Anda di halaman 1dari 6

Step 1: -

Step 3
1. Mual muntah
Mual
Dapat dijelaskan sebagai perasan yang tidak enak dibelakang tenggorokan dan
epigastrium yang sering menyebabkan muntah. Terdapat berbagai perubahan aktifitas
saluran cerna yang berkaitan dengan mual, seperti meningkatnya salvias, menurunnya
tonus lambung, dan peistaltik. Peningkatan tonus duodenum dan jejunum menyebabkan
terjadinya reflux isi duodenum ke lambung. Namun demikian, tidak terdapat bukti yang
mengesankan bahwa hal ini menyebabkan mual. Gejala dan tand mual seringkali adalah
pucat, meningkatnya salvias, hendak muntah, hendak pingsan, berkeringat, dan
takikardia.
Muntah
Didefinisikan sebagai suatu reflex yang menyebabkan dorongan ekspulsisi
lambung atau usus atau keduanya ke mulut. Pusat muntah menerima masukan dari
korteks cerebral, organ vestibular,
daerah pemacu kemoreseptor (chemoreceptor trigger zone atau CTZ), dan serabut
afferent, termasuk dari sistem gastrointestinal. Muntah terjadi akibat rangsangan pada
pusat muntah, yang terletak didaerah postrema medulla oblongata didasar ventrikel
keempat. Muntah dapat diransang melalui jalur saraf eferen oleh rangsangan nervus
vagus dan simpatis atau oleh rangsangan emetic yang menimbulkan muntah dengan
aktivasi CTZ. Jalur eferen menerima sinyal yang menyebabkan terjadinya gerakan
ekspulsif otot abdomen, gastrointestinal, dan pernapasan yang terkoordinasi dengan
epifenomena emetic yang menyertai disebut muntah. Pusat muntah secara anatomis
beradadi dekat pusat salvasi dan pernapasan, sehingga pada waktu muntah sering terjadi
hipersalivasi dan gerakan pernapasan (Price, 2006).

2. Cabai merah
A. Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annum L.
(Harpenas, 2010)
B. Deskripsi
Batang utama tegak dan pangkalnya berkayu dengan panjang 20-28 cm dengan
diameter 1,5-2,5 cm. Batang percabangan berwarna hijau dengan panjang mencapai
5-7 cm, diameter batang percabangan mencapai 0,5-1 cm. Percabangan bersifat
dikotomi atau menggarpu, tumbuhnya cabang beraturan secara berkesinambungan
(Hewindati, 2006).
Buah menggantung, panjang dan meruncing di bagian ujung, dengan permukaan
mengkilat. Buah muda berwarna hijau dan menjadi merah bila tua, panjang 10-15 cm
dengan lebar 1-2 cm (Latief, 2012).
C. Mekanisme kerja
Capsaicin merupakan alkaloid yang memiliki kelarutan tinggi didalam alkohol
namun rendah di dalam air. Capsaicin juga memiliki sifat lipofilik, dan memiliki
kelarutan dalam lemak. Capsaicin memiliki rumus struktur kimia N-(4-hidroksi-
3metoksibenzil)-8-metil-trans-6-nonenamid (Sari, 2009).
Sifat capsaicin yang larut dalam lemak memudahkan capsaicin menembus taut
kedap yang dibentuk oleh membran epitel yang melapisi mukosa lambung. Pada
mukosa lambung terdapat ujung saraf bebas neuron aferen yang mempunyai reseptor
capsaicin atau sering disebut reseptor vanilloid (Sari, 2009).
Mukosa lambung membutuhkan pasokan darah yang adekuat untuk
mempertahankan keutuhannya. Apalabila jumlah pasokan darah mengalami
hipoperfusi maka mukosa lambung cenderung akan mengalami nekrosis dan terjadi
tukak. Pasokan darah yang adekuat ini dipengaruhi oleh adanya nitric oxide (NO)
yang secara endogen disintesis dari arginin dan oksigen oleh enzim Nitcric Oxide
Synthase (NOS) yang terdapat pada endotel pembuluh darah, saraf, dan makrofag
(Sari, 2009).

