Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan
jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu
hal yang di butuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat
dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang
lain sebagai mana adanya. Serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri
dan orang lain. (Menkes, 2005)
Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak
permasalahan jiwa, syaraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat.
Pada study terbaru WHO di 14 negara menunjukkan bahwa pada negara-negara
berkembang, sekitar 76-85% kasus gangguan jiwa parah tidak dapat pengobatan
apapun pada tahun utama(Hardian, 2008). Masalah kesehatan jiwa merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang demikian tinggi dibandingkan dengan
masalah kesehatan lain yang ada dimasyarakat.
Dari 150 juta populasi orang dewasa Indonesia, berdasarkan data
Departemen Kesehatan (Depkes), ada 1,74 juta orang mengalami gangguan
mental emosional. Sedangkan 4 % dari jumlah tersebut terlambat berobat dan
tidak tertangani akibat kurangnya layanan untuk penyakit kejiwaan ini. Krisis
ekonomi dunia yang semakin berat mendorong jumlah penderita gangguan jiwa
di dunia, dan Indonesia khususnya kian meningkat, diperkirakan sekitar 50 juta
atau 25% dari juta penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa
(Nurdwiyanti, 2008).

1
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana definisi dari halusinasi?
Bagaimana etiologi dari halusinasi?
Bagaimana jenis-jenis halusinasi?
Bagaimana tanda gejala halusinasi?
Bagaimana fase dalam halusinasi?
Bagaimana rentang respon halusinasi?
Bagaimana pohon masalah halusinasi?
Bagaimana penatalaksanaan halusinasi?
Bagaimana strategi pelaksanaan untuk pasien gangguan jiwa dan
keluarga dengan halusinasi?

1.3 Tujuan
Mengetahui jawaban dan penjelasan dari rumusan masalah.
Memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Halusinasi

Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien
dengan gangguan jiwa, Halusinasi sering diidentikkan dengan Schizofrenia. Dari
seluruh klien Schizofrenia 70% diantaranya mengalami halusinasi. Gangguan
jiibua lain yang juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manik
depresif dan delerium.
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada
rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui
panca indra tanpa stimulus eksteren :Persepsi palsu. Berbeda dengan ilusi
dimana klien mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi
pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi. Stimulus
internal dipersepsikan sebagai sesutu yang nyata ada oleh klien.

2.2 Etiologi Halusinasi

a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi merupakan faktor risiko yang mempengaruhi jenis
dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi
stres. Diperoleh baik dari klien maupaun keluarganya. Faktor predisposisi
dapat meliputi :
1. Faktor Perkembangan. Jika tugas perkemabangan mengalami hambatan
dan hubungan intrapersonal terganggu, maka individu akan mengalami
stres dan kecemasan
2. Faktor Sosiokultural. Berbagi faktor di masyarakat dapat menyebabkan
seseorang merasa disingkirkan sehingga orang tersebut merasa kesepian
di lingkungan yang membesarknya.

3
3. Faktor Biokimia. Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan
jiwa. Jika seseorang mengalami stres yang berlebihan, maka di dalam
tubuhnya akan dihasilkan zat yang dapat bersifat halusinogenik
neurokimia seperti buffofenon dan dimethytranferase ( DMP ).
4. Faktor Psikologis. Hubungan intrapersonal yang tidak harmonis serta
adanay peran ganda bertentangan yang sering diterima oleh seseorang
akan menagkibatkan stres dan kecemasan yang tinggi dan berakhir pada
gangguan orientasi realitas
5. Faktor Genetik Gen. Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang
diasuh oleh orang tua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia.
Hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan
yang sangat berpengaruh pada penyakit ini

b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yaiutu stimulus yang dipersepsikan oleh individu
sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra
untuk menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkunagan, seperti
partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak komunikasi, objek
yang ada di lingkungan, dan juga suasana sepi atau terisolasi seringg menjasi
pencetus terjadinya halusinasi. Hal tersebut dapat meningkatkan stres dan
kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik

4
2.3 Jenis-Jenis Halusinasi
JENIS KARAKTERISTIK
HALUSINASI
Pendengaran Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara
70 % orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas
sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien,
bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua
orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang
terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa
klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat
membahayakan.
Penglihatan 20% Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar
geometris,gambar kartun,bayangan yang rumit atau
kompleks. Bayangan bias menyenangkan atau
menakutkan seperti melihat monster.
Penghidu Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan
feses umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan.
Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang,
atau dimensia.
Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus
yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah,
benda mati atau orang lain.
Cenesthetic Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau
arteri, pencernaan makan atau pembentukan urine
Kinisthetic Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

