2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya sehingga
makalah tentang “Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Tunagrahita” untuk memenuhi mata kuliah
keperawatan anak II. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini ialah untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh dosen yang bersangkutan kepada kami kelompok 4 sebagai mahasiswa program studi Ilmu S1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan.
Makalah ini berisi materi tentang Tunagrahita pada anak. Makalah ini dibuat untuk mengetahui materi tentang
Tunagrahita khususnya pada bayi/anak. Dengan makalah ini, diharapkan dapat memudahkan kita dalam
mempelajari materi mengenai Tunagrahita pada bayi/anak. Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan
baik dari cara penulisan maupun isi dari makalah ini, karenanya kami siap menerima baik kritik maupun saran
dari dosen pembimbing dan pembaca demi tercapainya kesempurnaan dalam pembuatan berikutnya.
Kuningan,Januari 2020
Penyusun
Kelompok 4
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Tumbuh kembang anak terjadi secara kompleks dan sistematis. Anak akan mengalami dua
proses, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Proses pertumbuhan dan perkembangan anak
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pengalaman orang tua. Beberapa anak mengalami kegagalan
atau gangguan tumbuh kembang, yaitu penyandang cacat fisik dan mental. Kelompok anak
dengan disabilitas digolongkan kedalam anak berkebutuhan khusus (ABK). Anak berkebutuhan khusus
adalah anak yang mengalami gangguan tumbuh kembang fisik dan mental (WHO dalam Menkes
RI, 2009). Menurut Somantri (2007) anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki kelainan
pada fisik, emosi, mental, intelektual dan sosial.
Berdasarkan konsep diatas dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan khusus (ABK)
adalah anak yang mengalami hambatan pertumbuhan dan perkembangan yang disertai gangguan
pada fisik, emosi, mental, sosial, dan intelejensi yang memerlukan penanganan dan perlakuan
khusus untuk memfasilitasi semua kebutuhan. Salah satu anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah
anak dengan tunagrahita (Sujarwanto, 2005).
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah kami paparkan diatas, maka berikut rumusan masalah yang
kami angkat :
C. Tujuan
Dari rumusan masalah yang telah kami paparkan diatas, maka berikut tujuan yang akan kami
tetapkan :
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Tunagrahita
Menurut Amerrican Association on Mental Retardation (AAMR), tunagrahita merujuk pada
keterbatasan fungsi intelektual umum dan keterbatasan pada keterampilan. Keterampilan adaptif mencakup
area komunikasi, merawat diri, home living, keterampilan sosial, bermasyarakat, mengontrol diri, functional
academics, waktu luang, dan kerja. Tunagrahita merupakan suatu kondisi dimana anak mengalami
hambatan pada perkembangan mental, tingkat intelejensi, bahasa, sosial, dan motorik. Tunagrahita
adalah keterbatasan pada fungsi intelektual dan kemampuan adaptasi. Keterbatasan kemampuan adaptasi
meliputi komunikasi, keterampilan sosial, akademik, kesehatan, keamanan, dan merawat diri (Schwart,
2004). Tunagrahita merupakan suatu keadaan dimana tingkat intelejensinya dibawah rata-rata dan
tunagrahita bukanlah suatu penyakit (Agung, 2008).
Pengertian lain mengenai tunagrahita ialah cacat ganda. Istilah cacat ganda yang digunakan
karena adanya cacat mental yang dibarengi dengan cacat fisik. Misalnya cacat intelegensi yang mereka
alami disertai dengan keterbelakangan penglihatan (cacat mata). Ada juga yang disertai dengan gangguan
pendengaran. Namun, tidak semua anak tunagrahita memiliki cacat fisik. Contohnya pada tunagrahita
ringan yaitu mereka yang masih mempunyai kemungkinan memperoleh pendidikan dalam bidang membaca,
menulis, dan menghitung pada suatu tingkat tertentu di sekolah khusus.
Masalah tunagrahita ringan yaitu kemampuan daya tangkap yang kurang. Secara global
pengertian tunagrahita ialah anak berkebutuhan khusus yang memiliki keterbelakangan dalam intelegensi,
fisik, emosional, dan sosial yang membutuhkan perlakuan khusus supaya dapat berkembang pada
kemampuan yang maksimal (Astati, 2010).
Berdasarkan beberapa konsep diatas dapat disimpulkan bahwa tunagrahita adalah suatu
kondisi dimana anak mengalami keterbatsan pada kemampuan intelejensi dan kemampuan adaptasi
seperti komunikasi, bersosialisasi, menjaga kesehatan, keamanan diri, dan kemampuan merawat diri.
