Anda di halaman 1dari 71

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Masalah kematian ibu merupakan masalah yang serius yang dihadapi

kementrian kesehatan. Perawatan pada masa nifas harus benar-benar

diperhatikan karena periode ini merupakan masa kritis baik ibu maupun

bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian akibat kehamilan dan terjadi

setelah persalinan dan 50% kematian ibu terjadi pada masa nifas. (Walyani,

2017). Penyebab kematian ibu yaitu karena perdarahan 32%, hipertensi 25%,

infeksi 5%, lain – lain 38 % (Fadilah, 2016).

Perawatan pada masa nifas sangat berperan penting dalam

menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI). AKI merupakan indikator untuk

mengetahui tingkat derajat kesehatan seorang perempuan. Sumber data World

Health Organization (WHO) sekitar 830 wanita meninggal setiap harinya

karena terjadi komplikasi sebanyak 99% kematian ibu terjadi akibat masalah

pada masa kehamilan, persalinan atau kelahiran yang terjadi di negara-negara

berkembang. Tercatat AKI sebanyak 216 per 100.000 kelahiran hidup (WHO,

2017).

Pembangunan kesehatan di Indonesia di prioritaskan pada progam

dalam meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak. Pada tahun 2012-2017

AKI di indonesia mengalami penurunan dari 212 menjadi 177 per 100.000

kelahiran hidup (World Bank, 2019). Hal ini menunjukkan bahwa program

yang dijalankan pemerintah dalam menekan AKI belum berjalan secara

1
optimal. Pada tahun 2016 untuk Angka Kematian Ibu di DKI jakarta masih

cukup tinggi yaitu 94 per 100.000 kelahiran hidup (Profil kesehatan DKI

Jakarta, 2016).

Pengetahuan dan sikap wanita dalam melakukan self care masa nifas

merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu selama masa nifas.

(Huang K Dkk, 2012). Namun dalam perawatan kesehatan wanita, ini menjadi

aspek yang sering diabaikan (Noviana, 2019). Selain mencegah infeksi nifas,

perawatan pascasalin juga bermanfaat mempercepat proses pengembalian

keadaan ibu seperti keadaan sebelum hamil, serta meningkatkan kualitas hidup

ibu dan bayi. Kekurangan dari tidak dilakukanya perawatan pada masa nifas

adalah dapat menyebabkan proses subinvolusi berjalan kurang maksimal.

(Ernawati, 2012)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Eldawati (2015) terhadap 53

responden didapatkan hasil bahwa 58,5% mempunyai pengetahuan yang buruk

terkait perawatan pada masa nifas dan sebesar 76% atau 19 orang responden

memiliki sikap yang buruk terkait perawatan pada masa nifas. Buruknya

pengetahuan dan sikap ibu nifas tentang perawatan pada masa nifas

dipengaruhi oleh beberapa hal seperti paritas, budaya, serta motivasi yang

dapat menyebabkan kurangnya pengetahuan dan sikap ibu nifas dalam

melakukan perawatan diri.

Sedangkan menurut penelitian Nurhabibi (2018) terhadap 35

responden ibu hamil 12% atau 4 orang ibu hamil memiliki pengetahuan yang

baik, sebanyak 11 orang (31%) ibu memiliki pengetahuan yang cukup, dan 20

orang (57%) responden memiliki pengetahuan yang baik mengenai perawatan

2
pada masa nifas seperti kurangnya pemahaman mengenai perawatan nifas,

teknik mobilisasi, nutrisi, hygiene, dan perawatan payudara yang diperoleh dari

sumber informasi ataupun pengalaman yang didapatkan dari lingkungan

mereka.

Pendidikan kesehatan atau yang lebih dikenal dengan promosi

kesehatan upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tidak

hanya merubah perilaku tapi juga meningkatkan kemampuan hidup sehat

(Frantin F et al, 2015). Promosi kesehatan merupakan langkah promotif dalam

mencegah terjadinya komplikasi. Menurut Yustina, Aryasa, Suyasa (2014)

Penggunaan media leaflet dan power point merupakan media yang sering

digunakan dalam memberikan pendidikan kesehatan dan diharapkan dapat

menarik minat ibu nifas tentang self care masa nifas.

Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Kota Jakarta

Timur merupakan Puskesmas yang terletak di Jl. H. Dogol Kec. Duren Sawit,

Kota Jakarta Timur. Tenaga kesehatan terutama bidan sudah membagikan

buku KIA yang berisi tentang perawatan ibu dan anak akan tetapi ibu setelah

melahirkan sering kali mengabaikan perawatan ibu nifas seperti itu. Dari hasil

pengamatan yang dilakukan oleh peneliti tidak ada catatan khusus mengenai

pengetahuan dan sikap yang dimiliki ibu dalam hal perawatan masa nifas.

Melihat kurangnya pengetahuan ibu tentang perawatan diri (self care)

pada masa nifas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

“Pengaruh Promosi Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas

Tentang Self Care Masa Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan

Duren Sawit Jakarta Timur”

3
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian dapat dijabarkan dalam pertanyaan sebagai

berikut :

1. Bagaimana pengetahuan dan sikap ibu nifas sebelum diberikan promosi

kesehatan tentang self care pada masa nifas di wilayah kerja puskesmas

kecamatan duren sawit jakarta timur?

2. Bagaimana pengetahuan dan sikap ibu nifas setelah diberikan promosi

kesehatan tentang self care pada masa nifas di wilayah kerja puskesmas

kecamatan duren sawit jakarta timur?

3. Bagaimana pengaruh promosi kesehatan tentang pengetahuan dan sikap

ibu nifas dalam self care pada masa nifas di wilayah kerja puskesmas

kecamatan duren sawit jakarta timur?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh promosi kesehatan terhadap pengetahuan dan

sikap ibu nifas tentang self care masa nifas di wilayah kerja puskesmas

kecamatan duren sawit jakarta timur”

1.3.2 Tujuan khusus

1. Diketahuinya pengetahuan dan sikap ibu nifas sebelum diberikan

promosi kesehatan tentang self care masa nifas di wilayah kerja

puskesmas kecamatan duren sawit jakarta timur.

4
2. Diketahuinya pengetahuan dan sikap ibu nifas setelah diberikan

promosi kesehatan tentang self care masa nifas di wilayah kerja

puskesmas kecamatan duren sawit jakarta timur.

3. Diketahuinya pengaruh promosi kesehatan terhadap pengetahuan dan

sikap ibu nifas tentang self care masa nifas di wilayah kerja

puskesmas kecamatan duren sawit jakarta timur.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk melakukan penelitian

selanjutnya dengan topik terkait penelitian maupun yang tidak terkait

dengan penelitian.

1.4.2 Bagi Petugas Kesehatan

Penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk pengembangan

pengetahuan dan wawasan dalam pemberian asuhan kebidanan khususnya

promosi kesehatan tentang pengaruh promosi kesehatan terhadap

pengetahuan dan sikap ibu nifas tentang self care masa nifas di wilayah

kerja puskesmas kecamatan duren sawit jakarta timur.

1.4.3 Bagi Klien

Penelitian ini dapat dijadikan informasi yang berguba sehingga

dapat menambah pengetahuan dan meningkatkan motivasi bagi ibu nifas

dalam melakukan praktik perawatan diri (self care) masa nifas dirumah

secara mandiri agar masa nifas dapat berjalan secara optimal.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori


2.1.1 Pengertian Masa Nifas
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam setelah lahirnya

plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan. (Marmi, 2012). Masa nifas

dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan

kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6

minggu. Masa nifas merupakan masa setelah persalinan dan segera setelah

kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran

reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. (Nurrezki et al,

2014)

Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai

sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas

yaitu 6-8 minggu. (Suprijati, 2014)

2.1.2 Peran Dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas

Bidan memiliki peran yang sangat penting dalam pemberian asuhan

post partum. Asuhan kebidanan pada masa nifas merupakan hal yang

sangat penting, karena periode ini merupakan masa kritis bagi ibu maupun

bayinya. Adapun peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas

menurut Marmi (2012) antara lain :

6
a. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas

sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan

psikologis selama masa nifas

b. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga

c. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan lebih meningkatkan

rasa nyaman dan aman.

d. Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang berkaitan

dengan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi

e. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan

f. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara

mencegah perdarahan, mengenali tanda –tanda bahaya, menjaga gizi

yang baik, serta mempratekkan kebersihan yang aman

g. Melakukan managemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,

mengidentifikasi, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta

melaksanakanya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah

komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama perode

nifas.

h. Memberikan asuhan secara profesional

2.1.3 Tahapan Masa Nifas

Menurut Marmi (2012) Masa nifas terbagi menjadi 3 tahapan

diantaranya adalah sebagai berikut :

7
a. Puerperium dini

Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan

berjalan-jalan

b. Puerperium Intermedinal

Suatu masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ reproduksi

selama kurang lebih 6 sampai 8 minggu

c. Remote Puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan

sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau waktu persalinan

mengalami komplikasi

2.1.4 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Menurut Marmi (2012) Kebijakan program nasional yang telah

dibuat oleh pemerintah mengenai masa nifas merekomemendasikan paling

sedikit empat kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan

untuk :

a. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi

b. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya

gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya

c. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa

nifas

d. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu

kesehatan ibu nifas maupun bayinya

8
Kunjungan rumah post partum dilakukan sebagai suatu tindakan

untuk pemeriksaan postpartum lanjutan. Apa pun sebenarnya, kunjungan

rumah direncanakan untuk bekerjasama dengan keluarga dan dijadwalkan

berdasarkan kebutuhan. Pada program yang terdahulu, kunjungan bisa

dilakukan sejak 24 jam setelah pulang. Jarang sekali suatu kunjungan

rumah ditunda sampai hari ketiga setelah pulang kerumah. Kinjungan

berikutnya direncanakan di sepanjang minggu pertama jika diperlukan.

