Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH TENTANG TUNAGRAHITA PADA ANAK

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas

Mata kuliah Keperawatan Anak II

Disusun oleh kelompok 4 :

Ai Maulidina Hasanah CKR0170003


Cahyati Nurmala CKR0170006
Dara Permatasari CKR0170008
El Fida Nabillah CKR0170011
Elin Purnamasari CKR0170012
HenyAgustina CKR0170016
Heny Dwi Apriliyani CKR0170017
Ika Muliasari CKR0170019
Ilfa Latifah Fauziah CKR0170020
Nabila Rizky Ayulistiani CKR0170033
R Alisha Ariliani E ffendi CKR0170037
Reva Silvia Oktavia Ida CKR0170043
Sera Fitriawati CKR0170046
Tita Listiani Putri CKR0170054
Uun Kurniati CKR0170055

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

2020

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya sehingga
makalah tentang “Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Tunagrahita” untuk memenuhi mata kuliah
keperawatan anak II. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini ialah untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh dosen yang bersangkutan kepada kami kelompok 4 sebagai mahasiswa program studi Ilmu S1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan.
Makalah ini berisi materi tentang Tunagrahita pada anak. Makalah ini dibuat untuk mengetahui materi tentang
Tunagrahita khususnya pada bayi/anak. Dengan makalah ini, diharapkan dapat memudahkan kita dalam
mempelajari materi mengenai Tunagrahita pada bayi/anak. Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan
baik dari cara penulisan maupun isi dari makalah ini, karenanya kami siap menerima baik kritik maupun saran
dari dosen pembimbing dan pembaca demi tercapainya kesempurnaan dalam pembuatan berikutnya.

Kuningan,Januari 2020
Penyusun

Kelompok 4

DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Tumbuh kembang anak terjadi secara kompleks dan sistematis. Anak akan mengalami dua
proses, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Proses pertumbuhan dan perkembangan anak
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pengalaman orang tua. Beberapa anak mengalami kegagalan
atau gangguan tumbuh kembang, yaitu penyandang cacat fisik dan mental. Kelompok anak
dengan disabilitas digolongkan kedalam anak berkebutuhan khusus (ABK). Anak berkebutuhan khusus
adalah anak yang mengalami gangguan tumbuh kembang fisik dan mental (WHO dalam Menkes
RI, 2009). Menurut Somantri (2007) anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki kelainan
pada fisik, emosi, mental, intelektual dan sosial.

Berdasarkan konsep diatas dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan khusus (ABK)
adalah anak yang mengalami hambatan pertumbuhan dan perkembangan yang disertai gangguan
pada fisik, emosi, mental, sosial, dan intelejensi yang memerlukan penanganan dan perlakuan
khusus untuk memfasilitasi semua kebutuhan. Salah satu anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah
anak dengan tunagrahita (Sujarwanto, 2005).

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah kami paparkan diatas, maka berikut rumusan masalah yang
kami angkat :

1. Apa pengertian dari anak tunagrahita?


2. Bagaimana pengklasifikasian dari anak tunagrahita?
3. Apa sajakah karakteristik pada anak tunagrahita?
4. Seperti apakah kebutuhan pelayanan BK yang dibutuhkan anak penyandang tunagrahita?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah yang telah kami paparkan diatas, maka berikut tujuan yang akan kami
tetapkan :

1. Menjelaskan pengertian dari anak tunagrahita.


2. Mengklasifikasikan anak tunagrahita.
3. Menjelaskan karakteritik pada anak tunagrahita.
4. Menjelaskan kebutuhan pelayanan BK yang dibutuhkan anak penyandang tunagrahita.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Tunagrahita
Menurut Amerrican Association on Mental Retardation (AAMR), tunagrahita merujuk pada
keterbatasan fungsi intelektual umum dan keterbatasan pada keterampilan. Keterampilan adaptif mencakup
area komunikasi, merawat diri, home living, keterampilan sosial, bermasyarakat, mengontrol diri, functional
academics, waktu luang, dan kerja. Tunagrahita merupakan suatu kondisi dimana anak mengalami
hambatan pada perkembangan mental, tingkat intelejensi, bahasa, sosial, dan motorik. Tunagrahita
adalah keterbatasan pada fungsi intelektual dan kemampuan adaptasi. Keterbatasan kemampuan adaptasi
meliputi komunikasi, keterampilan sosial, akademik, kesehatan, keamanan, dan merawat diri (Schwart,
2004). Tunagrahita merupakan suatu keadaan dimana tingkat intelejensinya dibawah rata-rata dan
tunagrahita bukanlah suatu penyakit (Agung, 2008).

