Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN HASIL ANALISIS KONTEKS

SMA ISLAM TERPADU ISHLAHUL UMMAH BOARDING SCHOOL


KOTA TASIKMALAYA
PELAJARAN 2019/2020

SMA IT ISHLAHUL UMMAH BOARDING SCHOOL


Jl.Cieunteung Blk No.80 Mebeul Sakura tlp (0265) 7522123
Website : www.ishlahulummahtasik.sch.id

i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN HASIL ANALISIS KONTEKS
SMA IT ISHLAHUL UMMAH BOARDING SCHOOL
KOTA TASIKMALAYA

Bismillahirrohmanirrohim
Dengan memohon rahmat Allah SWT
Laporan Hasil Analisis Konteks SMA IT Ishlahul Ummah Boarding School
Kota Tasikmalaya
disahkan pada tanggal 30 Juni 2019 dan berlaku
Tahun Pelajaran 2019/2020

Ketua Komite Madrasah, Kepala Madrasah,

Hj. Elis……………………….., SE Nida Noervika Dewi, S.Pd


NIP. -

ii
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-
Nya sehingga kami dapat menyusun laporan Analisis Konteks SMAS Islam Terpadu
Ishlahul Ummah Boarding School Kota Tasikmalaya (selanjutnya disingkat SMAS IT
IUBS Kota Tasikmalaya) Tahun Pelajaran 2019/2020.

Satuan pendidikan, sebagai instansi yang mengetahui dan memahami


kondisi penyelenggaraan pendidikan pada lingkup masing-masing, diberi
kesempatan seluas-luasnya untuk menyusun laporan analisis konteks. Hasil
analisis konteks tersebut diharapkan benar-benar merupakan gambaran kinerja
awal satuan pendidikan tersebut dan akan digunakan untuk penyelenggaraan
pendidikan.

Laporan hasil analisis konteks bertujuan agar satuan pendidikan memiliki


gambaran kinerja awal yang akan digunakan sebagai salah satu bahan penyusun
kurikulum. Untuk itu dibutuhkan gambaran yang obyektif tentang kondisi satuan
pendidikan, sehingga arah dan tujuan satuan pendidikan tersebut dapat digariskan
secara tepat.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada

1. Tim Pengembang Sekolah yang telah mencurahkan tenaga dan


pemikirannya untuk menyusun laporan hasil analisis konteks ini;

2. Komite madrasah serta seluruh komponen madrasah yang telah


mendukung pelaksanaan analisis konteks hingga tersusunnya laporan ini.

Semoga laporan hasil analisis konteks ini bermanfaat dalam pengembangan


SMAS Islam Terpadu Ishlahul Ummah Boarding School Kota Tasikmalaya.

Tasikmalaya, 20 Juni 2019


Kepala Sekolah,

Nida Noervika Dewi, S.Pd.

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................................ i


LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Dasar Kebijakan ......................................................................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat ................................................................................ 6

BAB II HASIL ANALISIS KONTEKS


A. Analisis Standar Nasional Pendidikan ................................................ 8
B. Analisis Kondisi Satuan Pendidikan ................................................... 19
C. Analisis Kondisi Lingkungan Satuan Pendidikan ............................ 23

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan............................................................................................... 29
B. Rekomendasi ........................................................................................... 29

LAMPIRAN .................................................................................................................................. 30

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-undang sistem pendidikan nasional, peraturan pemerintah tentang


standar nasional pendidikan (SNP), peraturan menteri pendidikan nasional tentang
standar isi, standar kompetensi lulusan, standar proses, standar penilaian, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar pengelolaan, standar sarana prasarana,
dan standar pembiayaan telah disusun, disosialisasikan, digandakan serta
disebarluaskan ke satuan pendidikan dan pihak-pihak terkait.

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional merupakan dasar hukum penyelenggaraan dan reformasi
sistem pendidikan nasional di dalamnya memuat visi, misi, fungsi dan tujuan
pendidikan nasional. Visi pendidikan nasional adalah terwujudnya sistem
pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk
memberdayakan semua warga negara agar berkembang menjadi manusia yang
berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu
berubah. Sedangkan misi pendidikan nasional antara lain; (1) meningkatkan mutu
pendidikan sehingga memiliki daya saing di tingkat nasional, regional dan
internasional, (2) meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan
masyarakat dan tantangan global, (3) membantu dan memfasilitasi
pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat
dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar, dan (4) meningkatkan
profesionalitas dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat
pembudayaan, ilmu pengetahuan, ketrampilan, pengalaman, sikap, dan nilai
berdasarkan standar yang bersifat nasional global.

Sejalan dengan hal diatas, sekolah harus dikelola berdasarkan tata kelola
yang baik, dan memiliki kurikulum yang mempresentasikan visi, misi serta

1
tujuan yang akan dicapai sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat agar
mampu menghasilkan kualitas pendidikan yang bermutu dan mampu bersaing di
era global.

SMAS IT Ishlahul Ummah Boarding School Kota Tasikmalaya, adalah salah


satu sekolah swasta yang ada di Kota Tasikmalaya Propinsi Jawa Barat yang berdiri
mulai tahun 2012. Dengan karakteristik Kota Tasikmalaya dalam bidang sosial,
budaya, dan ekonomi, SMAS IT Ishlahul Ummah Boarding School merasa harus
berada digarda terdepan mewujudkan amanah masyarakat dan pemerintah kota
untuk menjadi institusi pendidikan yang maju, inklusif, dapat dipercaya dan ikut
andil dalam pembangunan sumber daya manusia yang unggul, berdaya saing
tinggi dalam bidang sains dan teknologi, kokoh dalam Iman dan taqwa,
berwawasan lingkungan dan peka terhadap globalisasi. Sebagai sekolah yang
mendapat amanah dari masyarakat, maka SMAS IT Ishlahul Ummah Boarding
School mengaktualkan diri dengan visi Terwujudnya peserta didik yang
bertaqwa, berprestasi serta bermanfaat bagi sesamanya.

Visi tersebut mengandung 3 kata kunci, yaitu: takwa, prestasi dan manfaat,
yang secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut.

1. Taqwa. Peserta didik diharapkan mempunyai kepribadian sebagai berikut :


beraqidah yg lurus, beribadah yang benar dan berakhlaq yang mulia.

2. Berprestasi. Peserta didik diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan


yang unggul sehingga memiliki daya saing tinggi dalam berbagai bidang
kehidupannya.

3. Manfaat. Keunggulan yang dimiliki peserta didik diharapkan dapat menjadikan


dirinya bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya dan mampu
memberi solusi atas berbagai masalah yang ada di lingkungannya.

