TINJAUAN PUSTAKA
Tuberculosis atau kuman TB. Sebagian bakteri ini menyerang paru, tetapi dapat
juga menyerang organ tubuh lainnya (Depkes RI, 2011). Manusia adalah satu-
satunya tempat untuk bakteri tersebut menyerang. Bakteri ini berbentuk batang dan
tidak menghasilkan spora dan toksin. Bakteri ini memiliki panjang dan tinggi antara
0,3 - 0,6 dan 1 - 4 µm, pertumbuhan bakteri ini lambat dan bakteri ini merupakan
bakteri pathogen makrofag intraselluler (Ducati dkk, 2006). Pada saat penderita
TB batuk dan bersin kuman menyebar melalui udara dalam bentuk percikan dahak
(droplet nuclei) dimana terdapat 3.000 percikan dahak dalah sekali batuk (Depkes
RI, 2007). M. tuberculosis ditularkan melalui percikan ludah. Infeksi primer dapat
1
2.1.2 Patofisiologi Tuberkulosis
mikroorganisme akan membelah diri dan terus berlangsung walaupun cukup pelan.
Nekrosis jaringan dan klasifikasi pada daerah yang terinfeksi dan nodus limfe
Makrofag yang terinaktivasi dalam jumlah besar akan mengelilingi daerah yang
oleh sel. Hipersensitivitas tipe tertunda, juga berkembang melalui aktivasi dan
bakteri TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui
sistem peredaran darah, sistem saluran limfa, saluran nafas, atau penyebaran
atau banyak pasien ditemukan Tuberkulosis paru tanpa keluhan sama sekali. Gejala
berupa gejala umum dan gejala respiratorik. Gejala umum berupa demam dan
malaise. Demam ini mirip dengan demam yang disebabka influenza namun kadang-
kadang dapat mencapai 40-41oC. gejala demam ini bersifat hilang timbul. Malaise
yang terjadi dalam jangka waktu panjang berupa pegal-pegal, rasa lelah, anoreksia,
2
Gejala TB pada umumnya penderita mengalami batuk dan berdahak terus-
menerus selama 2 minggu atau lebih, yang disertai dengan gejala pernafasan lain,
seperti sesak nafas, batuk darah nyeri dada, badan lemah, nafsu makan atau pernah
batuk darah, berat badan menurun, berkeringan malam walaupun tanpa kegiatan,
di rongga dada atau efusi pleura tanpa terdapat gambaran radiologis yang
pasien TB paru.
2) Pasien yang pernah diobati TB adalah pasien yang sebelumnya sudah pernah
3
Kemudian pasien diklasifikasikan berdasarkan hasil pengobatan TB
terakhir, yaitu:
(1) Pasien kambuh adalah pasien TB yang pernah dinyatakan sembuh atau
(2) Pasien yang diobati kembali setelah gagal adalah pasien TB yang pernah
(3) Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up)
putus berobat).
(4) Lain-lain adalah pasien TB yang pernah diobati namun hasil pengobatan
3. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan uji kepekaan obat Pada klasifikasi ini
1) Mono resistan (TB MR) adalah resistan terhadap salah satu jenis OAT lini
pertama.
2) Poli resistan (TB PR) adalah resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT
lini pertama selain isoniazid (H) dan rifampisin (R) secara bersamaan.
3) Multi drug resistan (TB MDR) adalah resisten terhadap isoniazid (H) dan
4
4) Extensive drug resistan (TB XDR) adalah TB MDR yang juga resisten
salah satu dari OAT lini kedua jenis suntikan seperti kanamisin,
atau tanpa resistan terhadap OAT jenis lain yang terdeteksi menggunakan
(HIV)
dengan hasil tes HIV positif sebelumnya atau sedang mengonsumsi Obat
Antiretroviral (ART) atau hasil tes hiv positif pada saat pasien tersebut
didiagnosis TB.
2) Pasien TB dengan HIV negatif sebelumnya atau hasil tes HIV negatif pada
3) Pasien TB dengan status HIV tidak diketahui adalah pasien TB tanpa ada
bukti pendukung dari hasil tes HIV yang telah dilakukan saat diagnosis TB
5
2.1.5 Diagnosis Tuberkulosis
dengan mengumpulkan tiga spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari
pertama kali dan pada saat pulang diberi sebuah pot dahak untuk
2) P (Pagi): Dikumpulkan di rumah pada hari kedua di pagi hari. Pada saat
Fasyankes.
pagi.
