Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Kelompok 9
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN D-III KEPERAWATAN PONOROGO
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Anak dengan Kejang
Demam ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Di samping itu, penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami mohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan
di dalam penulisan makalah ini. Demikian pula halnya kami juga mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi penyempurnaan makalah ini untuk
selanjutnya dapat menjadi lebih baik dan mempunyai potensi untuk
dikembangkan.
Sebagai akhir kata, dengan selesainya makalah ini, maka seluruh isi
makalah ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab kami dan seberapapun
sederhananya makalah ini, kami harapkan mempunyai manfaat bagi semua pihak
yang membaca makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 38˚C) akibat suatu proses ekstra kranial.
Kejadian kejang demam terjadi pada 2%-4% anak-anak, dengan insiden
puncak pada usia 2 tahun, 30% kasus kejang demam akan terjadi kembali
pada penyakit demam berikutnya, prognosis kejang demam baik, kejang
demam bersifat benigna. Angka kematian mencapai 0,64%-0,75%.
Sebagian besar penderita kejang demam sembuh sempurna, sebagian
berkembang menjadi epilepsi sebanyak 2-7%. Kejang demam dapat
mengakibatkan gangguan tingkah laku serta penurunan intelegensi dan
pencapaian tingkat akademik, 4% penderita kejang demam secara
bermakna mengalami tingkah laku dan penurunan tingkat intelegensi
(Bulan, 2010).
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan–5 tahun.
Kejadian kejang demam di amerika serikat, amerika selatan, dan eropa
barat diperkirakan 2-4%. Dalam 25 tahun terakhir terjadinya kejang
demam lebih sering terjadi pada saat anak berusia ± 2 tahun (17-23 bulan).
(Kadafi,2013)
Di Indonesia dilaporkan angka kejadian kejang demam 3-4% dari
anak yang berusia 6 bulan–5 pada tahun 2012-2013. Di provinsi Jawa
Tengah mencapai 2-3% dari anak yang berusia 6 bulan–5 tahun pada
tahun 2012-2013 (Depkes Jateng,2013).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari Kejang Demam?
2. Apa etiologi kejang demam?
3. Bagaimana patofisiologi kejang demam?
4. Apa saja manifestasi klinis pada pasien kejang demam?
5. Apa saja klasifikasi kejang demam?
1
6. Apa saja komplikasi pada kejang demam?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang pada pasien kejang demam?
8. Bagaimana penatalaksanaan pasien dengan kejang demam?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasein kejang demam?
C. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi kejang Demam.
2. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi kejang demam.
3. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi kejang demam.
4. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis pada pasien kejang
demam.
5. Mahasiswa dapat mengetahuiklasifikasi kejang demam.
6. Mahasiswa dapat mengetahuikomplikasi pada kejang demam.
7. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang pada pasien
kejang demam.
8. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan pasien dengan kejang
demam.
9. Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan pada pasein kejang
demam.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kejang demam adalah kejang yang timbul pada saat bayi atau anak
mengalami demam akibat proses diluar intrakranial tanpa infeksi sistem saraf
pusat. Kejang perlu diwaspadai karena dapat terjadi berulang dan dapat
menyebabkan kerusakan sel-sel otak (Tikoalu J.R, 2009).
a. Faktor predisposisi :
3
2) Umur, (lebih sering pada umur < 5 tahun), karena sel otak pada
anak belum matang sehingga mudah mengalami perubahan
konsentrasi ketika mendapat rangsangan tiba-tiba.
b. Faktor presipitasi
4
neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensia lmembrane ini diperlukan
energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya :
1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau
aliran listrik dari sekitarnya.
3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan.
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.
Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh
tubu, dibandingkan dengan orang dewasa yanghanya 15%. Jadi pada kenaikan
suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel
neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun
ion Natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan
listrik. Lepas muatan ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh
sel maupun kemembran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut
neurotransmiter dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang
yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seseorang
anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu.
Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang terjadi pada suhu
38oC pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada
suhu 40 oC. Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya
kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga
dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa
penderita kejang. Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya
tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang
berlangsung lama ( lebih dari 15 menit) biasanya disertai terjadinya apnea,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang
akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh
metabolisme anaerob, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak
5
teratur dan suhu tubuh makin meningkat disebabkan meningkatnya aktivitas
otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otakmeningkat.
Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya
kerusakan neuronotak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting
adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga
meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang
mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah
mesiallobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung
lama dapat menjadi “matang” di kemudian hari, sehingga terjadi serangan
epilepsi yang spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat
menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsi.
6
E. Klasifikasi Kejang Demam
Menurut American Academy of Pediatrics (2011), kejang demam dibagi
menjadi dua jenis diantaranya adalah simple febrile seizureatau kejang demam
sederhana dan complex febrile seizure atau kejang demam kompleks. Kejang
demam sederhana adalah kejang general yang berlangsung singkat (kurang
dari 15 menit), bentuk kejang umum (tonik dan atau klonik) serta tidak
berulang dalam waktu 24 jam dan hanya terjadi satu kali dalam periode 24
jam dari demam pada anak yang secara neorologis normal. Kejang demam
sederhana merupakan 80% yang sering terjadi di masyarakat dan sebagian
besar berlangsung kurang dari 5 menit dan dapat berhenti sendiri. Sedangkan
kejang demam kompleks memiliki ciri berlangsung selama lebih dari 15
menit, kejang fokal atau parsial dan disebut juga kejang umum didahului
kejang parsial dan berulang atau lebih dari satu kali dalam waktu 24 jam.
Menurut Chung (2014), pada kejang demam sederhana umumnya terdiri dari
tonik umum dan tanpa adanya komponen fokus dan juga tidak dapat merusak
otak anak, tidak menyebabkan gangguan perkembangan, bukan merupakan
faktor terjadinya epilepsi dan kejang demam kompleks umumnya memerlukan
pengamatan lebih lanjut dengan rawat inap 24 jam.
7
Serangan kejang yang berlangsung lama yang dapat menyebabkan
kelainan di otak yang lebih banyak terjadi pada anak berumur 4 bulan
– 5 tahun.
4. Mengalami kecacatan atau kelainan neurologis karena disertai demam.
5. Kemungkinan mengalami kematian.
8
a. Pengobatan Fase Akut
9
pernapasan. Bila kejang berhenti dengan fenitoin, lanjutkan fenitoin
dengan dosis 4-8mg/KgBB/hari, 12-24 jam setelah dosis awal.
c. Pengobatan rumat
10
b) Kejang demam lebih dari 15 menit, fokal atau diikuti kelainan
neurologis sementara atau menetap.
I. Case Study
Seorang anak perempuan usia 2 tahun datang ke IRD digendong ibunya
dalam 1 tahun terakhir. Ibu sangat ketakutan karena tidak mengetahui cara
suhu 39ᵒC.
11
J. ANALISA DATA
NO. DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI
1. DS : Hipertermi Proses Penyakit
DO :
- Suhu 39˚C
2. DS : Defisiensi Pengetahuan Keluarga Kurangnya informasi
- Keluarga mengatakan tidak Berhubungan dengan Kurangnya
mengetahui cara menangani Informasi
pasien kejang
DO :
- Keluarga tampak panik
3. DS : Risiko Cidera Kurang Pengetahuan tentang Faktor yang
- Keluarga mengatakan anak dapat diubah
mengalami kejang 2 kali
- Keluarga mengatakan anak
sering kejang 1 tahun terakhir
DO :
12
DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN
NO KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan Tujuan : NIC :
dengan proses penyakit Setelah dilakukan tindakan perawatan Temperature Regulation
selama 1×24 jam, pasien mengalami 1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
Definisi : Suhu tubuh diatas keseimbangan termoregulasi 2. Monitoring suhu secara kontinu
