PENDAHULUAN
Ektropion berasal dari bahasa Yunani, “ek” berarti menjauh dan “tropein”
berarti berputar, sehingga ektropion berarti kondisi dimana terjadi eversi dari
margo palpebra. Pada ektropion terjadi malposisi kelopak mata dimana margo
palpebra berputar keluar, menjauhi permukaan mata. Hal ini dapat terjadi secara
unilateral atau bilateral dan bisa melibatkan baik palpebra superior maupun
palpebra inferior. Malposisi kelopak mata ini menyebabkan proteksi terhadap
kornea menjadi tidak adekuat, sehingga permukaan kornea tidak dapat terlindungi
dan menyebabkan keluhan berupa epifora, keratitis eksposur, hipertrofi
konyungtiva.1,2,3
Ektropion mekanik terjadi jika adanya lesi massa, seperti tumor yang besar
atau kista yang mendorong kelopak mata keluar. Keadaan ini juga bisa terjadi
pada kasus-kasus herniasi lemak orbita di palpebra inferior. Sementara itu,
ektropion paralitik muncul karena parese nervus fasialis (N.VII), stroke, rusaknya
saraf fasialis karena trauma atau setelah tindakan bedah, kompresi tumor atau
Bell’s Palsy.1
1
Manajemen ektropion ini baru bisa ditentukan setelah etiologinya
diketahui. Lateral tarsal strip operation digunakan untuk mengkoreksi horizontal
lid laxity. Teknik operasi ini merupakan prosedur pilihan untuk memperbaiki
ektropion involusional. Begitu jugan dengan ektropion paralitik.4,5
2
BAB II
LAPORAN KASUS
KASUS I
Status Oftalmologi
OD OS
Visus 6/6 6/6
Palpebra Sikatrik (+) di palpebra superior. Edema (-), hematom (-)
ektropion (+) di palpebra superior di FPH: 26 mm, FPV: 10 mm
bagian nasal. Lagoftalmus (+) ±5 mm.
FPV: 14 mm, FPH: 27 mm. Edem (-),
hematom (-)
Konyungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Kornea Bening Bening
COA Cukup dalam Cukup dalam
Iris Coklat, rugae (+) Coklat, rugae (+)
Pupil Bulat, rf +/+, Ø 2-3 mm Bulat, rf +/+, Ø 2-3mm
Lensa Bening Bening
Funduskopi
Media Bening Bening
Papil Bulat, batas tegas, c/d 0,3-0,4 Bulat, batas tegas, c/d 0,3-0,4
Pembuluh darah Aa:vv = 2:3 Aa:vv=2:3
3
Retina Perdarahan (-), eksudat (-) Perdarahan (-), eksudat (-)
Makula Reflek fovea (+) Reflek fovea (+)
TIO 12 mmHg 14 mmHg
Posisi Ortho Ortho
Gerak Bebas Bebas
Tindakan:
Status oftalmologi:
OD OS
Visus 6/6 6/6
Palpebra Edem (+), jaringan nekrotik (-),. Graft Edema (-), hematom (-)
(+).Hechting : pus (-), darah (-).
Lagoftalmus (+) ±0,7mm
Konyungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Kornea Bening Bening
COA Cukup dalam Cukup dalam
Iris Coklat, rugae (+) Coklat, rugae (+)
Pupil Bulat, rf +/+, Ø 2-3 mm Bulat, rf +/+, Ø 2-3mm
Lensa Bening Bening
4
Funduskopi
Media Bening Bening
Papil Bulat, batas tegas, c/d 0,3-0,4 Bulat, batas tegas, c/d 0,3-0,4
Pembuluh darah Aa:vv = 2:3 Aa:vv=2:3
Retina Perdarahan (-), eksudat (-) Perdarahan (-), eksudat (-)
Makula Reflek fovea (+) Reflek fovea (+)
TIO 14 mmHg 11 mmHg
Posisi Ortho Ortho
Gerak Bebas Bebas
Terapi:
Ciprofloxacin 2x500 mg
Asam mefenamat 3x500 mg
Chloramphenicol eo 2x OD
Status oftalmologi:
OD OS
Visus 6/6 6/6
Palpebra Edem (+), jaringan nekrotik (-).Graft Edema (-), hematom (-)
(+). Hechting : pus (-), darah (-).
Lagoftalmus: 1,5 mm.
Konyungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Kornea Bening Bening
5
COA Cukup dalam Cukup dalam
Iris Coklat, rugae (+) Coklat, rugae (+)
Pupil Bulat, rf +/+, Ø 2-3 mm Bulat, rf +/+, Ø 2-3mm
Lensa Bening Bening
Funduskopi
Media Bening Bening
Papil Bulat, batas tegas, c/d 0,3-0,4 Bulat, batas tegas, c/d 0,3-0,4
Pembuluh darah Aa:vv = 2:3 Aa:vv=2:3
Retina Perdarahan (-), eksudat (-) Perdarahan (-), eksudat (-)
Makula Reflek fovea (+) Reflek fovea (+)
TIO 12 mmHg 12 mmHg
Posisi Ortho Ortho
Gerak Bebas Bebas
Terapi:
Aff hechting
Chloramphenicol eo 2x OD
KASUS 2
6
Status Oftalmologi
OD OS
Visus 6/6 6/6
Palpebra Edem (-), hematom (-) Sikatrik (+) di palpebra superior.
Ektropion (+) di palpebra superior.
Lagoftalmus (+) ± 3mm. Edem (-),
hematom (-)
Konyungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Kornea Bening Bening
COA Cukup dalam Cukup dalam
Iris Coklat, rugae (+) Coklat, rugae (+)
Pupil Bulat, rf +/+, Ø 2-3 mm Bulat, rf +/+, Ø 2-3mm
Lensa Bening Bening
Funduskopi
Media Bening Bening
Papil Bulat, batas tegas, c/d 0,3-0,4 Bulat, batas tegas, c/d 0,3-0,4
Pembuluh darah Aa:vv = 2:3 Aa:vv=2:3
Retina Perdarahan (-), eksudat (-) Perdarahan (-), eksudat (-)
Makula Reflek fovea (+) Reflek fovea (+)
TIO 11 mmHg 12 mmHg
Posisi Ortho Ortho
Gerak Bebas Bebas
7
Tindakan:
Status oftalmologi:
OD OS
Visus 6/6 6/6
Palpebra Edem (-), hematom (-) Edem (+), jaringan nekrotik
(-), lagoftalmus (+) ±0,5 mm.
Hechting : pus (-), darah (-).
Konyungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Kornea Bening Bening
COA Cukup dalam Cukup dalam
Iris Coklat, rugae (+) Coklat, rugae (+)
Pupil Bulat, rf +/+, Ø 2-3 mm Bulat, rf +/+, Ø 2-3mm
Lensa Bening Bening
Funduskopi
Media Bening Bening
Papil Bulat, batas tegas, c/d 0,3-0,4 Bulat, batas tegas, c/d 0,3-0,4
Pembuluh darah Aa:vv = 2:3 Aa:vv=2:3
Retina Perdarahan (-), eksudat (-) Perdarahan (-), eksudat (-)
Makula Reflek fovea (+) Reflek fovea (+)
TIO 12 mmHg 14 mmHg
Posisi Ortho Ortho
Gerak Bebas Bebas
8
Diagnosa : Ektropion sikatrikal OS dengan lagoftalmus post release palpebra
superior + skin graft et regio retroaurikular sinistra (hari ke-5)
Terapi:
Ciprofloxacin 2x500 mg
Asam mefenamat 3x500 mg
Kloramfenikol eo 2x OS
Status oftalmologi:
OD OS
Visus 6/6 6/6
Palpebra Edem (-), hematom (-) Edem (+)↓, graft (+), jaringan
nekrotik (-), lagoftalmus (+)
±0,5 mm. Hechting:pus (-),
darah (-).
Konyungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Kornea Bening Bening
COA Cukup dalam Cukup dalam
Iris Coklat, rugae (+) Coklat, rugae (+)
Pupil Bulat, rf +/+, Ø 2-3 mm Bulat, rf +/+, Ø 2-3mm
Lensa Bening Bening
Funduskopi
Media Bening Bening
Papil Bulat, batas tegas, c/d 0,3-0,4 Bulat, batas tegas, c/d 0,3-0,4
Pembuluh darah Aa:vv = 2:3 Aa:vv=2:3
Retina Perdarahan (-), eksudat (-) Perdarahan (-), eksudat (-)
Makula Reflek fovea (+) Reflek fovea (+)
TIO 12 mmHg 14 mmHg
Posisi Ortho Ortho
Gerak Bebas Bebas
9
Diagnosa : Ektropion sikatrikal OS dengan lagoftalmus post release palpebra
superior + skin graft et regio retroaurikular sinistra (2 minggu)
Terapi:
Aff hechting
Chloramphenicol eo 2x OD
Status oftalmologi:
OD OS
Visus 6/6 6/6
Palpebra Edem (-), hematom (-) Edem (-), graft (+),jaringan nekrotik
(-). Hechting:pus (-), darah (-).