Tabel 2.1
Kunjungan Wajib Masa Nifas
Kunjungan Waktu Asuhan
1 6-8 jam 1. Mencegah perdarahan masa nifas oleh
post atonia uteri
partum 2. Mendeteksi dan perawatan penyebab lain
perdarahan serta melakukan rujukan bila
perdarahan berlanjut
3. Memberikan konseling pada ibu dan
keluarga tentang cara mencegah
perdarahan yang disebabkan atonia uteri
4. Pemberian ASI awal
5. Mengajarkan cara mempererat hubungan
antara ibu dan bayi baru lahir
6. Menjaga bayi tetap sehat melalui
pencegahan hipotermi
7. Setelah bidan melakukan pertolongan
persalinan, maka bidan harus menjaga ibu
dan bayi untuk 2 jam pertama

2 6 hari 1. Memastikan uterus berjalan dengan


post normal, uterus berkontraksi dengan baik,
partum tinggi fundus uterus di bawah umbilicus,
tidak ada perdarahan abnormal
2. Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi dan perdarahan
3. Memastikan ibu mendapat istirahat yang
cukup
4. Memastikan ibu mendapat makanan yang
bergizi dan cukup cairan
5. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan
menyusui
6. Memberikan konseling tentang perawatan
bayi baru lahir

3 2 minggu 1. Asuhan pada 2 minggu post partum sama


post dengan asuhan yang diberikan ada

9
partum kunjungan 6 hari post partum

4 6 minggu 1. Menanyakan penyulit-penyulit yang


post dialami ibu selama masa nifasa
partum 2. Memberi konseling KB secara dini
(Sumber : Marmi, 2012 )

Suatu kunjungan rumah akan mendapatkan lebih banyak kemajuan

apabila direncanakan dan di organisasi dengan baik. Bidan perlu meninjau

kembali catatan kesehatan ibu, rencana pengajaran, dan catatan lain yang

bisa digunakan sebagai dasar wawancara dan pemeriksaan serta pemberian

perawatan lanjutan yang diberikan. Setelah kunjungan tersebut

direncanakan, bidan harus mengumpulkan semua peralatan yang

diperlukan semua peralatan yang diperlukan, materi intruksi, dan

keterangan yang dapat diberikan kepada keluarga yang akan dikunjungi.

2.1.5 Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas

Setelah kelahiran bayi dan pengeluaran plasenta, ibu mengalami

suatu periode pemulihan kembali kondisi fisik dan psikologisnya. Yang

diharapkan pada periode 6 minggu setelah melahirkan adalah semua

system dalam tubuh ibu akan pulih dari berbagai pengaruh kehamilan dan

kembali pada keadaan sebelum hamil. Menurut Nurrezki et al (2014)

Perubahan fisiologi ibu pada masa nifas diantaranya adalah sebagai

berikut:

10
a. Perubahan Sistem Reproduksi

1. Uterus

Tumbuh membesar primer, maupun sekunder akibat

pertumbuhan isi konsepsi intrauterine. Estrogen menyebabkan

hiperplasi jaringan, progesteron berperan untuk elastisitas atau

kelenturan uterus. Taksiran kasar pembesaran uterus pada

perabaan tinggi fundus uterus

a. Tidak hamil atau normal : sebesar telur ayam (+30 g)

b. Kehamilan 8 minggu : telur bebek

c. Kehamilan 12 minggu : telur angsa

d. Kehamilan 16 minggu : pertengahan simfisis – pusat

e. Kehamilan 20 minggu : pinggir bawah pusat

f. Kehamilan 24 minggu : pinggir atas pusat

g. Kehamilan 28 minggu : Sepertiga pusat – xypoid

h. Kehamilan 32 minggu : pertengahan pusat-xypoid

i. Kehamilan 36-42 minggu : 3 sampai 1 jari bawah

xypoid

2. Vagina atau vulva

Terjadi hipervaskularisasi akibat pengaruh estrogen atau

progesteron, warna merah kebiruan. Vulva dan vagina mengalami

penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses

melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses

tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan

kendur.Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada

11
keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-

angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih

menonjol. Himen tampak sebagai tonjolan kecil dan dalam proses

pembentukan berubah menjadi kurunkulae motifarmis yang khas

bagi wanita multipara.

3. Ovarium

Alat-alat genital baik interna maupun eksterna kembali

seperti semula seperti sebelum hamil disebutdengan involusi.

Bidan dapat membantu ibu megatasi dan memahami perubahan-

perubahan. Dalam masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun

eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan

sebelum hamil. Perubahan alat-alat genital ini dalam

keseluruhanya disebut involusi.

Menurut Marmi (2012) Perubahan yang terjadi didalam

tubuh seorang wanita sangatlah menakjubkan. Uterus atau rahim

yang berbobot 60 gram sebelum kehamilan seara perlahan-lahan

bertambah besarnya hingga 1 kg selama masa kehamilan dan

setelah persalinan akan kembali ke keadaan sebelum hamil.

b. Perubahan Sistem Pencernaan

Selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya

tingkat kadar progesteron yang dapat mengganggu keseimbangan

cairan tubuh, meningkatkan koesteroldarah, dan melambatkan

kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan, kadar progesteron juga

12
menurun. Namun demikian, faal usus memerlukan waktu 2-3 hari

untuk kembali normal.

Menurut Marmi (2012) ada beberapa hal yang berkaitan dengan

perubahan ada sistem pencernaan antara lain :

1. Nafsu makan

Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga

diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu

makan diperlukan 3-4 hari sebelum faalusus kembali normal.

Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, asupan

makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari

2. Motilitas

Secara khas, penurunan tonus dan mortilitas otot traktus

cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir.

Kelebihan analgesik dan anastesia bisa memperlambat

pengembalian tonus otot dan mortilitas ke keadaan normal

3. Pengosongan usus

Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal

ini disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan

dan awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, anemia

sebelum melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun

laserasi pada masa nifas membutuhkan waktu untuk kembali

normal.

13
c. Perubahan Sistem Perkemihan

Pada masa hamil, Perubahan hormonal yaitu kadar steroid

tinggi yang berperan meningkatkan fungsi ginjal. Begitu sebaliknya,

pada pasca melahirkan kadar steroid menurun sehingga menyebabkan

penurunan fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu

satu bulan setelah wanita melahirkan. Urine dalam jumlah yang besar

akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan.

d. Sistem Urinarius

Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang

tinggi) turut menyebabkan peningkatan fungsi ginjal, sedangkan

penurunan kadar steroid setelah wanita melahirkan sebagian

menjelaskan sebab penurunan fungsi ginjal selama masa pasca

partum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu setelah satu bulan

setelah wanita melahirkan. Diperlukan kira-kira dua sampai 8 minggu

supaya kembali ke keadaan sebelum hamil. Pada sebagian kecil

wanita, dilaktasi traktus urinarius bisa menetap selam tiga bulan.

e. Perubahan sistem muskuloskeletal/diastasis rectie abdominis

Perubahan sistem muskuluskelton terjadi pada saat umur

kehamilan semakin bertambah. Adaptasi muskoloskeletal ini

mencangkup peningkatan berat badan, bergesernya pusat akibat

pembesaran rahim, relaksasi dan mobilitas. Namun demikian, pada saat

post partum sistem muskoloskeletal akan berangsur-angsur pulih

kembani dilakukan segrli. Ambulasi dini setelah melahirkan, untuk

membantu mencegah komplikasi dan mempercepat involusi uteri.

14
f. Perubahan sistem endokrin.

Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada

sistem endokrin.

g. Perubahan Tanda-tanda Vital.

Menurut Marmi (2012) pada masa nifas, tanda-tanda vital harus dikaji

antara lain :

1. Suhu badan

Suhu tubuh wanita inpartu lebih dari 37,2 derajat Celcius.

Pasca melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5 derajat

Celcius dari keadaan normal. Kenaikan suhu badan ini akibat kerja

keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan maupun kelelahan,

Kurang lebih pada hari ke 4 post partum, suhu badan akan naik lagi.

Hal ini diakibatkan akan pembentukan ASI, kemungkinan payudara

membengkak, maupun kemungkinan infeksi pada endometrium,

mastitis,traktus genetalis ataupun sistem lain. Apabila kenaikan suhu

diatas 38 derajat celsius, waspada terhadap infeksi post partum.

2. Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit.

Pasca melahirkan denyut nadi dapat menjadi bradikardi maupun

lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali permenit, harus

waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan post partum.

3. Tekanan darah

Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada

pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh

15
anggota tubuh manusia. Tekanan darah normal manusia adalah

sistolik antara 90-120 mmHg dan disatolik 69-80 mmHg. Paca

melahirkan pada kasus normal, tekanan darah biasanya tidak

berubah. Perubahan tekanana darah menjadi lebih rendah pasca

melahirkan dapat diakibatkan pleh perdarahan. Sedangkan tekanan

darah tinggi pada post partum merupakan tanda terjadinya pre

eklamsi post partum. Namun demikian, hal tersebut sangat jarang

terjadi.

4. Pernafasan

Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-

24 kali permenit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat

atau normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau

dalam kondisi istirahat. Keadaan pernafasan selalu berhubungan

dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal,

pernafasan juga akan mengikuti, kecuali apabila ada gangguan

khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post partum

menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok .

h. Perubahan Sistem Kardiovaskuler.

Volume darah yang normal yang diperlukan plasenta dan

pembuluh darah uterin, meningkat selama kehamilan. Diuresis terjadi

akibat adanya penurunan hormon estrogen, yang dengan cepat

mengurangi volume lasma menjadi normal kembali. Meskipun kadar

estrogen menurun selama nifas,namun kadarnya masih tetap tinggi dari

16
pada normal. Plasma darah tidak banyak mengandung cairan sehingga

daya koagulasi meningkat.

Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi.

Selama masa ini ibu mengelurakan banyak sekali jumlah urin.

Hilangnya progesteron membantu mengurangi retensi cairan yang

melekat dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama

kehamilan bersama-sama dengan trauma selama persalinan.

i. Perubahan Sistem Hematologi.

Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan

plasma sera faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari

pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit

menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas

sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah.

Pada awal post partum, jumlah hemoglobin, hematokrit dan

eritrosit sangat bervariasi. Hal ini disebabkan volume darah, volume

plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Tingkatan ini

dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi dari wanita tersebut. Jika

hemtokrit pada hari pertama atau kedua lebih rendah dari titik 2 persen

atau lebih tinggi dari pada saat memasuki persalinan awal, maka pasien

dianggap telah kehilangan darah yang cukup banyak. Titik 2 persen

kurang lebih sama dengan kehilangan darah 500 ml darah.

17
2.1.6 Adaptasi Psikologis Ibu Pada Masa Nifas

a. Adaptasi Ibu Masa Nifas

Proses adaptasi psikologis sudah terjadi selama

kehamilan,menjelang proses kelahiran maupun setelah persalinan. Pada

periode tersebut, kecemasan seorang wanita dapat bertambah.

Pengalaman yang unik dialami oleh ibu setelah persalinan. Masa nifas

merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk bimbingan dan

pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi.

Tanggung jawab ibu mulai bertambah.