range normal 3. Monitor TD, nadi, dan RR
Batasan karakteristik : NOC : 4. Monitor warna dan suhu kulit
1. Serangan atau konvulsi 1. Thermoregulasi 5. Monitor tanda-tanda hipotermi dan hipetermi
2. Kulit kemerahan Kriteria Hasil : 6. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
3. Peningkatan - Suhu tubuh dalam rentang normal 7. Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
temperature tubuh 35,9 C – 37,5 C kehangatan tubuh
diatas normal 8. Ajarkan keluarga pasien cara mencegah
- Nadi dan RR dalam rentang
(>37,5ᵒC) keletihan akibat panas
normal
4. Kejang 9. Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu
- Tidak ada perubahan warna kulit
5. Takikardi dan kemungkinan efek negative dari kedinginan
6. Takipnea 10. Beritahukan keluarga tentang indikasi terjadinya
13
7. Saat disentuh kulit - Tidak ada pusing keletihan dan penanganan emergency yang
hangat diperlukan
- Kecepatan respirasi dalam
11. Ajarkan keluarga pasien indikasi dari hipotermi
rentang yang diharapkan
dan penanganan yang diperlukan
12. Berikan antipiretik jika perlu
14
3. Perilaku tidak sesuai 2. Keluarga mampu melaksanakan kondisi, dengan cara yang tepat.
prosedur yang dijelaskan secara 7. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
benar diperlukan untuk proses pengontrolan penyakit
3. Keluarga mampu mejelaskan 8. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala
kembali apa yang dijelaskan untuk melaporkan pada pemberi perawatan
perawat/tim kesehatan lainnya kesehatan, dengan cara yang tepat
4. Keluarga tidak sering bertanya
tentang penyakit anaknya.
5. Keluarga mampu diikutsertakan
dalam proses keperawatan.
6. Keluarga mentaati setiap proses
keperawatan.
15
sebagai akibat ondisi Vital signs status 1. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien.
lingkungan yang berinteraksi Knowledge : personal safety 2. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai
dengan sumber adaptif dan Kriteria Hasil : dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien
sumber defensif individu 1. Temperatur dalam rentang dan riwayat penyakit terdahulu pasien.
Faktor resiko : normal (36,5ᵒC-37,5ᵒC) 3. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
Eksternal 2. Mampu menjelaskan langkah- 4. Memindahkan barang-barang yang dapat
1. Biologis (tingkat langkah pencegahan risiko. membahayakan.
imunisasi, 3. Mampu menjelaskan langkah- Discharge planning
mikroorganisme) langkah kedaruratan saat di 1. Identifikasi pengetahuan keluarga.
2. Kimia (keracunan, rumah. 2. Diskusikan dengan keluarga tentang tatalaksana
polutan, obat, agen post hospital.
farmasi, alkohol, nikotin, 3. Diskusi dengan keluarga untuk melakukan
kosmetik) rujukan ke pelayuanan kesehatan sehubungan
3. Manusia (agen perawatan pasien.
nosokomial, kognitif,
afektif, faktor
psikomotorik)
4. Nutrisi (vitamin, tipe
makanan)
16
Internal
Profil darah abnormal
1. (leukositosi/leukopenia,
gangguan faktor
pembekuan darah,
trombositopeni, tallasemia,
penurunan Hb)
2. Disfungsi biokimia
3. Usia perkembangan
(biologis, psikososial)
4. Disfungsi afektor
5. Disfungsi autoimun
6. Malnutrisi
7. Disfungsi sensori
8. Hipoksia jaringan
17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kejang demam adalah suatu keadaan dimana bangkitan kejang yang
terjadi karena peningkatan suhu tubuh (suhu rectal > 380 C yang sering di
jumpai pada usia anak dibawah lima tahun.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang sering dijumpai
pada saat seorang bayi atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf
pusat. Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Anak akan terlihat
aneh untuk beberapa saat, kemudian kaku, kelojotan dan memutar matanya.
Anak tidak responsif untuk beberapa waktu, napas akan terganggu, dan kulit
akan tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah kejang, anak akan segera
normal kembali. Kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi
walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit.
Oleh karena itu, sangat penting bagi para orang tua untuk melakukan
pemeriksaan sedini mungkin pada anaknya agar hal-hal yang tidak di inginkan
dapat diketahui secara dini sehingga kejang demam dapat dicegah sedini
mungkin.
B. SARAN
Adapun saran yang dapat disampaikan sebagai berikut :
18
DAFTAR PUSTAKA
Price, S.A. 2006. Patofisiologi dan Konsep Klinik Proses-proses Penyakit. EGC:
Jakarta
Wilkinson, J.M. 2006, Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Criteria hasil NOC, alih bahasa Widyawati (et al), ed 7, EGC: Jakarta
19