5
2.4 Fase Halusinasi

Halusinasi yang dialami oleh klien biasanya berbeda intensitas dan


keparahannya. Fase halusinasi terbagi empat :
1. Fase Pertama
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah,
kesepian. Klien mungkin melamun atau memfokukan pikiran pada hal yang
menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan dan stress. Cara ini
menolong untuk sementara. Klien masih mampu mengotrol kesadarannya
dan mengenal pikirannya, namun intensitas persepsi meningkat.
2. Fase Kedua
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal
dan eksternal, klien berada pada tingkat “listening” pada halusinasi.
Pemikiran internal menjadi menonjol, gambaran suara dan sensasi
halusinasi dapat berupa bisikan yang tidak jelas klien takut apabila orang
lain mendengar dan klien merasa tak mampu mengontrolnya. Klien
membuat jarak antara dirinya dan halusinasi dengan memproyeksikan
seolah-olah halusinasi datang dari orang lain.
3. Fase Ketiga
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi
terbiasa dan tak berdaya pada halusinasinya. Halusinasi memberi
kesenangan dan rasa aman sementara.
4. Fase Keempat
Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari kontrol
halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah
menjadi mengancam, memerintah dan memarahi klien tidak dapat
berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya
klien berada dalam dunia yang menakutkan dalam ibuaktu singkat, beberapa
jam atau selamanya. Proses ini menjadi kronik jika tidak dilakukan
intervensi.

6
2.5 Tanda Gejala Halusinasi
Menurut Hamid (2000) yang dikutip oleh Jallo (2008), dan menurut Keliat
(1999) dikutip oleh Syahbana (2009) perilaku klien yang berkaitan dengan
halusinasi adalah sebagai berikut :
1. Bicara, senyum, dan ketawa sendiri.
2. Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, dan respon
verbal yang lambat.
3. Menarik diri dari orang lain, dan berusaha untuk menghindari diri dari orang
lain.
4. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang tidak
nyata.
5. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
6. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik dan
berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya.
7. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya),
dan takut.
8. Sulit berhubungan dengan orang lain.
9. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah.
10. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
11. Tampak tremor dan berkeringat, perilaku

7
2.6 Rentang Respon Halusinasi
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada
dalam rentang respon neurobiology. Ini merupakan respon persepsi paling
maladaptif. Jika klien sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan
menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui
panca indra (pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan, dan perabaan),
klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indra
ibualaupun sebenarnya stimulus itu tidak ada. Diantara kedua respon tersebut
adalah respon individu yang karena sesuatu hal mengalami kelainan persepsi
yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya yang disebut sebagai
ilusi. Klien mengalami ilusi jika interpretasi yang dilakukannya terhadap
stimulus panca indra tidak akurat sesuai stimulus yang diterima.

Respon Adaptif Respon Maladptif


Pikiran logis Distorsi pikiran Gangguan pikir/delusi
Persepsi akurat Ilusi Halusinasi
Emosi konsisten Reaksi emosi berlebihan Sulit berespon emosi
dengan pengalaman atau sangat kurang perilaku disorganisasi
Perilaku sesuai Perilaku aneh/tidak biasa Isolasi sosial
Berhubungan sosial Menarik diri

8
2.7 Pohon Masalah Halusinasi

2.8 Penatalasanaan Halusinasi


1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien
akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara
individual dan usahakan agar terjadi knntak mata, kalau bisa pasien di sentuh
atau di pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional.
Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien, bicaralah dengan
pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya pasien di beritahu.
Pasien di beritahu tindakan yang akan di lakukan. Di ruangan itu hendaknya
di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan mendorong pasien
untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau
hiasan dinding, majalah dan permainan.

2. Melaksanakan program terapi dokter. Sering kali pasien menolak obat yang
di berikan sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang di terimanya.
Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus

9
mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang
di berikan.

3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada.


Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali
masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta
membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat
melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien.

4. Memberi aktivitas pada pasien. Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk


melakukan gerakan fisik, misalnya berolah raga, bermain atau melakukan
kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien ke kehidupan
nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun
jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.

5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan. Keluarga


pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar ada
kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalny
dari percakapan dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering
mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya
suara-suara itu tidak terdengar jelas. Perawat menyarankan agar pasien jangan
menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada.
Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan
petugaslain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan
tidak bertentangan.