Setiap satuan pendidikan tentu menghadapi permasalahan.


Permasalahan pendidikan yang selalu muncul adalah kualitas pendidikan. Adanya
kesenjangan antara kondisi ideal yang diharapkan (baik oleh masyarakat maupun
pemerintah) dan kondisi nyata pada masing-masing satuan pendidikan,
merupakan masalah aktual. Selain itu, output pendidikan harus mampu
mengimbangi bergulirnya arus globalisasi yang begitu cepat. Hal ini ditandai
dengan persaingan kuat dalam bidang teknologi, manajemen, dan sumber daya
manusia (SDM). Untuk memenuhi hal tersebut diperlukan penguasaan teknologi
agar dapat meningkatkan efektifitas dan efesiensi proses peningkatan mutu
pendidikan. Sedangkan keunggulan sumber daya manusia akan menentukan
kelangsungan, perkembangan dan pemenangan persaingan pada era global ini
secara berkelanjutan dengan dukungan teknologi dan manajemen yang kuat,
dalam mewujudkan madrasah yang efektif dan efesien.

Untuk mengatasi permasalahan yang muncul dan diperkirakan akan muncul


dikemudian hari, maka SMAS IT Ishlahul Ummah Boarding School Kota Tasikmalaya,
berusaha untuk menyusun analisis konteks yang berisi analisis terhadap Standar
Nasional Pendidikan (SNP), analisis satuan pendidikan, dan analisis kondisi lingkungan
satuan pendidikan. Dengan adanya analisis konteks ini diharapkan dapat memberi
gambaran awal tentang alur proses yang akan dihadapi untuk menjadikan SMAS IT
Ishlahul Ummah Boarding School Kota Tasikmalaya sebagai sekolah yang benar-benar
sesuai dengan harapan orangtua dan masyarakat dan sesuai dengan keinginan
pemerintah serta mampu menjawab tantangan perkembangan zaman.

B. Dasar Kebijakan

Landasan hukum penyusunan analisis konteks di SMAS IT Ishlahul Ummah


Boarding School Kota Tasikmalaya adalah :

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional;
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010
tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan;

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015


tentang perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan;

4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 19


Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah.

5. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008


tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan
Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah;

6. Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 165 Tahun 2014


tentang Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran Agama Islam Dan
Bahasa Arab;
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;

8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia


Nomor 62 Tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;

9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia


Nomor 63 Tahun 2014 tentang Pendidikan Kepramukaan sebagai
Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah;
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 64 Tahun 2014 tentang Peminatan pada Pendidikan
Menengah;

11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia


Nomor 79 Tahun 2014 tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013;

12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia


Nomor 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan Dan Konseling Pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;

13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia


Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti;

14. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia


Nomor 53 Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik
dan Satuan Pendidikan Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah;

15. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia


Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan
Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan;

16. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia


Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Pengenalan Sekolah bagi Siswa Baru;

17. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia


Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Standar Kompetensi Lulusan
Pendidikan Dasar dan Menengah;

18. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia


Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan
Menengah;
19.Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah;
20. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan;

21. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia


Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar;

22. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia


Nomor 3 Tahun 2017 tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pemerintah
dan Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan;

C. Tujuan dan Manfaat

Analisis Konteks adalah dokumen yang diterbitkan oleh satuan


pendidikan yang menggambarkan serangkaian kinerja awal satuan pendidikan
dalam memahami, mempersepsikan melalui kegiatan analisis terhadap Standar
Nasional Pendidikan (SNP), satuan pendidikan dan lingkungan satuan pendidikan.

Tujuan penyusunan analisis konteks ini adalah untuk mendapatkan


gambaran serangkaian kinerja awal satuan pendidikan dalam rangka memahami,
mempersepsikan melalui kegiatan analisis terhadap SNP, satuan pendidikan dan
lingkungan satuan pendidikan. Untuk itu dibutuhkan gambaran yang paling
obyektif tentang kondisi satuan pendidikan tersebut, sehingga arah dan tujuan
satuan pendidikan tersebut dapat digariskan secara tepat.

Sedangkan manfaat adanya analisis konteks ini adalah dapat digunakan


oleh satuan pendidikan untuk menyusun KTSP dan meningkatkan pemahaman
guru dan penyelenggara satuan pendidikan dalam menyusun rencana kerja
sekolah.
BAB II
HASIL ANALISIS KONTEKS

A. Analisis Standar Nasional Pendidikan (SNP)

1. Analisis Standar Isi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik


Indonesia Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar isi Pendidikan Dasar dan Menengah,
bahwa Standar Isi dikembangkan untuk menentukan kriteria ruang lingkup dan
tingkat kompetensi yang sesuai dengan kompetensi lulusan yang dirumuskan pada
Standar Kompetensi Lulusan, yakni sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Karakteristik, kesesuaian, kecukupan, keluasan, dan kedalaman materi ditentukan
sesuai dengan karakteristik kompetensi beserta proses pemerolehan kompetensi
tersebut. Ketiga kompetensi tersebut memiliki proses pemerolehan yang berbeda.
Sikap dibentuk melalui aktivitas-aktivitas: menerima, menjalankan, menghargai,
menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan dimiliki melalui aktivitasaktivitas:
mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
Keterampilan diperoleh melalui aktivitas-aktivitas: mengamati, menanya, mencoba,
menalar, menyaji, dan mencipta.

Kondisi riil KTSP yang dikembangkan di SMAS IT Ishlahul Ummah


Boarding School Kota Tasikmalaya sudah memperhatikan prinsip-psinsip
pengembangan kurikulum, terutama prinsip berpusat pada potensi,
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.,
serta prinsip relevan dengan kebutuhan kehidupan namun belum sepenuhnya
terlaksana. Ke depan diusahakan untuk dilakukan review dokumen KTSP sehingga
memenuhi semua prinsip pengembangan kurikulum, terutama prinsip berpusat
pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya., serta prinsip relevan dengan kebutuhan kehidupan.

8
Selain itu KTSP yang dikembangkan masih memiliki kekurangan dalam
hal penggunaan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan tekhnologi
yang memadahi, memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dan
juga prinsip pelaksanaan kurikulum dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial
dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan
seluruh bahan kajian secara optimal. Secara prinsip pelaksanaan KTSP, rencana ke
depan akan dilakukan review kurikulum dengan seoptimal mungkin
memperhatikan semua prinsip pelaksanaan kurikulum, terutama prinsip
pelaksanaan kurikulum dengan menggunakan multistrategi dan multimedia,
sumber belajar dan teknologi yang memadai, memanfaatkan lingkungan sekitar
sebagai sumber belajar, dan juga prinsip pelaksanaan kurikulum dengan
mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk
keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.

