Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu kelompok penyakit
metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia karena gangguan sekresi insulin,
kerja insulin, atau keduanya. Keadaan hiperglikemia kronis dari diabetes
berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, gangguan fungsi dan
kegagalan berbagai organ, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh
darah, ( Lail, 2014 ).
Diabetes Mellitus adalah sindrom klinis yang ditandai dengan
hiperglikemia karena defisiensi insulin yang absolut maupun relatif.
Kurangnya hormon insulin dalam tubuh yang dikeluarkan dari sel B pankreas
mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak menyebabkan
gangguan signifikan. Kadar glukosa darah erat diatur oleh insulin sebagai
regulator utama perantara metabolisme. Hati sebagai organ utama dalam
transport glukosa yang menyimpan glukosa sebagai glikogen dan kemudian
dirilis ke jaringan perifer ketika dibutuhkan, ( Lail, 2014 ).
Individu dengan diabetes melitus dibebani dengan faktor-faktor sosio
demografi dan perilaku pribadi, yang berkontribusi terhadap munculnya
manifestasi dari gejala cemas. Wanita dengan diabetes mellitus mendapatkan
pengaruh yang lebih tinggi dari munculnya cemas dibandingkan dengan laki-
laki sebagai akibat dari penyakit ini, ( Jafar, 2004 ).
Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. DM
merupakan penyakit yang menjadi masalah pada kesehatan masyarakat. Oleh
karena itu DM tercantum dalam urutan keempat prioritas penelitian nasional
untuk penyakit degeneratif setelah penyakit kardiovaskuler, serebrovaskuler, (
Jafar, 2004 ).
Penderita diabetes mellitus di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya,
hal ini dihubungkan dengan meningkatnya angka kesejahteraan. Persentase

1
penderita diabetes mellitus lebih besar di kota dari pada di desa, 14,7% untuk
dikota dan 7,2% di desa. Indonesia menduduki peringkat keenam di dunia
dalam hal jumlah terbanyak penderita diabetes, (Ikhsan, 2017).
Dari penjelasan yang tersebut diatas maka sangat penting untuk dilakukan
analisis data berdasarkan dari Resdiknas yang dipengaruhi oleh umur di
seluruh Provinsi di Indonesia yang akan dibandingkan kategori yang tertinggi
dan terendah setiap provinsi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prevalensi penyakit diabetes melitus pada penduduk setiap
provinsi di Indonesia berdasarkan umur?
2. Apakah perbandingan kategori tertinggi dan terendah penyakit diabetes
pada penduduk setiap provinsi di Indonesia melitus berdasarkan umur?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui prevalensi penyakit diabetes melitus pada penduduk
setiap provinsi di Indonesia berdasarkan umur?
2. Untuk perbandingan kategori tertinggi dan terendah penyakit diabetes pada
penduduk setiap provinsi di Indonesia melitus berdasarkan umur?

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Penyakit Diabetes Melitus (DM)
1. Definisi
Diabetes melitus merupakan penyakit sistemis, kronis, dan
multifaktorial yang dicirikan dengan hiperglikemia dan hiperlipidemia.
Gejala yang timbul adalah akibat kurangnya sekresi insulin atau ada insuli
yang cukup, tetapi tidak efektif. Diabetes melitus sering kali dikaitkan
dengan gangguan sistem mikrovaskuler dan makrovaskuler, gangguan
neuropatik, dan lesi dermopatik, (Mary Baradero, 2009).
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang
ditandai dengan kadar glukosa darah (gula darah) melebihi nilai normal
yaitu kadar gula darah sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl, dan kadar
gula darah puasa di atas atau sama dengan 126 mg/dl, (Misnadiarly,
2006).
Diabetes melitus merupakan penyebab hiperglikemi. Hiperglikemi
disebabkan oleh berbagai hal, namun hiperglikemi paling sering
disebabkan oleh diabetes melitus. Pada diabetes melitus gula menumpuk
dalam darah sehingga gagal masuk ke dalam sel. Kegagalan tersebut
terjadi akibat hormon insulin jumlahnya kurang atau cacat fungsi. Hormon
insulin merupakan hormon yang membantu masuknya gula darah.
Penyakit kronis seperti DM sangat rentan terhadap gangguan fungsi yang
bisa menyebabkan kegagalan pada organ mata, ginjal, saraf, jantung dan
pembuluh darah. Gangguan fungsi yang terjadi karena adanya gangguan
sekresi insulin dan gangguan kerja insulin maupun keduanya, (Nur
Lailatul Lathifah, 2017. Vol 5. No 2).
2. Etiologi
Ada bukti yang menunjukkan bahwa etiologi diabetes melitus
bermacam-macam. Meskipun berbagai lesi dan jenis yang berbeda
akhirnya akan mengarah pada insufisiensi insulin, tetapi determinan
genetik biasanya memegang peranan penting pada mayoritas penderita