10
2.9 Strategi Pelaksanaan Halusinasi
1. Strategi Pelaksanan (SP) 1 : Pengkajian dan Mengenal Halusinasi
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
a. Klien mengatakan mendengar suara laki-laki yang mengejeknya.
b. Klien mengatakan suara itu datang ketika sendiri di kamar.
Data objektif :
a. Klien tampak tertaibua sendiri.
b. Klien tampak mengarahkan telinganya ke suatu tempat.

2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran

3. Tujuan Tindakan Keperawatan.


Pasien mampu :
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Mengenal halusinasi dan mampu mengontrol halusinasi dengan
menghardik.
c. Mengontrol halusinasi dengan enam benar minum obat.
d. Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
e. Mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas sehari-hari.

4. Tindakan Keperawatan.
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Membantu pasien menyadari gangguan sensori persepsi
halusinasi.
c. Melatih pasien cara mengontrol halusinasi.

11
Strategi Komunikasi.
a. Fase Orientasi.
 Salam terapeutik
Perawat : Assalamualaikum..!!! Selamat pagi bu… perkenalkan nama
saya Refiazka Yusalia . Saya mahasiswa praktek dari
Poltekkes Kemenkes Padang. Hari ini saya dinas pagi dari
jam 07:00 pagi sampai jam 14:00 siang. Saya akan merawat
ibu selama di rumah sakit ini. Nama ibu siapa?
Pasien : Nama saya Rahmi Novania
Perawat : Senangnya ibu dipanggil apa?
Pasien : Rahmi

Evaluasi/validasi :
Perawat : Baiklah ibuk Rahmi, Bagaimana keadaan ibu hari ini ?
Pasien : Baik buk

Kontrak :
Perawat : Bu Rahmi, bagaimana kalau kita berbincang-bincang
tentang suara yang mengganggu ibuk dan cara mengontrol
suara-suara tersebut, Apakah ibuk Rahmi bersedia?
Pasien : iya buk (sambil menganguk-anggukan kepala)
Perawat : Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 20 menit?
Pasien : Baiklah buk
Perawat : Ibu mau berbincang-bincang dimana?
Pasien : Disini saja buk.
Perawat : baiklah buk kita akan berbincang-bincang disini

b. Fase Kerja .
Perawat : Apakah ibu rahmi mendengar suara tanpa ada wujudnya?
Pasien : Iya Bu..

12
Perawat : Saya percaya ibu mendengar suara tersebut, tetapi saya
sendiri tidak mendengar suara itu. Apa yang dikatakan oleh
suara yang ibu dengar? Apakah ibu mendengarnya terus
menerus atau sewaktu- waktu?
Pasien : Suara itu mengejek saya buk, saya mendengarnya kadang-
kadang Bu
Perawat : Kapan yang paling sering Ibu mendengar suara itu?
Pasien : Siang hari setelah makan buk.
Perawat : Berapa kali dalam sehari ibu mendengarnya?
Pasien : 3- 5 kali buk
Perawat : Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu
sendiri?
Pasien : Iya Bu,saat saya sedang duduk dikamar setelah saya selesai
makan
Perawat : Apa yang ibu rasakan ketika mendengar suara itu?
Bagaimana perasaan ibu ketika mendengar suara tersebut?
Pasien : Saya merasa kesal mendengar suara itu
Perawat : Kemudian apa yang ibu lakukan?
Pasien : Jika saya mendengar suara itu, saya langsuang menutup
telinga saya dengan bantal dan kadang saya berteriak agar
suara itu diam
Perawat : Apakah dengan cara tersebut suara-suara itu hilang?
Pasien : Tidak, suaranya tetap bisa saya dengar.
Perawat : Baiklah bu, apa yang alami itu namanya Halusinasi. Ada
empat cara untuk mengontrol halusinasi yang ibuk Rahmi
alami yaitu menghardik, minum obat, bercakap-cakap, dan
melakukan aktifitas. Hari ini, Bagaimana kalau kita latih
cara yang pertama dahulu, yaitu dengan menghardik, apakah
ibu Rahmi bersedia?
Pasien : Bersedia buk (sambil menganguk-anggukkan kepala)

13
Perawat : Bagaimana kalau kita mulai ya. Saya akan mempraktekan
dahulu, baru ibu mempraktekkan kembali apa yang telah
saya lakukan. Begini bu, jika suara itu muncul katakan
dengan keras “ pergi..pergi saya tidak mau dengar.. kamu
suara palsu” sambil menutup kedua telinga ibu. seperti ini ya
bu. Coba sekarang ibu ulangi lagi seperti yang saya lakukan
tadi.
Pasien : Jika saya mendengar suara itu, saya katakan “Pergi.. pergi
saya tidak mau dengar.. Kamu suara palsu” (sambil menutup
kedua telinganya)
Perawat : Wah bagus sekali bu, ibu sudah bisa mempraktekkan.