Dalam hal pengembangan muatan lokal, secara ideal kurikulum


diharapkan berisi kegiatan kurikuler yang ditentukan oleh satuan pendidikan
untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi
daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak menjadi bagian dari
mata pelajaran lain.

Kemudian pada program pengembangan diri, Secara umum, tujuan


Program pengembangan diri adalah memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan potensi,
bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta didik., ruang lingkupnya meliputi
kegiatan terprogram dan tidak terprogram. Kedepan SMAS IT Ishlahul Ummah
Boarding School Kota Tasikmalaya perlu melakukan analisis yang lebih mendalam
untuk merumuskan kembali program pengembangan diri, khususnya untuk kegiatan
ekstrakurikuler sehingga peserta didik memilih dan mengembangkan dirinya sesuai
dengan bakat, minat dan kemampuannya. Selain itu perlu adanya rumusan yang lebih
jelas tentang bagaimana petunjuk pelaksanaan pengembangan diri secara
terprogram, sehingga dapat direalisasikan dengan jelas secara rutin, spontan dan
keteladanan.

Dalam hal penetapan pedoman pelaksanaan pembelajaran, kurikulum


di sekolah kita berusaha menerapkan sistem belajar aktif dengan pendekatan
saintific, sehingga para tenaga pendidik diharapkan ada wadah untuk selalu
melakukan pengembangan dan mengupgrade kemampuannya. Dalam penetapan
KKM, SMAS IT Ishlahul Ummah Boarding School Kota Tasikmalaya dilakukan
melalui analisis ketuntasan belajar minimal pada setiap kompetensi dasar, selain
juga memperhatikan aspek intake (karakteristik peserta didik), kompleksitas
(karakteristik mata pelajaran) dan daya dukung (kondisi satuan pendidikan). KKM
yang ditetapkan tiap mata pelajaran tidaklah sama, merentang dari angka 65
sampai 75. Kemudian dalam komponen penetapan kriteria kenaikan kelas,
peminatan dan kelulusan, SMAS IT Ishlahul Ummah Boarding School Kota
Tasikmalaya telah menetapkan kriterianya seperti yang ditetapkan dalam regulasi,
tentunya dengan penambahan-penambahan tertentu sesuai dengan karakteristik
satuan pendidikan.

Komponen standar isi yang terakhir adalah kalender pendidikan. SMAS


IT Ishlahul Ummah Boarding School Kota Tasikmalaya menetapkan kalender
pendidikan berdasarkan standar isi, juga berpedoman dari kalender pendidikan
yang ditetapkan pemerintah daerah. Namun demikian komposisi dari kalender
pendidikan tersebut telah direvisi sedemikian rupa sehingga disesuaikan dengan
kalender pendidikan dan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun
pelajaran yang dimaksud.

2. Analisis Standar Kompetensi Lulusan

Analisis Standar Kompetensi Lulusan (SKL) berlandaskan pada


Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan
Menengah. Secara umum, yang juga dialami oleh kebanyakan satuan pendidikan
belum berdasar pada hasil analisis terhadap standar nasional pendidikan secara
menyeluruh. Proses penyusunannya masih berorientasi pada pemenuhan
persyaratan administrasi, juga adanya sebagian guru yang belum memahami
esensi SKL dan hubungannnya dengan standar lain.

Setiap lulusan satuan pendidikan dasar dan menengah memiliki


kompetensi pada tiga dimensi yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Pemahaman subtansi terhadap SKL mutlak diperlukan oleh seluruh komponen
madrasah khususnya guru, karena memberikan arah bagi sekolah dalam
melaksakan pembelajaran yang efektif agar mampu menghasilkan lulusan yang
kompeten sesuai dengan tuntutan SKL. SMAS IT Ishlahul Ummah Boarding School
Kota Tasikmalaya berusaha untuk memberikan pemahaman kepada satuan
pendidikan khususnya guru untuk memahami secara substansi terhadap SKL.
3. Analisis Standar Proses

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik


Indonesia Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah, bahwa Standar Proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan
pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi
Lulusan.

Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan


pendidikan pada semua jenjang pendidikan. Standar proses meliputi perencanaan
proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil belajar,
dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran
yang efektif dan efisien.

Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan Rencana


Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, Kompetensi
Inti (KI), Kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan
pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, penilaian hasil belajar dan sumber belajar. Pada aspek perencanaan
pembelajaran, tidak semua guru memahami alur penyusunan silabus dan RPP. Ada
sebagian guru yang belum memperhatikan pemetaan SI, dan masih ada yang hanya
mengkopi/mengadopsi silabus dan RPP yang sudah ada. Ada juga guru yang membuat
silabus dulu baru kemudian melakukan analisis/ pemetaan KI dan KD, sehingga silabus
tidak berdasar pertimbangan kondisi riil. Realitas seringkali hanya menjadikan silabus
sebagai ”dokumen mati” yang jarang disentuh apalagi dilihat. Dokumen RPP belum
terdokumen dengan lengkap. Beberapa guru menyusun RPP tidak melampirkan
instrumen penilaian dan atau soal yang tercantum dalam RPP tidak
merepresentasikan tujuan pada RPP. Masih terdapat RPP yang disusun belum
memenuhi prinsip penyusunan RPP.

Untuk itu sekolah perlu melakukan rencana tindak lanjut, antara lain
berupa pengadaan workshop dan bimbingan pembuatan RPP, Mengefektifkan
kembali kinerja MGMP sekolah, penyusunan silabus yang memenuhi standar
minimal dan sesuai fakta, pelatihan analisis kontek standar proses, meningkatkan
fungsi tpk, penugasan reviuw silabus, pengadaan silabus hasil reviuw.

