Anda di halaman 1dari 2

Nama : Lefiyana Almaisa

Kelas : VII A

OLLO SI BERUANG
Karya Dwiagustriani

Di dalam hutan, hiduplah seekor beruang bernama Ollo. Ia memiliki dua sahabat yaitu Imut si
semut dan Acil si kelinci. Mereka bertiga bersahabat baik, sering bermain dan bercerita bersama. Setiap
malam, mereka bertiga berbaring di atas undukan batu dan menatap langit malam yang penuh dengan
bintang. Ollo, yang suka sekali melihat langit malam, kemudian bercerita kepada Imut dan Acil tentang
rasi bintang. Terkadang, Ollo bercerita tentang Orion si Pemburu, Sirius si Anjing Langit, atau pohon di

Suatu malam, Ollo tiba-tiba membangunkan teman-temannya. “Imut, Acil, Aku ingin ke bulan.
Ingin mencari pohon itu,” katanya antusias. Imut dan Acil yang sudah terlelap, jadi begitu kaget.

“Ollo, aku kira ada kebakaran di hutan. Kamu mengganggu saja,” sahut Acil sambil berusaha kembali
tidur. Imut bahkan tidak peduli. Ia tetap saja nyenyak dalam tidurnya.

“Teman-teman, dengarkan. Aku ingin ke luar angkasa. Aku ingin ke tempat bintang-bintang dan bulan,”
katanya lagi. Sangat antusias.

“Ollo, tidurlah. Sudah sangat larut. Besok pagi saja ceritanya,” ujar Acil.

Tapi Ollo tidak lagi mendengar komentar Acil. Ia telah yakin tentang mimpinya. Sambil
menggelung memandang langit, sebuah bintang berkedip di atasnya. Ia tersenyum dalam tidurnya.
“Bintang…” gumamnya dalam mimpi.

Esok paginya, ia dengan semangat menceritakan keinginannya ke langit. Menjangkau bulan dan
bintang.

“Ollo, itu sesuatu yang mustahil,” kata Acil. “Tidak ada beruang yang pernah menjelajah luar angkasa.
Apalagi ingin mengunjungi bulan dan bintang.”

‘Iya, Ollo. Acil benar. Tapi, mengapa tiba-tiba kamu mau ke bulan dan bintang-bintang itu?” Tanya Imut
penasaran.

“Aku ingin tahu apakah ada pohon di bulan. Selain itu, aku ingin memetik satu bintang kecil di langit untuk
kusimpan. Di dalam hutan ini, Aku ingin menyimpannya di buku tulisku, “ jelas Ollo.
“Bintang itu tidak sekecil itu Ollo. Mungkin dari atas batu ini kita melihat mereka begitu kecil. Tapi bintang
tidak ada bedanya dengan bumi. Bintang juga sangat besar. Hanya saja tempat kita sangat jauh darinya
sehingga kita melihatnya begitu kecil, ” tutur si Imut.

Ollo tampak sedih. Ia membenarkan pendapat teman-temannya. Tapi ia telah jatuh cinta pada
langit, bulan, dan bintang. “Apa yang harus lakukan? Aku sangat menyukai kelip mereka. Aku ingin
menyimpannya di antara buku-buku bacaannku. Di dalam buku-buku tulisku,” katanya sedih.

“Begini saja. Kamu kan pintar mendongeng. Nah, buatlah dongeng tentang bintang dan bulan. Kamu tulis
di buku. Bukankah itu sama dengan meyimpang cahaya bulan dan kerlip bintang?” saran Acil.

“Ya, benar. Itu saran bagus, Cil. Langit juga takkan pernah meninggalkan kita. Ia akan tetap di atas sana.
Kita masih bisa melihat bulan dan bintang tiap malam tanpa kamu harus memilikinya,” sahut Imut.

Ollo pun tersenyum sumringah. Teman-temannya telah memberikan solusi bijak. Ia akan
menuliskan dongeng tentang bintang-bintang. Juga tentang bulan. Dan juga langit. Ia tak perlu
mengambil bintang di langit. Biarlah dia tetap di sana. Ia yakin tak hanya dirinya sendiri yang menyukai
pemandangan langit malam.

Sore itu, ia mulai menuliskan dongengnya. Sambil memandang langit, ia menulis dongeng
tentang putri bintang. Ia telah menambahkan satu bintang lagi. Bintang di buku ceritanya. Bintang di
langit tampak berkerlap kerlip menyambut bintang baru di buku cerita Ollo.

Begitulah, setiap kali Ollo mempunyai impian maka ia akan membuat dongeng tentang
impiannya. Ia menuliskannya agar impiannya selalu dekat bersamanya.

Anda mungkin juga menyukai