c. Terminasi.
Evaluasi subjektif dan objektif :
Perawat : Bagaimana perasaan ibu Rahmi setelah kita kita bercakap-
cakap?
Pasien : Saya merasa baikan bu
Perawat : Baiklah bu, Jika suara itu masih terdengar mengejek ibu,
seperti yang telah kita pelajari bila suara-suara itu muncul
ibu bisa mengatakan “ pergi-pergi saya tidak mau dengar
kamu suara palsu”

Tindakan Lanjut
Perawat : Ibu lakukan itu sampai suara itu tidak terdengar lagi,
lakukan itu selama 3 kali sehari yaitu jam 08:00,
14:00 dan jam 20:00 atau disaat ibu mendengar suara
tersebut. cara mengisi buku kegiatan harian adalah
sesuai dengan jadwal kegiatan harian yang telah kita
buat tadi ya bu. Jika ibu melakukanya secara mandiri
maka ibu menuliskan di kolom M, jika ibu
melakukannya dibantu atau diingatkan oleh keluarga

14
atau teman maka ibu buat di kolom B, Jika ibuk tidak
melakukanya maka ibu tulis di kolom T. apakah ibu
mengerti?
Pasien : Iya,,saya mengerti Bu.

Kontrak yang akan datang :


Perawat : Baik lah Bu, Bagaimana kalau besok kita
berbincang-bincang tentang cara yang kedua yaitu
dengan minum obat untuk mencegah suara-suara itu
muncul, apakah ibu bersedia?
Pasien : Saya bersedia buk.
Perawat : Ibu maunya jam berapa? Bagaimana kalau jam
09:00 ?
Pasien : Baik Bu
Perawat : Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang?
Pasien : Disini saja buk.
Perawat : Baiklah buk Rahmi besok saya akan kesini jam
09:00 ya buk. Saya permisi ya Bu. Assalamualaikum
wr.wb

15
2. Strategi Pelaksanaan (SP) 2 : Minum Obat Enam Benar
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
a. Klien mengatakan mendengar suara laki-laki yang mengejeknya.
b. Klien mengatakan suara itu timbul ketika sendiri.
Data objektif :
a. Klien tampak mengarahkan telinga ke suatu tempat.
b. Klien tampak kesal dan berbicara sendiri.

2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan Persepsi Sensori :Halusinasi pendengaran

3. Tujuan Tindakan Keperawatan.


Pasien mampu mengontrol halusinasi pendengaran dengan enam
benar minum obat.

4. Tindakan Keperawatan.
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa.
c. Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program
d. Jelaskan akibat bila putus obat.
e. Jelaskan cara mendapatkan obat.
f. Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 6 benar (benar obat,
benar pasien, benar cara, benar ibuaktu, benar dosis dan kontinuitas.

16
B. Strategi Komunikasi
a. Fase Orientasi.
Salam Terapeutik.
Perawat : Assalamualaikum, Ibuk masih ingat dengan saya?
Pasien : Masih buk
Perawat : Bagaimana perasaan buk Rahmi hari ini?
Pasien : Baik buk

b. Evaluasi/validasi.
Perawat :Apakah buk Rahmi masih mendengar suara yang mengejek
ibu?
Pasien : Masih buk, saya masih mendengarnya
Perawat : Apakah ibu telah melakukan apa yang telah kita pelajari
kemarin?
Pasien : Sudah, saya sudah melakukannya
Perawat : Apakah dengan menghardik suara-suara yang ibu dengar
berkurang?
Pasien : Iya, suara sudah berkurang
Perawat : Bagus buk. Sekarang coba ibu praktekkan pada saya
bagaimana ibu melakukannya.
Pasien : Jika saya mendengar suara itu, saya katakan “Pergi.. pergi
saya tidak mau dengar.. Kamu suara palsu” (sambil menutup
kedua telinganya)
Perawat : Bagus sekali buk. Coba kita lihat jadwal kegiatan hariannya
ya Bu
Pasien : (mengeluarkan catatan harian dan memberikan kepada
Perawat)
Perawat : Bagus sekali buk Rahmi. Ibuk sudah bisa melakukan
kegiatan menghardik secara mandiri ibuk walaupun masih
ada diingatkan oleh keluarga.