Kemudian dalam pelaksanaan pembelajaran perlu memperhatiakan


persyaratan pembelajaran, misalnya rombongan belajar (rombel), yang pada sekolah
kami masih berada pada kondisi yang sesuai dengan persyaratan dalam standar
proses. Selain itu masih terdapat pendidik yang melaksanakan kegiatan pembelajaran
tidak konsisten dengan tahapan kegiatan pembelajaran. Masih terdapat pendidik
yang belum benar dan tepat dalam implementasi tahapan kegiatan pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran tidak konsisten dengan pemetaan waktu yang direncanakan
pada RPP. Contoh: dalam pemetaan waktu pada RPP mengalokasikan waktu 15 menit,
namun pelaksanaannya melampaui dari waktu yang ditetapkan, sehingga tujuan
kegiatan pencapaian Kompetensi tidak tercapai. Masih terdapat pendidik yang tidak
konsekuen menerapkan RPP yang telah disusun. Masih terdapat pendidik yang RPP
dan kegiatan pembelajarannya belum menerapkan TIK. Masih terdapat pendidik yang
belum dan salah dalam penerapan tindak lanjut remidial dan pengayaan. Untuk itu,
dalam kegiatan pembelajaran guru wajib membawa RPP sebagai kontrol dalam
pelaksanaan pembelajaran. Pelatihan penyusunan perangkat pembelajaran berbasis
TIK, penyegaran melalui workshop pegembangan silabuss, rpp dan mekanisme
pembelajaran yang efektif.

Dalam aspek penilaian, seharusnya dilakukan oleh guru terhadap hasil


pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik,
serta digunakan sebagai hahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan
memperbaiki proses pembelajaran. Terlaksana pengawasan proses pembelajaran
meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan pengambilan langkah
tindaklanjut yang diperlukan. Kondisi di lapangan menunjukkan hasil penilaian
pembelajaran tidak dilakukan analisis sebagai bahan acuan dalam program
perbaikan proses pembelajaran bagi guru. Pemeriksaan dan pemantauan
perkembangan hasil belajar peserta didik dari guru perlu dipantau, disupervisi dan
dievaluasi oleh kepala sekolah secara kontinyu dan konsisten untuk memberikan
masukan guru dalam penilaian hasil belajar. Kedepan, seharusnya guru secara
kontinyu dan konsisten melakukan penilaian hasil belajar disertai analisis hasil
belajar siswa yang digunakan sebagai salah satu acuan dalam perbaikan mutu
pembelajaran. Kepala Sekolah melakukan pemeriksaan dan pemantauan
perkembangan hasil belajar peserta didik dari guru sebagai data untuk
mengetahui tingkat ketercapaian proses pembelajaran.
4. Analisis Standar Pengelolaan

Salah satu SNP yang harus dilakukan adalah analisis standar pengelolaan
pendidikan sesuai dengan Permendiknas Nomor 19 tahun 2007. Analisis standar
pengelolaan mencakup analisis perencanaan program, analisis pelaksanaan
rencana kerja, analisis pengawasan dan evaluasi, analisis kepemimpinan sekolah
dan analisis sistem informasi manajemen. Secara umum cakupan dalam standar
pengelolaan pendidikan ini diarahkan untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman dan keterlaksanaan sistem pengelolaan dan manajemen madrasah
dapat terlaksana dengan baik. SMAS IT Ishlahul Ummah Boarding School Kota
Tasikmalaya melakukan analisis terhadap pengelolaan pendidikan, secara umum
komponen-komponen yang disyaratkan dalam analisis tersebut dapat terpenuhi.
Namun demikian, keterlaksanaan seluruh komponen tersebut perlu dilakukan
evaluasi secara menyeluruh, optimalisasi, dan perbaikan secara kontinyu,
sehingga pengelolaan pendidikan pada satuan pendidikan di SMA IT Ishlahul
Ummah Kota Tasikmalaya semakin baik.

5. Analisis Standar Penilaian

Standar penilaian pendidikan merupakan acuan dasar dalam


melaksanakan penilaian proses dan hasil pembelajaran yang telah ditetapkan
dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan SMA IT Ishlahul Ummah Kota
Tasikmalaya berusaha mengembangkan sistem penilaian yang seoptimal mungkin
memenuhi dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut.

Secara umum, komponen dalam standar penilaian tersebut adalah;


prinsip penilaian (sahih, objektif, adil, terpadu, terbuka, menyeluruh dan
berkesinambungan, sistematis, beracuan kriteria, dan akuntabel), teknik dan
instrumen penilaian, mekanisme dan prosedur penilaian, penilaian oleh pendidik,
penilaian oleh satuan pendidikan, dan penilaian oleh pemerintah (tidak
dideskripsikan disini).

14
Kondisi ideal yang diinginkan adalah semua RPP mencantumkan
kegiatan dan program penilaian (termasuk lampiran soal, jawaban dan pedoman
penskoran). Penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai teknik
penilaian berupa tes, observasi, penugasan perseorangan dan kelompok, dan
bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat
perkembangan peserta didik. Instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan
pendidik memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, dan bahasa.

Penilaian hasil belajar dilaksanakan oleh pendidik, satuan pendidikan


dan pemerintah. Kegiatan ujian madrasah dilakukan dengan langkah-langkah;
menyusun kisi-kisi ujian, mengembangkan instrumen, melaksanakan ujian,
mengolah dan menentukan kelulusan dan memanfaatkan hasil penilaian.
Penilaian akhlak mulia dilakukan oleh guru agama dengan memanfaatkan
informasi dari pendidik mata pelajaran lain dan sumber lain yang relevan.
Penilaian kepribadian dilakukan oleh guru Kewarganegaraan dengan
memanfaatkan informasi dari pendidik mata pelajaran lain dan sumber lain yang
relevan. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan,
bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta
untuk meningkatkan efektifitas kegiatan pembelajaran. Penilaian hasil belajar
oleh satuan pendidikan dilakukan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta
didik pada semua mata pelajaran.

Kondisi Nyata di satuan pendidikan SMA IT Ishlahul Ummah Kota


Tasikmalaya dapat digambarkan sebagai berikut; RPP yang mencantumkan
kegiatan dan program penilaian sekitar 80%. Teknik penilaian hasil belajar sudah
menggunakan berbagai teknik penilaian, namun seringkali hanya menggunakan
tes tulis dan penugasan (perorangan dan kelompok), sedangkan bentuk penilaian
observasi, portofolio, dll perlu untuk ditingkatkan.

Sekolah telah menyediakan program analisis hasil ulangan namun belum


semua guru melaksanakan kegiatan tersebut. Guru yang melaksanakan langkah-
langkah kegiatan analisis hasil ulangan secara lengkap sekitar 90%. Tujuan

15
/ pemanfaatan penilaian hasil belajar peserta didik untuk meningkatkan
efektifitas kegiatan pembelajaran kurang optimal dilaksanakan. Penilaian hasil
belajar oleh satuan pendidikan telah terlaksana sesuai petunjuk dalam Standar
Penilaian Pendidikan, namun perlu dioptimalkan proses penilaian oleh satuan
pendidikan. Penilaian sikap peserta didik oleh guru mata pelajaran, wali kelas, dan
guru bimbingan konseling belum terlaksana secara kongkrit dengan jurnal.