Menurut Nurrezki et al (2014) Fase-fase yang dialami oleh ibu pada

masa nifas antara lain:

1. Fase taking in

Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang

berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah

melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri, sehingga cenderung

pasif terhadap lingkunganya. Ketidaknyamanan yang dialami

antara lain rasa mules, nyeri pada luka jahitan, kurang tidur,

kelelahan. Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini adalah istirahat

cukup, komunikasi yang baik dan asupan nutrsi. Gangguan

psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini adalah:

a. Kekecewaan pada bayinya

b. Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami

c. Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya

18
d. Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya

2. Fase taking hold

Fase ini berlangsung antar 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu

merasa khawatir ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam

perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah

tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah komunikasi yang

baik, dukungan dan pemberian penyuluhan/pendidikan kesehatan

tentang perawatan diri dan bayinya. Tugas bidan antara lain :

mengajarkan cara perawatan bayi, cara menyusui yang benar, cara

perawatn luka jahitan, senam nifas, pendidikan kesehatan gizi,

istirahat, kebersihan diri dan lain-lain.

3. Fase letting go

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan

peran barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu

sudah mulai dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan

bayinya. Terjadi peningkatan akan perawatan diri dan bayinya. Ibu

merasa percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri dalam

memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami dan

keluarga dapat membantu merawat bayi. Kebutuhan akan istirahat

masih diperlukan ibu untuk menjaga kondisi fisiknya.

Hal-hal yang harus dipenuhi selama nifas adalah sebagai berikut :

a. Fisik = Istirahat, asupan gizi, lingkungan yang bersih

b. Psikologi = Dukungan dari keluarga dan suami

19
c. Sosial = Perhatian, rasa kasih sayang, menghibur ibu saat

sedih dan menemani ibu saat merasa kesepian

d. Psikososial

2.2 Promosi Kesehatan

2.2.1 Pengertian Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan

menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan

untuk perubahan lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan

(Green). Promosi kesehatan adalah proses pemberdayaan masyarakat agar

mampu memelihara dan meningkatkan kesehatanya (Depkes). Proses

pemberdayaan dilakukan dengan pembelajaran yaitu upaya untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan dalam bidang

kesehatan. Proses pemberdayaan dilakukan dari oleh dan untuk mayarakat

melalui kelompok potensial bahkan semua komponen mayarakat (Agustini,

2019)

2.2.2 Tujuan Promosi Kesehatan

Menurut Agustini (2019) Tujuan promosi kesehatan adalah sebagai

berikut:

a. Peningkatan pengetahuan dan sikap masyarakat

b. Peningkatan perilaku masyarakat

c. Peningkatan status kesehatan mayarakat

20
2.2.3 Promosi Kesehatan Dalam Perawatan Diri (Self Care) Masa Nifas

Pendidikan kesehatan tentang perawatan nifas bertujuan untuk

memberikan informasi kepada responden tentang pengertian teknik

perawatan nifas yang benar. Dengan pemberian informasi tersebut

diharapkan pengetahuan responden tentang perawatan nifas meningkat

menjadi baik. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan sebagai

suatu bentuk pendidikan ataupun pelatihan terhadap sesorang yang

bertujuan untuk proses treatment dan rehabilitas. (Nurhabibi, 2018)

2.3 Perawatan Nifas

2.3.1 Perawatan Diri (Self Care) pada Masa Nifas

Perawatan nifas merupakan perawatan diri yang dilakukan oleh

tenaga kesehatan terhadap ibu nifas maupun aktivitas perawatan yang

dilakukan oleh ibu nifas sendiri untuk memelihara kesehatan organ-organ

reproduksi selama masa nifas, yakni dimulai dari akhir persalinan dan

berakhir hingga kemalinya organ-organ reproduksi seperti keadaan sebelum

ahmil. Perawatan masa nifas merupakan suatu bentuk tindakan atau praktik

yang dilakukan oleh ibu nifas yang menggambarkan perilaku kesehatan ibu

selama menjalani masa nifas (Eldawati, 2015)

2.3.2 Tujuan Perawatan Diri (Self Care) Masa Nifas

Pada masa nifas ini terjadi perubahan-perubahan fisik maupun

psikis berupa organ reproduksi, terjadinya proses laktasi, terbentuknya

21
hubungan antara orangtua dan bayi dengan memberi dukungan. Atas dasar

tersebut perlu dikakukan suatu pendekatan antara ibu dan keluarga dalam

managemen kebidanan. Adapun tujuan perawatan pada masa nifas

menurut (Marmi, 2012) adalah untuk :

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis

b. Melaksanakan skrining secara komprehensif, deteksi dini, mengobati

atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta

perawatan bayi sehari-hari

d. Memberian pelayanan keluarga berencana

2.3.3 Perawatan Vulva atau Perineum pada Ibu Nifas

Kebersihan diri berguna untuk mengurangi infeksi dan

meningkatkan perasaan nyaman. Kebersihan diri meliputi kebersihan

tubuh,pakaian, tempat tidur maupun lingkungan. Berikut mengenai cara

membersihkan vagina yang benar Menurut Marmi (2012 ) :

a. Siram mulut vagina hingga bersih dengan air setiap kali habis BAK dan

BAB. Air yang digunakan tak perlu matang asalkan bersih. Basuh dari

arah depan kebelakang hingga tidak ada sisa-sisa kotoran yang

menempel di sekitar vagina baik dari air seni maupun fases

yangmengandung kuman yang bisamenimbulkan infeksi pada luka

jahitan.

22
b. Vagina boleh dicuci menggunakan sabun maupun cairan antiseptik

karena dapat berfungsi sebagai penghilang kuman. Yang penting jangan

takut memegang daerah tersebut dengan saksama.

c. Bila ibu benar-benar takut menyentuh luka jahitan, upaya menjaga

kebersihan vagina dapat dilakukan dengan cara duduk berendam dalam

cairan antiseptik selama 10 menit. Lakukan setelah BAK atau BAB

d. Yang kadang terlupakan, setelah vagina dibersihkan, pembalutnya tidak

diganti. Bila seperti itu caranya makan akan percuma saja. Bukankah

pembalut tersebut sudah dinodai darah dan kotoran ? Berarti bila

pembalut tidak diganti, maka vagina akan tetap lembap dan kotor

e. Setelah dibasuh, keringkan perinium dengan handuk lembut, lalu

kenakan pembalut baru. Ingat pembalut mesti diganti setiap habis BAK

atau BAB atu minimal 3 jam sekali atau sudah dirasa tak nyaman.

f. Setelah semua langkah tadi dilakukan, perinium dapat diolesi salep

antibiotik yang diresepkan oleh dokter.

Jika persalinan normal sampai memerlukan tindakan episiotomi, ada

beberapa hal yang harus dilakukan agar proses berlangsung seperti yang

diharapkan. Menurut Rukiyah dkk (2011) Perawatan perineum adalah

pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi

vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran plasenta sampai

dengan kembalinya organ genetic seperti pada waktu sebelum hamil.

Menurut Suwiyoga (2004) dalam Timbawa, Kundre, Bahata (2015)

perawatan perineum yang tidak benar dapat mengakibatkan kondisi

perineum yang terkena lokhea dan lembab akan sangat menunjang

23
perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan infeksi pada perineum.

Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat ke saluran kandung

kencing ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya

komplikasi kandung kencing maupun jalan lahir.

Inilah cara perawatan setelah episiotomi : Menurut Marmi (2012 )

a. Untuk menghindari rasa sakit kala buang air besar, ibu dianjurkan

memperbanyak konsumsi serat seperti buah-buahan dan sayuran.

Dengan begitu tinja yang dikeluarkan menjadi tidak keras dan ibu tak

perlu mengejan. Kalu perlu, dokter akan memberikan obat pelembek

tinja.

b. Dengan kondisi robekan yang terlalu luas pada anus, hindarkan banyak

bergerak pada minggu pertama karena bisa merusak otot-otot perinium.

Banyak-banyaklah duduk dan berbaring. Hindari berjalan karena akan

membuat otot perinium bergeser.

c. Jika kondisi robekan tidak mencapai anus, ibu disarankan segera

melakukan mobilisasi setelah cukup beristirahat

d. Setelah buang air kecil dan besar atau pada saat hendak mengganti

pembalut darah nifas, bersihkan vagina dan anus dengan air seperti

biasa. Jika ibu benar-benar takut untuk menyentuh luka jahitan

disarankan untuk duduk berendam dalam larutan antiseptik selama 10

menit. Dengan begitu, kotoran berupa sisa air seni atau tinja juga akan

hilang

e. Bila memang dianjurkan dokter, luka di bagian perinium dapat diolesi

salep antibiotik.

24
Perawatan khusus perineal bagi wanita setelah melahirkan anak

akan mengurangi rasa ketidaknyamanan, mencegah infeksi, dan

meningkatkan penyembuhan dengan prosedur pelaksanaan menurut

Hamilton (2002) adalah sebagai berikut :

a. Mencuci tangan

b. Mengisi botol plastik dengan air hangat

c. Membuang pembalut yang telah penuh dengan gerakan kebawah

mengarah ka rectum dan letakkan pembalut tersebut kedalam kantung

plastic

d. Berkemih dan BAB ke toilet

e. Semprotkan keseluruhan perineum dengan menggunakan tissue dari

depan kebelakang

f. Cuci kembali tangan

Bila terjadi infeksi bisa terjadi karena ibu kurang telaten melakukan

perawatan pasca persalinan. Ibu takut menyentuh luka yang ada di perinium

sehingga memilih tidak membersihkanya. Padahal, dalam keadaan luka,

peinfesirinium rentan didatangi kuman dan bakteri sehingga mudah

terinfeksi.

Gejala-gejala infeksi yang dapat diamati adalah :

a. Suhu tubuh melebihi 37,5

b. Menggigil, pusing dan mual

c. Keputihan

d. Keluar cairan seperti nanah dari vagina

e. Cairan yang keluar disertai bau yang sangat

25
f. Keluarnya cairan disertai rasa nyeri

g. Terasa nyeri diperut

h. Perdarahan kembali banyak sebelumnya sudah sedikit. Misalnya,

seminggu sesudah melahirkan, perdarahan mulai berkurang tapi tiba-

tiba darah kembali banyak keluar.

2.3.4 Mobilisasi/Ambulasi

Menurut Nurrezki et al (2014) setelah bersalin, ibu akan merasa

lelah. Oleh karena itu, ibu harus istirahat. Mobilisasi yang dilakukan

tergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka.

Ambulasi dini (early ambulation) adalah mobilisasi segera setelah ibu

melahirkan dengan membimbing ibu untuk bangun dari tempat tidurnya. Ibu

post partum diperbolehkan bangun dari tempat tidurnya 24-48 jam setelah

melahirkan. Anjurkan ibu untuk memulai mobilisasi dengan miring

kekanan/ke kiri, duduk kemudian berjalan.