17
Kontrak.
Perawat : Baiklah buk Rahmi, sesuai janji kita kemaren hari ini kita
akan latihan cara yang kedua dari empat mengendalikan
suara-suara yang muncul yaitu cara minum obat yang benar,
apakah ibuk bersedia?
Pasien : Saya bersedia buk (sambil mengannguk)
Perawat :Berapa lama ibuk mau berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 20 menit?
Pasien : Baik buk
Perawat : Ibu mau berbincang-bincang dimana?
Pasien : Disini saja buk
Perawat : Baiklah buk

2. Fase Kerja.
Perawat : Ibuk sudah dapat obat dari Perawat?
Pasien : Sudah buk
Perawat : Ibuk perlu meminum obat ini secara teratur agar pikiran jadi
tenang, dan tidurnya juga menjadi nyenyak. Obatnya ada tiga
macam, yang warnanya orange namanya CPZ minum 3 kali
sehari gunanya supaya tenang dan berkurang rasa marah dan
mondar mandirnya, yang warnanya putih namanya THP
minum 3 kali sehari supaya relaks dan tidak kaku, yang
warnanya merah jambu ini namanya HLP gunanya untuk
menghilangkan suara-suara yang ibuk dengar. Semuanya ini
harus ibuk minum 3 kali sehari yaitu jam 7 pagi, jam 1 siang,
dan jam 7 malam. Bila nanti mulut ibuk terasa kering, untuk
membantu mengatasinya ibuk bisa menghisap es batu yang
bisa diminta pada Perawat. Bila ibuk merasa mata
berkunang-kunang, ibuk sebaiknya istirahat dan jangan
beraktivitas dulu. Jangan pernah menghentikan minum obat

18
sebelum berkonsultasi dengan dokter ya Bu. Sampai disini,
apakah buk Rahmi mengerti ?
Pasien : ya, saya mengerti (sambil menggangguk)
Perawat : Baiklah buk Rahmi, kita lanjutkan ya. Sebelum ibuk
meminum obat lihat dulu label yang menempel di bungkus
obat, apakah benar nama ibuk yang tertulis disitu. Selain itu
ibuk perlu memperhatikan jenis obatnya, berapa dosis, satu
atau dua butir obat yang harus diminum, jam berapa saja
obatnya harus diminum, dan cara meminum obatnya. ibuk
harus meminum obat secara teratur dan tidak
menghentikannya tanpa konsultasi dengan dokter. Sekarang
kita memasukan waktu meminum obat kedalam jadwal ya
buk. Cara mengisi jadwalnya adalah jika ibuk minum
obatnya sendiri tanpa diingatkan oleh Perawat atau teman
maka di isi dengan M artinya mandiri, jika ibu meminum
obatnya diingatkan oleh Perawat atau oleh teman maka di isi
B artinya dibantu, jika ibu tidak meminum obatnya maka di
isi T artinya tidak melakukannya. Mengerti bu?
Pasien : Saya mengerti
Perawat : Coba ibuk ulangi kembali cara mengisi jadwal kegiatan?
Pasien : Jika saya meminum obat tanpa diingatkan maka saya isi di
kolom M artinya mandiri, jika saya minum obat diingatkan
oleh keluarga/ Perawat/ teman saya buat di kolom B, jika
saya tidak melakukannya saya buat di kolom T.
Perawat : Nah bagus, ibuk sudah mengerti.

19
3. Fase Terminasi.
Evaluasi subjektif dan objektif :
Perawat : Bagaimana perasaan ibuk setelah kita berbincang-bincang
tentang obat?
Pasien : Saya sekarang mengerti cara minum obat yang baik buk
Perawat : Sudah berapa cara yang kita latih untuk mengontrol suara-
suara? Coba ibu sebutkan?
Pasien : Menghardik dan minum obat
Perawat : Wah, ibu benar sekali

Tindakan lanjut
Perawat : Jadwal minum obatnya sudah kita buat yaitu 07:00, 13:00
dan 19:00 pada jadwal kegiatan ibuk. Nah sekarang kita
masukan kedalam jadwal minum obat yang telah kita buat
tadi ya ibuk. jangan lupa lakukan semua dengan teratur ya
ibuk
Pasien : Baik Bu

Kontrak yang akan datang :