B. Etiologi
Pada sebagian besar kasus RM, penyebabnya tidak diketahui; hanya 25% kasus yang memiliki penyebab
yang spesifik. Secara kasar, penyebab RM dibagi menjadi beberapa kelompok (Medicastore, 2009):
1. Anak-anak yang menderita retardasi mental ini umumnya lebih pendek dari anak yang umurnya
sebaya.
2. Kepandaiannya lebih rendah dari normal.
Lebar tengkorak kepala pendek, mata sipit dan turun, dagu kecil yang mana lidah kelihatan menonjol keluar dan
tangan lebar dengan jari-jari pendek.
D. Patofisiologi
Terdapat beberapa faktor penybab yang dinyatakan sebagai dasar terjadinya retardasi mental,
misalnya faktor cedera yang terjadi di dalam rahim, saat bayi tersebut masih berbentuk janin. Selain itu
dapat pula terjadi sedera pada saat kelahiran (persalinan). Ada teori lain yang menyebutkan adanya variasi
somatik yang dikarenakan perubahan fusngsi kelenjar internal dari ibu selama kehamilan, dan hal ini belum
diketahui mekanismenya. Demikian pula dengan faktor prenatal yang dialami oleh ibu-ibu yang hamil,
misalnya ibu terkena penyakit campak (Rubella) sering anak yang dikandungnya akan mengalami retardasi
mental.
Semua retardasi mental yang langsung disebabkan oleh ganngguan metabolisme (misalnya
metabolisme karbohodrat, protein dan lemak), sindrome reye, dehidrasi hipernatrenik, hipotiroid kongenital,
hipoglikemia dan malnutrisi dapat mengakibatkan retardasi mental.
Penyakit otak yang nyata juga dapat menyebabkan retardasi mental, misalnya akibat neoplasma otak
akan mengakibatkan reaksi sel otak yang bersifat degenaratif, inflamatif, proliferatif ataupun sklerotik yang
menyebabkan disfungsi otak.
Retardasi mental juga dapat disebabkan oleh kesalahan jumlah kromosom (sindroma down), defek
pada kromosom dan translokasi kromosom. Kelainan genetik dan kelaianan metabolik yang diturunkan
juga dapat menyebabkan retardasi mental seperti galaktosemia dan fenilketonuria.
Prematuritas dan kehamilan wanita diatas 40 tahun juga dapat menjadi penyebab kasus retardasi
mental. Hal ini berhubungan dengan keadaan bayi waktu lahir yaitu dengan berat badan rendah kurang
dari 2500 gram, imaturitas karena persalinan prematur dan ketidakseimbangan hormon ibu hamil yang tua
(diatas 40 tahun) (Salmiah, 2010).
A. Pathway
Cidera saat lahir Kehamilan tua > 40 tahun Infiltrasi sel kanker
Konsusmsi obat yang meracuni ke otak
janin
Cidera kepala Keracunan timbal
Infeksi ibu saat hamil (CMV).
Translokasi kromosom
Kerusakan jaringan Kelaianan metabolisme protein,
otak lemak dan karbohidrat
fenilketonuria
Retardasi mental
Sulit mempelajari hal-hal Bergaul dengan anak yang Hampir sama dengan anak
akademik. lebih muda. normal
Anak tunagrahita ringan, Suka menyendiri Kematangan motorik
kemampuan belajarnya paling Mudah dipengaruhi lambat
tinggi setaraf anak normal usia 12 Kurang dinamis Koordinasi gerak kurang
tahun dengan IQ antara 50 – 70, Kurang
Tunagrahita sedang setaraf anak pertimbangan/kontrol diri
normal usia 7, 8 tahun IQ antara 30 Kurang konsentrasi
– 50, tunagrahita berat kemampuan Mudah dipengaruhi
belajarnya setaraf anak normal usia Tidak dapat memimpin
3 – 4 tahun, dengan IQ 30 ke dirinya maupun orang lain.
bawah.
E. Komplikasi
Komplikasi penyakit pada tunagrahita yang seringkali menyertai adalah:
1. Penyakit Alzheimer’s (penyakit kemunduran susunan syaraf pusat)
2. Leukimia (penyakit dimana sel darah putih melipat ganda tanpa terkendalikan).
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Seorang anak RM menunjukkan perkembangan yang secara signifikan lebih lambat dibandingkan
dengan anak lain yang sebaya. Tingkat kecerdasan yang berada dibawah rata-rata bisa dikenali dan
diukur melalui tes kecerdasan standar (tes IQ), yang menunjukkan hasil kurang dari 2 SD (standar
deviasi) dibawah rata-rata (biasanya dengan angka kurang dari 70, dari rata-rata 100).