Step 7
Cabai merah
D. Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annum L.
(Harpenas, 2010)
E. Deskripsi
a. Akar
Tanaman semusim yang berbentuk perdu dengan perakaran akar tunggang. Sistem
perakaran tanaman cabai agak menyebar, panjangnya berkisar 25-35 cm. Akar ini
berfungsi antara lain menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah (Harpenas,
2010).
b. Batang
Batang utama tegak dan pangkalnya berkayu dengan panjang 20-28 cm dengan
diameter 1,5-2,5 cm. Batang percabangan berwarna hijau dengan panjang mencapai
5-7 cm, diameter batang percabangan mencapai 0,5-1 cm. Percabangan bersifat
dikotomi atau menggarpu, tumbuhnya cabang beraturan secara berkesinambungan
(Hewindati, 2006).
c. Daun
Daun cabai berbentuk memanjang oval dengan ujung meruncing, tulang daun
berbentuk menyirip dilengkapi urat daun. Bagian permukaan daun bagian atas
berwarna hijau tua, sedangkan bagian permukaan bawah berwarna hijau muda atau
hijau terang. Panjang daun berkisar 9-15 cm dengan lebar 3,5-5 cm (Hewindati,
2006).
d. Bunga
Posisi bunga cabai menggantung. Warna mahkota putih, memiliki kuping sebanyak 5-
6 helai, panjangnya 1-1,5 cm, lebar 0,5 cm, warna kepala putik kuning. (Tjahjadi,
2010).
e. Buah
Buah menggantung, panjang dan meruncing di bagian ujung, dengan permukaan
mengkilat. Buah muda berwarna hijau dan menjadi merah bila tua, panjang 10-15 cm
dengan lebar 1-2 cm (Latief, 2012).
F. Kandungan Kimia
a. Senyawa saponin
b. Senyawa flavonoid
c. Senyawa polifenol
d. Vitamin A, B, C, dan niasin
e. Mineral P, Fe, dan K
f. Kapsaisin
g. Zat warna kapsantin
h. Karotenoid
i. Damar
j. Lutein
k. Kriptosantin
(Latief, 2012).
G. Efek Farmakologis
Capsaicin merupakan alkaloid yang memiliki kelarutan tinggi didalam alkohol
namun rendah di dalam air. Capsaicin juga memiliki sifat lipofilik, dan memiliki
kelarutan dalam lemak. Capsaicin memiliki rumus struktur kimia N-(4-hidroksi-
3metoksibenzil)-8-metil-trans-6-nonenamid (Sari, 2009).
Sifat capsaicin yang larut dalam lemak memudahkan capsaicin menembus taut
kedap yang dibentuk oleh membran epitel yang melapisi mukosa lambung. Pada mukosa
lambung terdapat ujung saraf bebas neuron aferen yang mempunyai reseptor capsaicin
atau sering disebut reseptor vanilloid (Sari, 2009).
Mukosa lambung membutuhkan pasokan darah yang adekuat untuk
mempertahankan keutuhannya. Apalabila jumlah pasokan darah mengalami hipoperfusi
maka mukosa lambung cenderung akan mengalami nekrosis dan terjadi tukak. Pasokan
darah yang adekuat ini dipengaruhi oleh adanya nitric oxide (NO) yang secara endogen
disintesis dari arginin dan oksigen oleh enzim Nitcric Oxide Synthase (NOS) yang
terdapat pada endotel pembuluh darah, saraf, dan makrofag (Sari, 2009).
Capsaicin merupakan suatu zat yang dapat meningkatkan pembentukan NO. Zat
ini bekerja dengan merangsang neuron aferen pada mukosa lambung. Rangsangan
tersebut akan mencetuskan pengeluaran CGRP (calcitonin-gene related peptide) yang
berperan dalam proses pembentukan NO. Perangsangan oleh capsaicin ini mengakibatkan
produksi NO yang memadai sehingga aliran darah mukosa tetap terjaga dan terhindar dari
proses nekrosis yang diakibatkan oleh hipoperfusi ke jaringan (Sari, 2009).
H. Dosis Penggunaan
a. Untuk obat yang diminum, rebus atau keringkan 0,5-1 gram buah, lalu haluskan
sampai menjadi serbuk.
b. Untuk pemakaian luar, rebus 0,5-1 gram buah, lalu air rebusannya digunakan sebagai
obat kompres.
(Dalimartha, 2000).
I. Toksisitas
Dosis toksik mengarahkan pada ancaman “hypothemais” yang mempengaruhi
termoreseptor. Pemberian dosis tinngi dari obat atau tanaman pada jangka waktu yang
lama bisa menyebabkan kerusakan lambung kronis, kerusakan hati, dan efek neurotoksik.
Pengobatan karena keracunan dilakukan secara sistematis (BPOM RI, 2006).
J. Interaksi
Bioavailabilitas dari aspirin dan asam salisilat berkurang ketika diberikan secara
bersamaan dengan ekstrak Capsicum annum yang mengandung 100 mg kapsaisin per
gram sebagai hasil dari efek terhadap saluran pencernaan oleh kapsaisin (BPOM RI,
2006).
K. Efek Samping
a. Orang yang kondisi tubuhnya sangat sensitif apabila memakan masakan pedas akan
mudah mengalami kejang perut dan diare.
b. Orang yang gemar masakan pedas kemungkinan mendapatkan resiko kanker perut 5,5
kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak memakan cabai.
c. Terlalu banyak mengkonsumsi capsaicin maka akan menyebabkan iritasi parah,
sensasi seperti terbakar pada lidah, mulut ataupun tenggorokan.
d. Mengkonsumsi cabai merah secara berlebihan juga bisa membuat pencernaan kita
menjadi terganggu.
(Prajnanta, 1999)

DAFTAR PUSTAKA
 Asoni, Olinda Vivian., dkk. 2012. PENGARUH INFUSA CABAI MERAH (Capsicum
annum L.) TERHADAP INTENSITAS NYERI Studi Eksperimen terhadap Tikus Putih
Jantan Galur Wistar dengan Induksi Asam Asetat. Semarang: FK UNISULA
 BPOM RI. 2006. Acuan Sediaan Herbal. Jakarta: BPOM RI
 Dalimartha Setiawan. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Bogor : Trobus Agriwidya.
 Harpenas, Asep & R. Dermawan. 2010. Budidaya Cabai Unggul. Jakarta: Penebar
Swadaya.
 Hewindati, Yuni Tri dkk. 2006. Hortikultura. Jakarta: Universitas Terbuka.
 Latief, Abdul. 2012. Obat Tradisional. Jakarta: EGC
 Prajnanta, F. 1999. Agribinis Cabai Hibrida. Jakarta: Penebar Swadaya.
 Sari, Dewi Puspito. 2009. Peran Capsasain dalam Penyembuhan Ulkus Lambung Tikus
yang Diberi Paparan Indometacin. Skripsi: FKUI
 Tjahjadi, Nur. 1991. Bertanam Cabai. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
 Price, Sylvia A, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi
6.Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Pasien wanita
40 tahun

Klinik Herbal UMP


Faktor pemberat:
terlambat makan
dan pikiran tegang.

Anda mungkin juga menyukai