Perawat : Baik lah buk. Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi
untuk melihat manfaat minum obat dan berlatih cara untuk
mengontrol halusinasi yang ketiga yaitu bercakap-cakap
dengan orang lain. apakah buk Rahmi bersedia?
Pasien : Iya, saya bersedia buk
Perawat : Karena besok saya dinas siang dari pukul 14.00- 21.00 Wib,
jadi kita latihan sore saja ya buk. Kira- kira ibuk siang jam
berapa ibuk bisa?
Pasien : jam 15.00 Bu
Perawat : baiklah buk. Kita akan bertemu jam 15.00 disini ya buk.
Saya permisi dulu ya buk. Assalammualaikum wr.wb

20
3. Strategi Pelaksanaan (SP) 3 : Bercakap-cakap
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
a. Klien mengatakan mendengar suara laki-laki yang mengejeknya.
b. Klien mengatakan suara itu timbul ketika sendiri.
Data objektif :
a. Klien tampak mengarahkan telinga ke suatu tempat.
b. Klien tampak tertawa sendiri.

2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran.

3. Tujuan Tindakan Keperawatan.


Klien mampu mengontrol halusinasinya dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain.

4. Tindakan Keperawatan.
a. Evaluasi ke jadwal harian
b. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain.
c. Menganjurkan kepada klien agar memasukan kegiatan ke jadwal
kegiatan harian klien.

21
B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi.
Salam Terapeutik.
Perawat : Asalammualaikum wr. wb.. selamat pagi Bu Rahmi
Pasien : Walaikumsalam Bu
Evaluasi/validasi.
Perawat : Bagaimana perasaan buk Rahmi hari ini?
Pasien : Baik buk
Perawat : Apakah suara-suara masih muncul?
Pasien : Masih buk, tapi sudah berkurang
Perawat : Apakah Ibuk telah melakukan dua cara yang telah
kita pelajari untuk menghilangkan suara-suara yang
menganggu?
Pasien : Sudah buk
Perawat : Coba saya lihat jadwal kegiatan harian ibuk?
Pasien : (mengeluarkan catatan harian dan memberikan
kepada Perawat)
Perawat : bagus sekali buk, sekarang coba lihat obatnya. Ya
bagus, ibu sudah minum obat dengan teratur jam
07:00, 13:00 dan 19:00 dan latihan menghardik
suara-suara juga dilakukan dengan teratur. Sekarang
coba ceritakan pada saya apakah dengan dua cara tadi
suara-suara yang ibuk dengarkan berkurang?
Pasien : ya, suara sudah mulai berkurang
Perawat : Coba sekarang praktekkan cara menghardik suara-
suara yang telah kita pelajari.
Pasien : Jika saya mendengar suara itu, saya katakan “Pergi..
pergi saya tidak mau dengar.. Kamu suara palsu”
(sambil menutup kedua telinganya)
Perawat : Coba ibuk jelaskan kembali pada saya cara minum
obat dengan benar.

22
Pasien :Sebelum saya meminum obat lihat dulu label yang
menempel di bungkus obat, apakah benar nama saya
yang tertulis disitu, perhatikan jenis obatnya, berapa
dosis, satu atau dua butir obat yang harus diminum,
jam berapa saja obatnya harus diminum, dan cara
meminum obatnya.
Perawat : Bagus sekali ibuk rahmi
Kontrak.
Perawat : Baiklah ibuk sesuai janji kita kemaren hari ini kita
akan belajar cara ketiga dari empat cara
mengendalikan suara-suara yang muncul yaitu
bercakap-cakap dengan orang lain, Apakah buk
Rahmi bersedia?
Pasien : Saya bersedia buk
Perawat : Berapa lama ibu mau berbincang-bincang?
Bagaimana kalau 20 menit, Buk?
Pasien : Baik buk
Perawat : Ibuk mau berbincang-bincang dimana?
Pasien : Disini saja buk.
Perawat : Baiklah ibuk.

2. Fase Kerja.
Perawat : Caranya adalah jika ibu mulai mendengar suara-
suara, langsung saja ibu cari teman untuk diajak
berbicara. Minta teman ibu untuk berbicara dengan
ibu. Contohnya begini ibu, tolong berbicara dengan
saya, saya mulai mendengar suara-suara. Ayo kita
ngobrol dengan saya! Atau Ibuk minta pada perawat
untuk berbicara dengannya seperti “ buk tolong
berbicara dengan saya karena saya mulai mendengar
suara-suara. Sekarang coba ibu praktekkan !