Pada periode mendatang sekolah merencanakan memenuhi kondisi


ideal tersebut secara kontinyu dan konsisten dengan cara antara lain, kepala
madrasah melakukan supervisi dengan cara berdiskusi dan memberi contoh
kepada guru-guru yang belum mencantumkan kegiatan dan program penilaian
dalam RPP. Sekolah perlu menyiapkan contoh format penilaian observasi,
portofolio, dll yang diperlukan untuk dikembangkan oleh guru sesuai dengan
karakteristik pelajaran, kompetensi dan perkembangan peserta didik. Kepala
madrasah mewajibkan guru untuk melaksanakan telaah butir soal dan
menindaklanjuti dengan melakukan revisi jika ada kelemahan pada soal. Madrasah
melakukan evaluasi keterlaksanaan penilaian hasil belajar secara kontinyu.

Kepala Sekolah harus melakukan supervisi dan evaluasi agar semua guru
melaksanakan langkah-langkah kegiatan penilaian secara lengkap dan runtut.
Kepala madrasah harus melakukan evaluasi terhadap keterlaksanaan penilaian
akhlak mulia. Kepala Sekolah harus melakukan evaluasi terhadap keterlaksanaan
penilaian kepribadian. Perlu dilakukan pelatihan secara berkesinambungan agar
hasil belajar perserta didik termanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan
efektifitas pembelajaran, misalnya dalam kegiatan penulisan PTK.

Kepala madrasah harus terus-menerus memantau dan mengevaluasi


keterlaksanaan penilaian hasil belajar peserta didik yang dilaksanakan oleh satuan
pendidikan, sehingga proses dan hasil penilaian dapat terealisasi menjadi semakin
baik.

16
6. Analisis Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan;

Kondisi ideal; Kepala sekolah memenuhi kualifikasi umum dan khusus.


Kepala sekolah standar memenuhi kompetensi. Guru memenuhi kualifikasi akademik.
Guru memenuhi Standar Kompetensi Guru. Tenaga Kependidikan seperti tenaga
administrasi, tenaga kebersihan, tenaga laboratorium, teknisi sumber belajar, Pelatih,
dan tenaga perpustakaan memenuhi kompetensi minimal dan melaksanakan tugas
tanggungjawab masing-masing.

Kondisi nyata di satuan pendidikan; Kepala sekolah telah memenuhi


kualifikasi umum seperti; kualifikasi akademik sarjana (S1), Batas usia maksimal
pada waktu diangkat, dan engalaman mengajar. Demikian juga kualifikasi khusus
juga terpenuhi seperti; status sebagai guru sekolah, kepemilikan sertifikat
pendidik dan sertifikat kepala sekolah. Kepala sekolah memenuhi dimensi
kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial, namun
perlu lebih ditingkatkan lagi. Semua Guru (100%) telah memiliki kualifikasi
akademik minimum D4 atau Sarjana (S1) sesuai mata pelajaran yang diampu.

Standar Kompetensi guru (Kompetensi pedagogik, Kepribadian, sosial,


dan profesional), belum 100% telah dimiliki oleh guru secara keseluruhan,
khususnya dalam penguasaan TIK. Sekitar 80% tenaga kependidikan yang telah
memenuhi standar kompetensi/dan kualifikasi. Sehingga kesenjangan yang
muncul adalah; Kepala madrasah perlu meningkatkan lagi kompetensinya
walaupun secara umum telah memenuhi standar kompetensi minimal. Kualifikasi
akademik minimal (S1) telah terpenuhi. Sekitar 20% tenaga kependidikan belum
memenuhi standar kualifikasi dan kompetensi yang dibutuhkan.

Rencana tindak lanjut; Melalui berbagai pelatihan yang ada, kepala


madrasah berusaha meng-upgrade kompetensinya secara kontinyu. Guru perlu
meningkatkan kompetensi guru melalui pelatihan, workshop atau melanjutkan

17
pendidikan kejenjang lebih tinggi, juga perlu terus diadakan program beasiswa
belajar jenjang S2. Perlu adanya pelatihan secara konsisten untuk meningkatkan
kemampuan guru. Pemenuhan 100% kompetensi dan kualifikasi tenaga
kependidikan serta peningkatan kinerja sesuai bagian/bidang masing-masing
melalui pelatihan, pendampingan, dan bimbingan pihak terkait.

7. Analisis Standar Sarana dan Prasarana

Satuan Pendidikan secara umum memenuhi standar Sarana-prasarana


(Permendiknas No. 24/2007). Memenuhi rasio minimum luas lahan terhadap
peserta didik. Kondisi dan status lahan memenuhi syarat, kecuali adanya ancaman
banjir jika hujan sangat lebat. Bangunan gedung memenuhi syarat tata bangunan,
keselamatan, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan perijinan. Persyaratan
prasarana sudah memenuhi standar sarana dan prasarana, diperlukan optimalisasi
pemakaian, dan perawatan. Rencana tindak lanjut; Langkah-langkah untuk
memenuhi kebutuhan tempat parkir, sarana ibadah, jamban, dan antisipasi
meluapnya air hujan, bila hujan deras. Optimalisasi pemanfaatan sarana-
prasarana dan dilakukan program perawatan sarana-prasarara secara
berkesinambungan.

8. Analisis Standar Pembiayaan

Secara umum telah memenuhi standar Pengelolaan Pendidikan


(Permendiknas No. 19 tahun 2007). Biaya diperoleh dari berbagai sumber:
Pemerintah pusat dan dana masyarakat (komite sekolah). Memiliki RKJM dan
RAKM yang disusun bersama Komite Sekolah, Kepala Sekolah, Guru dan Tenaga
Administrasi Sekolah (TAS). Pengelolaan keuangan madrasah secara transparan
dan akuntabel. Beberapa sumber pembiayaan belum optimal. Mekanisme
penggunaan keuangan sekolah kurang efisien. Pengelolaan keuangan atau dana
belum efektif (ada yang tidak sesuai dengan RKAS).

18
Rencana tindak lanjut; mengoptimalkan sumber pembiayaan yang ada
khususnya dana dari pemerintah yang berupa BOS dan BPMU yang ada di sekolah
dengan cara pembinaan dan pengembangan.

