Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia merupakan suatu


perwujudan dan permintaan masyarakat yang membutuhkan suatu sistem
perbankan alternative yang selain menyediakan jasa perbankan / keuangan yang
sehat juga memenuhi prinsip-prinsip syariah. Perbankan syariah merupakan suatu
sistem perbankan yang didasarkan pada sistem perkembangan kepada hukum
perkembangan islam, dimana dalam perbankan syariah ini tidak memungut bunga
dalam meminjam uang atau modal atau yang disebut riba. Disamping itu juga
adanya larangan untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram seperti : usaha
hiburan diskotik, usaha produksi makanan/minuman haram dan usaha lain yang
tidak islami.

Dalam menjalankan kegiatan usahanya , penarapan bunga di Bank Syariah


dinyatakan riba dan sebagai gantinya diberlakukan sistem bagi hasilnya yang
ditentukan dimuka pada awal akad usaha disepakatinya dengan nasabah.Secara
garis besar produk perbankan syariah dibagi menjadi 3 bagian yaitu Produk
penyalur dana, produk penghimpun dana dan produk jasayang diberikan Bank
kepada nasabahnya.

Bank Syariah memiliki hubungan antara pengelola dana (mudhorib) dan


penyandang dana ( Shohibul maal ). Tingkat laba dalam bank syariah tidak bisa
berpengaruh terhadap bagi hasil yang dapat diberikan kepada nasabah dan
penyimpan dana juga berpengaruh kepada nasabah penyimpan dana. Hubungan
kemitraan ini merupakan bagiannya yang khas dari proses berjalannya mekanisme
bank syariah. Untuk memenuhi kebutuhan modal dan pembiayaan, bank syariah
memiliki ketentuan-ketentuan yang berbeda dengan bank konvensional.

Paper yang berjudul produk bank syariah ini dibuat karena banyaknya
kalangan orang yang belum bisa membedakan produk bank syariah dan
konvensional.

1
1.2 Rumusan Masalah

Paper ini menuliskan mengenai produk bank syariah yang masih dianggap

1) Apa itu Produk bank syariah?

2) Apa keuntungan menggunakan produk bank syariah?

3) Apa saja yang membedakan produk bank syariah dan konvensional?

1.3 Tujuan

Tujuan pembuatan paper ini untuk mengetahui :

1. Produk bank syariah.


2. Keuntungan dari produk bank syariah.
3. Perbedaan produk bank syariah dan konvensional.

2
BAB II
PEMBAHASAN

Bank syariah memiliki peran sebagai lembaga perantara ( intermediary )


antara unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan dana ( surplus units ) dengan
unit-unit yang lain mengalami kekurangan dana ( deficit units ). Kualitas bank
syariah ditentukan dari manajemen banknya untuk melaksanakan peranannya.
Dalam bank syariah terdapat produk untuk mensejahterakan dan pembayarannya
pun tidak mempersulit bagi masyarakat. Berikut adalah kriteria produk bank
syariah .

Riba adalah penambahan pendapatam secara tidak sah anatara lain


transaksi penukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas dan waktu
penyerahan. Persyaratan nya ialah nasabah mengembalikan dana yang diterima
melebihi pokok pinjaman karena berjalannya waktu. Maisir adalahtransaksi yang
digantungkan kepada suatu keadaan yang tidak pasti dan bersifat untung-
untungan. Gharar adalah transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki dan
tidak diketahui keberadaannya, atau tidak dapat diserahkan pada saat transaksi
dilakukan kecuali diatur dalam bank syariah. Haram adalah objeknya dilarang
oleh agama islam. Zalim adalah transaksi yang menimbulkan ketidak adilan bagi
orang lain,Dalam ekonomi syariah memegang prinsip keadilan, kebersamaan,
pemerataan, dan kemanfaatan.

2.1 Produk Bank Syariah Pendanaan/Penghimpunan Dana.

Penghimpunan dana adalah kegiatan usaha lembaga keuangan dalam


menarik dan mengumpulkan dana-dana dari masyarakat dan menampungnya
dalam bentuk simpanan, giro, tabungan, deposito/ surat berharga lainnya

A. Wadiah (titipan)

Dengan skema wadiah, nasabah menitipkan dananya kepada bank syariah.