23
Pasien :Jika saya mendengar suara itu, saya cari teman atau
perawat untuk berbicara dengan saya. Buk, tolong
bicara dengan saya karena saya sudah mendengar
suara-suara
Perawat : Bagus sekali buk Rahmi

3. Fase Terminasi.
Evaluasi Subjektif dan Objektif :
Perawat : Bagaimana perasaan ibuk setelah kita berlatih
tentang cara mengontrol suara-suara dengan
bercakap-cakap.
Pasien : Merasa baik buk
Perawat : Jadi sudah berapa cara yang kita latih untuk
mengontrol suara-suara?
Pasien : sudah 3 cara
Perawat : Coba sebutkan
Pasien : menghardik, minum obat dan bercakap- cakap
dengan teman
Perawat : Bagus sekali ibuk. mari kita masukan kedalam
jadwal kegiatan harian ya Ibu

Rencana Tindak Lanjut :


Perawat : berapa kali ibuk akan bercakap-cakap.
Pasien : dua kali buk
Perawat : baiklah buk dua kali saja. Jam berapa saja ibuk?
Pasien : Jam 08.00 dan 19.00
Perawat : Baiklah ibuk jam 08:00 dan 19:00. Jangan lupa ibuk
lakukan cara yang ketiga agar suara-suara yang ibuk
dengarkan tidak mengganggu ibuk lagi.

24
Kontrak yang akan datang :
Perawat : Baik lah buk, Bagaimana kalau besok kita
berbincang-bincang tentang manfaat bercakap-cakap
dan berlatih cara keempat untuk mengontrol suara-
suara yang ibuk dengar dengan cara melakukan
kegiatan aktivitas fisik, apakah buk Rahmi bersedia?
Pasien : ya, saya bersedia (sambil mengangguk-anggukan
kepala)
Perawat : besok saya masih dinas seperti sekarang. Kira kira
ibuk bisa jam berapa?
Pasien : jam 17.00 setelah saya tidur siang saja buk.
Perawat : Baiklah buk, saya akan datang besok jam 17.00 di
ruangan ini ya buk. Saya permisi dulu.
Assalammualaikum wr. Wb
Pasien : Walaikumsalam wr wb

25
4. Strategi Pelaksanaa (SP) 4 : Melakukan Aktivitas Sehari-Hari
A. Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
a. Klien mengatakan masih mendengar suara laki-laki yang
mengejeknya.
b. Klien mengatakan mendengarnya ketika sendiri.
Data objektif :
a. Klien masih tampak berbicara sendiri.
b. Klien masih tampak mengarahkan telinga kesuatu tempat.

2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran.

3. Tujuan Tindakan Keperawatan.


Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan.

4. Tindakan Keperawatan.
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian.
b. Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan
kegiatan yang mampu klien lakukan.
c. Menganjurkan klien memasukan kegiatan ke jadwal kegiatan
sehari-hari klien.

26
B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi.
Salam Terapeutik.
Perawat : Asalamualaikum buk Rahmi, selamat pagi.. Saya
boleh duduk buk?
Pasien : Walaikumsalam wr.wb, boleh buk
Perawat : Ibu masih ingat dengan saya?
Pasien : Masih buk (sambil mengangguk)

Evaluasi validasi.
Perawat :Bagaimana perasaan buk Rahmi hari ini? Apakah
masih ada mendengar suara-suara?
Pasien : saya baik buk, suaranya sudah jarang saya dengar
Perawat :Apakah ibuk telah melakukan tiga cara yang telah
dipelajari untuk menghilangkan suara-suara yang
menganggu?
Pasien : ya , saya sudah melakukannya
Perawat : Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya?
Pasien : (mengambil buku kegiatan harian dan
memberikannya pada perawat)
Perawat :Bagus sekali buk, ibuk minum obatnya dengan
teratur, latihan bercakap-cakap dengan teman dan
perawat juga dilakukan dengan teratur. Sekarang
coba ceritakan pada saya apakah dengan ketiga cara
tadi suara-suara yang ibu dengarkan berkurang?
Pasien : Iya buk, suaranya berkurang
Perawat :Bagus sekali buk, dengan cara tersebut suara-suara
itu sudah tidak akan menganggu ibuk lagi. Coba
sekarang ibuk praktekkan lagi bagaimana cara
menghardik suara-suara yang telah kita pelajari dan

27
jelaskan kembali pada saya 6 cara minum obat yang
benar dan dengan siapa ibu bisa bercakap-cakap?
Pasien : Jika saya mendengar suara itu lagi, saya katakan
“Pergi.. pergi saya tidak mau dengar.. Kamu suara
palsu” (sambil menutup kedua telinganya). Sebelum
saya meminum obat saya lihat dulu label yang
menempel di bungkus obat, apakah benar nama saya
yang tertulis disitu, perhatikan jenis obatnya, berapa
dosis, satu atau dua butir obat yang harus diminum,
jam berapa saja obatnya harus diminum, dan cara
meminum obatnya. Dan yang terakhir saya harus
bercakap cakap dengan teman atau perawat jika suara
itu terdengar.
Perawat : Bagus sekali buk Rahmi ! Ibu sudah bisa
mempraktekkannya.