Keuntungan ambulasi dini adalah :

a. Ibu merasa lebih sehat dan kuat

b. Fungsi usus, sirkulasi, paru-paru dan perkemihan lebih bagus

c. Memungkinkan untuk megajarkan perawatan bayi pada ibu

d. Mencegah trombosis pada pembuluh tungkai

e. Sesuai dengan keadaan Indonesia (sosial ekonomis)

Menurut penelitian mobilisasi dini tidak berpengaruh buruk, tidak

menyebabkan perdarahan abnormal, tidak mempengaruhi penyembuhan

luka episiotomi maupun luka di perut, serta tidak memperbesar

26
kemungkinan prolapsus dengan penyulit, seperti anemia, penyakit jantung,

penyakit paru-paru, demam dan sebagainya.

2.3.5 Pemenuhan Kebutuhan Istirahat dan Tidur

Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang

dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang

hari. Menurut Nurrezki et al (2014) hal-hal yang dapat dilakukan ibu

dalam memenuhi kebutuhan istirahatnya antara lain :

a. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup

b. Sarankan ibu untuk melakukan kegiatan rumah tangga secara perlahan

c. Tidur siang atau istirahat saat bayi tidur

Kurang istirahat dapat menyebabkan

a. Jumlah ASI berkurang

b. Memperlambat proses involusi

c. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan dalam merawat bayi

sendiri.

2.3.6 Nutrisi

Status gizi seimbang ibu nifas sangat berpengaruh terhadap proses

penyembuhan luka. Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat

konsumsi makanan dan penggunaan zat – zat gizi. Zat gizi ini berfungsi

untuk membantu proses metabolisme, pemeliharaan dan pembentukan

jaringan baru. Selain itu, gizi yang seimbang juga merupakan zat yang

27
diperlukan oleh tubuh untuk keperluan metabolismenya. Kebutuhan gizi

pada masa nifas terutama bila menyusui akan meningkat 25%, karena

berguna untuk proses kesembuhan karena sehabis melahirkan dan untuk

memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi. Semua itu

akan meningkat tiga kali dari kebutuhan biasa. (Retna dalam Jelani,

Putri,lubis 2016 ).

Ibu nifas memerlukan nutrisi dan cairan untuk pemulihan kondisi

kesehatan setelah melahirkan, cadangan tenaga serta untuk memenuhi

produksi air susu. Menurut Nurrezki et al (2014) Ibu nifas dianjurkan

untuk memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut :

a. Mengkonsumsi makanan, tambahan, kurang lebih 500 kalori tiap hari

b. Makan dengan diet gizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan

karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral

c. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari

d. Mengkonsumsi tablet besi selama 40 hari postpartum

e. Mengkonsumsi vitamin A 200.000 intra unit

Zat-zat yang dibutuhkan ibu pascapersalinan antara lain:

a. Kalori

Kebutuhan kalori pada masa menyusui sekitar 400-500 kalori. Wanita

dewasa memerlukan 1800 kalori perhari. Sebaiknya ibu nifas juga

mengurangi kebutuhan kalori, karena akan mengganggu proses

metabolisme tubuh dan menyebabkan ASI rusak

28
b. Protein

Kebutuhan protein yang dibutuhkan adalah 3 porsi perhari. Satu

protein setara dengan tiga gelas susu, dua butir telur, lima putih telur,

120 gram keju, 1 gelas yoghuart, 120-140 gram ikan/daging/unggas,

200-240 gram tahu atau 5-6 sendok selai kacang

c. Kalsium dan vitamin D

Kalsium dan Vitamin D berguna untuk pembentukan tulang dan gigi.

Kebutuhan kalsium dan vitamin D didapat dari minum susu rendah

kalori atau berjemur dipagi hari. Konsumsi kalsium pada masa

menyusui menigkatkan menjadi 5 porsi per hari. Satu selera dengan

50-60 gram keju, satu cangkir susu krim, 160 gram ikan salmon, 120

gram ikan sarden, atau 280 gram tahu kalsium.

d. Magnesium

Magnesium dibutuhkan sel tubuh untuk membantu gerak otot, fungsi

syaraf dan memperkuat tulang. Kebutuhan megnesium didapat pada

gandum dan kacang-kacangan.

e. Sayuran hijau dan buah

Kebutuhan yang diperlukan sedikitnya tiga porsi sehari. Satu porsi

setara dengan1/8 semangka.1/4 mangga,3/4 cangkir brokoli, ½ wortel,

¼ -1/2 cangkir sayur hijau yang telahdimasak, satu tomat.

f. Karbohidrat kompleks

Selama menyusui, kebutuhan karbohidrat kompleks diperlukan enam

porsi perhari. Satu porsi setara dengan ½ cangkir nasi, ¼ cangkir

jagung pipil, satu porsi sereal atau oat, satu iris roti dari bijian utuh, ½

29
kue muffin dari bijian utuh, 2-6 biskuit kering atau crackers, ½

cangkir kacang-kacangan, 2/3 cangkir kacang koro, atau 40 gram

mi/pasta dari bijian utuh.

g. Lemak

Rata-rata kebutuhan lemak dewasa adalah 41/2 porsi lemak (14 gram

perorsi) perharinya. Satu porsi lemak sama dengan 80 gram keju, tiga

sendok makan kacang tanah atau kenari, empat sendok makan krim,

secangkir es krim, ½ buah alpukat, da sendok makan selai kacang,

120-140 gram daging tanpa lemak, sembilan kentang goreng, dua iris

cake, satu sendok makan mayonas atau mentega, atau dua sendok

makan saus salad.

h. Garam

Selama periode nifas, hindari konsumsi garam berlebihan. Hindari

makanan asin seperti kacang asin, kripik kentang atau acar

i. Cairan

Konsumsi cairan sebanyak 8 gelas per hari. Minum sedikitnya 3 liter

tiap hari. Kebutuhan akan cairan diperoleh dari air putih, sari buah,

susu dan sup.

j. Vitamin

Kebutuhan vitamin selama menyusui sangat dibutuhkan. Vitamin

yang diperlukan antara lain :

1. Vitamin A yang berguna bagi kesehatan kulit, kelenjar serta mata.

Vitamin A terdapat dalam telur, hati dan keju. Jumlah yang

dibutuhkan adalah 1.300 mcg.

30
2. Vitamin B6 membantu penyerapan protein dan meningkatkan

fungsi syaraf. Asupan vitamin B6 sebanyak 2,0 mg per hari.

Vitamin B6 dapat ditemui di daging, hati, padi-padian, kacang

potong dan kentang

3. Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan,meningkatkan stamina

dan daya tahan tubuh. Terdapat dalam makanan berserat, kacang-

kacangan, minyak nabati dan gandum.

k. Zinc

Berungsi untuk kekebalan tubuh, penyembuhan luka dan pertumbuhan.

Kebutuhan Zinc didapat dalam daging, telur dan gandum. Enzim dalam

pencernaan dan metabolisme memerlukan seng. Kebutuhan seng setiap

hari sekitar 12 mg. Sumber seng terdapat ada seafood, hati dan daging.

l. DHA

DHA penting untuk perkembangan daya lihat dan mental bayi. Asupan

DHA berpengaruh langsungpada kandungan dalam ASI. Sumber DHA

ada pada telur, otak, hati, dan ikan.

2.3.7 Eliminasi

Menurut Upani, Suparni, Ersila (2014) Untuk mempercepat

pemulihan kondisi setelah melahirkan diperlukannya ambulasi dini dan

berkemih 2 jam setelah postpartum untuk menghindari terjadinya

perdarahan postpartum. Memberikan dukungan kepada ibu untuk

mengadaptasi posisi dan rutinitas yang ia gunakan untuk membantu

urinasi. Tahap-tahap yang dilakukan adalah sebagai berikut :

31
a. Memberikan edukasi kepada klien tentang pentingnya eliminasi BAK

spontan setelah melahirkan

b. Memberikan air minum. Hal ini dimungkinkan dengan adanya asupan

cairan dapat menstimulasi kerja ginjal, sehingga dapat timbul

keinginan ibu postpartum untuk berkemih

c. mengukur tanda-tanda vital dan bladder trainingdimulai pertama kali

pada 2 jam postpartum. Hal ini dikarenakan perlu kondisi yang stabil

untuk bisa turun dari tempat tidur dan mengikuti program bladder

training. Untuk mempercepat pemulihan kondisi setelah melahirkan

d. Membawa klien ke toilet untuk BAK dengan posisi duduk dan

meminta klien menyiram perineum dengan air hangat

e. Kran air dibuka maksimal 15 menit dimulai semenjak klien berada di

toilet.

Bila tidak berhasil dengan cara diatas maka dilakukan kateterisasi.

Karena procedure kateterisasi membuat klien tidak nyamandan beresiko

infeksi saluran kencing tinggi untuk kateterisasi tidak dilakukan sebelum

lewat 6 jam post partum, douwer kateter diganti setelah 48 jam.

Sedangkan menurut Walyani (2017) Pada persalinan normal masalah

berkemih dan buang air besar tidak mengalami hambatan apapun.

Kebanyakan pasien dapat melakukan BAK secara spontan dalam 8 jam

setelah melahirkan.

Buang air besar akan bisa setelah sehari kecuali ibu takt dengan

luka episiotomy. Bila sampai 3-4 hari belum buang air besar sebaiknya

dilakukan adalah berikan obat rangsangan per ral atau per rectal namn jika

32
masih belum bias dilakukan klisma untuk merangsang bang air besar

sehigga tidak mengalami sembelit dan menyebabkan jahitan terbuka.