B. Analisis Kondisi Satuan Pendidikan

Dalam lampiran Permendiknas No. 22 tahun 2006 yang diperbaharui


dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 64 tahun 2013
dinyatakan bahwa salah satu prinsip pengembangan KTSP adalah “berpusat pada
potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya”. Berkaitan dengan hal tersebut, sebelum menyusun KTSP setiap
madrasah terlebih dahulu melakukan analisis kondisi satuan pendidikan yang
meliputi; peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
biaya dan program-program.

SMA IT Ishlahul Ummah Boarding School Kota Tasikmalaya berusaha


melakukan analisis kondisi satuan pendidikan mencakup kondisi ideal, kondisi riil,
kesenjangan dan Rencana tindak lanjut. Gambaran secara umum dapat
dideskripsikan sebagai berikut;

1. Peserta didik, Kondisi idealnya Peserta didik; memenuhi standar input


kompetensi (intake), Peserta didik memiliki motivasi belajar yang tinggi,
Peserta didik memiliki kepatuhan belajar yang tinggi. Kondisi riil yang ada
adalah; Input, Intake, motivasi, kepatuhan dan dukungan orang tua peserta
didik tinggi., Kerja sama antar siswa kurang., Kemandirian siswa kurang,
Besarnya keinginan untuk mengikuti banyak kegiatan ekstrakurikuler yang
berdampak pada pengurangan porsi belajar siswa, hanya sekitar 10% peserta
didik yang melanjutkan belajar/kuliah. Kesenjangan yang muncul adalah;
Input, intake, motivasi siswa, dan dukungan orang tua cukup tinggi, namun
berkurangnya kerjasama antar siswa, kemandirian dan banyak siswa yang
ingin mengikuti beragam kegiatan ekstrakurikuler, satuan pendidikan
merupakan sekolah umum bukan sekolah kejuruan. Rencana tindak lanjutnya
adalah:

19
a. Menjaga input, intake, motivasi belajar, kepatuhan siswa dan dukungan
orang tua siswa agar tetap tinggi,

b. Dilakukan kegiatan bersama yang melibatkan banyak siswa,


Menumbuh kembangkan kemandirian siswa melalui pelatihan-
pelatihan,

c. Mengarahkan siswa untuk mengikuti kegiatan pengembangan diri yang


sangat diminati dan tidak menyita banyak waktu belajar mereka,

d. Membatasi jumlah pilihan kegiatan pengembangan diri maksimal 3


kegiatan,

e. Membuka program keterampilan untuk membekali peserta didik yang


masuk ke dunia kerja.

2. Aspek tenaga pendidik dan tenaga kependidikan; Kepala sekolah memenuhi


kualifikasi umum dan khusus. Kepala madrasah memenuhi standar kompetensi.
Guru memenuhi kualifikasi akademik. Guru memenuhi Standar Kompetensi Guru.
Tenaga kependidikan seperti tenaga administrasi, tenaga kebersihan, tenaga
laboratorium, teknisi sumber belajar, pelatih, dan tenaga perpustakaan
memenuhi kompetensi minimal dan melaksanakan tugas tanggungjawab masing-
masing. Kondisi nyata di satuan pendidikan; kepala madrasah telah memenuhi
kualifikasi umum seperti; kualifikasi akademik sarjana (S1), Batas usia maksimal
pada waktu diangkat, Pengalaman mengajar, dan pangkat terendah. Demikian
juga kualifikasi khusus juga terpenuhi seperti

: status sebagai guru sekolah, dan sertifikat kepala sekolah. kepala sekolah
memenuhi dimensi kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan,
supervisi, dan sosial, namun perlu lebih ditingkatkan lagi. Semua Guru (100%)
telah memiliki kualifikasi akademik minimum D4 atau Sarjana (S1) sesuai mata
pelajaran yang diampu. Standar Kompetensi guru (Kompetensi pedagogik,
Kepribadian, sosial, dan profesional), belum 100% telah dimiliki

20
oleh guru secara keseluruhan, khususnya dalam penguasaan ICT. Sekitar 80%
tenaga kependidikan telah memenuhi standar kompetensi/dan kualifikasi.
Sehingga kesenjangan yang muncul adalah kepala madrasah perlu
meningkatkan lagi kompetensi walaupun secara umum telah memenuhi
standar kompetensi minimal. Kualifikasi akademik minimal (S1) telah
terpenuhi 100%. Pemenuhan 100% standar kompetensi guru. Sekitar 20%
tenaga kependidikan belum memenuhi standar kualifikasi dan kompetensi
yang dibutuhkan.

Rencana tindak lanjut; Melalui berbagai pendidikan dan pelatihan yang ada,
kepala madrasah berusaha meng-upgrade kompetensinya secara kontinyu.
Guru perlu meningkatkan kompetensi guru melalui pelatihan, workshop atau
melanjutkan pendidikan kejenjang lebih tinggi, perlu diadakan program
beasiswa belajar jenjang S2. Pemenuhan 100% kompetensi dan kualifikasi
tenaga kependidikan serta peningkatan kinerja sesuai bagian/bidang masing-
masing melalui pelatihan, pendampingan, dan bimbingan pihak terkait.

3. Bidang sarana prasarana; Satuan Pendidikan secara umum memenuhi standar


Sarana-prasarana (Permendiknas No. 24/2007). Jumlah rombongan belajar 18
rombel. Memenuhi rasio minimum luas lahan terhadap peserta didik. Kondisi
dan status lahan memenuhi syarat, kecuali adanya ancaman banjir jika hujan
sangat lebat. Bangunan gedung memenuhi syarat tata bangunan,
keselamatan, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan perijinan. Persyaratan
Prasarana sudah memenuhi standar sarana dan prasarana, diperlukan
optimalisasi pemakaian, dan perawatan. Rencana tindak lanjut; Langkah-
langkah untuk mengurangi resiko datangnya banjir. Optimalisasi pemanfaatan
sarana-prasarana dan dilakukan program perawatan sarana-prasarara secara
berkesinambungan.

21
4. Aspek pembiayaan secara umum telah memenuhi standar Pengelolaan
Pendidikan (Permendiknas No. 19 tahun 2007). Biaya diperoleh dari berbagai
sumber: Orang tua siswa (Komite madrasah), Dinas Pendidikan, Pemerintah
Propinsi, Pemerintah Pusat, Dana Usaha dari masyarakat, Wirausaha, dll. Memiliki
RKJM/RKAS yang disusun bersama Komite Sekolah, Kepala Sekolah, Guru dan
Tenaga Administrasi Sekolah (TAS). Pengelolaan keuangan madrasah secara
transparan dan akuntabel. Beberapa sumber pembiayaan belum optimal.
Mekanisme penggunaan keuangan madrasah kurang efisien. Pengelolaan
keuangan atau dana kurang efektif (banyak yang tidak sesuai dengan RKJM/RKAS).
Kesenjangan yang muncul; Adanya kesenjangan dalam pengelolaan sumber
pembiayaan yang kurang optimal. mekanisme penggunaan keuangan sekolah
yang kurang efisien. Pengelolaan keuangan kurang efektif (ada yang tidak sesuai
dengan RKJM/RKAS). Rencana tindak lanjut; Mengoptimalkan sumber
pembiayaan yang ada khususnya wirausaha yang ada di sekolah dengan cara
pembinaan dan pengembangan. Optimalisasi sistem informasi keuangan yang
efisien.