Nasabah memperkenankan dananya dimanfaatkan oleh bank syariah untuk
beragam keperluan (yang sesuai syariah). Namun bila nasabah hendak menarik
dana, bank syariah berkewajiban untuk menyediakan dana tersebut. Umumnya

3
skema wadiah digunakan dalam produk giro dan sebagian jenis tabungan.
Terdapat dalam surat Annisa ayat 58 “ sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya”.

Teknis Pembiayaan

a. Diterapkan pada produk giro dan tabungan


b. Prinsip hartanya tidak boleh ditipkan oleh yang dititipi
c. Pihak yang dititipi bank harus bertanggung jawab atas keutuhan harta
titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan itu.
d. Wadiah diterapkan pada produk giro perbankan ini disifati dengan yad
dhamarah, maka implikasi hukumnya sama dengan qardh, dimana
nasabah berindak sebagai yang dipinjami

B. MUDHARABAH

Dengan skema mudharabah, nasabah menginvestasikan dananya kepada


bank syariah untuk dikelola. Dalam skema ini, BSB berfungsi sebagai manajer
investasi bagi nasabah dana. Nasabah mempercayakan pengelolaan dana tersebut
untuk keperluan bisnis yang menguntungkan (dan sesuai syariah). Hasil
keuntungan dari bisnis tersebut akan dibagi hasilkan antara nasabah dana dengan
BSB sesuai nisbah yang telah disepakai di muka.

Secara teknis, mudharabah merupakan akad kerja sama di bidang usaha


baik antara pemilik dana dan pengelola dana untuk dibuat sebuah usaha dan
dikelola baik laba dibagi atas dasar nisbah bagi hasil menurut kesepakatan baik
pihak pertama maupun pihak kedua. Namun, bila terjadi kerugian maka akan
ditanggung oleh si-pemilik dana kecuali disebabkan oleh pengelola dana itu
sendiri.

Akad Mudharabah memang biasa disebut sebagai suatu transaksi


pendanaan atau investasi yang menggunakan kepercayaan sebagai modal
utamanya. Seperti halnya pemilik dana, memang sengaja memberikan dana pada
pengelola untuk diolah agar lebih bermanfaat dan lebih menguntungkan. Dari

4
pengertian dan sikap awalnya saja, akad ini membutuhkan rasa percaya antara
pihak yang terlibat. Dalam istilah ekonomi, mudharabah biasa disebut trust
financing yang memang bermodalkan keperayaan untuk membangun sebuah
transaksinya. Macam –macam Mudhrobah ada dibawah ini:

a. MUDHARABAH MUTLAQAH

Mudharabah mutlaqah merupakan bentuk kerjasama yang dibangun


antara pemilik dana dan pengelola dana tanpa adanya pembatasan oleh pemilik
dana dalam hal tempat ataupun investasi objeknya. Dalam hal ini, pemilik dana
memang memberikan kewenangan penuh atas hartanya untuk dikelola oleh
pengelola dana. Kontrak mudharabah muthlaqah dalam perbankan syariah biasa
digunakan untuk tabungan ataupun pembiayaan lain-lain. Sifat mudharabah ini
tidak terikat. Rukun transaksi mudharabah diantaranya dua pihak transaktor atau
pemilik modal dan pengelola, objek akad mudharabah atau modal dan usaha dan
juga ijab dan kabul atau biasa disebut persetujuan perjanjian.

b. MUDHARABAH MUSYTARAKAH

Mudharabah musytarakah merupakan jenis akad selanjutnya yang bisa


anda ketahui. Ketika awal kerjasama, akad yang disepakati yakni akad
mudharabah dengan modal 100% dari pemilik dana, namun ketika berjalanya
usaha dan pengelola dana tertarik menanam modal pada usaha tersebut, maka
pengelola dana diperbolehkan untuk ikut dan menyumbang modal untuk bisa
mengembangkan usaha tersebut. Cukup banyak yang melakukan akad
mudharabah musytarakah, karena pada akhirnya banyak pengelola dana yang
tergiur untuk bergabung dan menerima keuntungan.

c. MUDHARABAH MUQAYADAH

Mudharabah muqayyadah merupakan jenis akad dengan bentuk kerjasama


antara pemilik dana serta pengelola dana, dengan kondisi pemilik dana membatasi
pengelola dana untuk memilih tempat maupun transaksi dan juga objek
investasinya.Dalam transaksi mudharabah muqayyadah jika diibaratkan sebagai

5
bank syariah, maka bersifat agen yang menghubungkan antara shahibul maal serta
mudharib.