Walyani (2017)

2.3.8 Perawatan Payudara


Menurut Walyani (2017) Perawatan payudara adalah suatu

tindakan untuk merawat payudara terutama pada masa nifas (masa

menyusui) untuk memperlancarkan pengeluaran ASI. Perawatan payudara

adalah perawatan payudara setelah ibu melahirkan dan menyusui yang

merupakansuatu cara yang dilakukan untuk merawat payudara agar air

susu keluardengan lancar. Perawatan payudara sangat penting dilakukan

selama hamil sampai masa menyusui. Hal ini dikarenakan payudara

meupakan satu-satu penghasil ASI yneg merupakan makanan pokok bayi

yang baru lahir sehingga harus dilakukan sedini mungkin.

a. Tujuan perawatan payudara :

1. Memelihara hygiene payudara

2. Melenturkan dan menguatkan putting susu

3. Payudara yang terawat akan memproduksi ASI cukup untuk

kebutuhan bayi

4. Dengan perawatan payudara yang baik ibu tidak perlu khawatir

bentuk payudarana akan cepat berubah sehingga kurang menarik

5. Dengan perawatan payudara yang baik putting sus tidak akan

lecet sewaktu dihisap oleh bayi

6. Melancarkan aliran ASI

33
7. Mengatasi putting susu darat atauterbenam supaya dapat

dikeluarkan sehingga siap untuk disusukan kepada bayinya

b. Waktu perawatan payudara

1. Pertama kali dilakukan pada hari kedua setelah melahirkan

2. Dilakukan minimal 2x sehari

c. Persyaratan perawatan payudara

1. Pengurtan harus dikerjakan secara sistematis dan teratur minimal

duakali sehari

2. Memerhatikan makanan dengan menu seimbang

3. Memerhatikan kebersihan sehari-hari

4. Memakai BH yang bersih dan bentuknya yang menyokong

payudara

5. Menghindari rokok dan muniman beralkohol

d. Alat yang digunakan

1. Minyak kelapa atau baby oil

2. Handuk kering

3. Waslap

4. Baskom

5. Air hangat dan air dingin

6. Cawan

e. Teknik perawatan payudara

1. Tenpelkan kapas yang sudah diberi minyak kelapa atau baby oil

selama 5 menit kemudian putting susu dibersihkan

2. Tempelkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara

34
3. Pengurutan dimulai kearah atas, kesamping lalu kearah bawah.

Dalam pengurutan posisi tangan kiri kearah sisi kir, telapak tangan

kanan kearah sisi kanan.

4. Pengurutan diteruskan kebawah kesamping selanjutnya melintang

lalu telapak tangan mengurut keepan kemudian kedua tangan

dilepaskan dari payudara ulangi gerakan 20-30 kali

5. Tangan kri menopang payudara kiri lalu tiga jari tangan kanan

membuat gerakan memutar sambil menekan mulai dari pangkal

payudara sampai pada putting susu. Lakukan tahap yang sama

pada payudarakanan lakukan gerakan dua kali gerakan pada tiap

payudara

6. Satu tangan menopang payudara sedangkan tangan yang lain

mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah tepi kearah

putting susu. Lakukan tahap yang sama pada payudara. Lakukan

gerakan ini sekitar 30 kali

7. Selesai pengurtan payudara disiram dengan air hangat dan dingin

bergantian selama 5 menit kemudian keringkan payudara dengan

handuk bersih kemudian gunakan BH yang bersih untuk

menopang

2.3.9 Senam Nifas

Organ-organ tubuh wanita akan kembali seperti semula sektar 6

minggu. Oleh karena itu, ibu akan berusaha memlihkan dan

mengencangkan bentuk tubuhnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan

35
cara latihan senam nifas. Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak

hari pertama melahirkan sampai dengan hari kesepuluh. Menurut Nurrezki

et al (2014). Beberapa faktor yang menentukan kesiapan ibu memulai

senam nifas antara lain :

a. Tingkat kebugaran tubuh ibu

b. Riwayat persalinan

c. Kemudahan bayi dalam pemberian asuhan

d. Kesulitan adaptasi post partum

Tujuan senam nifas adalah sebagai berikut

a. Membantu mempercepat pemulihan kondisi ibu

b. Mempercepat memulihkan involusi uteri

c. Membantu memulihkan dan mengencangkan otot pangul, perut dan

perinium

d. Memeperlancar pengeluaran lockea

e. Membantu mengurangi rasa sakit

f. Merelaksasikan otot-otot yang menunjang proses kehamilan dan

persalinan

g. Mengurangi kelainan dan komplikasi masa nifas

Manfaat senam nifas antara lain :

a. Membantu memperbaiki sirkulasi darah

b. Memperbaiki sikap tubuh dan punggung pasca persalinan

c. Memperbaiki otot tonus, pelvis dan peregangan abdomen

d. Memperbaiki dan memperkuat otot panggul

e. Membantu ibu lebih rileks dan segar pasca melahirkan

36
Senam nifas dilakukan pada saat ibu benar-benar pulih dan tidak ada

komplikasi atau penyulit masa nifas atau diantara waktu makan. Sebelum

melakukan senam nifas persiapan yang dilakukan adalah :

a. Mengenakan baju yang nyaman untuk olahraga

b. Minum banyak air putih

c. Dapat dilakukan di tempat tidur

d. Dapat diiringi musik

e. Perhatikan keadaan ibu

Menurut Marmi (2012) Latihan Senam Nifas Yang Dapat Dilakukan

Antara Lain :

a. Senam otot dasar pangul (dapat dilakukan setelah 3 hari pasca

persalinan)

Langkah-langkah senam otot dasar panggul : Kerutan atau kencangan

otot sekitar vagina, seperti kita menahan BAK selama 5 detik,

kemudian kendorkan selama 3 detik, selanjutnya kencangkan lagi.

Mulai dengan 10 kali 5 detik pengencangan otot 3 kali sehari, Secara

bertahap lakukan senam, ini sampai mencapai 30-50 kali 5 detik

dalam sehari.

b. Senam otot perut (dilakukan setelah 1 minggu nifas)

Senam ini dilakukan dengan posisi berbaring dan lutut tertekuk pada

alas yang datar dan keras. Mulailah dengan melakukan 5 kali per hari

untuk setiap jenis senam dibawah ini. Setiap minggu tambahkan

frekuensinya dengan 5 kali lagi, maka pada hari akhir masa nifas

setiap jenis senam dilakukan 30 kali.

37
Langkah-langkah senam otot perut :

a. Menggerakkan panggul

1. Ratakan bagian bawah punggung dengan alas tempat berbaring

2. Keraskan otot perut atau panggul, tahan hingga 5 hitungan,

bernafas biasa.

3. Otot kembali relaksasi, bagian bawah punggung kembali ke posisi

semula.

b. Bernafas dalam

Tarik nafas dalam-dalam dengan tangan diatas perut. Perut dan tangan

diatasnya akan tertarik keatas. Tahan hingga 5 detik. Keluarkan nafas

panjang. Perut dan tangan diatasnya akan terdorong kebawah.

Kencangkan otot perut dan tahan selama 5 detik

c. Menyilangkan tungkai.

Lakukan posisi seperti pada langkah A. Pada posisi tersebut, letakkan

tumit ke pantat. Bila hal ini tak dapat dilakukan, maka dekatkan tumit

ke pantatsebisanya. Tahan selama 5 detik, pertahankan bagian bawah

punggung tetap rata.

d. Menekukkan tubuh

Lakukan posisi seperti langkah A. Tarik nafas dengan menarik dagu

dan megangkat kepala. Keluarkan nafas dan angkat kedua bau untuk

mencapai kedua lutut. Tahan selama 5 detik. Tariklah nafas sambil

kembali ke posisi dalam 5 hitungan.

e. Bila kekuatan tubuh semakin baik, lakukan sit-up yang lebih sulit

38
Dengan kedua lengan diatas dada. Selanjutnya tangan dibelakang

kepala, ingatlah untuk tetap mengencangkan otot perut.Bagian bawah

punggung tetap menempel pada alas tempat berbaring.

Catatan : Bila ibu merasa pusing, merasa sangat lelah atau darah nifas

yang keluar bertambah banyak, ibu sebaiknya menghentikan latihan

senam nifas. Mulai lagi beberapa hari kemudian dan membatasi pada

latihan senam yang dirasakan tidak terlalu melelahkan.

2.3.10 Faktor yang mempengaruhi perawatan diri ibu nifas

Menurut Aisyah (2010) ada beberapa factor yang memepengaruhi

perawatan diri (self care) masa nifas diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Umur

Umur klien berhubungan langsung dengan tingkat kematangan

perkembangan dan pengalaman individu. Usia ibu dihubungkan

dengan meningkatnya resiko fisik yang kemungkinan mempengaruhi

kesehatan ibu dan kemampuannya untuk menetapkan hubungan

dengan bayinya. Ibu pada usia remaja dapat mengalami resiko

kesehatan yang lebih tinggi, konflik perkembangan dan konflik peran

yang berhubungan dengan parenting.

b. Tingkat pendidikan

Ibu yang berpendidikan tinggi cenderung lebih memperhatikan

masalah kesehatan, baik untuk dirinya sendiri maupun keluarganya.

Pengalaman hidup dan pendidikan dapat mempengaruhi ibu untuk

mendapatkan pengetahuan tentang perawatan diri dan kesehatan anak

39
dan untuk beradaptasi terhadap peran parenting, sehingga pada

akhirnya lebih mudah untuk dapat memahami kejadian-kejadian

disekitarnya. Ibu yang berpendidikan tinggi cenderung untuk mencari

informasi yang berkaitan dengan perawatan diri pada masa nifas

c. Pengalaman

Ibu multipara memiliki pengalaman dalam persalinan dan

menjadi ibu, sehingga ibu memiliki lebih banyak koping dalam

menghadapi masalah-masalah yang mungkin timbul dalam berinteraksi

dengan bayinya maupun perawatan diri. Pada ibu primipara, ibu

membutuhkan waktu untuk beradaptasi tentang perubahan peran

menjadi ibu

d. Budaya

Dalam konteks budaya, setiap masyarakat memiliki cara-cara

mereka sendiri untuk memahami dan menanggapi peristiwa

pertumbuhan janin, kelahiran bayi dan perawatan ibu dan bayi yang

sudah di praktekkan jauh sebelum masuknya sistem pelayanan

kesehatan di lingkungan komunitas mereka. Gambaran mengenai

respon masyarakat terhadap kehamilan hingga perawatan paska

persalinan bagi ibu dan bayinya menunjukkan keterkaitan antara nilai-

nilai, landasan pemikiran, keyakinan, kepercayaan dan norma-norma

yang mendasari perilaku pertolongan dan perawatan ibu dan anak.

d. Sarana Kesehatan di masyarakat

Adanya sarana kesehatan yang memadai di masyarakat dapat

membantu ibu nifas untuk mengontrol keadaannya. Tenaga kesehatan

40
dapat memberikan informasi tentang cara-cara hidup sehat, memelihara

dan meningkatkan kesehatan dan melakukan diskusi partisipatif tentang

perawatan pada masa nifas

2.4 Konsep Pengetahuan

2.4.1 Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga (Notoadmodjo dalam Aisyah (2010).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang. Perilaku yang didasari pengetahuan

akan lebih langgeng daripada yang tidak didasari pengetahuan. Notoatmodjo

dalam Aisyah (2010) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi

perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut terjadi proses

yang berurutan, yakni :

a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)

b. Interest ( merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini

sikap subjek sudah mulai terbentuk

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik

lagi

41
d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan

apa yang dikehendaki oleh stimulus

e. Adoption dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian, perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-

tahap tersebut di atas. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin

diukur dari subjek penelitian atau responden kedalam pengetahuan yang

ingin kita ketahui.