Pengertian lain mengenai tunagrahita ialah cacat ganda. Istilah cacat ganda yang digunakan
karena adanya cacat mental yang dibarengi dengan cacat fisik. Misalnya cacat intelegensi yang mereka
alami disertai dengan keterbelakangan penglihatan (cacat mata). Ada juga yang disertai dengan gangguan
pendengaran. Namun, tidak semua anak tunagrahita memiliki cacat fisik. Contohnya pada tunagrahita
ringan yaitu mereka yang masih mempunyai kemungkinan memperoleh pendidikan dalam bidang membaca,
menulis, dan menghitung pada suatu tingkat tertentu di sekolah khusus.
Masalah tunagrahita ringan yaitu kemampuan daya tangkap yang kurang. Secara global
pengertian tunagrahita ialah anak berkebutuhan khusus yang memiliki keterbelakangan dalam intelegensi,
fisik, emosional, dan sosial yang membutuhkan perlakuan khusus supaya dapat berkembang pada
kemampuan yang maksimal (Astati, 2010).
Berdasarkan beberapa konsep diatas dapat disimpulkan bahwa tunagrahita adalah suatu
kondisi dimana anak mengalami keterbatsan pada kemampuan intelejensi dan kemampuan adaptasi
seperti komunikasi, bersosialisasi, menjaga kesehatan, keamanan diri, dan kemampuan merawat diri.

B. Etiologi
Pada sebagian besar kasus RM, penyebabnya tidak diketahui; hanya 25% kasus yang memiliki penyebab
yang spesifik. Secara kasar, penyebab RM dibagi menjadi beberapa kelompok (Medicastore, 2009):

1. Trauma (sebelum dan sesudah lahir)


- Perdarahan intrakranial sebelum atau sesudah lahir
- Cedera hipoksia (kekurangan oksigen), sebelum, selama atau sesudah lahir
- Cedera kepala yang berat
2. Infeksi (bawaan dan sesudah lahir)
- Rubella kongenitalis
- Meningitis
- Infeksi sitomegalovirus bawaan
- Ensefalitis
- Toksoplasmosis kongenitalis
- Listeriosis
- Infeksi HIV
3. Kelainan kromosom
- Kesalahan pada jumlah kromosom (Sindroma Down)
- Defek pada kromosom (sindroma X yang rapuh, sindroma Angelman, sindroma Prader-Willi)
- Translokasi kromosom dan sindroma cri du chat
4. Kelainan genetik dan kelainan metabolik yang diturunkan
- Galaktosemia
- Penyakit Tay-Sachs
- Fenilketonuria
- Sindroma Hunter
- Sindroma Hurler
- Sindroma Sanfilippo
- Leukodistrofi metakromatik
- Adrenoleukodistrofi
- Sindroma Lesch-Nyhan
- Sindroma Rett
- Sklerosis tuberosa
5. Metabolik
- Sindroma Reye
- Dehidrasi hipernatremik
- Hipotiroid kongenital
- Hipoglikemia (diabetes melitus yang tidak terkontrol dengan baik)
6. Keracunan
- Pemakaian alkohol, kokain, amfetamin dan obat lainnya pada ibu hamil
- Keracunan metilmerkuri
- Keracunan timah hitam
7. Gizi
- Kwashiorkor
- Marasmus
- Malnutrisi
8. Lingkungan
- Kemiskinan
- Status ekonomi rendah
- Sindroma deprivasi.

C. Tanda dan Gejala


Beberapa Bentuk Kelainan Pada Anak Dengan retardasi mental menurut Sumarno (2008):

1. sutura sagitalis yang terpisah


2. “plantar crease” jari kaki I dan II
3. hyperfleksibilitas
4. peningkatan jaringan sekitar leher
5. bentuk palatum yang abnormal
6. hidung hipoplastik
7. kelemahan otot dan hipotonia
8. bercak brushfield pada mata, mata sipit.
9. mulut terbuka dan lidah terjulur
10. lekukan epikantus (lekukan kulit yang berbentuk bundar) pada sudut mata sebelah dalam
11. single palmar crease pada tangan kiri dan kanan
12. jarak pupil yang lebar
13. tangan dan kaki yang pendek serta lebar
14. bentuk / struktur telinga yang abnormal, telinga letak rendah
15. kelainan mata, tangan, kaki, mulut, sindaktili
Gejala-Gejala Lain :

1. Anak-anak yang menderita retardasi mental ini umumnya lebih pendek dari anak yang umurnya
sebaya.
2. Kepandaiannya lebih rendah dari normal.
Lebar tengkorak kepala pendek, mata sipit dan turun, dagu kecil yang mana lidah kelihatan menonjol keluar dan
tangan lebar dengan jari-jari pendek.