Sedangkan HR Thabrani dari Ibnu Abbas menyebut “Abbas bin Abdul


Muthalib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah, ia mensyaratkan kepada
pengelola dananya agar tidak mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta
tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia (pengelola dana)
harus menanggung tersikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas
didengar oleh Rasulullah SAW, beliau membenarkannya.”

2.2 Produk Bank Syariah Penggunaan Dana

Dana yang berhasil dihimpun oleh bank justru akan menjadi beban
apabila dibiarkan begitu saja tanpa ada usaha alokasi untuk tujuan-tujuan
yang produktif. Dana yang telah dihimpun bukanlah dana yang
menimbulkan kewajiban bagi bank untuk membayar imbal jasa berupa
bunga.

Equity financing adalah adalah penanaman modal melalui penjualan


saham di suatu perusahaan, sehingga kegiatan ini erat dengan penjualan
kepentingan kepemilikan bisnis demi menggalang dana usaha.

Debt financing ialah mekanisme pendanaan melalui jalur pinjaman


(utang) yang didapat dari pihak lain di luar pendanaan internal. Dalam hal
ini, pihak yang memberi pinjaman akan berstatus sebagai kreditur, di mana
ia berhak atas pengembalian utang yang diberikan, baik pokok utang
maupun laba.

A. MUSYARAKAH

Secara bahasa syirkah atau musyarakah berarti mencampur. Dalam hal


ini mencampur satu modal dengan modal yang lain sehingga tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Dalam istilah fiqih, syirkah adalah suatu akad antara
dua orang atau lebih untuk berkongsi modal dan bersekutu dalam keuntungan.

6
Landasan syariah akad syirkah ini mendapatkan landasan syariahnya dari
Al qur’an, hadits, dan ijma:

“maka mereka berserikat dalam sepertiga “ (QS. Annisa : 12)

Ayat ini sebenarnya tidak memberikan landasan syariah bagi semua jenis
syirkah. Ia hanya memberikan landasan kepada syirkah jabariyyah (yaitu
perkongsian beberapa orang yang terjadi diluar kehendak mereka karena mereka
sama-sama mewarisi harta pusaka).

“Dan sesungguhnya kebanyakn dari orang-orang yang berkongsi itu benar-


benar berbuat zalim kepada sebagian lainnya kecuali orang-orang beriman dan
mengerjakan amal shaleh” ( QS. Shad: 24)

Ayat ini mencela perilaku orang-orang yang berkongsi atau berserikat dam
berdagang dengan menzalimi sebagian dari mitra mereka. Kedua ayat Al quran ini
jelas menjalankan bahwa syirkah pada hakikatnya diperbolehkan oleh risalah-
risalah yang terdahulu dan telah dipraktekkan.

B. SYIRKAH

Kaum muslimin telah sepakat dari dulu bahwa syirkah diperbolehkan,


hanya saja mereka berbeda pandangan dalam hukum jenis-jenis syirkah yang
banyak variasinya itu.

Pada prinsipnya syirkah itu ada dua macam yaitu syirkah amlak
(kepemilkan) dan syirkah Uqud (terjadi karena kontrak). Syirkah kepemilikan ini
ada dua macam yaitu ikhtiari dan jabari. Ikhtiari terjadi karena kehendak dua
orang atau lebih untuk berkongsi misalnya dalam pewarisan.

Sedangkan syirkah uqud adalah perkongsian yang terjadi karena


kesepakatan anttara dua orang tau lebih untuk berkongsi modal, kerja atau
keahlian dan jika perkongsian itu menghasilkan untung, maka hal itu akan dibagi
bersama menurut saham dan kesepakatan masing-masing. Syirkah uqud ini
memiliki banyak variasi yaitu syirkah ‘inan, Mufawadhoh, Abdan, wujuh, dan
mudharabah.

7
Rukun syirkah menurut madzhab hanafi hanya ada dua rukun dalam
syirkah yaitu ijab dan qobul.

a. Syirkah ‘inan

‘inan artinya sama dalam menyetorkan atau menawarkan modal. Syirkah


‘inan merupakan suatu akad dimana dua orang atau lebih berkongsi dalam modal
dan sama-sama memperdagangkannya dan bersekutu dalam keuntungan. Hukum
jenis syirkah ini merupakan titik kesepakatan dikalangan para fuqaha. Demikian
juga syirkah ini merupakan bentuk syirkah yang paling banyak dipraktekkan
kaum muslimin di sepanjang sejarahnya. Hal ini disebabkan karena bentuk
perkongsian ini lebih mudah dan praktis karena tidak mensyaratkan persamaan
modal dan pekerjaan. Salah satu dari partner dapat memiliki modal yang lebih
tinggi dari pada mitra yang lain. Begitu pula salah satu pihak dapat menjalankan
perniagaan sementara yang lain tidak ikut serta. Pembagian keuntunganpun dapat
dilakukan sesuai dengan kesepakatan mereka bahkan diperbolehkan salah seorang
dari partner memiliki modal dan keuntungan yang lebih tinggi sekiranya ia
memang lebih memiliki keahlian dan keuletan daripada yang lain. Adapun
kerugian harus dibagi menurut perbandingan saham yang dimiliki oleh masing-
masing partner.

b. Syirkah Mufawadhoh

Mufawadhoh artinya sama-sama. Syirkah ini dinamakan syirkah


mufawadhoh karena modal yang disetor para partner dan usaha fisik yang
dilakukan mereka sama atau proporsional. Jadi syirkah mufawadhoh merupakan
suatu bentuk akad dari beberapa orang yang menyetorkan modal dan usaha fisik
yang sama. Masing-masing partner saling menanggung satu dengan lainnya dalam
hak dan kewajiban. Dalam syirkah ini tidak diperbolehkan satu partner memiliki
modal dan keuntungan yang lebih tinggi dari para partner lainnya. Yang perlu
diperhatikan dalam syirkah ini adalah persamaan dalam segala hal diantara
masing-masing partner.

c. Syirkah Wujuh

8
Syirkah ini dibentuk tanpa modal dari para partner. Mereka hanya
bermodalkan nama baik yang diraihnya karena kepribadiannya dan kejujurannya
dalam berniaga. Syirkah ini terbentuk manakala ada dua orang atau lebih yang
memiliki reputasi yang baik dalam bisnis memesan suatu barang untuk dibeli
dengan kredit (tangguh) dan menjualnya dengan kontan. Keuntungan yang
dihasilkan dari usaha ini kemudian dibagi menurut persyaratan yang telah
disepakati antara mereka.

d. Syirkah Abdan (A’mal)

Syirkah ini dibentuk oleh beberapa orang dengan modal profesi dan
keahlian masing-masing. Profesi dan keahlian ini bisa sama dan bisa juga berbeda.
Misalnya satu pihak tukang cukur dan pihak lainnya tukang jahit. Mereka
menyewa satu tempat untuk perniagaanyya dan bila mendapatkan keuntungan
dibagi menurut kesepakatan diantara mereka. Syirkah ini dinamakan juga dengan
syirkah shona’i atau taqobul.

C. BAI BITSAMAN AJIL (PENJUALAN DENGAN TAMBAHAN


UNTUNG)

Artinya pembelian barang dengan cara cicilan. Pembiayaan bai bitsaman ajil
adalah pembiayaan yang diberikan kepada nasabah dalam rangka pemenuhan
kebutuhan barang modal (investasi). Pembiayaan ini berjangka waktu satu tahun.
landasan syariahnya terdapat di QS. Annisa:29. “hai orang-orang beriman
janganlah kamu makan hak sesamamu dengan jalan yang bathil kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.

D. BAI AS SALAM

Adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjual belikan belum ada
seperti pembelian komoditi pertanian oleh bank untuk kemudian dijual kembali.
Oleh karena itu barang diserahkan secara tangguh, sedangkan pembayaran
dilakukan tunai. Bank bertindak sebagai pembeli, nasabah sebagai penjual. Dalam
transaksi ini kuantitas, kualitas, harga, dan waktu penyerahan barang harus
ditentukan secara pasti. Landasan syariah transaksi ini terdapat dalam hadits. Ibnu

9
Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah datang ke madinah dimana penduduknya
melakukan salaf (salam) dalam buah-buahan untuk jangka waktu 1, 2, dan 3
tahun. beliau berkata “barang siapa yang melakukan salaf, hendaknya ia
melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula untuk jangka
waktu yang diketahui”.

Ketentuan umum salam:

a. Pembelian hasil produksi harus diketahui spesifikasinya secara


jelas: jenis, macam/bentuk, ukuran, mutu dan jumlahnya.

b. Bila hasil produksi yang diterima tidak sesuai maka, nasabah harus
bertanggung jawab antara lain mengembalikan dana yang telah diterima atau
mengganti barang sesuai pesanan.

c. Karena bank tidak menjadikan barang yang dibeli/dipesan sebagai


persediaan (inventory), maka bank dimungkinkan untuk melakukan akad salam
pada pihak ketiga. Mekanisme seperti ini disebut dengan paralel salam.

E. BAI AL ISTISHNA

Produk istishna menyerupai produk salam, tapi dalam istishna pembayaran


dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (termin) pembayaran. Umumnya
dilakukan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi. Ketentuan umumnya
adalah spesifikasi barang pesanan harus jelas seperti jenis, macam, ukuran, mutu
dan jumlahnya. Harga jual yang telah disepakati dicantumkan dalam akad istishna
dan tidak boleh berubah selama berlakunya akad. Jika terjadi perubahan dari
kriteria pesanan dan terjadi perubahan harga setelah akad ditandatangani, seluruh
biaya tambahan tetap ditanggung nasabah.

F. IJARAH

Perjanjian sewa yang memberikan kepada penyewa untuk memanfaatkan


barang yang akan disewa dengan imbalan uang sewa sesuai dengan persetujuan
dan setelah masa sewa berakhir maka barang dikembalikan kepada pemilik,
namun penyewa dapat juga memiliki barang yang disewa dengan pilihan

10
pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain
(ijarah wa iqtina).

G. QARDUL HASAN

Al qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau
diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharap imbalan
atau pinjaman uang. Apikasi qard dalam perbankan antara lain:

a. Sebagai pinjaman talangan haji, dimana nasabah calon haji diberi


pinjaman talangan untuk memenuhi syarat penyetoran biaya perjalanan haji.
Pinjaman dilunasi sebelum berangkat haji.

b. Sebagai pinjaman tunai (cash advance) dari produk kartu kredit


syariah.

1.3 Jasa Produk bank Syariah

A. HIWALAH (Alih Utang-Piutang)

Hiwalah adalah transaksi mengalihkan utang piutang. Dalam praktek perbankan


syariah fasilitas hiwalah lazimnya untuk membantu supplier mendapatkan modal
tunai agar dapat melanjutkan produksinya. Bank mendapat ganti biaya atas jasa
pemindahan piutang. Untuk mengantisipasi resiko kerugian yang akan timbul,
bank perlu melakukan penelitian atas kemampuan pihak yang berutang dan
kebenaran transaksi antara yang memindahkan piutang dengan yang berutang.
Katakanlah seorang supplier bahan bangunan menjual barangnya kepada pemilik
proyek yang akan dibayar dua bulan kemudian. Karena kebutuhan supplier akan
likuiditas, maka ia meminta bank untuk mengambil alih piutangnya. Bank akan
menerima pembayaran dari pemilik proyek.

B. KAFALAH

Garansi bank dapat diberikan dengan tujuan untuk menjamin pembayaran suatu
kewajiban pembayaran. Bank dapat mempersyaratkan nasabah untuk
menempatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini sebagai rahn. Bank dapat pula

11
menerima dana tersebut dengan prinsip wadi’ah. Bank mendapatkan pengganti
biaya atas jasa yang diberikan.

C. RAHN

Rahn adalah Ar-rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam atas
pinjaman yang diterimanya atau dapat juga kita sebut sebagai gadai. Objek barang
yang di tahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian pihak yang
menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau
sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah
semacam jaminan hutang atau gadai. Pemilik barang gadai disebut rahin dan
orang yang mengutangkan yaitu orang yang mengambil barang tersebut serta
menahannya disebut murtahin.

Sesungguhnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam membeli dari seorang yahudi


bahan makanan dengan cara hutang dan menggadaikan baju besinya"[HR Al
Bukhari no 2513 dan Muslim no. 1603.

1.4 SUMBER DANA BANK SYARIAH

A. Modal

Diantara sumber dana yang lain, modal merupakan sumber yang paling penting
sejak awal sebelum dibentuknya bank syariah. Modal itu sendiri merupakan dana
pribadi yang berasal dari para pemilik yang menyerahkan sebagian dana mereka
sebagai bentuk dan tanda bahwa mereka merupakan pemegang saham di bank
tersebut.

B. Rekening Giro (Current Account)

Seperti pada bank konventional lainnya, bank syariah juga menerima simpanan
atau tabungan dalam bentuk rekening giro dari nasabah. Dana ini kemudian oleh
bank syariah akan diterima sebagai bentuk wadi’ah atau titipan. Dengan
kesepakatan bersama atas penggunaan dana tersebut, pihak bank dapat
menggunakan dana tersebut untuk kegiatan perbankan. Sementara itu bank

12
memberikan jaminan kepada nasabah bahwa dana yang sudah diserahkan
sewaktu-waktu bisa diambil kembali.

C. Rekening Tabungan (Saving Account)

Layanan dari bank syariah yang memungkinkan menerima simpanan atau


tabungan dalam bentuk rekening tabungan dari nasabah. Penggunaan dana yang
diterima dalam bentuk rekening tabungan dapat digolongkan menjadi 3 jenis
kesepakatan, yaitu.

Wadi’ah atau titipan. Meskipun dalam rekening giro juga mengenal istilah
wadi’ah, namun wadi’ah yang dimaksud dalam rekening tabungan ini memiliki
penerapan yang berbeda. Dalam rekening tabungan, wadi’ah diartikan titipan
yang bisa digunakan oleh bank dengan lebih fleksibel untuk mendapatkan
keuntungan, hasil dari keuntungan tersebut akan dibagi dengan nasabah sesuai
dengan kesepakatan yang terjadi di awal.

Qardh atau pinjaman kebajikan. Maksudnya pinjaman kebajikan disini adalah


bank menerima dana dari nasabah yang mana dengan disertai kesepakatan tanpa
diberlakukan adanya bunga dari dana yang dipinjamkan. Dana ini dapat
digunakan bank untuk segala kegiatan perbankan yang menguntungkan dan hasil
keuntungan dari kegiatan tersebut kemudian akan dibagi dengan nasabah sesuai
dengan kesepakan yang ada.

Mudharabah atau bagi hasil. Mudharabah umumnya akan diintegrasikan dengan


rekening investasi berjangka. Mudharabah bukan hanya sistem bagi hasil saja,
namun juga membagi resiko kerugian yang mungkin akan terjadi. Artinya ketika
nasabah menyerahkan dana tersebut ke bank, maka bank diperbolehkan untuk
menggunakan dana tersebut untuk menjalankan kegiatan untuk memperoleh
keuntungan. Hasil keuntungan akan dibagi bersama dan jika terjadi kerugian
investasi maka kerugian juga akan dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bank syariah adalah lembaga keuangan yang bersifat menghimpun dana


dari masyarakat dan menyalurkannya dalam pembiayaan dan jasa lain dalam lalu
lintas pembayaran serta peredaran uang, yang beroperasi sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah. Dalam menjalankan usahanya, penerapan bunga di bank syariah
dinyatakan riba sebagai gantinya diberlakukannya sistim bagi hasil yang
ditentukan dimuka pada awal akad usaha disepakati dengan usahanya. Kegiatan
bank syariah terutama dalam produk bank syariah tidak mengandung unsur:

a. Riba adalah penambahan pendapatan secara tidak sah antara lain dalam
transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas dan
waktu penyerahan (fadhl), atau dalam transaksi pinjam meminjam yang
mempersyaratkan Nasabah Penerima Fasilitas mengembalikan dana yang
diterima melibihi pokok pinjaman karena berjalannya waktu (nasi’ah).
b. Maisir adalah transaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan yang
tidak pasti dan bersifat untung-untungan.
c. Gharar adalah transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak
diketahui keberadaanya, atau tidak dapat diserahkan pada saat transaksi
dilakukan kecuali diatur lain dalam syariah.
d. Haram adalah transaksi yang dilarang dalam syariah.
e. Zalim adalah transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi pihak
lainnya.

Dalam bank syariah terdapat hubungan antara nasabah dan hubungan debitur dan
krediturnya, melainkan hubungan kemitraan antara penyandang dana dengan
pengelola dana. Oleh karena itu, tingkat laba bank syariah tidak berpengaruh
terhadap bagi hasil yang diberikan.

14

Anda mungkin juga menyukai