2. Pada pemeriksaan radiologi didapatkan “brachyaphalic” sutura dan frontale yang terlambat menutup.
Tulang ileum dan sayapnya melebar disertai sudut asetabular yang lebar.
3. Pemeriksaan kariotiping untuk mencari adanya translokasi kromosom.
4. Diagnosis antenatal dengan pemeriksaan cairan amnion atau vili karionik, dapat dilakukan secepatnya
pada kehamilan 3 bulan atau pada ibu yang sebelumnya pernah melahirkan anak dengan syndrom
down yang nantinya akan menjadi retardasi mental. Bila didapatkan janin yang dikandung menderita
syndrom down dapat ditawarkan terminasi kehamilan kepada orang tua.
5. Pada anak dengan Sindrom Down mempunyai jumlah kromosom 21 yang berlebih (3 kromosom) di
dalam tubuhnya yang kemudian disebut trisomi 21. Adanya kelebihan kromosom menyebabkan
perubahan dalam proses normal yang mengatur embriogenesis. Materi genetik yang berlebih tersebut
terletak pada bagian lengan bawah dari kromosom 21 dan interaksinya dengan fungsi gen lainnya
menghasilkan suatu perubahan homeostasis yang memungkinkan terjadinya penyimpangan
perkembangan fisik (kelainan tulang), SSP (penglihatan, pendengaran) dan kecerdasan yang terbatas
(Salmiah, 2010).
G. Penatalaksanaan
2. Pendidikan
a. Intervensi Dini
Program ini dapat dipakai sebagai pedoman bagi orang tua untuk memberi lingkungan yang
memeadai bagi anak dengan retardasi mental, bertujuan untuk latihan motorik kasar dan halus serta
petunjuk agar anak mampu berbahasa. Selain itu agar anak mampu mandiri seperti berpakaian,
makan, belajar, BAB/BAK, mandi.
b. Taman Bermain
Misal dengan peningkatan ketrampilan motorik kasar dan halus melalui bermain dengan temannya,
karena anak dapat melakukan interaksi sosial dengan temannya.
Anak akan mendapat perasaan tentang identitas personal, harga diri dan kesenangan. Selain itu
mengasah perkembangan fisik, akademis dan dan kemampuan sosial, bekerja dengan baik dan
menjali hubungan baik.
1. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji meliputi (Doenges, 1999) :
f. Kemampuan motorik
g. Kemampuan keluarga dalam merawat anak denga syndrom down terutama tentang kemajuan
perkembangan mental anak
6. Bagaimana penyesuaian keluarga terhadap diagnosis dan kemajuan perkembangan mental anak.
H. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan NANDA menurut Wilkinson (2011):
1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan keterlambatan perkembangan bahasa, social dan
kognitif.
2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya kematangan perkembangan.
3. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan kesulitan adaptasi sosial.
4. Gangguan aktivitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan fisik dan mental.
5. Resiko cidera berhubungan dengan mobilitas fisik tidak seimbang.
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
Pada tanggal 12 Desember 2019, An.A berusia 6 tahun masuk ke RS karena penyakit
tuna grahita yang dialaminya. Keluarga klien mengatakan anaknya lahir secara prematur,
pada saat usia 10 bulan klien pernah mengalami jatuh dari tempat tidur. Keluarganya sangat
cemas dan Ibunya mengatakan anaknya kesulitan berfikir dan memahami , disekolah pun
menunjukan sikap yang berbeda dari teman-teman sekelasnya .Presentasi belajarnnya juga
tidak sebagus teman-temannya. Perilaku dirumah juga klien lebih suka menghabiskan
waktunya di dalam rumah di bandingkan dengan bermain bersama teman-temannya. Klien
juga tidak bisa melakukan aktifitas sehari-hari dengan sendiri seperti memakai baju, mandi
dan makan. Ketika di suruh belajar oleh orang tuannya, klien selalu mencari kesibukan lain
seperti menonton tv, bermain boneka, atau berlari-lari. Apabila orang tuanya memarahinya,
klien berbalik marah dan tidak segan untuk memukul orang tuanya dan melempar barang-
barang yang ada di dekatnya. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan klien tampak gelisah,
perilaku hiperaktif dan agresif. Berdasarkan pemeriksaan fisik TD: 90/70 mmHg, Nadi:
83x/menit, Suhu:36,8oC, RR: 26x/menit.
3.1 Pengkajian
I. Identitas
1. Nama :An.A
3. Usia : 6 tahun
4. Pendidikan : SD
8. Agama : Islam
II. KeluhanUtama
III. RiwayatPenyakit
IV. RiwayatMasaLampau
a. Pra natal
Tidak ada data
b. Natal
Ibu mengatakan waktu melahirkan anaknya lahir prematur
c. Post natal
Tidak ada data
d. Penyakit waktu kecil
Tidak ada data
e. Pernah di rawat di RS
Tidak pernah di rawat di RS
f. Obat-obatan yang digunakan
Tidak ada obat-obatan yang digunakan
g. Riwayat alergi
Tidak mempunyai riwayat alergi
h. Riwayat imunisasi
Lengkap
i. Polinutrisi yang diberikan
Tidak ada data
V. Riwayat Keluarga
Tidak ada yang menderita penyakit seperti yang di derita klien, tidak
ada yang menderita penyakit keturunan atau penyakit menular.
VI. RiwayatSosial
1. Diagnosa Medis
Tuna Grahita
2. Tindakan Operasi
Tidak direncanakan operasi
3. Hasil Labolatorium
IX. AktifitasSehari-hari
5 Aktifitas Bermain
a. Frekuensi Fleksibel Terbaring lemah
b. Jenis Mainan perempuan Tidak bermain
c. Keluhan Tidak Ada Lemas
6 Istirahat tidur
a. Frekuensi 2x sehari 2x sehari
b. Kebiasaan siang,malam siang,malam
c. Waktu / lama tidur / hari 8 jam 6 jam
d. Keluhan Tidak Ada Tidurterganggu
7 Personal Higiene
a. Oral Care Bersih Kurangbersih
b. Mandi 2x sehari Diseka
c. Keramas 1x sehari Diseka
d. Penampilan umum Bersih Kurangbersih
N Dx Etiologi Masalah
o
individudalammerawatdiri
Gangguan aktivitas
Isolasi sosial
XIII. RencanaKeperawatan
XIII. ImplementasiKeperawatan
XIV EvaluasiKeperawatan
Tanggaldanwaktu No dx Evaluasi
12/12/19 1. S:Ibu pasien mengatakan anaknya
11.00 masih kesulitan berfikir dan memahami
O: Anak terlihat seperti tidak mengerti
apa yang dikatakan orang tuanya
A: Masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
12/12/19 2. S:Ibu pasien mengatakan anaknya
11.00 masih tidak bisa melakukan aktifitas
sehari-hari dengan sendiri seperti
memakai baju, mandi dan makan.
O: Tidak bisamandi, makan dan
memakai baju secara mandiri
A: Masalah belum teratasi
P:Intervensi dilanjutkan
12/12/19 3. S : Ibu pasien mengatakan anaknya
11.00 masih sulit untuk berinteraksi dengan
orang disekitarnya.
O : Anak tidak menimpali apa yang
dikatakan orang disekitarnya
A: Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
12/12/19 4. S : Ibu pasien mengatakan anaknya
11.00 masih kesulitan untuk melakukan
aktivitas secara mandiri.
O : Ana tidak bisa melakukan aktivitas
secara mandiri.
A: Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan.
12/12/19 5. S : Ibu pasien mengatakan anaknya
11.00 sudah tidak mencelakai orang lain
O : tidak ada tindakan kekerasan pada
orang disekitarnya
A: masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan.
BAB IV
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Tunagrahita merupakan suatu kondisi dimana anak mengalami hambatan pada perkembangan
mental, tingkat intelejensi, bahasa, sosial, dan motorik. Tunagrahita adalah keterbatasan pada fungsi
intelektual dan kemampuan adaptasi. Keterbatasan kemampuan adaptasi meliputi komunikasi,
keterampilan sosial, akademik, kesehatan, keamanan, dan merawat diri (Schwart, 2004). Pada sebagian
besar kasus RM, penyebabnya tidak diketahui; hanya 25% kasus yang memiliki penyebab yang spesifik.
Secara kasar, penyebab RM dibagi menjadi beberapa kelompok (Medicastore, 2009):
1.2 Saran
Diharapkan mahasiswa dapat memahami materi yang telah kami susun, dan dapat
mengaplikasikannya di dalam melakukan tindakan keperawatan, khususnya pada pasien yang
mengalami tunagrahita. Serta mampu memberikan asuhan keperawatan yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA