Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN


KEJANG DEMAM
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Keperawatan Anak”

Dosen Pengampu :

Endang Purwaningsih, S.Kep, Ns., M.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok 9

Adelia Wiranto Putri (201701002)

Fauziah Zain Muttaqin (201701018)

Tiyan Ramanda Putri (201701033)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN D-III KEPERAWATAN PONOROGO
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Anak dengan Kejang
Demam ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Di samping itu, penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami mohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan
di dalam penulisan makalah ini. Demikian pula halnya kami juga mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi penyempurnaan makalah ini untuk
selanjutnya dapat menjadi lebih baik dan mempunyai potensi untuk
dikembangkan.

Sebagai akhir kata, dengan selesainya makalah ini, maka seluruh isi
makalah ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab kami dan seberapapun
sederhananya makalah ini, kami harapkan mempunyai manfaat bagi semua pihak
yang membaca makalah ini.

Ponorogo, 7 Agustus 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... ...........ii

DAFTAR ISI .............................................................................................. ..........iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang .......................................................................... ............1


B. Rumusan Masalah ....................................................................... ............1
C. Tujuan Penulisan ....................................................................... ............2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Definisi kejang demam ............................................................... ............3


B. Etiologi kejang demam ............................................................... ...........4
C. Patofisiologi kejang demam...............................................................4
D. Manifestasi klinik kejang demam ............................................... ............6
E. Klasifikasi kejang demam ........................................................... ...........7
F. Komplikasi kejang demam.......................................................... ...........7
G. Pemeriksaan penunjang pada kejang demam ............................. ...........8
H. Penatalaksanaan pada kejang demam ......................................... ............8
I. Case study .................................................................................... .........12
J. Analisa data....................................................................................12
K. Asuhan keperawatan pasien kejang demam ............................... .........13

BAB III PENUTUP........................................................................................18

A. Kesimpulan ................................................................................. .........18


B. Saran ........................................................................................... .........18

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 38˚C) akibat suatu proses ekstra kranial.
Kejadian kejang demam terjadi pada 2%-4% anak-anak, dengan insiden
puncak pada usia 2 tahun, 30% kasus kejang demam akan terjadi kembali
pada penyakit demam berikutnya, prognosis kejang demam baik, kejang
demam bersifat benigna. Angka kematian mencapai 0,64%-0,75%.
Sebagian besar penderita kejang demam sembuh sempurna, sebagian
berkembang menjadi epilepsi sebanyak 2-7%. Kejang demam dapat
mengakibatkan gangguan tingkah laku serta penurunan intelegensi dan
pencapaian tingkat akademik, 4% penderita kejang demam secara
bermakna mengalami tingkah laku dan penurunan tingkat intelegensi
(Bulan, 2010).
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan–5 tahun.
Kejadian kejang demam di amerika serikat, amerika selatan, dan eropa
barat diperkirakan 2-4%. Dalam 25 tahun terakhir terjadinya kejang
demam lebih sering terjadi pada saat anak berusia ± 2 tahun (17-23 bulan).
(Kadafi,2013)
Di Indonesia dilaporkan angka kejadian kejang demam 3-4% dari
anak yang berusia 6 bulan–5 pada tahun 2012-2013. Di provinsi Jawa
Tengah mencapai 2-3% dari anak yang berusia 6 bulan–5 tahun pada
tahun 2012-2013 (Depkes Jateng,2013).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari Kejang Demam?
2. Apa etiologi kejang demam?
3. Bagaimana patofisiologi kejang demam?
4. Apa saja manifestasi klinis pada pasien kejang demam?
5. Apa saja klasifikasi kejang demam?

1
6. Apa saja komplikasi pada kejang demam?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang pada pasien kejang demam?
8. Bagaimana penatalaksanaan pasien dengan kejang demam?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasein kejang demam?

C. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi kejang Demam.
2. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi kejang demam.
3. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi kejang demam.
4. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis pada pasien kejang
demam.
5. Mahasiswa dapat mengetahuiklasifikasi kejang demam.
6. Mahasiswa dapat mengetahuikomplikasi pada kejang demam.
7. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang pada pasien
kejang demam.
8. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan pasien dengan kejang
demam.
9. Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan pada pasein kejang
demam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kejang Demam


Kejang demam adalah kejang yang disebabkan kenaikan suhu tubuh
lebih dari 38,40°c tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan
elektrolit akut pada anak berusia di atas 1 bulan tanpa riwayat kejang
sebelumnya (IDAI, 2009).

Kejang demam adalah kejang yang timbul pada saat bayi atau anak
mengalami demam akibat proses diluar intrakranial tanpa infeksi sistem saraf
pusat. Kejang perlu diwaspadai karena dapat terjadi berulang dan dapat
menyebabkan kerusakan sel-sel otak (Tikoalu J.R, 2009).

Menurut Maria (2011), setiap anak dengan kejang demam memiliki


ambang kejang yang berbeda dimana anak dengan ambang kejang yang
rendah terjadi apabila suhu tubuh 38 derajat Celsius tetapi pada anak yang
memiliki ambang kejang yang tinggi terjadi pada suhu 40 derajat Celsius
bahkan bisa lebih dari itu. Demam dapat terjadi setiap saat dan bisa terjadi
pada saat setelah kejang serta anak dengan kejang demam memiliki suhu lebih
tinggi dibandingkan dengan penyakit demam kontrol (Newton, 2015).

Berdasarkan pengertian diatas penulis menyimpulkan Kejang demam


adalah kejadian pada bayi atau anak yang mengalami peningkatan suhu tubuh
diatas rentang normal yaitu ≥ 38,8°C dan disertai dengan kejang.

B. Etiologi Kejang Demam


Penyebab kejang demam yang sering ditemukan adalah :

a. Faktor predisposisi :

1) Keturunan, orang tua yang memiliki riwayat kejang sebelumnya


dapat diturunkan pada anakmya.

3
2) Umur, (lebih sering pada umur < 5 tahun), karena sel otak pada
anak belum matang sehingga mudah mengalami perubahan
konsentrasi ketika mendapat rangsangan tiba-tiba.

b. Faktor presipitasi

1) Adanya proses infeksi ekstrakranium oleh bakteri atau virus


misalnya infeksi saluran pernapasan atas, otitis media akut,
tonsilitis, gastroenteritis, infeksitraktus urinarius dan faringitis.

2) Ketidak seimbangan ion yang mengubah keseimbangan elektrolit


sehingga mengganggu homeostatis kimiawi neuron sehingga
terjadi kelainan depolarisasi neuron misalnya hiponatremia,
hipernatremia, hipoglikemia, hipokalsemia, dan hipomagnesemia.

3) Kejang demam yang disebabkan oleh kejadian perinatal (trauma


kepala, infeksi premature, hipoksia) yang dapat menyebabkan
kerusakan otak.

C. Patofisiologi Kejang Demam


Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak
diperlukan suatu energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk
metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah
oksidasi dimana oksigen disediakan dengan perantaraan fungsi paru dan
diteruskan ke otak melalui system kardiovaskuler. Jadi sumber energi otak
adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air.
Sel dikelilingi oleh suatu membrane yang terdiri dari permukaan dalam
adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionic. Dalam keadaan normal
membrane sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan
sangat sulit dilalui oleh ion natrium (NA+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion
klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan
konsentrasi Na+ rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan
sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar
sel, maka terdapat perbedaan yang disebut potensial membrane dari sel

4
neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensia lmembrane ini diperlukan
energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya :
1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau
aliran listrik dari sekitarnya.
3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan.
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.
Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh
tubu, dibandingkan dengan orang dewasa yanghanya 15%. Jadi pada kenaikan
suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel
neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun
ion Natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan
listrik. Lepas muatan ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh
sel maupun kemembran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut
neurotransmiter dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang
yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seseorang
anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu.
Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang terjadi pada suhu
38oC pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada
suhu 40 oC. Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya
kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga
dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa
penderita kejang. Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya
tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang
berlangsung lama ( lebih dari 15 menit) biasanya disertai terjadinya apnea,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang
akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh
metabolisme anaerob, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak

5
teratur dan suhu tubuh makin meningkat disebabkan meningkatnya aktivitas
otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otakmeningkat.
Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya
kerusakan neuronotak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting
adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga
meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang
mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah
mesiallobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung
lama dapat menjadi “matang” di kemudian hari, sehingga terjadi serangan
epilepsi yang spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat
menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsi.

D. Manifestasi Klinik Kejang Demam


Ngastiyah (2014), menyebutkan bahwa kejang pada anak dapat terjadi
bangkitan kejang dengan suhu tubuh mengalami peningkatan yang cepat dan
disebabkan karena infeksi di luar susunan saraf pusat seperti otitis media akut,
bronkitis, tonsilitis dan furunkulosis. Kejang demam biasanya juga terjadi
dalam waktu 24 jam pertama pada saat demam dan berlangsung singkat
dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik, klonik, tonik dan fokal
atau akinetik. Pada umumnya kejang demam dapat berhenti sendiri dan pada
saat berhenti, anak tidak dapat memberikan reaksi apapun untuk sejenak tetapi
setelah beberapa detik atau bahkan menit kemudian anak akan sadar kembali
tanpa adanya kelainan saraf.
Djamaludin (2010), menjelaskan bahwa tanda pada anak yang
mengalami kejang adalah sebagai berikut : (1) suhu badan mencapai 39 derajat
Celcius; (2) saat kejang anak kehilangan kesadaran, kadang-kadang napas
dapat terhenti beberapa saat; (3) tubuh termasuk tangan dan kaki jadi kaku,
kepala terkulai ke belakang disusul munculnya gejala kejut yang kuat; (4)
warna kulit berubah pucat bahkan kebiruan dan bola mata naik ke atas; (5)
gigi terkatup dan terkadang disertai muntah; (6) napas dapat berhenti selama
beberapa saat; (7) anak tidak dapat mengontrol untuk buang air besar atau
kecil.

6
E. Klasifikasi Kejang Demam
Menurut American Academy of Pediatrics (2011), kejang demam dibagi
menjadi dua jenis diantaranya adalah simple febrile seizureatau kejang demam
sederhana dan complex febrile seizure atau kejang demam kompleks. Kejang
demam sederhana adalah kejang general yang berlangsung singkat (kurang
dari 15 menit), bentuk kejang umum (tonik dan atau klonik) serta tidak
berulang dalam waktu 24 jam dan hanya terjadi satu kali dalam periode 24
jam dari demam pada anak yang secara neorologis normal. Kejang demam
sederhana merupakan 80% yang sering terjadi di masyarakat dan sebagian
besar berlangsung kurang dari 5 menit dan dapat berhenti sendiri. Sedangkan
kejang demam kompleks memiliki ciri berlangsung selama lebih dari 15
menit, kejang fokal atau parsial dan disebut juga kejang umum didahului
kejang parsial dan berulang atau lebih dari satu kali dalam waktu 24 jam.
Menurut Chung (2014), pada kejang demam sederhana umumnya terdiri dari
tonik umum dan tanpa adanya komponen fokus dan juga tidak dapat merusak
otak anak, tidak menyebabkan gangguan perkembangan, bukan merupakan
faktor terjadinya epilepsi dan kejang demam kompleks umumnya memerlukan
pengamatan lebih lanjut dengan rawat inap 24 jam.

F. Komplikasi Kejang Demam


Komplikasi kejang demam menurut ( Waskitho, 2013 dalam
Wulandari & Erawati, 2016) yaitu :
1. Kerusakan neurotransmitter
Lepasnya muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas
ke seluruh sel ataupun membrane sel yang menyebabkan kerusakan
pada neuron.
2. Epilepsi
Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat
serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang
kemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan.
3. Kerusakan antomis di otak

7
Serangan kejang yang berlangsung lama yang dapat menyebabkan
kelainan di otak yang lebih banyak terjadi pada anak berumur 4 bulan
– 5 tahun.
4. Mengalami kecacatan atau kelainan neurologis karena disertai demam.
5. Kemungkinan mengalami kematian.

G. Pemeriksaan Penunjang Kejang Demam


1. Elektroensefalogram ( EEG ) : Untuk membantu menetapkan jenis dan
fokus dari kejang.
2. Pemindaian CT : Menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri
biasanya untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3. Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan
menggunakan lapangan magnetik dan gelombang radio, berguna untuk
memperlihatkan daerah–daerah otak yang tidak jelas terliht bila
menggunakan pemindaian CT.
4. Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk
mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan
lokasi lesi, perubahan metabolik atau aliran darah dalam otak.
5. Uji laboratorium
a. Pungsi lumbal : Menganalisis cairan serebrovaskuler.
b. Hitung darah lengkap : Mengevaluasi trombosit dan hematokrit.
c. Panel elektrolit
d. Skrining toksik dari serum dan urin
e. GDA
f. Kadar kalsium darah
g. Kadar natrium darah
h. Kadar magnesium darah

H. Penatalaksanaan Kejang Demam


Pada penatalaksanaan kejang demam ada 3 hal yang perlu
dikerjakan yaitu :

8
a. Pengobatan Fase Akut

Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang pasien


dimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah atau muntahan. Jalan
napas harus bebas agar oksigennisasi terjamin. Perhatikan keadaan
vital seperti kesadaran, tekanan darah, suhu, pernapasan dan fungsi
jantung. Suhu tubuh tinggi diturunkan dengan kompres air dan
pemberian antipiretik.

Obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah diazepam


yang diberikan intravena atau intrarektal. Dosis diazepam intravena
0,3-0,5 mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1-2 mg/menit dengan dosis
maksimal 20 mg. bila kejang berhenti sebelum diazepam habis,
hentikan penyuntikan, tunggu sebentar, dan bila tidak timbul kejang
lagi jarum dicabut. Bila diazepam intravena tidak tersedia atau
pemberiannya sulit gunakan diazepam intrarektal 5 mg
(BB≤10 kg) atau 10 mg(BB≥10kg) bila kejang tidak berhenti dapat
diulang selang 15 menit kemudian. Bila tidak berhenti juga, berikan
fenitoin dengan dosis awal 10-20 mg/kgBB secara intravena perlahan-
lahan 1 mg/kgBb/menit. Setelah pemberian fenitoin, harus dilakukan
pembilasan dengan Nacl fisiologis karena fenitoin bersifat basa dan
menyebabkan iritasi vena.

Bila kejang berhenti dengan diazepam, lanjutkan dengan


fenobarbital diberikan langsung setelah kejang berhenti. Dosis awal
untuk neonatus 30 mg, bayi 1 bulan -1 tahun 50 mg dan umur 1 tahun
ke atas 75 mg secara intramuscular. Empat jama kemudian diberikan
fenobarbital dosis rumat. Untuk 2 hari pertama dengan dosis 8-10
mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis, untuk hari-hari berikutnya dengan
dosis 4-5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis. Selama keadaan belum
membaik, obat diberikan secara suntikan dan setelah membaik per
oral. Perhatikan bahwa dosis total tidak melebihi 200mg/hari. Efek
sampingnya adalah hipotensi, penurunan kesadaran dan depresi

9
pernapasan. Bila kejang berhenti dengan fenitoin, lanjutkan fenitoin
dengan dosis 4-8mg/KgBB/hari, 12-24 jam setelah dosis awal.

b. Mencari dan mengobati penyebab

Penyebab dari kejang demam baik kejang demam sederhana


maupun kejang epilepsi yang diprovokasi oleh demam biasanya ISPA
dan otitis media akut. Pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat
utnuk mengobati infeksi tersebut. Biasanya dilakukan pemeriksaan
fungsi lumbal untuk mengetahui faktor resiko infeksi di dalam otak,
misalnya: meningitis. Apabila menghadapi penderita dengan kejang
demam lama, pemeriksaan yang intensif perlu dilakukan, seperti:
pemeriksaan darah lengkap.

c. Pengobatan rumat

Pengobatan ini dibagi atas 2 bagian:

1) Pengobatan profilaksis intermiten: untuk mencegah terulangnya


kejadian demam dikemudian hari, orang tua atau pengasuh harus
cepat mengetahui bila anak menderita demam. Disamping
pemberian antipiretik, obat yang tepat untuk mencegah kejang
waktu demam adalah diazepam intrarektal. Diberikan tiap 12 jam
pada penderita demam dengan suhu 38,5oC atau lebih. Dosis
Diazepam diberikan 5 mg untuk anak kurang dari 3 tahun dan 7,5
mg untuk anak lebih dari 3 tahun atau dapat diberikan Diazepam
oral 0,5 mg/kgBB pada waktu penderita demam (berdasarkan resep
dokter).

2) Pengobatan profilaksis jangka panjang yaitu dengan pemberian


antikonvulsan tiap hari. Hal ini diberikan pada penderita yang
menunjukkan hal berikut:

a) Sebelum kejang demam penderita sudah ada kelainan


neurologis atau perkembangannya.

10
b) Kejang demam lebih dari 15 menit, fokal atau diikuti kelainan
neurologis sementara atau menetap.

c) Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung

d) Kejang demam pada bayi atau kejang multipel pada satu


episode demam.

I. Case Study
Seorang anak perempuan usia 2 tahun datang ke IRD digendong ibunya

karena mengalami kejang 2 kali di rumah. Anak sudah mengalami kejang

dalam 1 tahun terakhir. Ibu sangat ketakutan karena tidak mengetahui cara

penanganan kejang. Hasil pemeriksaan RR 24 x/menit, nadi 96 x/menit, dan

suhu 39ᵒC.

11
J. ANALISA DATA
NO. DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI
1. DS : Hipertermi Proses Penyakit
DO :
- Suhu 39˚C
2. DS : Defisiensi Pengetahuan Keluarga Kurangnya informasi
- Keluarga mengatakan tidak Berhubungan dengan Kurangnya
mengetahui cara menangani Informasi
pasien kejang
DO :
- Keluarga tampak panik
3. DS : Risiko Cidera Kurang Pengetahuan tentang Faktor yang
- Keluarga mengatakan anak dapat diubah
mengalami kejang 2 kali
- Keluarga mengatakan anak
sering kejang 1 tahun terakhir
DO :

12
DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN
NO KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan Tujuan : NIC :
dengan proses penyakit Setelah dilakukan tindakan perawatan Temperature Regulation
selama 1×24 jam, pasien mengalami 1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
Definisi : Suhu tubuh diatas keseimbangan termoregulasi 2. Monitoring suhu secara kontinu
range normal 3. Monitor TD, nadi, dan RR
Batasan karakteristik : NOC : 4. Monitor warna dan suhu kulit
1. Serangan atau konvulsi 1. Thermoregulasi 5. Monitor tanda-tanda hipotermi dan hipetermi
2. Kulit kemerahan Kriteria Hasil : 6. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
3. Peningkatan - Suhu tubuh dalam rentang normal 7. Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
temperature tubuh 35,9 C – 37,5 C kehangatan tubuh
diatas normal 8. Ajarkan keluarga pasien cara mencegah
- Nadi dan RR dalam rentang
(>37,5ᵒC) keletihan akibat panas
normal
4. Kejang 9. Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu
- Tidak ada perubahan warna kulit
5. Takikardi dan kemungkinan efek negative dari kedinginan
6. Takipnea 10. Beritahukan keluarga tentang indikasi terjadinya

13
7. Saat disentuh kulit - Tidak ada pusing keletihan dan penanganan emergency yang
hangat diperlukan
- Kecepatan respirasi dalam
11. Ajarkan keluarga pasien indikasi dari hipotermi
rentang yang diharapkan
dan penanganan yang diperlukan
12. Berikan antipiretik jika perlu

2. Defisiensi Pengetahuan Tujuan: NIC :


Keluarga berhubungan Setelah dilakukan tindakan perawatan Teaching : Disease process
dengan Kurangnya selama 1×24 jam, pengetahuan keluarga 1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan
Informasi bertambah tentang penyakit anaknya. keluarga tentang proses penyakit yang spesifik
Definisi :tidak adanya atau 2. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul
kurangnya informasi kognitif NOC : pada penyakit, dengan cara yang tepat
sehubungan dengan topic Knowledge : disease process 3. Gambarkan proses penyakit dengan cara yang
spesifik. Knowledge : health behavior tepat
Batasan karakteristik : Kriteria hasil : 4. Identifikasi kemungkinan penyebab dengan cara
1. Memverbalisasikan 1. Keluarga menyatakan yang tepat
adanya masalah pemahaman tentang penyakit, 5. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi
2. Ketidakakuratan kondisi, prognosis dan program dengan cara yang tepat
mengikuti instruksi pengobatan 6. Sediakan informasi pada keluarga tentang

14
3. Perilaku tidak sesuai 2. Keluarga mampu melaksanakan kondisi, dengan cara yang tepat.
prosedur yang dijelaskan secara 7. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
benar diperlukan untuk proses pengontrolan penyakit
3. Keluarga mampu mejelaskan 8. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala
kembali apa yang dijelaskan untuk melaporkan pada pemberi perawatan
perawat/tim kesehatan lainnya kesehatan, dengan cara yang tepat
4. Keluarga tidak sering bertanya
tentang penyakit anaknya.
5. Keluarga mampu diikutsertakan
dalam proses keperawatan.
6. Keluarga mentaati setiap proses
keperawatan.

3. Risiko cidera berhubungan Tujuan : NIC :


dengan kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Vital signs monitoring
tentang faktor yang dapat selama 1×24 jam, diharapkan risiko 1. Monitor adanya hipertermi.
diubah cidera dapat di hindari. 2. Catat tren dan fluktuasi peningkatan suhu.
Definisi : 3. Monitor nadi dan respirasi.
Beresiko mengalami cidera NOC : Environment management

15
sebagai akibat ondisi Vital signs status 1. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien.
lingkungan yang berinteraksi Knowledge : personal safety 2. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai
dengan sumber adaptif dan Kriteria Hasil : dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien
sumber defensif individu 1. Temperatur dalam rentang dan riwayat penyakit terdahulu pasien.
Faktor resiko : normal (36,5ᵒC-37,5ᵒC) 3. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
Eksternal 2. Mampu menjelaskan langkah- 4. Memindahkan barang-barang yang dapat
1. Biologis (tingkat langkah pencegahan risiko. membahayakan.
imunisasi, 3. Mampu menjelaskan langkah- Discharge planning
mikroorganisme) langkah kedaruratan saat di 1. Identifikasi pengetahuan keluarga.
2. Kimia (keracunan, rumah. 2. Diskusikan dengan keluarga tentang tatalaksana
polutan, obat, agen post hospital.
farmasi, alkohol, nikotin, 3. Diskusi dengan keluarga untuk melakukan
kosmetik) rujukan ke pelayuanan kesehatan sehubungan
3. Manusia (agen perawatan pasien.
nosokomial, kognitif,
afektif, faktor
psikomotorik)
4. Nutrisi (vitamin, tipe
makanan)

16
Internal
Profil darah abnormal
1. (leukositosi/leukopenia,
gangguan faktor
pembekuan darah,
trombositopeni, tallasemia,
penurunan Hb)
2. Disfungsi biokimia
3. Usia perkembangan
(biologis, psikososial)
4. Disfungsi afektor
5. Disfungsi autoimun
6. Malnutrisi
7. Disfungsi sensori
8. Hipoksia jaringan

17
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kejang demam adalah suatu keadaan dimana bangkitan kejang yang
terjadi karena peningkatan suhu tubuh (suhu rectal > 380 C yang sering di
jumpai pada usia anak dibawah lima tahun.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang sering dijumpai
pada saat seorang bayi atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf
pusat. Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Anak akan terlihat
aneh untuk beberapa saat, kemudian kaku, kelojotan dan memutar matanya.
Anak tidak responsif untuk beberapa waktu, napas akan terganggu, dan kulit
akan tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah kejang, anak akan segera
normal kembali. Kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi
walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit.
Oleh karena itu, sangat penting bagi para orang tua untuk melakukan
pemeriksaan sedini mungkin pada anaknya agar hal-hal yang tidak di inginkan
dapat diketahui secara dini sehingga kejang demam dapat dicegah sedini
mungkin.

B. SARAN
Adapun saran yang dapat disampaikan sebagai berikut :

1. Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan tentang menajemen


demam pada anak untuk mencegah kejang demam.
2. Anjurkan orang tua untuk melakukan manajemen anak demam untuk
mencegah terjadinya kejang demam.

18
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, 2011. Diagnosis Keperawatan, Definisi Dan Klasifikasi 2009-2011,


alih bahasa Made Sumarwati (et al), EGC: Jakarta

Hudak and Gallo, 1996. Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, Edisi VI


volume 11, EGC, Jakarta.

Mansjoer, A. dkk. 2000, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Media Aesculaplus.


Jakarta.

NANDA, 2005. .Nursing Diagnosis: Definition And Klasification 2005-


2006. NANDA Internasional Philadelphia

Price, S.A. 2006. Patofisiologi dan Konsep Klinik Proses-proses Penyakit. EGC:
Jakarta

Suryantoro, P. 2004. Krisis Konvulsi. Bagian Ilmu Kesehatan Anak RS DR


Sardjito.

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Syaifudin (2006). Anatomi Fisiologi untuk mahasiswa keperawatan. Editor:


Monica Ester. Edisi: 3. Jakarta: ECG

Wilkinson, J.M. 2006, Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Criteria hasil NOC, alih bahasa Widyawati (et al), ed 7, EGC: Jakarta

Wong, Donna L. 2003. Perawatan Klinis Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa:


Monica Ester. Editor bahasa Indonesia: Sari Kurnianingsih. Edisi 4.
Jakarta. EGC.

19

Anda mungkin juga menyukai