Kontrak.
Perawat : Baiklah ibu sesuai janji kita kemaren hari ini kita
akan latihan cara yang muncul yaitu melakukan
aktivitas fisik yaitu membersih kamar tujuannya
kalau ibuk sibuk maka kesempatan muncul suara-
suara akan berkurang. Apakah ibuk bersedia?
Pasien : Saya bersedia
Perawat : Berapa lama waktu kita berbincang-bincang buk?
Bagaimana kalau 20 menit?
Pasien :Baiklah buk

28
Fase Kerja.
Perawat : Baiklah mari kita merapikan tempat tidur. Tujuan
nya agar ibuk dapat mengalihkan suara yang
didengar. Dimana kamar tidur ibu?
Pasien : Disana buk, disebelah dapur.
Perawat : (di kamar) Baiklah buk sekarang kita merapikan
tempat tidur ibuk ya. Kalau kita akan merapikan
tempat tidur, kita pindahkan dulu bantal, guling dan
selimutnya. Lalu kita pasang sepraynya lagi, kita
mulai dari arah atas ya sekarang bagian kaki, tarik
dan masukkan, lalu bagian pinggir dimasukkan.
Sekarang ambil bantal dan letakkan dibagian atas
kepala. Selanjutnya kita lipat dan rapikan selimutnya
dan letakan dibawah kaki.
Pasien : (mempraktekkan)
Perawat :Bagus sekali ibuk. ibuk dapat melakukannya
dengan baik dan rapi.

3. Fase Terminasi.
Evaluasi subjektif dan objektif :
Perawat : Bagaimana perasaan ibuk setelah kita membereskan
tempat tidur apakah selama kegiatan berlangsung
suara-suara itu datang?
Pasien : saya senang buk dan suara itu sudah tidak terdengar
lagi.
Perawat : Bagus sekali buk. Jadi selama latihan suara-suara
itu tidak ada ya buk. Ibu dapat melakukan kegiatan
untuk menghilangkan suara-suara dengan sering
bekerja. Apakah ibuk bisa menjelaskan kembali
langkah-langkah merapikan tempat tidur?

29
Pasien : Pindahkan dulu bantal, guling dan selimutnya. Lalu
pasang sepraynya,mulai dari arah atas lalu bagian
kaki, tarik dan masukkan, lalu bagian pinggir
dimasukkan. Kemudian letakkan bantal dibagian atas
kepala. Selanjutnya lipat dan rapikan selimutnya dan
letakan dibawah kaki.

Rencana Tindak Lanjut :


Perawat :Bagus sekali buk sekarang masukan kedalam jadwal
kegiatan harian.
Pasien : baik buk ( sambil membuka buku jadwal harian)

Kontrak yang akan datang


Perawat : Ibuk kita telah melakukan keempat cara untuk
menghilangkan suara-suara yang ibuk dengar. Jadi
ibuk harus melakukannya setiap hari agar suara-
suara itu tidak mengganggu ibuk lagi. Bagaimana
buk? Apakah ibu mengerti?
Pasien : ya saya mengerti
Perawat : Baiklah buk,saya akan menemui ibuk besok untuk
melihat apakah ibuk melakukan keempat kegiatan
tersebut atau tidak. Saya permisi dulu ya buk.
Assalammualaikum wr wb

30
BAB III

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Halusinasi merupakan gangguan orintasi realita, karena terganggunya
fungsi otak: kognitif dan proses pikir, fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi
motorik dan fungsi sosial.
Gangguan terhadap fungsi kognitif dan persepsi akan mengakibatkan
kemampuan menilai terganggu, sedangkan gangguan fungsi emosi, motorik
dan sosial akan mengakibatkan terganggunya kemampuan berespon yakni
perilaku non verbal (Ekspresi,gerakan tubuh) dan perilaku verbal (penampilan
hubungan sosial). Memperhatikan perilaku klien seperti ini tentu akan menjadi
suatu hal yang perlu direspon oleh Perawat profesional, paling tidak
mengeliminir masalah-masalah yang ada sehingga keadaan seorang pasien
tidak berkembang menjadi lebih berat ( perilaku agresif / perilaku kekerasan).

31

Anda mungkin juga menyukai