5. Program Sekolah

Kondisi Ideal : memiliki program yang tersusun secara sistematis sesuai


dengan visi, misi, tujuan dan kebijakan mutu sekolah,

Kondisi riil : penerapan visi, misi, tujuan dan kebijakan mutu sekolah perlu
ditingkatkan secara optimal,

Kesenjangan : program-program madrasah belum sepenuhnya mengacu dan


sesuai dengan visi, misi dan tujuan serta kebijakan mutu sekolah, Rencana
Tindak Lanjut : menyusun program sekolah dengan mengacu pada visi, misi
dan tujuan serta kebijakan mutu sekolah, mengoptimalkan pelaksanaan
program sesuai dengan visi, misi, tujuan dan kebijakan mutu sekolah, melalui
mekanisme kontrol dan evaluasi pada setiap program yang disusun,

22
C. Analisis Kondisi Lingkungan Satuan Pendidikan

Dalam lampiran Permendiknas No. 22 tahun 2006 yang diperbaharui


dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 64 tahun 2013
dinyatakan bahwa salah satu prinsip pengembangan KTSP adalah “berpusat pada
potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya”. Serta “ beragam dan terpadu” Berkaitan dengan hal tersebut,
Sebelum menyusun KTSP setiap madrasah terlebih dahulu melakukan analisis
kondisi lingkungan satuan pendidikan yang meliputi; komite madrasah, dinas
pendidikan/instansi vertikal, asosiasi profesi, dunia industri dan dunia kerja,
sumber daya alam dan sosial budaya.

SMA IT Ishlahul Ummah Boarding School Kota Tasikmalaya berusaha melakukan


analisis kondisi satuan pendidikan mencakup kondisi ideal, kondisi riil,
kesenjangan dan rencana tindak lanjut.

1. Komite Sekolah
Kondisi Ideal : Komite sekolah berperan sebagai : Pemberi pertimbangan,
Pendukung finansial dan pemikiran, Pengontrol transparansi dan akuntabilitas,
Mediator antara pemerintah dan masyarakat.

Fungsi komite sekolah adalah : Komitmen mutu pendidikan, melakukan


kerjasama, menampung aspirasi, memberikan masukan dan rekomendasi,
mendorong partisipasi, menggalang dana, melakukan evaluasi.

Peluang : Komite sekolah selalu memberikan pertimbangan terhadap keputusan


strategis yang diambil oleh sekolah, komite sekolah mampu menghimpun dana
untuk memenuhi kebutuhan program sekolah dalam mewujudkan sekolah
bertaraf nasional, komite sekolah memiliki potensi membantu sekolah dalam
pemenuhan sarpras yang dibutuhkan dengan menggalang dana dari masyarakat,
komite sekolah memiliki potensi sebagai nara sumber dalam peningkatan mutu
sekolah, peningkatan sumber daya manusia (SDM) peserta didik, tenaga pendidik,
dan tenaga kependidikan,

23
Tantangan : Komite sekolah dapat mencurahkan pemikiran sepenuhnya untuk
ikut membantu melakukan pertimbangan, pendukung, pengontrol dan mediator,
kemampuan komite memenuhi tuntutan program sekolah sesuai dengan visi,
misi, tujuan dan kebijakan mutu sekolah, kemampuan komite sekolah untuk
berkoordinasi dengan stakeholder sekolah, serta dunia usaha dan dunia kerja,
Kesenjangan : Peran dan fungsi komite sekolah perlu dioptimalkan, tidak semua
anggota komite sekolah memiliki waktu yang luang untuk melakukan peran dan
fungsinya, komitesekolah belum banyak tahu tentang program dan pelasanaan
program sekkolah yang bersifat umum dan teknis, komite sekolah belum
maksimal membangun kemitraan sekolah dengan pihak – pihak lain di dalam dan
luar negeri pemerintah, swasta, dunia usaha dan dunia kerja serta lembaga
pendidikan menengah dan perguruan tinggi

Tindak Lanjut : Mengoptimalkan pelaksanaan program sekolah, untuk tenaga


pendidik dan tenaga kependidikan diberi kesempatan dan dukungan untuk
menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, menetapkan indikator
efektifitas dan efisiensi pengelolaan anggaraan keuangan, menetapkan standar
prosedur penggunaan dana untuk memenuhi kriteria akuntabilitas, menetapkan
indikator transparansi, aktif mencari peluang membangun kemitraan madrasah
dan menjadi mediator, fasilitator dan motivator dalam optimalisasi peran dan
dukungan masyarakat terhadap sekolahh,

2. Kantor Cabang Dinas Wilayah XII Kota/Kab Tasikmalaya

Kondisi ideal : Kantor Cabang Dinas merupakan instansi vertikal yang berwenang
dalam memberikan arahan kebijakan dan melakukan pembinaan terhadap satuan
pendidikan (sekolah).

Peluang : Kantor Cabang Dinas Wilayah XII berwenang dalam fungsi dan peran
kebijakan dan pembinanaan terhadap satuan pendidikan, Kantor Cabang Dinas
Wilayah XII memiliki potensi untuk menentukan

24
kebijakan yang akan diterapkan pada lingkup satuan pendidikan, melalui fungsi
pembinaan, Kantor Cabang Dinas Wilayah XII memiliki potensi untuk
meningkatkan kompetensi dan kinerja tenaga pendidik dan tenaga kependidikan
dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, Kantor Cabang Dinas Wilayah XII
berperan dalam hal kebijakan terhadap ketersediaan alokasi dana sharing
pendidikan,

Tantangan : Mampu mengkoordinasikan program sekolah dan melaksanakan


evaluasi, mampu memotivasi tenaga pendidik dan kependidikan dalam
peningkatan mutu dan profesionalisme kerja, menyusun kebijakan operasional
program rintisan sekolah unggul, menyediakan dana untuk mendukung biaya
operasional.