2. Pemeriksaan penunjang
Namun, uji tuberkulin dapat negatif pada anak TB berat dengan anergi
dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat (dalam 3-7 hari) berupa
6
kemerahan dan indurasi > 5 mm, maka orang tersebut telah terinfeksi oleh
Dosis Tetap (KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat
yang dikemas dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan
penderita TB. Sediaan seperti ini dibuat dengan tujuan agar memudahkan dalam
1. Prinsip pengobatan
1) Diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat dengan jumlah yang
(monoterapi).
7
2) Dilakukan pengawasan langsung (DOT = Direct Observed Treatment)
3) Diberikan dalam dua tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan (Depkes,
2011)
2. Tahap Pengobatan TB
1) Tahap Awal Pada tahap ini, penderita mendapatkan OAT setiap hari dan
kurun waktu dua minggu jika pengobatan yang diberikan pada tahap intensif
ini tepat. Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi BTA negatif
2) Tahap Lanjutan Pada tahap ini, penderita mendapatkan obat yang lebih
sedikit dari tahap awal namun pengobatan yang dilakukan lebih lama yaitu
ekstra-paru. Sediaan ini dalam bentuk paket obat kombinasi dosis tetap
(KDT) yang terdiri dari isoniazid (H), rifampisin (R). pirazinamid (Z), dan
8
etambutol (E). Dalam satu tablet dosisnya telah disesuaikan dengan berat
badan pasien yang dikemas dalam satu paket untuk satu pasien
Untuk kategori ini, tahap intensif dilakukan selama 3 bulan terdiri dari 2
Efikasi diri adalah sebuah konsep yang dirumuskan oleh Albert Bandura
(1997), guru besar psikologi di Standford University, dan bersumber dari social
People guide their lives by their beliefs of personal efficacy. Self-efficacy refers to
beliefs in one‟s capabilities to organize and execute the courses of action required
Efikasi diri hanya merupakan satu bagian kecil dari seluruh gambaran kompleks
9
tentang kehidupan manusia, tetapi dapat memberikan pemahaman yang lebih baik
manusia ini diakui oleh teori efikasi diri. Teori efikasi diri merupakan upaya untuk
proses berpikir, motivasi, kondisi afektif dan psikologis (Bandura, 1997). Melalui
perspektif ini, efikasi diri diyakini dapat membuat individu mampu menafsirkan
lingkungan mereka.
karena ini merupakan satu konsep umum. Bandura (1997) berpendapat bahwa
efikasi diri adalah kemampuan umum yang terdiri atas aspek-aspek kognitif, sosial,
emosional dan perilaku, dan individu harus mampu mengolah aspek-aspek itu
efikasi diri merupakan sebuah instrumen multi guna karena konsep ini tidak hanya
bahwa individu dapat melakukan berbagai hal dalam berbagai kondisi. Dengan kata
lain, efikasi diri berlaku sebagai mesin pembangkit kemampuan manusia. Oleh
karena itu, tidaklah mengherankan jika seseorang memiliki efikasi diri yang kuat,
10
2.2.2 Sumber Informasi bagi Efikasi Diri
hubungan segitiga antara karakteristik pribadi, pola perilaku dan faktor lingkungan
(Bandura, 1997). Dengan demikian, hubungan ini bersifat alami, personal dan
sosial, dan mungkin terjadi proses yang panjang dan kompleks untuk menciptakan
hubungan ini. Menurut Bandura (1997), ada empat sumber informasi yang
seseorang lebih banyak karena faktor-faktor di luar dirinya, biasanya tidak akan
keberhasilan itu didapat melalui hambatan yang besar dan merupakan hasil
perjuangan sendiri maka hal itu akan membawa pengaruh terhadap peningkatan
efikasi diri.
lain yang memiliki kemiripan dengan individu dalam mengerjakan suatu tugas
yang sama. Efikasi tersebut didapat melalui social models yangbiasanya terjadi
sehingga melakukan modeling. Namun efikasi diri yang didapat tidak akan
berpengaruh bila model yang diamati tidak memilki kemiripan atau berbeda
dengan model.
11
3. Social Persuasion: informasi tentang kemampuan yang disampaikan secara
4. Physiological & Emotion State kecemasan dan stres yang terjadi dalam diri
kondisi yang tidak di warnai oleh ketegangan dan tidak merasakan adanya
keluhan atau gangguan somantik lainnya. Efikasi diri biasanya ditandai oleh
rendahnya tingkat stress dan kecemasan sebaliknya efikasi diri yang rendah
efikasi diri. Tingkat efikasi diri yang dimiliki individu dapat dilihat dari aspek
efikasi diri. Efikasi diri yang dimiliki seseorang berbeda-beda, dapat dilihat
Bandura (dalam Sulistyawati, 2012: 145) ada tiga aspek dalam efikasi diri yaitu:
12
2. Generality, Aspek ini berhubungan luas bidang tugas atau tingkah laku.
pengharapan pada bidang tugas atau tingkah laku yang khusus sedangkan
seseorang terhadap keyakinannya. Tingkat efikasi diri yang lebih rendah mudah
sedanagkan seseorang yang memiliki efikasi diri yang kuat tekun dalam
memperlemahnya.
Individu yang memiliki bentuk efikasi diri yang tinggi memiliki sikap optimis,
sesuatu yang merugikan namun justru memotivasi diri untuk melakukan yang lebih
baik. Individu yang efikasi dirinya rendah memiliki sikap pesimis, suasana hati
diperlukan dalam suatu tugas yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Efikasi diri
13
merupakan faktor penting untuk menentukan apakah indiviu akan berprestasi atau
1. Sifat tugas yang dihadapi. Situasi-situasi atau jenis tugas tertentu menuntut
kinerja lebih sulit dan berat dari pada tugas dan situasi yang lain.
pujian
3. Status atau peran individu dalam lingkungan. Derajat status sosial seseorang
atau menurun jika ia mendapat informasi yang positif atau negatif tentang
dirinya.
Efikasi diri yang mempengaruhi proses berpikir, motivasi dan kondisi perasaan
yang semuanya berperan terhadap apa yang dilakukan. Individu dengan efikasi diri
yang rendah dalam mengerjakan tugas tertentu akan cenderung menghindari tugas
itu. Individu akan merasa sulit untuk memotivasi diri akan mengurangi usahanya
atau menyerah dalam berbagai macam rintangan yang di hadapinya. Efikasi diri
kesulitan. Individu dengan efikasi diri yang tinggi memandang tugas- tugas yang
dihindari.Jadi faktor yang dapat mempengaruhi efikasi diri yaitu suatu tugas
14
yang di rasakan sulit harus di hadapinya dengan berbagai situasi tertentu melalui
Social cognitive theory (SCT) adalah sebuah teori yang dikembangkan oleh
beberapa orang, namun Albert Bandura adalah tokoh yang paling menonjol. Teori
ini merupakan pengembangan dari sosial learning theory (SLT) yang menyebabkan
bahwa seseorang dapat mempelajari suatu perilaku dari orang- orang, bukan hanya
kemudian menambahkan konsep self efficacy dan merevisi teori sosial learning
theory menjadi sosial cognitive theory. Sosial cognitive theory menyatakan bahwa
ketrampilan yang diperlukan untuk merubah perilaku dan menjadi alat yang sangat
efektif untuk meningkatkan kepercayaan dan keyakinan diri (self confidence dan
mengatasi situasi di masa yang akan dating”. Self efficacy dianggap sebagai syarat
utama dari perubahan perilaku dan sangat menentukan seberapa jauh usaha yang
1999).
15
2.2.6 Efikasi Diri pada Pasien TB
yaitu tindakan perubahan dalam kualitas hidup gejala dan fungsi fisiologis penderita
pada saat pengobatan. Efikasi diri dirancang untuk memberikan keyakinan individu
untuk melakukan kegiatan yang dipilih sebagai usaha yang diinginkan (Garrod,
2008). Untuk mencapai efikasi diri yang positif penderita TB harus memahami
beberapa aspek mengenai efikasi diri yaitu yang pertama Magnitude, Aspek ini
pada saat melakukan tugas seperti saat melakukan tugas rumah pekerjaan tersebut
terlalu berat pada saat itu untuk dilakukan, maka pilihlah pekerjaan yang sesuai
dengan kapasitasnya pilihlah pekerjaan yang ringan dan tidak membuat letih seperti
Generality, Aspek ini berhubungan luas bidang tugas atau tingkah laku yang
diluar larangan aktivitas. Strength, Aspek ini berkaitan dengan tingkat kekuatan
meyakinkan dirinya atau bahkan percaya pada saat ini dalam proses
16
pengobatannya penderita TB mampu untuk melaksanakan tugasnya dalam berobat.
Pengukuran Efikasi Diri menggunakan kuisioner Efikasi Diri yang diambil dari
penelitian Sutrisna, A. Artha (2017) tentang Efikasi Diri dengan Kepatuhan Minum
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam
satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan melakukan suatu kegiatan sesuai
(Bailon dan Malagaya, 1989). WHO (1969) keluarga adalah anggota rumah tangga
kehidupan, sifat dan jenis dukungan berbeda-beda pada setiap tahap siklus
formal sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah. Peran informal ayah adalah
17
kemampuan sistem pendukung di antara anggota keluarga, kemampuan perawatan
yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi. Para anggota
sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga, atau jika
mereka hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut
sebagai rumah mereka. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama
lain dalam peran-peran sosial keluarga seperti suami isteri, ayah dan ibu, anak laki-
laki kesehatan, dan melakukan konsultasi, serta mencari informasi dari media cetak
dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang sebagai
anggota keluarga yang berkumpul dan tingkat di suatu tempat dibawah satu atap
diseminator atau penyebar informasi tentang semua informasi yang ada dalam
18
2. Dukungan penilaian adalah jenis dukungan dimana keluarga bertindak sebagai
dan
tempat pemulihan yang aman dan damai untuk beristirahat dan membantu
secara psikologis untuk menstabilkan emosi dan mengendalikan diri. Salah satu
1. Keluarga inti
2. Keluarga besar
Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita yang kawin lebih dari satu kali dan
19
4. Keluarga Duda/Janda (Single Family)
Dua orang menjadi satu tanpa perkawinan tetapi membentuk satu keluarga
(Effendi, 2001).
saling memelihara. Freeman membagi 5 tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh
keluarga, yaitu :
20
1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya.
3. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit dan yang tidak
dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peran
individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola prilaku dari keluarga,
berikut:
1. Peran ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan sebagai ayah dari anak-anaknya, berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman kepada
2. Peran ibu
Sebagai istri dari suaminya dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan
21
pelindung anak-anaknya.Sebagai anggota kelompok sosial serta sebagai
3. Peran anak
Kakek atau nenek mempunyai peran semata-mata hanya hadir dalam keluarga,
anak dan orang tua, menjadi partisipan aktif dalam konstruksi sejarah sosial dari
keluarga yaitu menciptakan keterkaitan antara masa lalu keluarga dan masa
1. Fungsi biologis
2. Fungsi psikologis
22
d. Memberikan identitas keluarga
3. Fungsi sosialisasi
perkembangan anak.
4. Fungsi ekonomi
keluarga
akan datang, misalnya pendidikan anak, jasmani hari tua, dan lail-lain.
5. Fungsi pendidikan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya
2001).
memiliki fungsi dukungan keluarga yang dapat diberikan keluarga pada pasien TB
23
penyakit TB yang diderita pasien serta dapat juga membantu memberikan informasi
dan mengingatkan jenis obat yang diminum. Dukungan Penilaian yaitu memberikan
semangat dan support kepada penderita agar tidak putus asa dan cepat menyerah
membersihkan ruangan tidur agar lebih bersih dan mendapatkan sirkulasi serta
perhatian serta semangat lebih pada saat penderita merasa tidak bersemangat lagi
dalam pengobatan.
Keluarga yang diambil dari penelitian Maulidia, Dessy (2014) tentang Hubungan
24
2.4 Kerangka Konsep
Penularan Inhalasi / Droplet
Infeksi
Pasien TBC
Dukungan Keluarga
Fungsi Dukungan Keluarga Efikasi Diri
1. Dukungan Informasional
2. Dukungan Penilaian
3. Dukungan Istrumental
4. Dukungan Emosional
Pengobatan TBC
Keterangan :
Di Teliti :
Tidak di Teliti :
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Efikasi Diri pada
Pasien TBC di Puskesmas I Denpasar Barat
25
2.5 Hipotesis
perbandingan satu variabel dari dua sampel. Hipotesis merupakan suatu pernyataan
26