Menurut penelitian Komariah dalam Aisyah (2010) didapatkan

bahwa ada hubungan positif antara pengetahuan ibu dengan kemandirian ibu

post partum primipara dalam perawatan diri dan bayi. Semakin baik

pengetahuan ibu mengenai perawatan diri dan bayi, maka ibu akan semakin

mandiri.

Notoatmodjo dalam Aisyah (2010) mengatakan pengetahuan

memiliki 6 ruang lingkup yaitu:

a. Tahu (know)

Merupakan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, termasuk dalam pengetahuan tingkat l adalah mengingat

kembali (Recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahasa yang

telah dipelajari / rangsangan yang diterima.

42
b. Memahami (comprehension)

Sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar.

c. Aplikasi (aplication)

Sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini

dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,

rumus, metode, prinsif, dan sebagai nya dalam konteks dan situasi

lainnya.

d. Analisa (analysis)

Kemampuan pengetahuan menyampaikan materi kedalam

komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur dan ada kaitannya

satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-

bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain

sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian

terhadap suatu objek atau materi. Pengukuran pengetahuan dapat

dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi

materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden kedalam

43
pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan

dengan tingkatan-tingkatan diatas.

Menurut Mubarak (2007) dalam Hombing (2015) beberapa faktor

yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, antara lain yaitu :

a. Umur

Usia sangat penting dikaitkan pada tingkat pengetahuan

seseorang. Semakin tua usia seseorang, maka akan semakin banyak

pula pengalaman yang dimilikinya, begitu juga sebaliknya. Umur juga

dapat mempengaruhi memori dan daya ingat seseorang. Bertambahnya

usia seseorang, maka bertambah juga pengetahuan yang akan

didapatkan.

b. Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan semakin tinggi

pula tingkat pengetahuannya. Hal itu karena dengan semakin tingginya

tingkat pendidikan, maka seseorang tersebut juga akan lebih mudah

dalam menerima serta menyesuaikan dengan hal-hal baru.

c. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh

pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak

langsung.

d. Lama bekerja

Lama bekerja juga berkaitan erat dengan umur dan pendidikan,

karena dengan pendidikan yang lebih tinggi maka pengalaman yang

didapat juga semakin banyak, begitu juga dengan semakin tua usia

44
seseorang maka akan semakin banyak pula pengalaman yang

diperolehnya. Informasi yang diberikan untuk meningkatkan

pengetahuan seseorang yang kemudian akan menjadi dasar untuk

melakukan sesuatu hal dalam hidup dengan berbagai tujuan.

e. Pengalaman

Pengalaman merupakan suatu kejadian yang pernah dialami

seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada

kecenderungan pengalaman yang baik seseorang akan berusaha untuk

melupakan, namun jika pengalaman tersebut menyenangkan maka

secara psikologis akan muncul kesan yang membekas dalam emosi

sehinggamenimbulkan sikap positif.

f. Kebudayaan

Kebudayaan berkaitan dengan lingkungan sekitar, apabila dalam

suatu wilayah memiliki budaya untuk menjaga kesehatan keluarga

maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya akan mempunyai sikap

untuk selalu menjaga kesehatan keluarganya juga.

g. Informasi

Informasi dapat memberikan pengaruh yang cukup besar pada

tingkat pengetahuan seseorang. Karena semakin banyak informasi yang

diperoleh, maka akan semakin tinggi pula pengetahuan yang didapat

oleh seseorang tersebut. Sumber informasi dapat diperoleh dari

berbagai media, seperti televisi, radio, atau pun surat kaba

45
2.4.2 Indikator Pengukur Pengatahuan

Pengetahuan dapat diukur dengan cara melakukan tes wawancara

serta angket kuesioner, di mana tes tersebut berisikan pertanyaan-pertanyaan

yang berkaitan dengan materi yang ingin diukur dari subyek penelitian

(Notoatmodjo dalam Hombing, 2015 ). Pengukuran tingkat pengetahuan

bertujuan untuk mengetahui status pengetahuan seseorang dan dirangkum

dalam tabel distribusi frekuensi.

Menurut Budiman dalam Hombing (2015) pengukuran tingkat

pengetahuan seseorang dapat dikategorikan sebagai berikut :

a. Tingkat pengetahuan dikatakan baik jika responden mampu menjawab

pernyataan pada kuesioner dengan benar sebesar ≥ 75% dari seluruh

pernyataan dalam kuesioner.

b. Tingkat pengetahuan dikatakan cukup jika responden mampu

menjawab pernyataan pada kuesioner dengan benar sebesar 56 -74%

dari seluruh pernyataan dalam kuesioner.

c. Tingkat pengetahuan dikatakan kurang jika responden mampu

menjawab pernyataan pada kuesioner dengan benar sebesar < 55% dari

seluruh pernyataan dalam kuesioner

2.5 Konsep Sikap

Pengertian sikap banyak dirumuskan oleh ahli psikologi. Sikap adalah

suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap adalah kesiapan atau

kesediaan untuk bertindak (Setiawati dan Dermawan dalam Aisyah, 2010).

46
Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung

(favorable) maupun perasaan tidak mendukung (unfavorable) pada objek

tersebut.

Menurut Allport dalam Aisyah (2010) mengemukakan bahwa sikap

adalah sesuatu kesiapan mental dan saraf yang tersusun melalui pengalaman

dan memberikan pengaruh langsung kepada respon individu terhadap semua

objek atau situasi yang berhubungan dengan objek tersebut. Definisi sikap

menurut Allport ini menunjukkan bahwa sikap itu tidak muncul seketika atau

dibawa lahir, tetapi disusun dan dibentuk melalui pengalaman serta

memberikan pengaruh langsung kepada respon seseorang.

Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi

merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Menurut Notoatmodjo dalam

Aisyah (2010) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok,

yakni :

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek

b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek

c. Kecendrungan untuk bertindak

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang

utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap ini, pengetahuan, berfikir,

keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Seperti halnya

pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan (Notoatmodjo, dalam

Aisyah, 2010), yakni :

47
a. Menerima (Receiving)

Subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek

b. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya serta mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan. Lepas jawaban dan pekerjaan itu

benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan terhadap

suatu masalah

d. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya merupakan

tingkat sikap yang paling tinggi.

Sikap terbentuk dari adanya interaksi yang dialami individu. Hal ini

berarti bahwa ada hubungan yang saling mempengaruhi antara individu yang

satu dengan yang lain. Interaksi ini meliputi hubungan antara individu dengan

lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis. Individu membentuk pola

sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Faktor

yang mempengaruhi pembentukan sikap diantaranya pengalaman pribadi,

kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, lembaga, serta

faktor emosi dalam diri individu (Azwar dalam Aisyah 2010).

Menurut Ahmadi (2009) sikap dibedakan menjadi 2 yaitu :

48
a. Sikap positif yaitu : sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan,

menerima, mengakui, menyetujui, serta melakukan norma-norma yang

berlaku dimana individu itu berbeda

b. Sikap negative yaitu : sikap yang menunjukkan atau meperlihatkan

penolakan atau tidak menyetujui norma-norma yang berlaku dimana

individu itu berada

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau secara tidak

langsung, melalui pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu objek

secara tidak langsung dilakukan dengan pertanyaan hipotesis, kemudian

dinyatakan pendapat responden (Ahmadi, 2009)

Pengukuran sikap dengan menggunakan cara pengukuran langsung

menurut Sunaryono (2013) : cara pengukuran langsung dilakukan dengan

mengukur sikap melalui pertanyaan yang telah disusun sedemikian rupa

dalam suatu instrument yang telah ditentukan dan langsung diebrikan kepada

subjek yang diteliti. Instrumen pengukuran sikap dapat dilakukan dengan

menggunakan skala Bogardus, Thurson, dan Likert. Disini peneliti

menggukur sikap dengan menggunakan skala Likert dikenal dengan

“Summated Rating”.

Responden diberikan perantaraan dengan kategoti jawaban yang telah

dituliskan dan umumnya terdiri dari 1 hingga 4 kategori jawaban. Pertanyaan

positif diberi skor 4 = sangat setuju, 3 = setuju, 2=tidak setuju, 1=sangat tidak

setuju sedangkan pertanyaan negative diberi skor 1=sangat setuju, 2=setuju,

3=tidak setuju, 4=sangat tidak setuju. Hasil pengukuran dapat diketahui

49
dengan mengethaui interval (jarak) dan interprestasi persen afgar untuk

mengetahui penilaian dengen metode mebcaro interval (I). Skor persen

dengan menggunakan rumus :

100 100
I= Maka I = = 25
Jumlah Kategori 4

Maka kriteria interprestasi skornya berdasarkan interval :

a. Nilai 0%-25% = Sangat Tidak Setuju

b. Nilai 25%-50% = Tidak Setuju

c. Nilai 51%-50% = Setuju

d. Nilai 75%-100% = Sangat Setuju

Sedangkan menurut Budiman dalam Hombing (2015) Pengukuran

tingkat sikap seseorang dapat dikategorikan sebagai berikut :

a. Tingkat sikap dikatakan baik jika responden mampu menjawab

pernyataan pada kuesioner dengan benar sebesar 76 -100% dari seluruh

pernyataan dalam kuesioner.

b. Tingkat sikap dikatakan cukup jika responden mampu menjawab

pernyataan pada kuesioner dengan benar sebesar 56 -75% dari seluruh

pernyataan dalam kuesioner.

c. Tingkat sikap dikatakan kurang jika responden mampu menjawab

pernyataan pada kuesioner dengan benar sebesar < 56% dari seluruh

pernyataan dalam kuesioner

50
2.6 Kerangka Teori

Periode Postpartum terdiri


dari :
Masa Post Partum
1. Immediate postpartum
2. Early postpartum
3. Late postpartum
postpartum

Adaptasi psikologi pada Adaptasi fisiologi ibu setelah melahirkan


ibu postpartum : untuk mengembalikan fungsi beberapa
system organ seperti system reproduksi,
1. Fase taking in kardiovaskuler, endokrin, urinarius,
2. Fase Taking Hold gastrointestinal, neurologi, muskuloskeletal,
3. Fase Letting-go dan integument ke fungsi semula seperi saat
sebelum hamil

Faktor yang mempengaruhi


pengetahuan ibu hamil dalam
melakukan perawatan diri (self care)
pada masa nifas :

1. Umur
2. Tingkat Pendidikan
3. Pengalaman
4. Budaya
5. Sarana Kesehatan di Masyarakat

Sumber : Marmi (2012); Nurrezki et al (2014); Aisyah (2010)

51
2.6 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan suatu uraian dan visualisasi hubungan

atau kaitan antar konsep satu terhadap yang lainya atau antara variable yang

satu dengan variable yang lainya dari masalah yang diteliti (Notoadmojo,

2012)

Variabel Independent Variabel Dependent

Promosi Kesehatan Pengetahuan dan


sikap ibu nifas
tentang self care
masa nifas

52
BAB III

METODOLOGI PENELIATIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperimen dengan

One Group Pretest-posttes Design yaitu Desain ini hanya ada satu kelompok

subjek yang diamati tanpa ada kelompok pembanding, pengukuran dilakukan

sebanyak 2 kali yaitu saat sebelum diberikan perlakuan (pre-test) dan setelah

diberikan perlakuan (post-test). Dari desain ini besarnya efek atau pengaruh

promosi kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap ibu nifas tentang

perawatan diri pada masa nifas dapat diketahui secara pasti.

