan
mengurangi flora tetap selama. Tujuannya adalah mencegah
kontaminasi luka oleh mikroorganisme dari kedua belah tangan dan
lengan dokter bedah dan asistennya. Menurut Larson, dkk tahun 2001
cuci tangan dengan sabun biasa dan air yang diikuti dengan
penggunaan penggosok dengan bahan dasar alcohol tanpa air yang
mengandung klorheksidin menunjukan pengurangan yang lebih besar
pada jumlah microbial pada tangan, meningkatkan kesehatan kulit dan
mereduksi waktu dan sumber daya.

13
Langkah tersebut adalah sebagai berikut :
Lepaskan cincin jam tangan dan gelang
Basahi seluruh tangan dan lengan bawah hingga siku dengan
sabun dan air bersih
Bersihkan kuku dengan pembersih kuku
Cucilah tangan dan lengan bawah seluruhnya dengan air dan
keringkan dengan lap bersih dan kering atau dikeringkan
dengan diangin-anginkan.
Gunakan 5 cc penggosok antiseptic ke kedua tangan, jari
jemari dan lengan bawah dan gosoklah hingga kering; ulangi
penggunaannya dan gosok dua kali lagi selama total sekurang-
kurangnya 2 menit dengan menggunakan total sekitar 15 cc
cairan penggosok tersebut.
Tegakanlah kedua tangan dan jauhkan dari badan; jangan
sentuh permukaan atau benda apapun sebelum memasang
sarung tangan bedah steril atau disifeksi tingkat tinggi pada
kedua tangan tersebut

14
2.5 Alat Pelindung Diri
1. Penjelasan Umum
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam APD sebagai berikut:
Alat pelindung diri adalah pakaian khusus atau peralatan yang di pakai
petugas untuk memproteksi diri dari bahaya fisik, kimia,
biologi/bahan infeksius.
APD terdiri dari sarung tangan, masker/Respirator Partikulat,
pelindung mata (goggle), perisai/pelindung wajah, kap penutup
kepala, gaun pelindung/apron, sandal/sepatu tertutup (Sepatu Boot).
Tujuan Pemakaian APD adalah melindungi kulit dan membran
mukosa dari resiko pajanan darah, cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit
yang tidak utuh dan selaput lendir dari pasien ke petugas dan
sebaliknya.
Indikasi penggunaan APD adalah jika melakukan tindakan yang
memungkinkan tubuh atau membran mukosa terkena atau terpercik
darah atau cairan tubuh atau kemungkinan pasien terkontaminasi dari
petugas.
Melepas APD segera dilakukan jika tindakan sudah selesai di lakukan.
Tidak dibenarkan menggantung masker di leher, memakai sarung
tangan sambil menulis dan menyentuh permukaan lingkungan.

15
2. Jenis-Jenis APD

Sarung tangan
Terdapat tiga jenis sarung tangan, yaitu:
 Sarung tangan bedah (steril), dipakai sewaktu melakukan
tindakan invasif atau pembedahan.
 Sarung tangan pemeriksaan (bersih), dipakai untuk melindungi
petugas pemberi pelayanan kesehatan sewaktu melakukan
pemeriksaan atau pekerjaan rutin
 Sarung tangan rumah tangga, dipakai sewaktu memproses
peralatan, menangani bahan-bahan terkontaminasi, dan sewaktu
membersihkan permukaan yang terkontaminasi.

16
Umumnya sarung tangan bedah terbuat dari bahan lateks
karena elastis, sensitif dan tahan lama serta dapat disesuaikan
dengan ukuran tangan. Bagi mereka yang alergi terhadap lateks,
tersedia dari bahan sintetik yang menyerupai lateks, disebut
„nitril‟. Terdapat sediaan dari bahan sintesis yang lebih murah
dari lateks yaitu „vinil‟ tetapi sayangnya tidak elastis, ketat
dipakai dan mudah robek. Sedangkan sarung tangan rumah
tangga terbuat dari karet tebal, tidak fleksibel dan sensitif, tetapi
memberikan perlindungan maksimum sebagai pelindung
pembatas.

17
Masker
Masker digunakan untuk melindungi wajah dan membran
mukosa mulut dari cipratan darah dan cairan tubuh dari pasien atau
permukaan lingkungan udara yang kotor dan melindungi pasien
atau permukaan lingkungan udara dari petugas pada saat batuk atau
bersin. Masker yang di gunakan harus menutupi hidung dan mulut
serta melakukan Fit Test (penekanan di bagian hidung).
Terdapat tiga jenis masker, yaitu:
 Masker bedah, untuk tindakan bedah atau mencegah penularan
melalui droplet.
 Masker respiratorik, untuk mencegah penularan melalui
airborne.
 Masker rumah tangga, digunakan di bagian gizi atau dapur.

Cara memakai masker:


 Memegang pada bagian tali (kaitkan pada telinga jika
menggunakan kaitan tali karet atau simpulkan tali di belakang
kepala jika menggunakan tali lepas).
 Eratkan tali kedua pada bagian tengah kepala atau leher.
 Tekan klip tipis fleksibel (jika ada) sesuai lekuk tulang hidung
dengan kedua ujung jari tengah atau telunjuk.
 Membetulkan agar masker melekat erat pada wajah dan di
bawah dagu dengan baik.
 Periksa ulang untuk memastikan bahwa masker telah melekat
dengan benar.

18
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pencegahan infeksi merupakan sebuah tantangan di lingkungan fasilitas
kesehatan. Kenaikan angka infeksi terkait pelayanan kesehatan menjadi
keprihatinan bagi pasien dan petugas kesehatan. Secara umum, infeksi terkait
pelayanan kesehatan terjadi di semua unit layanan kesehatan, termasuk infeksi
saluran kencing disebabkan oleh kateter, infeksi pembuluh/aliran darah terkait
pemasangan infus baik perifer maupun sentral, dan infeksi paru-paru terkait
penggunaan ventilator.
Berdasarkan sumber infeksi, maka infeksi dapat berasal dari
masyarakat/komunitas (Community Acquired Infection) atau dari rumah sakit
(Healthcare-Associated Infections/HAIs). Penyakit infeksi yang didapat di
rumah sakit beberapa waktu yang lalu disebut sebagai Infeksi Nosokomial
(Hospital Acquired Infection). Saat ini penyebutan diubah menjadi Infeksi
Terkait Layanan Kesehatan atau “HAIs” (HealthcareAssociated Infections)
dengan pengertian yang lebih luas, yaitu kejadian infeksi tidak hanya berasal
dari rumah sakit, tetapi juga dapat dari fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Tidak terbatas infeksi kepada pasien namun dapat juga kepada petugas kesehatan
dan pengunjung yang tertular pada saat berada di dalam lingkungan fasilitas
pelayanan kesehatan.
Untuk memastikan adanya infeksi terkait layanan kesehatan (Healthcare-
Associated Infections/HAIs) serta menyusun strategi pencegahan dan
pengendalian infeksi dibutuhkan pengertian infeksi, infeksi terkait pelayanan
kesehatan (Healthcare-Associated Infections/HAIs), rantai penularan infeksi,
jenis HAIs dan faktor risikonya.

20

Anda mungkin juga menyukai