3
diabetes melitus. Manifestasi klinis dari diabetes melitus terjadi jika lebih
dari 90% sel-sel beta rusak. Pada diabetes melitus dalam bentuk yang lebih
berat, sel-sel beta telah dirusak semuanya, sehingga terjadi insulinopenia
dan semua kelainan metabolik yang berkaitan dengan defisiensi insulin,
(Kurnia Wining Putri, 2009).
Berdasarkan Soebagijo Adi Soelistijo dkk, 2015, klasifikasi
etiologis DM sebagai berikut:

Sumber; Soebagijo Adi Soelistijo dkk, 2015.


3. Patofisiologi
Apabila jumlah atau dalam fungsi/aktivitas insulin mengalami
defisiensi (kekurangan) insulin, hiperglikemia akan timbul dan
hiperglikemia ini adalah diabetes. Kekurangan insulin ini biasa absolut
apabila pankreas tidak menghasilkan sama sekali insulin atau
menghasilkan insulin tetapi dalam jumlah yang tidak cukup, misalnya
yang terjadi pada IDDM ( DM tipe 1). Kekurangan insulin dikatakan
relatif apabila pankreas menghasilkan insulin dalam jumlah yang normal,
tetapi insulinnya tidak efektif. Hal ini tampak pada NIDDM (DM tipe 2),

4
ada resistensi insulin. Baik kekurangan insulin absolut maupun relatif akan
mengakibatkan gangguan metabolisme bahan bakar, yaitu karbohidrat,
protein, dan lemak. Tubuh memerlukan bahan bakar untuk melangsungkan
fungsinya, membangun jaringan baru, dan memperbaiki jaringan. Penting
sekali bagi pasien untuk mengerti bahwa diabetes bukan hanya gangguan
“gula” walaupun kriteria diagnostiknya memakai kadar glukosa serum.
Perawat perlu menjelaskan kepada pasien bahwa diabetes memengaruhi
cara tubuh memakai karbohidrat, protein dan lemak, (Mary Baradero,
2009).
4. Epidemiologi
American Diabetes Association (ADA) melaporkan bahwa tiap 21
detik ada satu orang yang terkena diabetes. Prediksi sepuluh tahun yang
lalu bahwa jumlah diabetes akan mencapai 350 juta pada tahun 2005,
ternyata sudah jauh terlampaui. Lebih dari setengah populasi dunia yang
menderita penyakit diabetes berada di Asia, terutama di India, China,
Pakistan, dan Indonesia. Sementara itu suatu studi yang dilakukan di
ibukota Saudi Arabia tahun2012 melaporkan sebanyak 5% penduduknya
memiliki tinggi terhadap penyakit diabetes melitus.
Indonesia merupakan salah satu dari 10 besar negara dengan
jumlah penderita diabetes terbanyak. Pada tahun 1995 negara yang
tergolong tengah berkembang ini baru menempati peringkat ke-7 dengan
jumlah penderita diabetes sebanyak 4,5 juta jiwa. Peringkat ini di prediksi
akan naik dua tingkat (menjadi peringkat ke-5) pada tahun 2025 dengan
perkiraan jumlah penderita 12,4 juta jiwa. Namun kenyataannya Indonesia
telah menduduki ranking keempat jumlah penyandang diabetes terbanyak
setelah Amerika, China, dan India. Berdasarkan dari data Badan Pusat
Statistik (BPS) jumlah penderita diabetes ditahun 2003 sebanyak 13,7 juta
orang, Rahmi Yosmar, dkk. 2016.
5. Menifestasi klinis
Menurut Mary Baradero, 2009, menifestasi klinis diabetes melitus
(DM), yaitu:

5
No Gejala Awal Gejala Akhir
1 Poliuria Koma
2 Polidipsia Komplikasi kronis
3 Polifagia
4 Penglihatan kabur
5 Kelelahan
6 Berat badan menurun
(Mary Baradero, 2009).
B. Pencegahan Dan Pengobatan Diabetes Melitus (DM)
1. Pencegahan
a. Menjaga berat badan ideal. Mereka yang sudah mengalami kelebihan
berat badan wajib menetapkan sasaran penurunan berat badan (5-10%
dari berat badan saat ini.
b. Pola makan yang seimbang dengan target “Tiga rendah dan satu
tinggi” – yaitu prinsip pola makan rendah lemak, rendah gula, rendah
natrium, dan tinggi serat.
c. Tetap aktif, berolahraga secara teratur dengan intensitas sedang
(dianjurkan untuk berolahraga setiap hari selama 30 menit atau lebih
selama setidaknya 5 hari seminggu), (Mitra Konsultan, 2016).
2. Pengobatan
a. Terapi non farmakologis
b. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
c. Insulin pada pasien rawat jalan, (Mitra Konsultan, 2016).

6
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Informasi Umum Data
1. Analisis Rujukan
Data berdasarkan hasil riset penelitian Riskesdas tahun 2018 khususnya
penyakit DM oleh Kemenkes, Bappenas, Tnp2k, dan K/L termasuk
pemerintah lainnya. Indikator terkait dengan perubahan derajat kesehatan
(DM) Tingkat Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota di Indonesia.
2. Sumber Data
RISKESDAS 2018 Kementrian Kessehatan Badan Penelitian Dan
Pengembangan Kesehatan.
B. Hasil Data Riskesdas
Tabel prevalensi DM berdasarakan diagnosis Dokter para penduduk
semua umur menrut karakteristik, Reskisdas 2018 kategori 10 provinsi
terbesar di Indonesia
Diagnosis Diabetes N
Provinsi Melitus tertimbang

% 95%
Jawa Barat 1,3 1,2-1,4 186.809
Jawa Timur 2,0 1,9-2,1 151.878
Sumatera 1,4 1,3-1,5 55.351
Utara
Banten 1,6 1,4-1,8 48.621
DKI Jakarta 2,6 2,3-2,9 40.210
Sulawesi 1,3 1,2-1,5 33.693
Selatan
Lampung 1,0 0,9-1,1 32.148
Sumatera 0,9 0,8-1,1 32.126
Selatan

7
Riau 1,3 1,1-1,5 26.085
Sumatera 1,2 1,0-1,3 20.663
Barat

TOTAL 627.581

Jumlah T tertimbang
Berikut cara menentukan nilai % Rumus = 𝑋
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ

Provinsi
35.00%
30.00%
25.00%
20.00%
15.00%
10.00%
5.00% Provinsi
0.00%

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat 10 provinsi yang


memiliki kategori tertinggi penderita Diabetes Melitus di Indonesia. Pada tingkat
ke-1 terjadi pada provinsi Jawa Barat dengan prevalensi 29,76% dan pada tingkat
ke-10 terjadi di sumatera Barat dengan prevalensi 3,29%.
Pada provinsi jawa barat pernah dilakukan penelitian pada tahun 2013
penderita Diabetes Melitus memiliki prevalensi 0,5 % dalam hal ini jawa barat
memiliki tingkat terendah di Indonesia. Namun setiap tahun mengalami
peningkatan pada daerah jawa barat hingga tahun 2018 menjadi tingkat pertama
populasi penderita Diabtes Melitus.

8
Tempat Tinggal
Perkotaan Perdesaan

45%

55%

Berdasarkan hasil grafik menunjukkan bahwa pada penderita Diabetes


Melitus dipengaruhi oleh tempat tinggal memiliki prevalensi pada perkotaan lebih
besar dan dari pedesaan. Pada pedesaan memiliki nilai prevalensi 45,30% dan
pada pedesaan memiliki nilai prevalensi 54,69%.