Menurut (Sugiyono, 2012) One Group Pretest-posttest Design adalah

suatu tehnik untuk mengetahui efek sebelum dan sesudah pemberian

perlakuan, untuk mengetahui pengetahuan kelompok eksperimen yang

sebelum diberi leaflet dan sesudah diberi leaflet. Quasi eksperimen

merupakan jenis penelitian yang dilakukan untuk mengetahui akibat yang

ditimbulkan dari suatu perlakuan (treatment) yang diberikan secara sengaja

oleh peneliti (Notoatmodjo, 2010). Bentuk rancangan Quasi Eksperimen One

Group Pretest-posttest Design sebagai berikut.

Pretest Intervensi Posttest

T₁ X T₂

53
Keterangan :

T₁ :Pretest sebelum diberikan intervensi / perlakuan

X :Memberikan intervensi / perlakuan

T₂: Posttest setelah dilakukan intervensi

3.2 Populasi dan Sample

3.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti Notoatmodjo (2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

ibu nifas yang berkunjung di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Duren

Sawit Kota Jakarta Timur Tahun 2019. Berdasarkan data ibu nifas dari

Puskesmas Kecamatan Duren Sawit dalam bulan Desember 2019 tercatat

sebanyak 40 ibu nifas

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek

yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,

2010). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Purposive Sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan-pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu yang harus

dipenuhi oleh sampel-sampel yang digunakan dalam penelitian dengan

tujuan agar data yang diperoleh dapat representative (Sugiyono, 2011)

54
a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam,

2003)

1. Ibu dengan post partum normal

2. Bisa membaca dan menulis

3. Ibu dalam keadaan sehat fisik dan mental

4. Ibu tercatat sebagai pasien di Wilayah Kerja Puskesmas

Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur

5. Ibu yang bersedia menjadi responden

b. Kriteria Ekslusi

Kriteria Ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek

yang memenuhi kriteria inklusi dari penelitian karena sebab-sebab

tertentu (Nursalam, 2003) :

1. Ibu nifas yang tidak bersedia menjadi responden

2. Ibu dengan gangguan mental

3. Ibu yang melahirkan bayi bermasalah seperti cacat bawaan

3.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2019 di Wilayah

Kerja Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Kota Jakarta Timur yang

beralamat di Jl. H. Dogol No.15A, RT.7/RW.16, Duren Sawit, Kec. Duren

Sawit, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13420

55
3.4 Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian dimulai sejak penyusunan skripsi,

pengambilan data, sampai dengan penyusunan laporan skripsi pada bulan

November 2019 -Januari 2020

3.5 Variabel Penelitian

Variabel merupakan hal apa saja yang ditentukan peneliti untuk diteliti

dengan syarat memiliki variabel pada tiap-tiap obyek (Darmawan, 2013).

Variabel dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Variabel bebas (Independent variable). Variabel tersebut dianggap

sebagai variabel yang menyebabkan adanya variabel terkait. Dalam

penelitian ini veriabel bebas yang digunakan adalah Promosi Kesehatan.

b. Variabel Terikat (Variabel Dependent). Variabel tersebut merupakan

variabel yang menjadi akibat dari adanya variabel bebas. Dalam

penelitian ini variabel terikat yang digunakan adalah Pengetahuan dan

Sikap Ibu nifas tentang Self Care masa nifas

3.6 Definisi Operasional Penelitian

Menurut Sugiono (2016) definisi operasional penelitian adalah

terminologi yang ditetapkan oleh peneliti sebagai batasan karakteristik

variable-variabel penelitian. Terminologi atau definisi yang digunakan

dapatmengacu pada definisi teoritis atau konsisi populasi/sampel yang

56
terlibat dalam penelitian. Definisi operasional pada penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Skala


Operasional Ukur/Kategori
Ukur

Independent

Promosi Pemberian Leaflet Memberikan Penyuluhan


Kesehatan pendidikan dan bimbingan konseling
tentang kesehatan pada ibu
perawatan diri hamil tentang
(self care) perawatan diri(self
masa nifas care) masa nifas

Dependent

Pengetahuan Pengetahuan adalah Kuosioner Jawaban benar diberi skor 0 : kurang baik, Ordinal
Ibu hamil hasil dari tahu, 1, jawaban salah diberi nilai < median
tentang kemampuan skor 0 Total skor
perawatan diri kognitif ibu tentang maksimal 20 1 : Baik, nilai ≥
(self care) perawatan diri pada median
masa nifas masa nifas
Sikap Kemampuan ibu Kuosioner Cara ukur skor ditentukan 1 = Negatif Ordinal
berespon secara dengan skala Likert;
emosional terhadap dengan rentang 1-4 2 = Positif
perawatan ibu nifas Pernyataan positif :
yang dinyatakan 1. Sangat Tidak Setujua
secara tertulis oleh 2. Tidak setuju
reponden 3. Setuju
4. Sangat Setuju
Pernyataan Negatif
1. Sangat Setuju
2. Setuju
3. Tidak Setuju
4. Sangat Tidak Setuju

3.7 Instrumen Penelitian

a. Leaflet Pendidikan Kesehatan Perawatan Diri Ibu Nifas

Leaflet merupakan sarana publikasi singkat yang berbentuk

selebaran kertas dan berukuran kecil. Biasanya selebaran kertas ini

57
berisikan informasi suatu hal yang perlu disebarkan kepada khalayak

ramai. Pada umumnya leaflet terdiri dari 200 sampai 400 karakter atau

huruf yang ditata dan disertai gambar untuk mendukung isi leaflet.

Jadi leaflet perawatan diri ibu nifas adalah suatu pedoman yang

berisi informasi penting mengenai cara perawatan diri ibu nifas seperti

perawatan perineum, perawatan payudara, nutrisi, mobilisasi,

kebutuhan istirahat, senam nifas dll.

b. Kuesioner pengetahuan ibu nifas tentang perawatan diri

Kuesioner dalam penelitian ini berbentuk pertanyaan, responden

memilih jawaban yang telah disiapkan yang dianggap benar dengan

diberi tanda centang. Nilai jawaban benar diberi nilai 1 dan jika

jawaban salah diberi nilai 0 (Arikunto, 2010). Pemberian skor dalam

kuesioner ini menggunakan model skala Guttman dimana rumus yang

digunakan untuk mengukur presentasi dari jawaban yang di dapat dari

kuesioner menurut Arikunto (2012), yaitu

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟


𝑃𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑜𝑎𝑙

c. Kuosioner sikap ibu nifas tentang perawatan diri

Kuesioner dalam penelitian ini berbentuk pertanyaan, responden

memilih jawaban yang telah disiapkan yang dianggap benar dengan

diberi tanda centang.

58
3.8 Validitas dan Reabilitas

Uji coba kuosioner penelitian dilaksanakan untuk mengetahui apakah

item-item pertanyaan dapat dimengerti oleh responden dengan mudah tanpa

mengalami kesulitan. Apabila dalam uji coba ini ditemukan kesulitan baik

dari redaksi mauun bahasa menyulitkan akan diadakan revisi kembali. Tujuan

lain yang sangat penting adalah untuk mengetahui validitas dan reabilitas dari

item-item dalam pertanyaan.

a. Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data.

Untuk mengetahui validitas suatu instrumen (dalam hal kuosioner)

dilakukan dengan cara melakukan korelasi antara skor masing-masing

variabel dengan skor totalnya. Valid jika nilai r hitung > r tabel dan tidak

valid jika nilai r hitung < r tabel.

b. Reabilitas

Reabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan sejauh mana hasil

pengukuran tetap konsissten bila dilakukan pengukuran dua kali atau

lebih terhadap gejala yang sama dengan alat pengukuran yang sama.

Pernyataan diukur reliable jika jawaban seorang terhadap pertanyaan

adalah konsisten atau stabil dari waktu. Pengujian reliabilitas dimulai

dengan menguji validitas terlebih dahulu. Jadi jika sebuah pertanyaan

tidak valid, maka pertanyaan tersebut dibuang. Pertanyaan-pertanyaan

yang sudah valid kemudian baru secara bersamaan diukur reliabilitanya

59
3.9 Prosedur pengumpulan data

Pengumpulan data yang dilakukan sesuai dengan prosedur sebagai berikut :

a. Mendapatkan izin untuk melakukan penelitian dari FIKES – UNAS

b. Mendapatkan izin dari kepala Puskesmas Kecamatan Duren Sawit

sebagai tempat dilakukannya penelitian.

c. Mengadakan pendekatan kepada bidang keperawatan, kepala ruang Poli

Kebidanan, untuk menjelaskan tujuan dan metode penelitian yang

dilakukan agar bersedia untuk ikut membantu dalampelaksanaan

penelitian ini.

d. Peneliti mempersiapkan teori (Leaflet dan kuesioner) mengenai

perawatan diri (self care) pada masa nifas

e. Peneliti membuat daftar calon responden dan jumlah sampel yang

ditentukan

3.10 Pengolahan Data

Setelah data penelitian terkumpul, maka peneliti melakukan analisis data

berdasakan tahapan berikut:

a. Editing, yaitu meneliti kembali apakah lembar observasi sudah

dilakukan semua atau belum. Editing dilakukan ditempat

pengumpulan data sehingga jika ada kekurangan data dapat segera

dikonfirmasi kepada responden.

b. Coding, yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban yang ada

menurut macamnya. Klasifikasi dilakukan dengan jalan menandai

masing-masing jawaban dengan kode berupa angka kemudian

60
dimasukkan dalam lembar tabel kerja guna mempermudah

pembacaan.

c. Tabulating, yaitu langkah memasukkan data-data hasil penelitian

kedalam tabel-tabel sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

d. Entry data, yaitu proses memasukkan data dalam kategori tertentu

untuk dilakukan analisis data dengan menggunakan bantuan program

SPSS.

e. Cleaning, yaitu memeriksa kembali data yang sudah dientri apakah

ada kesalahan atau tidak, atau membuang data yang sudah tidak

dipakai.

3.11 Analisis Data

Setelah melakukan proses pengolahan, data penelitian selanjutnya

dianalisis untuk mendapatkan jawaban atau informasi terkait penelitian

yang dilakukan. Analisa data ini bertujuan untuk memperoleh gambaran

dari hasil penelitian yang telah dirumuskan dalam tujuan penelitian. Selain

itu, analisa data juga dapat membuktikan hipotesis penelitian yang telah

dirumuskan. Analisa data penelitian ini menggunakan program komputer

melalui tahap univariat dan bivariat

a. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendiskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Analisa

univariat menjelaskan masing-masing variabel, baik variabel terikat

61
yaitu pengetahuan ibu hamil maupun variabel bebas yaitu promosi

kesehatan tentang perawatan diri

Data yang diperoleh akan diperiksa secara univariat, yaitu untuk

menggambarkan karateristik sampel penelitian, dimana kategori

jawaban responden ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

masing-masing variabel.

b. Analisis Bivariat

Analis ini dilakukan terhadap dua variable yang diduga

berhubungan atau berkorelasi. Analis ini untuk melihat pengaruh

promosi kesehatan tentang pengetahuan ibu hamil tentang perawatan

diri (self care) pada masa nifas dengan mengunakan uji Paired T-Test

3.11 Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin

kepada Institusi FIKES -UNAS.

a. Prinsip manfaat (Beneficence), peneliti melaksanakan penelitian sesuai

dengan prosedur penelitian guna mendapatkan hasil yang bermanfaat

semaksimal mungkin bagi subyek penelitian dan dapat

digeneralisasikan di tingkat populasi (beneficence). Peneliti

meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek

(nonmaleficence). Apabila intervensi penelitian berpotensi

mengakibatkan cedera atau stres tambahan maka subyek dikeluarkan

62
dari kegiatan penelitian untuk mencegah terjadinya cedera, kesakitan,

stres, maupun kematian subyek penelitian.

b. Prinsip menghormati hak responden, setiap manusia memiliki hak-hak

dasar individu termasuk privasi dan kebebasan individu. Pada dasarnya

penelitian akan memberikan akibat terbukanya informasi individu

termasuk informasi yang bersifat pribadi. Sedangkan, tidak semua

orang menginginkan informasinya diketahui oleh orang lain, sehingga

peneliti perlu memperhatikan hak-hak dasar individu tersebut. Dalam

aplikasinya, peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai

identitas baik nama maupun alamat asal subyek dalam kuesioner dan

alat ukur apapun untuk menjaga anonimitas dan kerahasiaan identitas

subyek. Peneliti dapat menggunakan koding (inisial atau identification

number) sebagai pengganti identitas responden.

c. Prinsip keadilan (justice), prinsip keadilan memiliki konotasi

keterbukaan dan adil. Untuk memenuhi prinsip keterbukaan, penelitian

dilakukan secara jujur, hati-hati, profesional, berperikemanusiaan, dan

memperhatikan faktor-faktor ketepatan, keseksamaan, kecermatan,

intimitas, psikologis serta perasaan religius subyek penelitian.

Lingkungan penelitian dikondisikan agar memenuhi prinsip

keterbukaan yaitu kejelasan prosedur penelitian. Keadilan memiliki

bermacam-macam teori, namun yang terpenting adalah bagaimanakah

keuntungan dan beban harus didistribusikan di antara anggota

kelompok masyarakat. Prinsip keadilan menekankan sejauh mana

kebijakan penelitian membagikan keuntungan dan beban secara merata

63
atau menurut kebutuhan, kemampuan, kontribusi dan pilihan bebas

masyarakat. Sebagai contoh dalam prosedur penelitian, peneliti

mempertimbangkan aspek keadilan gender dan hak subyek untuk

mendapatkan perlakuan yang sama baik sebelum, selama, maupun

sesudah berpartisipasi dalam penelitian.

64
Surat Permohonan Izin Untuk Menjadi Responden

Kepada Yth.
Pasien Puskesmas Kec.Duren Sawit
Di –
Tempat

Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini adalah Mahasiswa Program Studi Ilmu
Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nasional.
Nama : Vivi Yuli Rismawati
NPM : 183112540120596
Akan menadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Promosi Kesehatan
Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Tentang Self Care Masa Nifas di
Wilayah Kerja Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur”.

Tujuan penelitian ini adalah mencari data tentang “Pengaruh Promosi Kesehatan
Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Tentang Self Care Masa Nifas di
Wilayah Kerja Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur”.

Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat bagi responden dan jawaban-
jawabanyang diberikan akan dijaga kerahasiaanya dan hanya akan digunakan
untuk kepentingan penelitian saja.

Apabila Bapak/Ibu bersedia menjadi responden dalam penelitian ini,saya mohon


ketersediaanya untuk mendatanganu dan member jawaban terhadap pertanyaan
yang ada di lembar kuosioner yang akan saya bagikan.
Atas perhatian, kerelaan dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

Jakarta, Desember 2019


Hormat Saya

65
KUOSIONER

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN


DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG SELF CARE MASA NIFAS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN
DUREN SAWIT JAKARTA TIMUR

A. Petunjuk Pengisian

1. Pertanyaan mohon diisi semua sesuai dengan pendapat anda

2. Pertanyaan dijawab sendiri, jangan disamakan dengan yang lain

3. Bacalah baik-baik setiap pertanyaan, sebelum mengisinya

B. Identitas Sesponden

Nama Responden :

Umur Responden :

Pendidikan Terakhir :

Pekerjaan :

Pekerjan Suami :

Jumlah Anak :

66
C. Pengetahuan Ibu Nifas

Jawablah dengan memberikan tanda (√) pada pilihan yang anda anggap

benar:

No Pernyataan Benar Salah

1 Perawatan nifas merupakan suatu bentuk tindakan

atau praktik yang dilakukan oleh ibu nifas yang

menggambarkan perilaku kesehatan ibu selama

masa nifas

2 Tujuan perawatan nifas adalah memberikan

pendidikan kesehatan diri seperti nutrisi, mobilisasi,

perawatan perineum dan perawatan payudara

3 Menggerakkan kaki, tangan, bokong, perut dan

push up merupakan cara dan metode senam nifas

4 Senam nifas merupakan senam yang dilakukan ibu-

ibu setelah melahirkan

5. Setelah melahirkan normal ibu nifas tidak

dianjurkan banyak bergerak

6. Kurang istirahat dapat menyebabkan jumlah ASI

berkurang

8 Ibu nifas memerlukan nutrisi dan cairan untuk

pemulihan kondisi kesehatan setelah melahirkan

9 Setelah bersalin ibu tidak boleh buang air kecil

10 Tujuan dari perawatan payudara adalah memelihara

kebersihan payudara dan memperlancar ASI

67
11 Membersihkan luka setiap kali mandi saja

12 Membersihkan luka dari belakang (anus) sampai

depan (vagina) sehingga tidak terjadi infeksi

13 Setelah persalinan ibu nifas diperbolehkan miring

kanan atau kiri, duduk, berdiri kemudian berjalan

jika dirasa tidak pusing

14 Kebersihan daerah vagina perlu dijaga untuk

mencegah terjadinya infeksi

15 Perawatan payudara hanya boleh dilakukan oleh

petugas kesehatan saja

16 Area perineum (vagina) dibersihkan 1 kali saja

dalam sehari

17 Kurang istirahat pada ibu nifas dapat

mempengaruhi proses involusi (proses

pengembalian rahim seperti sebelum hamil)

18 Perawatan payudara hanya dapat dilakukan

seminggu sekali

19 Ibu nifas dianjurkan banyak mengkonsumsi

makanan yang banyak mengandung protein seperti

ikan, telur dll untuk mempercepat proses

penyembuhan luka

20 Ambulasi dini pada nifas dapat menyebabkan susah

BAB/BAK

68
D. Sikap Ibu Nifas

Jawablah dengan memberikan tanda (√) pada pilihan yang anda anggap

benar:

No Pernyataan STS TS S SS

1 Sebaiknya perawatan payudara dilakukan sendiri

oleh ibu nifas dirumah

2 Menurut saya ibu nifas tidak dianjurakan utuk

bergerak seperti, miring kekiri, miring kekanan

setelah persalinan

3 Senam nifas dapat memperlambat pengeluaran

darah kotor setelah melahirkan

4 Menurut saya ibu tidak dianjurkan mengkonsumsi

makanan yang mengandung protein seperti daging,

ikan telur dll karena dapat memperlambat proses

penyembuhan luka

5 Menurut saya ibu nifas tidak dianjurkan untuk BAB

dan BAK setelah persalinan

6 Sebaiknya sesudah membersihkan vagina ibu nifas

dianjurkan untuk mencuci tangan

7 Seharusnya Ibu nifas hanya dianjurkan mengganti

pembalut 1x dalam sehari

8 Menurut sayan setelah persalinan ibu dianjurkan

untuk melakukan mobilisasi dini

69
9 Istirahat yang cukup sangat diperlukan oleh ibu

nifas

10 Selama masa nifas ibu memerlukan makanan yang

bergizi

11 Salah satu teknik perawatan payudara sebelum

melahirkan adalah dengan cara mengompres putting

susu dan area sekitarnya dengan menempelkan

kapas yang telah diberi baby oil atau minyak kelapa

12 Selain melakukan perawatan payudara dengan

teknik pemijatan, ibu dianjurkan untuk

mengkonsumsi makanan yg bergizi dan istirahat

yang cukup untuk memperlancar produksi ASI

13 Seharusnya ada makanan yang harus dipantangkan

setelah melahirkan

14 Ibu dianjurkan minum air putih ≥ 8 gelas/hari

15 Menurut saya perawatan payudara sangat

diperlukan untuk mencegah bendungan ASI

70
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk

berpartisipasi sebagai responden penelitian yang berjudul “Pengaruh Promosi

Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Tentang Self Care Masa

Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Keca,atan Duren Sawit Jakarta Timur” yang

dilakukan oleh mahasiswa program studi Ilmu Kebidanan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Nasional

Saya telah mendapat penjelasan dari peneliti tentang tujuan dari penelitian,

maka dengan tanda tangan yang saya berikan, saya menyatakan bersedia

memberikan data atau informasi secara benar, jujur dan apa adanya untuk

kepentingan penelitian

Jakarta,

Responden

(……………………….)

(Nama Jelas/Inisial dan Tanda Tangan

71

Anda mungkin juga menyukai