D. Patofisiologi
Terdapat beberapa faktor penybab yang dinyatakan sebagai dasar terjadinya retardasi mental,
misalnya faktor cedera yang terjadi di dalam rahim, saat bayi tersebut masih berbentuk janin. Selain itu
dapat pula terjadi sedera pada saat kelahiran (persalinan). Ada teori lain yang menyebutkan adanya variasi
somatik yang dikarenakan perubahan fusngsi kelenjar internal dari ibu selama kehamilan, dan hal ini belum
diketahui mekanismenya. Demikian pula dengan faktor prenatal yang dialami oleh ibu-ibu yang hamil,
misalnya ibu terkena penyakit campak (Rubella) sering anak yang dikandungnya akan mengalami retardasi
mental.
Semua retardasi mental yang langsung disebabkan oleh ganngguan metabolisme (misalnya
metabolisme karbohodrat, protein dan lemak), sindrome reye, dehidrasi hipernatrenik, hipotiroid kongenital,
hipoglikemia dan malnutrisi dapat mengakibatkan retardasi mental.
Penyakit otak yang nyata juga dapat menyebabkan retardasi mental, misalnya akibat neoplasma otak
akan mengakibatkan reaksi sel otak yang bersifat degenaratif, inflamatif, proliferatif ataupun sklerotik yang
menyebabkan disfungsi otak.
Retardasi mental juga dapat disebabkan oleh kesalahan jumlah kromosom (sindroma down), defek
pada kromosom dan translokasi kromosom. Kelainan genetik dan kelaianan metabolik yang diturunkan
juga dapat menyebabkan retardasi mental seperti galaktosemia dan fenilketonuria.
Prematuritas dan kehamilan wanita diatas 40 tahun juga dapat menjadi penyebab kasus retardasi
mental. Hal ini berhubungan dengan keadaan bayi waktu lahir yaitu dengan berat badan rendah kurang
dari 2500 gram, imaturitas karena persalinan prematur dan ketidakseimbangan hormon ibu hamil yang tua
(diatas 40 tahun) (Salmiah, 2010).

A. Pathway

antenatal Penyebab langsung


intranatal

Cidera saat lahir  Kehamilan tua > 40 tahun Infiltrasi sel kanker
 Konsusmsi obat yang meracuni ke otak
janin
Cidera kepala  Keracunan timbal
 Infeksi ibu saat hamil (CMV).
 Translokasi kromosom
Kerusakan jaringan  Kelaianan metabolisme protein,
otak lemak dan karbohidrat
 fenilketonuria

Defek pada otak

Retardasi mental

Gangguan fungsi kognitif Ggn fungsi sosial Ggn perkembangan fisik

 Sulit mempelajari hal-hal  Bergaul dengan anak yang  Hampir sama dengan anak
akademik. lebih muda. normal
 Anak tunagrahita ringan,  Suka menyendiri  Kematangan motorik
kemampuan belajarnya paling  Mudah dipengaruhi lambat
tinggi setaraf anak normal usia 12  Kurang dinamis  Koordinasi gerak kurang
tahun dengan IQ antara 50 – 70,  Kurang
Tunagrahita sedang setaraf anak pertimbangan/kontrol diri
normal usia 7, 8 tahun IQ antara 30  Kurang konsentrasi
– 50, tunagrahita berat kemampuan  Mudah dipengaruhi
belajarnya setaraf anak normal usia  Tidak dapat memimpin
3 – 4 tahun, dengan IQ 30 ke dirinya maupun orang lain.
bawah.

E. Komplikasi
Komplikasi penyakit pada tunagrahita yang seringkali menyertai adalah:
1. Penyakit Alzheimer’s (penyakit kemunduran susunan syaraf pusat)
2. Leukimia (penyakit dimana sel darah putih melipat ganda tanpa terkendalikan).

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Seorang anak RM menunjukkan perkembangan yang secara signifikan lebih lambat dibandingkan
dengan anak lain yang sebaya. Tingkat kecerdasan yang berada dibawah rata-rata bisa dikenali dan
diukur melalui tes kecerdasan standar (tes IQ), yang menunjukkan hasil kurang dari 2 SD (standar
deviasi) dibawah rata-rata (biasanya dengan angka kurang dari 70, dari rata-rata 100).
2. Pada pemeriksaan radiologi didapatkan “brachyaphalic” sutura dan frontale yang terlambat menutup.
Tulang ileum dan sayapnya melebar disertai sudut asetabular yang lebar.
3. Pemeriksaan kariotiping untuk mencari adanya translokasi kromosom.
4. Diagnosis antenatal dengan pemeriksaan cairan amnion atau vili karionik, dapat dilakukan secepatnya
pada kehamilan 3 bulan atau pada ibu yang sebelumnya pernah melahirkan anak dengan syndrom
down yang nantinya akan menjadi retardasi mental. Bila didapatkan janin yang dikandung menderita
syndrom down dapat ditawarkan terminasi kehamilan kepada orang tua.
5. Pada anak dengan Sindrom Down mempunyai jumlah kromosom 21 yang berlebih (3 kromosom) di
dalam tubuhnya yang kemudian disebut trisomi 21. Adanya kelebihan kromosom menyebabkan
perubahan dalam proses normal yang mengatur embriogenesis. Materi genetik yang berlebih tersebut
terletak pada bagian lengan bawah dari kromosom 21 dan interaksinya dengan fungsi gen lainnya
menghasilkan suatu perubahan homeostasis yang memungkinkan terjadinya penyimpangan
perkembangan fisik (kelainan tulang), SSP (penglihatan, pendengaran) dan kecerdasan yang terbatas
(Salmiah, 2010).
G. Penatalaksanaan

1. Penanganan Secara Medis

a. Pendengarannya : sekitar 70-80 % anak retardasi mental terdapat gangguan pendengaran


dilakukan tes pendengaran oleh THT sejak dini.
b. Penyakit jantung bawaan
c. Penglihatan : perlu evaluasi sejak dini.
d. Nutrisi : akan terjadi gangguan pertumbuhan pada masa bayi / prasekolah.
e. Kelainan tulang : dislokasi patela, subluksasio pangkal paha / ketidakstabilan atlantoaksial. Bila
keadaan terakhir ini sampai menimbulkan medula spinalis atau bila anak memegang kepalanya
dalam posisi seperti tortikolit, maka perlu pemeriksaan radiologis untuk memeriksa spina servikalis
dan diperlukan konsultasi neurolugis.

2. Pendidikan

a. Intervensi Dini
Program ini dapat dipakai sebagai pedoman bagi orang tua untuk memberi lingkungan yang
memeadai bagi anak dengan retardasi mental, bertujuan untuk latihan motorik kasar dan halus serta
petunjuk agar anak mampu berbahasa. Selain itu agar anak mampu mandiri seperti berpakaian,
makan, belajar, BAB/BAK, mandi.

b. Taman Bermain

Misal dengan peningkatan ketrampilan motorik kasar dan halus melalui bermain dengan temannya,
karena anak dapat melakukan interaksi sosial dengan temannya.

c. Pendidikan Khusus (SLB-C)

Anak akan mendapat perasaan tentang identitas personal, harga diri dan kesenangan. Selain itu
mengasah perkembangan fisik, akademis dan dan kemampuan sosial, bekerja dengan baik dan
menjali hubungan baik.

3. Penyuluhan Pada Orang Tua

1. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji meliputi (Doenges, 1999) :

1. Selama Masa Neonatal Yang Perlu Dikaji :

a. Keadaan suhu tubuh terutama masa neonatal

b. Kebutuhan nutrisi / makan

c. Keadaan indera pendengaran dan penglihatan

d. Pengkajian tentang kemampuan kognitif dan perkembangan mental anak

e. Kemampuan anak dalam berkomunikasi dan bersosialisasi

f. Kemampuan motorik

g. Kemampuan keluarga dalam merawat anak denga syndrom down terutama tentang kemajuan
perkembangan mental anak

2. Pengkajian terhadap kemampuan motorik kasar dan halus

3. Pengkajian kemampuan kognitif dan perkembangan mental


4. Pengkajian terhadap kemampuan anak untuk berkomunikasi

5. Tes pendengaran, penglihatan dan adanya kelainan tulang

6. Bagaimana penyesuaian keluarga terhadap diagnosis dan kemajuan perkembangan mental anak.

H. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan NANDA menurut Wilkinson (2011):
1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan keterlambatan perkembangan bahasa, social dan
kognitif.
2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya kematangan perkembangan.
3. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan kesulitan adaptasi sosial.
4. Gangguan aktivitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan fisik dan mental.
5. Resiko cidera berhubungan dengan mobilitas fisik tidak seimbang.

BAB III

PEMBAHASAN KASUS

Pada tanggal 12 Desember 2019, An.A berusia 6 tahun masuk ke RS karena penyakit
tuna grahita yang dialaminya. Keluarga klien mengatakan anaknya lahir secara prematur,
pada saat usia 10 bulan klien pernah mengalami jatuh dari tempat tidur. Keluarganya sangat
cemas dan Ibunya mengatakan anaknya kesulitan berfikir dan memahami , disekolah pun
menunjukan sikap yang berbeda dari teman-teman sekelasnya .Presentasi belajarnnya juga
tidak sebagus teman-temannya. Perilaku dirumah juga klien lebih suka menghabiskan
waktunya di dalam rumah di bandingkan dengan bermain bersama teman-temannya. Klien
juga tidak bisa melakukan aktifitas sehari-hari dengan sendiri seperti memakai baju, mandi
dan makan. Ketika di suruh belajar oleh orang tuannya, klien selalu mencari kesibukan lain
seperti menonton tv, bermain boneka, atau berlari-lari. Apabila orang tuanya memarahinya,
klien berbalik marah dan tidak segan untuk memukul orang tuanya dan melempar barang-
barang yang ada di dekatnya. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan klien tampak gelisah,
perilaku hiperaktif dan agresif. Berdasarkan pemeriksaan fisik TD: 90/70 mmHg, Nadi:
83x/menit, Suhu:36,8oC, RR: 26x/menit.
3.1 Pengkajian

I. Identitas

1. Nama :An.A

2. Tanggallahir : 02 Desember 2012

3. Usia : 6 tahun

4. Pendidikan : SD

5. Alamat : Kadugede, Kuningan

6. Nama Ayah/Ibu :Tn.R/Ny.S

7. Pekerjaan Ayah/Ibu :Wiraswasta/IRT

8. Agama : Islam

9. Suku/ Bangsa :Sunda

10. Tanggalmasuk RS : 12 Desember 2019

11. TanggalPengkajian : 12 Desember 2019

II. KeluhanUtama

Keluarga mengatakan, klien kesulitan berfikir dan memahami

III. RiwayatPenyakit

Keluarga klien mengatakan mengeluh kesulitan berfikir dan memahami, klien


juga jarang berinteraksi dengan teman-temannya. Klien juga tidak bisa melakukan
aktifitas sehari-hari dengan sendiri seperti memakai baju, mandi dan makan. Klien
ketika di suruh belajar oleh orang tuannya, klien selalu mencari kesibukan lain seperti
menonton tv, bermain boneka, atau berlari-lari. Apabila orang tuanya memarahinya,
klien berbalik marah dan tidak segan untuk memukul orang tuanya dan melempar
barang-barang yang ada di dekatnya. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan klien tampak
gelisah, perilaku hiperaktif dan agresif. Berdasarkan pemeriksaan fisik TD: 90/70
mmHg, Nadi: 83x/menit, Suhu:36,8oC, RR: 26x/menit.

IV. RiwayatMasaLampau

a. Pra natal
Tidak ada data
b. Natal
Ibu mengatakan waktu melahirkan anaknya lahir prematur
c. Post natal
Tidak ada data
d. Penyakit waktu kecil
Tidak ada data
e. Pernah di rawat di RS
Tidak pernah di rawat di RS
f. Obat-obatan yang digunakan
Tidak ada obat-obatan yang digunakan
g. Riwayat alergi
Tidak mempunyai riwayat alergi
h. Riwayat imunisasi
Lengkap
i. Polinutrisi yang diberikan
Tidak ada data

V. Riwayat Keluarga

a. Penyakit yang pernah/ sedang diderita oleh keluarga

Tidak ada yang menderita penyakit seperti yang di derita klien, tidak
ada yang menderita penyakit keturunan atau penyakit menular.

b. Gambar genogram dengan ketentuan yang berlaku

VI. RiwayatSosial

a. Yang mengasuh anak dan alasannya


An.A diasuh oleh ibunya sendiri, anggota keluarganya saling berinteraksi dan
mencurahkan satu sama lain
b. Pembawaan secara umum
An.A apabila dirumah bermain dengan mainannya sendiri
c. Lingkungan rumah
An.A tinggal di lingkungan yang baik, tetapi An.A tidak suka berinteraksi
dengan teman-teman sebayanya
d. Pemenuhan kebutuhan bermain dirumah
An.A bermain dirumah dengan mainannya sendiri

VII. Keadaan Kesehatan SaatIni

1. Diagnosa Medis
Tuna Grahita
2. Tindakan Operasi
Tidak direncanakan operasi
3. Hasil Labolatorium

VIII. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum : Postur tubuh sedang, kesadaran E=4 M=6


V5=15
b. TTV : TD= 90/80 mmHg N= 84x/menit
RR=26x/menit S= 36,7oC
c. Pemeriksaaan Antropometri : BB= 27kg TB= 130cm
d. Mata : Normal tidak ada kelainan pada mata
e. Hidung : Normal tidak ada kelainan pada hidung
f. Mulut :Bibir terlihat kering
g. Telinga : Normal tidak ada secret dan darah
h. Leher :Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
i. Dada :Pergerakan dada simetris
j. Abdomen : Normal tidak ada pembengkakan pada
abdomen
k. Punggung :Bentuk tulang punggung normal tidak ada
kelainan
l. Genetalia :Perempuan, tidak terpasang DC
m. Ekstremitas :Tidak terdapat sianosis atau edema
n. Kulit : Turgor kulit baik, tidak ada lesi tidak ada
kelainan

IX. AktifitasSehari-hari

No Jenis Aktivitas Sebelum sakit Setelah sakit


1 Oksigenasi
a. Pola napas Normal Normal
b. Frekuensi - 26x/menit
c. Keluhan sesak Tidak Ada Sesak Tidak AdaSesak
d. Batuk pilek Tidak Ada Tidak Ada
e. Terpasang alat bantu (oksigen) Tidak Ada Tidak Ada
Tidak Tidak
2 Cairan (Minum)
a. Frekuensi 1,5L 1,5L
b. Jenis Air putih Air Putih
c. Riwayat alergi Tidak Ada Tidak Ada
d. Keluhan Tidak Ada Tidak Ada
e. Terpasang alat bantu ( Tidak Ada Tidak Ada
pemasangan infus/transfusi )
3 Nutrisi ( Makanan )
a. Frekuensi 3x sehari 2x sehari
b. Jenis Nasi dan lauk pauk Nasi dan lauk pauk
c. Riwayat alergi Tidak Ada Tidak Ada
d. Keluhan Tidak Ada Tidak Ada
e. Terpasang alat bantu ( Tidak Ada Tidak Ada
NGT/OGT )
4 Eliminasi ( BAK )
a. Frekuensi 2xsehari 1xsehari
b. Konsistensi Cair Cair
c. Warna Warna khas Warna khas
d. Bau Bau Khas Bau Khas
e. Keluhan Tidak Ada Tidak Ada

5 Aktifitas Bermain
a. Frekuensi Fleksibel Terbaring lemah
b. Jenis Mainan perempuan Tidak bermain
c. Keluhan Tidak Ada Lemas
6 Istirahat tidur
a. Frekuensi 2x sehari 2x sehari
b. Kebiasaan siang,malam siang,malam
c. Waktu / lama tidur / hari 8 jam 6 jam
d. Keluhan Tidak Ada Tidurterganggu

7 Personal Higiene
a. Oral Care Bersih Kurangbersih
b. Mandi 2x sehari Diseka
c. Keramas 1x sehari Diseka
d. Penampilan umum Bersih Kurangbersih

XI. Analisa Data

N Dx Etiologi Masalah
o

1 Ds :Ibu pasien mengatakan Gangguan proses pikir Hambatan interaksi


anaknya kesulitan berfikir sosial berhubungan
dan memahami, disekolah dengan atrofi
pun menunjukan sikap yang Kerusakan komunikas verbal homisfer kiri
berbeda dari teman-teman (disfungsi otak)
sekelasnya. Presentasi
belajarnnya juga tidak Koping individu tidak efektif
sebagus teman-temannya.
Do :pada saat usia 10 bulan Hambatan interaksi sosial
klien pernah mengalami
jatuh dari tempat tidur.

2. Ds :Ibu pasien mengatakan Status kesehatan menurun Defisit perawatan


anaknyajuga tidak bisa diri (mandi,
melakukan aktifitas sehari- berpakaian, makan
hari dengan sendiri seperti Menghambat kemampuan individu dan eliminasi b.d
memakai baju, mandi dan dalam merawat diri gangguan kognitif
makan.

Defisit perawatan diri

Ds : Ibu klien mengatakan Gangguan proses pikir Interaksi sosial


anaknya lebih suka berhubungan
menghabiskan waktunya di dengan kesulitan
dalam rumah di bandingkan Kerusakan komuitas verbal adaptasi sosial
dengan bermain bersama
teman-temannya.
Koping individu tidak efektif

Kerusakan interaksi sosial

Ds : Ibu klien mengatakan Status kesehatanmenurun Gangguan aktivitas


anaknya tidak bisa fisik berhubungan
melakukan aktivitas secara dengan
mandiri. Menghambatkemampuan ketidakmampuan
fisik dan mental

individudalammerawatdiri
Gangguan aktivitas

Ds : Ibu klien mengatakan Gangguan proses pikir Resiko cidera


Apabila orang tuanya berhubungan
memarahinya, klien berbalik dengan mobilitas
marah dan tidak segan untuk Kerusakan komuitas verbal fisik seimbang
memukul orang tuanya dan
melempar barang-barang
yang ada di dekatnya. Koping individu tidak efektif

Kerusakan interaksi sosial

Isolasi sosial

Prilaku kekerasan terhadap diri


sendiri
XII. Diagnosa keperawatan

1. Hambatan interaksi social berhubungan dengan atrofihomisferkiri (disfungsiotak)


2. Defisit perawatan diri (mandi, berpakaian, makan dan eliminasi )b.d gangguan
kognitif
3. Interaksi social berhubungan dengan kesulitan adaptasi social
4. Gangguan aktivitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan fisik dan mental
5. Resiko cidera berhubungan dengan mobilitas fisik seimbang

XIII. RencanaKeperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi


Hambatan interaksi sosial Setelah dilakukan tindakan  Menganjurkan
berhubungan dengan atrofi keperawatan hambatan bersikap jujur dalam
homisfer kiri (disfungsi interaksi sosial akan teratasi berinteraksi dengan
otak ) dengan kriteria hasil : orang lain
Indikator:  Menganjurkan
 Partisipsi bermain 1-5 menghargai hak orang
tidak ada,sedikit, lain
sedang, banyak atau  Menganjurkan sabar
adekuat banyak dalam membangun
 Penampilan peran - hubungan baru
Ketrampilan interaksi  Menggunakan teknik
sosial 1-5 tidak ada , bermain peran untuk
terbatas , sedang , meningkatkan
banyak , atau luas ketrampilan dan
 Keterlibatan sosial teknik berkomunikasi
Defisit perawatan diri : Setelah dilakukan tindakan  Monitor kemampuan
mandi, berpakaian, makan keperawatan , pasien tidak anak untuk perawatan
dan eliminasi b.d gangguan mengalami defisit perawatan diri yang mandiri
kognitif diri dengan kriteria hasil :  Monitor kebutuhan
Indikator : anak untuk alat-alat
 kebersihan diri bantu untuk
adekuat kebersihan diri ,
 mampu melakukan berpakaian , berhias,
ADL dibantu ataupun dan makan
mandiri  Sediakan bantuan
sampai anak mampu
secara utuh untuk
melakukan self-care
 Dorong anak untuk
melakukan aktivitas
sehari-hari yang
normal sesuai
kemampuan yang
dimiliki
 Dorong untuk
melakukansecara
mandiri , tapi beri
bantuan ketika klien
tidak mampu
melakukannya
 Ajarkan anak/keluarga
untuk mendorong
kemandirian , untuk
memberikan bantuan
hanya juka anak tidak
mampu untuk
melakukannya
 Berikan aktivitas
rutin sehari-hari sesuai
kemampuan –
 Pertimbangkan fungsi
mental anak jika
mendorong
pelaksanaan aktivitas
sehari-hari
Gangguan Interaksi sosial Setelah dilakukan tindakan  Diskusikan dengan
berhubungan dengan keperawatan , pasien tidak klien kelebihan yang
kesulitan adaptasi social mengalami gangguan dimilikinya
interaksi sosial dengan  Bantu klien
kriteria hasil : Indikator : mengembangkan
 Klien mampu antara keinginan dan
berhubungan dengan kemampuan yang
orang lain tanpa merasa dimilikinya
rendah diri  Bantu klien
 Klien dapat menyelidiki mengidentifikasikan
dirinya kegiatan atau
 Klien dapat mengevaluasi keinginan yang bakl
diri dicapainya
 Klien dapat membuat  Diskusikan denngan
rencana realistis klien tujuan yang
 Klien dapat dukungan ingin dicapai dengan
keluarga yang kemampuan klien
meningkatkan hanya  Diskusikan dengan
dirinya keluarga cara
merespon terhadap
klien dengan harga
diri rendah seperti
menghargai klien
tidak mengejek, tidak
menjauhi

Gangguan aktivitas fisik Setelah dilakukan tindakan  Pertahanan body


berhubungan dengan keperawatan , pasien tidak aligment dan posisi
ketidakmampuan fisik dan mengalami gangguan yang nyaman
mental aktivitas fisik dengan kriteria  Sediakan bantuan
hasil : Indikator : sampai anak mampu
 klien dapat secara utuh untuk
melakukan aktivitas melakukan self-care
secara adekuat  Cegah pasien jatuh
 tidak terjadi cidera  Ajarkan anak/keluarga
 klien meningkatkan untuk mendorong
aktivitas sesuai batas kemandirian , untuk
toleransi memberikan bantuan
hanya juka anak tidak
mampu untuk
melakukannya
 Berikan aktivitas
rutin sehari-hari sesuai
kemampuan –
 Lakukan latihan aktif
maupun pasif
 Tingkatkan aktivitas
sesuai batas toleransi

Resiko cidera berhubungan Setelah dilakukan tindakan  Kaji faktor risiko


dengan mobilitas fisik keperawatan , pasien tidak cidera
seimbang mengalami gangguan  Identifikasi kebutuhan
aktivitas fisik dengan kriteria keamanan klien sesuai
hasil : Indikator : kondisi dan fungsi
 Pengendalian faktor kognitif klien
resiko  Ajarkan pada klien
 Riseko cidera dan keluarga cara
menurun mengidentifikasi
 Lingkungan aman faktor risiko cidera
dan cara
penanggulangannya

XIII. ImplementasiKeperawatan

Tanggaldanwaktu No Dx Implementasi ResponKlien


12/12/19 1.  Menganjurkan anak untuk Pasien
11.00 bersikap jujur dalam mendengarkan
berinteraksi dengan orang lain apa yang
 Menganjurkananakuntuk diarahkan oleh
menghargai hak orang lain perawat, tapi tidak
 Menganjurkan sabar dalam memahami apa
membangun hubungan baru yang telah
 Melakukanteknik bermain dijelaskan.
peran untuk meningkatkan
ketrampilan dan teknik
berkomunikasi
12/12/19 2.  Memonitor kemampuan anak Mau belajar dan
11.00 untuk perawatan diri yang melakukan
mandiri tindakan mandiri
 Memoonitor kebutuhan anak seperti yang telah
untuk alat-alat bantu untuk diajarkan oleh
kebersihan diri , berpakaian , perawat.
berhias, dan makan
 Menyediakan bantuan sampai
anak mampu secara utuh untuk
melakukan self-care
 Mengajarkan anak/keluarga
untuk mendorong kemandirian
, untuk memberikan bantuan

12/12/19 3.  Mendiskusikan dengan klien Pasien tidak mau


11.00 kelebihan yang dimilikinya berdiskusi dengan
 Membantu klien perawat tentang
mengembangkan antara kelebihan yang
keinginan dan kemampuan dimilikinya
yang dimilikinya
 Membantu klien
mengidentifikasikan kegiatan
atau keinginan yang bakal
dicapainya sesuai dengan
kemampuannya
 mendiskusikan dengan
keluarga cara merespon
terhadap klien seperti
menghargai klien tidak
mengejek, tidak menjauhi

12/12/19 4. Mau belajar dan


11.00  Menyediakan bantuan sampai melakukan
anak mampu secara utuh untuk tindakan mandiri
melakukan self-care seperti yang telah
 Mencegah pasien jatuh diajarkan oleh
 Mengajarkan anak/keluarga perawat.
untuk mendorong kemandirian
, untuk memberikan bantuan
hanya juka anak tidak mampu
untuk melakukannya
 Memberikan aktivitas rutin
sehari-hari sesuai kemampuan

 melakukan latihan aktif
maupun pasif
 Meningkatkan aktivitas sesuai
batas toleransi

12/12/19 5.  Kaji faktor risiko cidera Pasien tidak


11.00  Identifikasi kebutuhan melakukan
keamanan klien sesuai kondisi tindakan yang
dan fungsi kognitif klien menyebabkan
 Ajarkan pada klien dan cidera
keluarga cara mengidentifikasi
faktor risiko cidera dan cara
penanggulangannya

XIV EvaluasiKeperawatan

Tanggaldanwaktu No dx Evaluasi
12/12/19 1. S:Ibu pasien mengatakan anaknya
11.00 masih kesulitan berfikir dan memahami
O: Anak terlihat seperti tidak mengerti
apa yang dikatakan orang tuanya
A: Masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
12/12/19 2. S:Ibu pasien mengatakan anaknya
11.00 masih tidak bisa melakukan aktifitas
sehari-hari dengan sendiri seperti
memakai baju, mandi dan makan.
O: Tidak bisamandi, makan dan
memakai baju secara mandiri
A: Masalah belum teratasi
P:Intervensi dilanjutkan
12/12/19 3. S : Ibu pasien mengatakan anaknya
11.00 masih sulit untuk berinteraksi dengan
orang disekitarnya.
O : Anak tidak menimpali apa yang
dikatakan orang disekitarnya
A: Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
12/12/19 4. S : Ibu pasien mengatakan anaknya
11.00 masih kesulitan untuk melakukan
aktivitas secara mandiri.
O : Ana tidak bisa melakukan aktivitas
secara mandiri.
A: Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan.
12/12/19 5. S : Ibu pasien mengatakan anaknya
11.00 sudah tidak mencelakai orang lain
O : tidak ada tindakan kekerasan pada
orang disekitarnya
A: masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan.
BAB IV

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Tunagrahita merupakan suatu kondisi dimana anak mengalami hambatan pada perkembangan
mental, tingkat intelejensi, bahasa, sosial, dan motorik. Tunagrahita adalah keterbatasan pada fungsi
intelektual dan kemampuan adaptasi. Keterbatasan kemampuan adaptasi meliputi komunikasi,
keterampilan sosial, akademik, kesehatan, keamanan, dan merawat diri (Schwart, 2004). Pada sebagian
besar kasus RM, penyebabnya tidak diketahui; hanya 25% kasus yang memiliki penyebab yang spesifik.
Secara kasar, penyebab RM dibagi menjadi beberapa kelompok (Medicastore, 2009):

1.2 Saran
Diharapkan mahasiswa dapat memahami materi yang telah kami susun, dan dapat
mengaplikasikannya di dalam melakukan tindakan keperawatan, khususnya pada pasien yang
mengalami tunagrahita. Serta mampu memberikan asuhan keperawatan yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA

1. Astati. 2010. Pendidikan Anak Tunagrahita. Bandung: Karya Mandiri


2. Wilkinson J. M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9 dengan Diagnosa NANDA, Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.
3. Salmiah, S. 2010. Retardasi Mental. Departemen Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi: Universitas
Sumatera Utara.
4. Sumarno, A. 2008. Karakteristik Anak Tunagrahita. Didapat dari URL: www. Elearning.unesa.ac.id. diakses
tanggal 20 Februari 2012.
5. Agung. 2008. Retardasi Mental. http://www.arsip_skripsi.com/gu-agunggu/2008/retardasi -mental.html. [13Mei
2013]
6. Departemen Kesehatan RI. 2009. Penanganan Anak Tunagrahita. http://www.depkes.go.id(serial online) [4
maret 2013]
7. Schwart, M. William. 2004. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC
8. Sujarwanto. 2005. Terapi Okupasi Untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Depdikbud

Anda mungkin juga menyukai