Pendidikan
30.00%
25.00%
20.00%
15.00%
10.00%
5.00%
0.00% Pendidikan

Berdasarkan hasil diatas pada penderita Diabetes Melitus pendidikan


sangat berpengaruh terhadap sesorang terinfeksi Diabetes Melitus, dari grafik
menunjukkan prevelensi pada seseorang tamatan SD/MI lebih besar dibandingkan
pendidikan yang lain, dimana mencapai 23,90% dan yang terendah yaitu tamatan
D1/D2/D3/PT yaitu 7,09%.

9
JENIS KELAMIN

Perempuan,
49.70% Laki-Laki, 50.20%

Berdasarkan diagram diatas, menunjukan hasil penderita Diabetes Melitus


lebih tinggi pada seseorang berjenis kelamin laki-laki yaitu 50,2% sedangkan
perempuan tinggat prevelensinya mencapai 49,7%.

Pekerjaan
30.00%
25.00%
20.00%
15.00%
10.00%
5.00%
0.00% Series 1

Dari grafik diatas menunjukan bahwa pekerjaan dapat mempengaruhi pada


penderita Diabetes Melitus, dimana pada grafik di atas menjelaskan bahwa
prevelensi tertinggi berada pada seseorang yang tidak memiliki pekerjaan dimana

10
pada grafik ini menunjukkan 28,54% sedangkan prevalensi terendah berada pada
seseorang yang berprofesi sebagai nelayan yaitu 0,67%.

Umur
20.00%
18.00%
16.00%
14.00%
12.00%
10.00%
8.00% Umur

6.00%
4.00%
2.00%
0.00%
<1 Th 1 Th - 4 5 Th - 15 Th - 25 Th - 35 Th - 45 Th - 55 Th - 65 Th - 75 Th +
Th 14 Th 24 Th 34 Th 44 Th 54 Th 64 Th 74 Th

Umur merupakan salah satu aspek yang dapat mempengaruhi penderita


Diabetes melitus. Pada grafik diatas menunjukkan bahwa prevalensi tertinggi pada
kategori umur berada pada usia 5-15 tahun yaitu sebanyak 17,92% sedangkan
prevalensi terendah berada pada usia <1 tahun yaitu sebanyak 1,79%.

11
DAFTAR PUSTAKA

Adi Soelistijo Soebagijo dkk, 2015. Konsensus Pengelolaan Dan Pencegahan


Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia 2015.Jakarta. PB PERKENI.

Baradero Mary, 2009. Klien Gangguan Endokrin. Jakarta. EGC.

Ikhsan, 2017. Asuhan Keperawatan Pasien Diabetes Melitus. Makassar. STIKes


Nani Hasanuddin.

Jafar Nurhaedir, 2004. Diabetes Melitus. Makassar: Unibersitas Hasanuddin.

Lail Jamalu, 2014. Pencegahan Penyakit Diabetes Melitus Melalui Program


Penyuluhan Dan Pemeriksaan Kadar Gula Darah Di Dukuh Candran
Desa Sentono Klaten Jawa Tengah. Semarang. Universitas Islam
Indonesia.

Lailatul Nur Lathifah, 2017. Hubungan Durasi Penyakit Dan Kadar Gula Darah
Dengan Keluhan Subyektif Penderita Diabetes Melitus. Surabaya.
Universitas Airlangga.

Misnadiarly, 2006. Diabetes Melitus. Jakarta. Mustaka Populer Obor.

Mitra Konsultan, 2016. Diabetes Militus (Kencing manis). Jakarta. Smart Patien.

Wining Putri Kurnia, 2009. Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan Antidiabetik


Kombinasi Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Jalan Di Rsu
Pandan Arang Boyolali Tahun 2008. Surakarta. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Yosmar Rahmi, dkk. 2016. Survai Penyakit Diabetes Melitus Terhadap


Masyarakat Kota Padang. Padang; Jurnal Sains Farmasi Dan Klinis. Vol
5. No 2.

12

Anda mungkin juga menyukai