Lagoftalmus:±1mm
Konyungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Kornea Bening Bening
COA Cukup dalam Cukup dalam
Iris Coklat, rugae (+) Coklat, rugae (+)
Pupil Bulat, rf +/+, Ø 2-3 mm Bulat, rf +/+, Ø 2-3mm
Lensa Bening Bening
Funduskopi
Media Bening Bening
Papil Bulat, batas tegas, c/d 0,3-0,4 Bulat, batas tegas, c/d 0,3-0,4
Pembuluh darah Aa:vv = 2:3 Aa:vv=2:3
Retina Perdarahan (-), eksudat (-) Perdarahan (-), eksudat (-)
Makula Reflek fovea (+) Reflek fovea (+)
10
TIO 11 mmHg 11 mmHg
Posisi Ortho Ortho
Gerak Bebas Bebas
Terapi:
Chloramphenicol eo 2x OS
11
BAB III
DISKUSI
Pada kedua kasus ini keluhan pasien adalah palpebra superior yang tidak
bisa tertutup sempurna. Keadaan ini berlangsung setelah pasien mengalami
kecelakaan dan luka robek di palpebra superior. akhir dari proses
12
penyembuhannya muncul sikatrik di palpebra superior. Pasien didiagnosa dengan
ektropion sikatrik dengan lagoftalmus.
Pada ektropion sikatrik, seperti pada kasus ini, salah satu dasar
patogenesanya yaitu adanya riwayat trauma. Ektropion sikatrik terjadi karena
pemendekan lamelar anterior atau kontraktur. Normalnya, kulit, otot orbikularis
dan septum orbita bersifat fleksibel, sehingga dapat menyebabkan gerakan
palpebra yang spontan. Terbentuknya parut/sikatrik pada lamelar anterior (kulit
dan otot) menyebabkan terjadinya ektropion sikatrik (gambar 2). Keadaan ini bisa
terjadi pada palpebra superior maupun inferior, dan terjadi sebagai hasil dari
proses penyembuhan yang tidak sempurna setelah trauma atau inflamasi.1,4,6
13
jaringan ikat terbentuk. Sikatrik pada lamela medial ini sering terjadi setelah
trauma atau setelah tindakan bedah.3,4,8,9
14
1. Traksi sikatrik vertikal melalui operasi released.
2. Kelopak mata ditarik ke horizontal dengan operasi lateral tarsal strip.
3. Lamela anterior disambung ke vertikal melalui midface lift atau full-
thickness skingraft.
Sementara itu manajemen untuk ektropion sikatrik atau retraksi palpebra superior
biasanya dengan melepaskan traksi (release of traction) dan memperpanjang
lamela anterior ke arah vertikal dengan full-thickness skin graft, sehingga untuk
kedua kasus ini diputuskan untuk ditatalaksana dengan teknik ini.2,15,16
Hal yang perlu diingat, pengambilan graft pada donor adalah semua
lapisan kulit sampai ke lemak subkutaneus. Kulit palpebra adalah kulit yang
paling tipis dalam tubuh dan memiliki warna yang sama persis, sehingga kulit
kelopak mata ini selalu dipertimbangkan untuk digunakan sebagai donor. Namun
kadang-kadang diperlukan jaringan tambahan dari kedua kelopak mata atas untuk
mendapatkan kulit yang cukup.4,19,20
15
yang dapat dijadikan graft diantaranya supraklavikula atau di lengan atas. Area ini
tidak begitu cocok dan hanya digunakan jika tidak ada pilihan lain yang lebih baik
(gambar 3).4
Pada kasus ini teknik operasi yang digunakan adalah teknik full-thickness
skin graft dengan area retroaurikular diambil sebagai graft. Dan graft diambil
adalah dari area retroaurikular dengan pertimbangan area ini merupakan area
terbaik lainnya yang dapat dipakai sebagai graft, walaupun kulit dari palpebra
superior mata sebelahnya memiliki warna dan tekstur yang sangat cocok untuk
skin graft, tapi kulit ini biasanya inadekuat. 2,4,14
16
Gambar 4. Full-thickness skin graft pada palpebra superior4,14
17
BAB IV
KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
19
16. Korn S.Bobby. Ectropion Repair with Full Thickness Skin Grafting. In Atlas of
Oculofacial Plastic and Reconstructive Surgery.2011;185-193.
17. Yassur I, Karesh W James, Hirschbein J Marc. Ectropion. In Step by step
Oculoplastic Surgery.2005;110-140.
18. Biswas A. Ectropion. In Color Atlas of Oculoplastic and Orbital
Disorder.2002;73-101.
19. Dutton J.Jonathan. Ectropion. In Atlas of Oculoplastic and Orbital
Surgery.2013;104-120.
20. Bashour M. Ectropion Lower Eyelid Reconstruction Treatment & Management.
Diakses dari http:// emedicine. Medscape.com/8771555-treatment/1128. 2014
20