Kesenjangan: Kebijakan Kantor Cabang Dinas Wilayah XII yang sesuai dengan
karakteristik satuan pendidikan, Kantor Cabang Dinas Wilayah XII
mengoptimalkan peran dan fungsinya dalam kebijakan dan pembinaan terhadap
satuan pendidikan, Kantor Cabang Dinas Wilayah XII diharapkan untuk berperan
terhadap ketersediaan dana sharing yang dibutuhkan oleh satuan pendidikan.

Tindak Lanjut : Mengadakan koordinasi dan evaluasi secara periodik dalam


menyelesaikan program sekolah.

3. Dunia Industri dan Dunia kerja

Kondisi Ideal : Ketersediaan data dari dunia industri dan dunia kerja tentang berbagai
hal yang terkait kerjasama antara satuan pendidikan dengan berbagai hal terkait
kebutuhan dunia kerja yang mampu dipersiapkan oleh satuan pendidikan sesuai
dengan tuntutan dan kebutuhan dunia industri dan dunia kerja.

Peluang : Terciptanya kerjasama yang baik dan keberadaan data yang dapat
digunakan satuan pendidikan dalam menyiapkan berbagai perangkat yang
dibutuhkan.

25
Tantangan : Kurang optimalnya kerjasama antara satuan pendidikan dengan dunia
industri dan dunia kerja, khususnya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan,
karakteristik satuan pendidikan yang tidak mempersiapkan peserta didik untuk
siap dalam dunia industri dan dunia kerja,

Kesenjangan : Kerja sama yang kurang optimal antara satuan pendidikan dengan
dunia industri dan dunia kerja, satuan pendidikan memproyeksikan kebijakan yang
dapat mengoptimalkan kerja sama antara satuan pendidikan dan dunia industri
dan dunia kerja,.

Tindak Lanjut: Meningkatkan kemitraan dan memperluas kerja sama antara


madrasah dengan dunia industri dan dunia kerja melalui berbagai kegiatan seperti
: pemagangan dan latihan keterampilan teknis dan terapan, workshop
pengembangan wawasan kewirausahaan/ enterpreneurship.

4. Ikatan Alumni

Kondisi Ideal : Alumni ikut berkiprah terhadap tumbuh kembang satuan


pendidikan,
Peluang : Dapat ikut berperan serta mewujudkan sekolah unggul

Tantangan : Alumni mempunyai tanggung jawab moral dan ikut andil dalam
menumbuhkembangkan almamater.

Kesenjangan : Kurangnya keterkaitan alumni dengan satuan pendidikan untuk


bersama berkolaborasi meningkatkan mutu pendidikan di satuan pendidikan.
Tindak Lanjut :Menjaring dan menjalin ikatan alumni yang solid, berkolaborasi
antara alumni dan stakeholder madrasah

6. Perguruan Tinggi

Kondisi Ideal : Perguruan Tinggi berperan sebagai: Fasilitator program peningkatan


mutu, Pendamping bilingual, Pendukung program Perguruan Tinggi berfungsi sebagai:
1. Komitmen mutu pendidikan, 2. Melakukan pengabdian pada masyarakat, 3.
Melakukan kerjasama, 4. Memberikan masukan dan rekomendasi
Peluang : Sekolah mengundang dosen dari Perguruan Tinggi sebagai pendamping
guru mata pelajaran, Sekolah mengontrak satu dosen Perguruan Tinggi sebagai
fasilitator program, Sekolah mengundang sejumlah dosen sebagai nara sumber.
Tantangan : Perguruan Tinggi belum berperan secara maksimal dalam
pendampingan bilingualnya, Perguruan Tinggi kurang mendapatkan kontra
prestasi dari kerjasama

Kesenjangan : Perguruan Tinggi belum bisa maksimal dalam mengiplementasikan


fungsinya pada pokok pengabdian pada masyarakat, Sekolah kurang berhasil
dalam membangun komitmen anggota sekolah.

Tindak lanjut : Mengundang pihak perguruan tinggi sebagai nara sumber dalam
penyusunan program sekolah, mengundang perguruan tinggi untuk bersama-
sama berkomitmen dalam rangka peningkatan kualitas diri sebagai pendidik.

7. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP)

Kondisi Ideal : LPMP berperan sebagai: Pelaksana model- model pembelajaran,


fasilitator pembelajaran, nara sumber informasi pendidikan, komitmen mutu
pendidikan, merancang model pembelajaran, mengadakan pelatihan, melakukan
kerjasama, melakukan evaluasi.

Peluang : Sekolah selalu memprogramkan pendampingan untuk guru mata pelajaran,


Sekolah selalu memprogramkan in house training terkait dengan pembelajaran dan
pemanfaatan tehnologi informasi setiap tahun nya.
Tantangan : LPMP kurang aktif dalam menjalankan peran dan fungsinya di sekolah,

Kesenjangan : LPMP sebagai lembaga yang mestinya dekat dengan sekolah, tetapi
justru tidak semua anggota sekolah tahu dengan pasti fungsi dan peran LPMP.
Tindak Lanjut : Mengundang LPMP sebagai nara sumber pembelajaran.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Pemahaman dan pemenuhan tiap satuan pendidikan terhadap SNP


merupakan suatu keharusan. Setiap satuan pendidikan diarahkan untuk
menyusun analisis konteks yang didalamnya berisi tentang analisis standar
nasional pendidikan, analisis kondisi satuan pendidikan dan analisis kondisi
lingkungan satuan pendidikan,

Dengan tersusunnya analisis konteks, diharapkan dapat menjadi acuan


SMA IT Ishlahul Ummah Boarding School Kota Tasikmalaya dalam menyusun KTSP
dan menjadi acuan setiap pemangku kepentingan (stake holder) dalam menyusun
program kerja sekolah.

B. Rekomendasi

Satuan pendidikan, dalam hal ini SMA IT Ishlahul Ummah Boarding School
Kota Tasikmalaya , diharapkan selalu melihat hasil analisis konteks ini sebagai
gambaran dalam memberikan data dan arah terhadap penyusunan KTSP dan
program kerja madrasah.

Setiap setahun sekali, KTSP SMA IT Ishlahul Ummah Boarding School Kota
Tasikmalaya di reviuw dan direvisi berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisis
konteks. Untuk itu setiap tahun pula Tim Pengembang Sekolah (TPS) atas nama
sekolah selalu melakukan analisis konteks untuk menghasilkan laporan hasil analisis
konteks, sehingga analisis konteks benar-benar merupakan gambaran obyektif
kondisi satuan pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai