Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

Ektropion berasal dari bahasa Yunani, “ek” berarti menjauh dan “tropein”
berarti berputar, sehingga ektropion berarti kondisi dimana terjadi eversi dari
margo palpebra. Pada ektropion terjadi malposisi kelopak mata dimana margo
palpebra berputar keluar, menjauhi permukaan mata. Hal ini dapat terjadi secara
unilateral atau bilateral dan bisa melibatkan baik palpebra superior maupun
palpebra inferior. Malposisi kelopak mata ini menyebabkan proteksi terhadap
kornea menjadi tidak adekuat, sehingga permukaan kornea tidak dapat terlindungi
dan menyebabkan keluhan berupa epifora, keratitis eksposur, hipertrofi
konyungtiva.1,2,3

Ektropion diklasifikasikan menjadi ektropion kongenital dan ektropion


acquired. Ektropion acquired bisa berasal dari empat proses, yaitu involusional,
sikatrikal, mekanik dan paralitik. Ektropion involusional merupakan malposisi
kelopak mata yang paling sering terjadi pada pasien usia lanjut, dapat terjadi
unilateral atau bilateral dan umumnya mengenai palpebra inferior. Faktor usia
juga mempengaruhi muskulus orbikularis dan tendon kantus yang menyebabkan
ektropion involusional.1,2,3

Ektropion mekanik terjadi jika adanya lesi massa, seperti tumor yang besar
atau kista yang mendorong kelopak mata keluar. Keadaan ini juga bisa terjadi
pada kasus-kasus herniasi lemak orbita di palpebra inferior. Sementara itu,
ektropion paralitik muncul karena parese nervus fasialis (N.VII), stroke, rusaknya
saraf fasialis karena trauma atau setelah tindakan bedah, kompresi tumor atau
Bell’s Palsy.1

Ektropion sikatrikal dapat terjadi di palpebra superior maupun palpebra


inferior dan muncul karena penyembuhan luka yang tidak sempurna. Penyebab
ektropion sikatrikal biasanya disebabkan karena post trauma termis atau kimia,
toksik, infeksi atau perubahan iatrogenik setelah tindakan eksisi atau
blepharoplasty.1

1
Manajemen ektropion ini baru bisa ditentukan setelah etiologinya
diketahui. Lateral tarsal strip operation digunakan untuk mengkoreksi horizontal
lid laxity. Teknik operasi ini merupakan prosedur pilihan untuk memperbaiki
ektropion involusional. Begitu jugan dengan ektropion paralitik.4,5

Sementara itu, pada ektropion sikatrikal dapat dilakukan dengan


menambahkan atau memperpanjang lamela anterior yang pendek karena sikatrik
dengan full-thickness skin graft. Pada makalah ini akan membahas mengenai
laporan kasus pada dua orang pasien yang mengalami ektropion sikatrik serta
penatalaksanaannya.4

2
BAB II
LAPORAN KASUS

KASUS I

Seorang pasien perempuan usia 16 tahun datang ke poli mata RSUP


DR.M.Djamil Padang pada tanggal 19 Januari 2017 dengan keluhan kelopak atas
mata kanan tidak bisa ditutup sejak ±2 bulan yang lalu. Sebelumnya pasien
mengalami kecelakaan lalu lintas dan menderita luka robek di kelopak atas mata
kanan. Luka robek di kelopak atas mata kanan sudah dijahit beberapa jam setelah
kecelakaan di IGD RS Pemerintah. Dua minggu setelah dijahit, pasien merasa
kelopak atas mata kanannya terasa tertarik keatas dan tidak bisa ditutup sempurna
yang diserati dengan keluhan mata kanan yang berair.

Status Oftalmologi

OD OS
Visus 6/6 6/6
Palpebra Sikatrik (+) di palpebra superior. Edema (-), hematom (-)
ektropion (+) di palpebra superior di FPH: 26 mm, FPV: 10 mm
bagian nasal. Lagoftalmus (+) ±5 mm.
FPV: 14 mm, FPH: 27 mm. Edem (-),
hematom (-)
Konyungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Kornea Bening Bening
COA Cukup dalam Cukup dalam
Iris Coklat, rugae (+) Coklat, rugae (+)
Pupil Bulat, rf +/+, Ø 2-3 mm Bulat, rf +/+, Ø 2-3mm
Lensa Bening Bening
Funduskopi
Media Bening Bening
Papil Bulat, batas tegas, c/d 0,3-0,4 Bulat, batas tegas, c/d 0,3-0,4
Pembuluh darah Aa:vv = 2:3 Aa:vv=2:3

3
Retina Perdarahan (-), eksudat (-) Perdarahan (-), eksudat (-)
Makula Reflek fovea (+) Reflek fovea (+)
TIO 12 mmHg 14 mmHg
Posisi Ortho Ortho
Gerak Bebas Bebas

Diagnosa : ektropion sikatrikal dengan lagoftalmus OD

Tindakan:

 Release sikatrik palpebra superior OD + skin graft et regio retroaurikular


dextra dalam anastesi umum.
 Persiapan operasi.

Follow up 5 hari post operasi:

Status oftalmologi:

OD OS
Visus 6/6 6/6
Palpebra Edem (+), jaringan nekrotik (-),. Graft Edema (-), hematom (-)
(+).Hechting : pus (-), darah (-).
Lagoftalmus (+) ±0,7mm
Konyungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Kornea Bening Bening
COA Cukup dalam Cukup dalam
Iris Coklat, rugae (+) Coklat, rugae (+)
Pupil Bulat, rf +/+, Ø 2-3 mm Bulat, rf +/+, Ø 2-3mm
Lensa Bening Bening

4
Funduskopi
Media Bening Bening
Papil Bulat, batas tegas, c/d 0,3-0,4 Bulat, batas tegas, c/d 0,3-0,4
Pembuluh darah Aa:vv = 2:3 Aa:vv=2:3
Retina Perdarahan (-), eksudat (-) Perdarahan (-), eksudat (-)
Makula Reflek fovea (+) Reflek fovea (+)
TIO 14 mmHg 11 mmHg
Posisi Ortho Ortho
Gerak Bebas Bebas

Diagnosa : Ektropion sikatrikal OD dengan lagoftalmus post release palpebra


superior + skin graft et regio retroaurikular dextra (hari ke-5)

Terapi:

 Ciprofloxacin 2x500 mg
 Asam mefenamat 3x500 mg
 Chloramphenicol eo 2x OD

Follow up 1 bulan post operasi:

Status oftalmologi:

OD OS
Visus 6/6 6/6
Palpebra Edem (+), jaringan nekrotik (-).Graft Edema (-), hematom (-)
(+). Hechting : pus (-), darah (-).
Lagoftalmus: 1,5 mm.
Konyungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Kornea Bening Bening

5
COA Cukup dalam Cukup dalam
Iris Coklat, rugae (+) Coklat, rugae (+)
Pupil Bulat, rf +/+, Ø 2-3 mm Bulat, rf +/+, Ø 2-3mm
Lensa Bening Bening
Funduskopi
Media Bening Bening
Papil Bulat, batas tegas, c/d 0,3-0,4 Bulat, batas tegas, c/d 0,3-0,4
Pembuluh darah Aa:vv = 2:3 Aa:vv=2:3
Retina Perdarahan (-), eksudat (-) Perdarahan (-), eksudat (-)
Makula Reflek fovea (+) Reflek fovea (+)
TIO 12 mmHg 12 mmHg
Posisi Ortho Ortho
Gerak Bebas Bebas

Diagnosa : Ektropion sikatrikal OD dengan lagoftalmus post release palpebra


superior + skin graft et regio retroaurikular dextra 1 bulan

Terapi:

 Aff hechting
 Chloramphenicol eo 2x OD

KASUS 2

Seorang pasien perempuan usia 14 tahun datang ke poli mata RSUP


DR.M.Djamil Padang pada tanggal 24 Januari 2017 dengan keluhan utama
kelopak atas mata kiri tidak bisa menutup sejak ±5 tahun yang lalu. Sebelumnya
pasien mengalami kecelakaan lalu lintas dan mengalami luka robek pada kelopak
atas mata kiri dan luka robek tidak dijahit.

6
Status Oftalmologi

OD OS
Visus 6/6 6/6
Palpebra Edem (-), hematom (-) Sikatrik (+) di palpebra superior.
Ektropion (+) di palpebra superior.
Lagoftalmus (+) ± 3mm. Edem (-),
hematom (-)
Konyungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Kornea Bening Bening
COA Cukup dalam Cukup dalam
Iris Coklat, rugae (+) Coklat, rugae (+)
Pupil Bulat, rf +/+, Ø 2-3 mm Bulat, rf +/+, Ø 2-3mm
Lensa Bening Bening
Funduskopi
Media Bening Bening
Papil Bulat, batas tegas, c/d 0,3-0,4 Bulat, batas tegas, c/d 0,3-0,4
Pembuluh darah Aa:vv = 2:3 Aa:vv=2:3
Retina Perdarahan (-), eksudat (-) Perdarahan (-), eksudat (-)
Makula Reflek fovea (+) Reflek fovea (+)
TIO 11 mmHg 12 mmHg
Posisi Ortho Ortho
Gerak Bebas Bebas

Diagnosa : ektropion sikatrikal OS dengan lagoftalmus

7
Tindakan:

 Release sikatrik palpebra superior OS + skin graft et regio retroaurikular


sinistra dalam anastesi umum.
 Persiapan operasi.

Follow up 5 hari post operasi:

Status oftalmologi:

OD OS
Visus 6/6 6/6
Palpebra Edem (-), hematom (-) Edem (+), jaringan nekrotik
(-), lagoftalmus (+) ±0,5 mm.
Hechting : pus (-), darah (-).
Konyungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Kornea Bening Bening
COA Cukup dalam Cukup dalam
Iris Coklat, rugae (+) Coklat, rugae (+)
Pupil Bulat, rf +/+, Ø 2-3 mm Bulat, rf +/+, Ø 2-3mm
Lensa Bening Bening
Funduskopi
Media Bening Bening
Papil Bulat, batas tegas, c/d 0,3-0,4 Bulat, batas tegas, c/d 0,3-0,4
Pembuluh darah Aa:vv = 2:3 Aa:vv=2:3
Retina Perdarahan (-), eksudat (-) Perdarahan (-), eksudat (-)
Makula Reflek fovea (+) Reflek fovea (+)
TIO 12 mmHg 14 mmHg
Posisi Ortho Ortho
Gerak Bebas Bebas

8
Diagnosa : Ektropion sikatrikal OS dengan lagoftalmus post release palpebra
superior + skin graft et regio retroaurikular sinistra (hari ke-5)

Terapi:

 Ciprofloxacin 2x500 mg
 Asam mefenamat 3x500 mg
 Kloramfenikol eo 2x OS

Follow up minggu ke-2 post op:

Status oftalmologi:

OD OS
Visus 6/6 6/6
Palpebra Edem (-), hematom (-) Edem (+)↓, graft (+), jaringan
nekrotik (-), lagoftalmus (+)
±0,5 mm. Hechting:pus (-),
darah (-).
Konyungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Kornea Bening Bening
COA Cukup dalam Cukup dalam
Iris Coklat, rugae (+) Coklat, rugae (+)
Pupil Bulat, rf +/+, Ø 2-3 mm Bulat, rf +/+, Ø 2-3mm
Lensa Bening Bening
Funduskopi
Media Bening Bening
Papil Bulat, batas tegas, c/d 0,3-0,4 Bulat, batas tegas, c/d 0,3-0,4
Pembuluh darah Aa:vv = 2:3 Aa:vv=2:3
Retina Perdarahan (-), eksudat (-) Perdarahan (-), eksudat (-)
Makula Reflek fovea (+) Reflek fovea (+)
TIO 12 mmHg 14 mmHg
Posisi Ortho Ortho
Gerak Bebas Bebas

9
Diagnosa : Ektropion sikatrikal OS dengan lagoftalmus post release palpebra
superior + skin graft et regio retroaurikular sinistra (2 minggu)

Terapi:

 Aff hechting
 Chloramphenicol eo 2x OD

Follow up 1 bulan post op:

Status oftalmologi:

OD OS
Visus 6/6 6/6
Palpebra Edem (-), hematom (-) Edem (-), graft (+),jaringan nekrotik
(-). Hechting:pus (-), darah (-).
Lagoftalmus:±1mm
Konyungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Kornea Bening Bening
COA Cukup dalam Cukup dalam
Iris Coklat, rugae (+) Coklat, rugae (+)
Pupil Bulat, rf +/+, Ø 2-3 mm Bulat, rf +/+, Ø 2-3mm
Lensa Bening Bening
Funduskopi
Media Bening Bening
Papil Bulat, batas tegas, c/d 0,3-0,4 Bulat, batas tegas, c/d 0,3-0,4
Pembuluh darah Aa:vv = 2:3 Aa:vv=2:3
Retina Perdarahan (-), eksudat (-) Perdarahan (-), eksudat (-)
Makula Reflek fovea (+) Reflek fovea (+)

10
TIO 11 mmHg 11 mmHg
Posisi Ortho Ortho
Gerak Bebas Bebas

Diagnosa : Ektropion sikatrikal OS dengan lagoftalmus post release palpebra


superior + skin graft et regio retroaurikular sinistra (1 bulan)

Terapi:

 Chloramphenicol eo 2x OS

11
BAB III
DISKUSI

Ektropion merupakan malposisi palpebra yang paling sering yang ditandai


dengan eversi dari margo palpebra menjauhi permukaan okular. Keadaan ini bisa
mengenai palpebra superior dan inferior, namun palpebra inferior lebih sering
dikenai terutama karena pengaruh gravitasi.3,5,6

Normalnya palpebra inferior itu terletak tepat di limbus (gambar 1) dan


tidak ada sklera yang terlihat antara margo palpebra inferior dan limbus. Kantus
lateral sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan kantus medial. Posisi margo
plapebra tergantung pada ketegangan di tarsus dan tendon kantus, yang disokong
oleh muskulus orbikularis. 3,4,7

Gambar 1. Palpebra inferior normal yang terletak tepat di limbus4

Pada kedua kasus ini keluhan pasien adalah palpebra superior yang tidak
bisa tertutup sempurna. Keadaan ini berlangsung setelah pasien mengalami
kecelakaan dan luka robek di palpebra superior. akhir dari proses

12
penyembuhannya muncul sikatrik di palpebra superior. Pasien didiagnosa dengan
ektropion sikatrik dengan lagoftalmus.

Posisi palpebra ditentukan oleh keseimbangan antara kekuatan yang


diberikan oleh lamela anterior dan posterior, jaringan ikat, dan ligamen, otot-otot
palpebra dan gravitasi. Abnormal pada salah satu dari lapisan palpebra
menyebabkan perubahan pada keseimbangannya dan menyebabkan ektropion.6,7

Pada ektropion sikatrik, seperti pada kasus ini, salah satu dasar
patogenesanya yaitu adanya riwayat trauma. Ektropion sikatrik terjadi karena
pemendekan lamelar anterior atau kontraktur. Normalnya, kulit, otot orbikularis
dan septum orbita bersifat fleksibel, sehingga dapat menyebabkan gerakan
palpebra yang spontan. Terbentuknya parut/sikatrik pada lamelar anterior (kulit
dan otot) menyebabkan terjadinya ektropion sikatrik (gambar 2). Keadaan ini bisa
terjadi pada palpebra superior maupun inferior, dan terjadi sebagai hasil dari
proses penyembuhan yang tidak sempurna setelah trauma atau inflamasi.1,4,6

Gambar 2. Ektropion sikatrikal palpebra inferior mata kiri yang


disebabkan oleh pemendekan lamelar anterior 4

Selain karena adanya pemendekan pada lamela anterior, baru-baru ini


terdapat istilah lamela medial yang merupakan jaringan antara lamela anterior dan
posterior dari palpebra inferior, termasuk septum orbita, lemak preaponeurotic
dan otot retraktor palpebra inferior. Terdapatnya sikatrik di lamela medial dapat
menyebabkan restriksi palpebra sehingga menyebabkan terjadinya ektropion
sikatrik, retraksi kelopak atau bahkan entropion sikatrikal, tergantung bagaimana

13
jaringan ikat terbentuk. Sikatrik pada lamela medial ini sering terjadi setelah
trauma atau setelah tindakan bedah.3,4,8,9

Pasien dengan ektropion biasanya akan mengeluhkan iritasi ringan,


kemerahan pada matanya atau bisa juga epifora. Selain itu pada ektropion perlu
dilakukan beberapa pemeriksaan yang bertujuan untuk mengidentifikasi bentuk,
lokasi dan tingkat keparahan ektropion serta yang mendasari etiologi ektropion.
Luasnya ektropion dapat dibagi menjadi ektropion yang mengenai bagian medial,
lateral atau melibatkan seluruh kelopak mata. Sementara itu tingkat keparahan
ektropion dapat dikelompokkan menjadi:4,7,10

1. Mild, biasanya asimptomatik dan hanya punctum yang mengalami eversi.


2. Moderate, apabila konyungtiva tarsal terpapar.
3. Severe, jika fornik inferiornya terpapar.

Pada kedua kasus ini, tingkat keparahan ektropionnya sama-sama


dikelompokkan pada tingkatan mild ektropion karena konyungtiva tarsal dan
fornik inferiornya tidak terpapar. Namun berdasarkan luas ektropionnya, kasus
pertama ekropionnya lebih luas dibandingkan dengan kasus kedua karena pada
kasus pertama ektropionnya dimulai dari daerah kantus sampai kemedial palpebra
superior.

Tujuan akhir dari pemeriksaan adalah untuk menentukan tatalaksana apa


yang dibutuhkan untuk memperbaiki ektropion. Pada ektropion sikatrik, posisi
dan tingkat keparahan sikatrik harus dipertimbangkan. Lokasi dan ukuran
ketebalan full-thickness skin graft yang diperlukan untuk memperpanjang lamella
anterior juga harus diperkirakan. Pada umumnya, panjang horizontal graft harus
sedikit lebih besar dibandingkan dengan luas area yang terkena parut, seperti pada
kedua kasus ini, dimana luas graft yang diambil dilebihkan sepertiga dari luas
sikatrik. Dan hal yang juga harus dipertimbangkan yaitu jika adanya laxity dari
palpebra. Pada sebagian besar kasus, eyelid tightening procedure digunakan
dalam hubungannya dengan full-thickness skin graft.11,12

Manajemen untuk ektropion sikatrik biasanya dilakukan melalui 3


prosedur, yaitu:2,13,14

14
1. Traksi sikatrik vertikal melalui operasi released.
2. Kelopak mata ditarik ke horizontal dengan operasi lateral tarsal strip.
3. Lamela anterior disambung ke vertikal melalui midface lift atau full-
thickness skingraft.

Sementara itu manajemen untuk ektropion sikatrik atau retraksi palpebra superior
biasanya dengan melepaskan traksi (release of traction) dan memperpanjang
lamela anterior ke arah vertikal dengan full-thickness skin graft, sehingga untuk
kedua kasus ini diputuskan untuk ditatalaksana dengan teknik ini.2,15,16

Dengan teknik full-thickness skin grafting, ektropion sikatrik yang


disebabkan oleh pemendekan lamela anterior, lamela anteriornya akan di
tambah/dipanjangkan, sehingga dapat mengembalikan palpebra yang sikatrik
keposisi normal. Yang paling sering, lateral tarsal operation digunakan bersamaan
dengan full-thickness skin graft. Prosedur ini dimulai dengan memotong jaringan
parut di lamela anterior sehingga memungkinkan lamela posterior kelopak mata
kembali ke posisi normal. Selanjutnya dilakukan lateral tarsal strip operation.
Terakhir, full-thickness skin graft di tanam dan di jahit kedalam defek dengan
memotong bekas luka. Prinsip yang sama juga dilakukan jika ektropion
sikatriknya terjadi di palpebra superior.14,17,18

Hal yang perlu diingat, pengambilan graft pada donor adalah semua
lapisan kulit sampai ke lemak subkutaneus. Kulit palpebra adalah kulit yang
paling tipis dalam tubuh dan memiliki warna yang sama persis, sehingga kulit
kelopak mata ini selalu dipertimbangkan untuk digunakan sebagai donor. Namun
kadang-kadang diperlukan jaringan tambahan dari kedua kelopak mata atas untuk
mendapatkan kulit yang cukup.4,19,20

Pilihan yang sangat praktis adalah kulit preaurikular karena memiliki


jumlah dan bentuk yang tepat untuk perbaikan ektropion sikatrik pada palpebra.
Area lain terbaik lainnya adalah area retroaurikular karena memiliki kulit yang
tipis dan warna yang cocok dengan resipien. Dan pada area ini kita bisa
mendapatkan graft yang lebih luas, namun sukar untuk melakukan tindakan di
area ini dan pasien sering merasa terganggu oleh jahitan pasca operasi. Area lain

15
yang dapat dijadikan graft diantaranya supraklavikula atau di lengan atas. Area ini
tidak begitu cocok dan hanya digunakan jika tidak ada pilihan lain yang lebih baik
(gambar 3).4

Gambar 3. Area donor untuk full-thickness skin graft. Dari kanan-kiri:


palpebra superior, preaurikular, retroaurikular, supraklavikular dan lengan
atas.4

Pada kasus ini teknik operasi yang digunakan adalah teknik full-thickness
skin graft dengan area retroaurikular diambil sebagai graft. Dan graft diambil
adalah dari area retroaurikular dengan pertimbangan area ini merupakan area
terbaik lainnya yang dapat dipakai sebagai graft, walaupun kulit dari palpebra
superior mata sebelahnya memiliki warna dan tekstur yang sangat cocok untuk
skin graft, tapi kulit ini biasanya inadekuat. 2,4,14

Tahap-tahap yang dilakukan pada full-thickness skin graft, yaitu (gambar


4) :4,14

1. Menandakan kulit yang akan diinsisi.


2. Release jaringan sikatrik.
3. Ambil full-thickness skin graft dan letakkan di area yang sudah di release.
4. Jahit full-thickness skin graft pada tempatnya.

16
Gambar 4. Full-thickness skin graft pada palpebra superior4,14

17
BAB IV
KESIMPULAN

1. Ektropion terjadi ketika margo palpebra mengalami eversi atau berputar


keluar dari bola mata.
2. Manajemen atau penatalaksanaan yang tepat ditentukan oleh
pengidentifikasian tipe ektropion.
3. Ektropion sikatrikal bisa terjadi pada palpebra superior dan inferior,
namun paling sering terjadi pada palpebra inferior.
4. Pada prinsipnya pentalaksanaan untuk ektropion sikatrik palpebra superior
dan inferior adalah sama.
5. Pada kasus ini bisa dikatakan berhasil karena lagoftalmus pada kedua
pasien ini jauh berkurang, terutama pada kasus kedua.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Sowka W. Joseph, Gurwood S.Andrew, Kabat G.Alan. Acquired Ectropion. In:


The Handbook of Ocular Disease Management. 18th edition.2016;9-10.
2. Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS. Facial and Eyelid Anatomy. In Orbit, Eyelid and
Lacrimal System. San Francisco: American Academy of Ophthalmology: 2011-
2012;134-141.
3. Beaconsfield M. Ectropion. In Fundamentals of Clinical Ophthalmology (Plastic
and Orbital Surgery).2001;15-23.
4. Nerad A.Jeffrey. Diagnosis and Treatment of Ectropion. In techniques in
Ophthalmic Plastic Surgery. 2010;81-90.
5. Hawes J.Michael. Cicatrical Ectropion. In Manual Of Oculoplastic Surgery.4th
edition.2010;183-189.
6. Yassur I, Karesh W James, Hirschbein J Marc. Ectropion. In Step by step
Oculoplastic Surgery.2005;110-140.
7. Alio L.Jorge, Garg A. Surgical Management of Eyelid Disorder. In Surgical
Techniques in Ophthalmology (Oculoplasty And Reconstructive
Surgery).2010;16-20.
8. O’Donnell A Brett. Eyelid retractor surgery as an adjunct to cicatrical ectropion
repair.In Clinical and Experimental Ophthalmology.2000;293-297.
9. Rathore S.Deepa,Chickadasarahilli S, et al. Full Thickness Skin Graft in
Periocular Reconstruction:Long –Term Outcomes.2014;517-520.
10. Pfeiffer J.Markus.Surgical Technique for Ectropion Repair. In Oculoplastics and
Orbit.2007;6-10.
11. Couch M.Steven, Custer L.Philip.Ectropion.In Smith and Nesi’s Ophthalmic
Plastic and Reconstructive Surgery.2012;323-331.
12. Marzouk A.Mohamed, Shouman A.Ayman,et al.Lateral Tarsal Strip Technique
for Correction of Lower Eyelid Ectropion.In Journal of American
Science.2011;394-405.
13. Gore S, Joshi N. Lower Eyelid and Eyelash Malposition.In Diseases and
Disorders of The Orbit and Ocular Adnexa.2017;1148-1168.
14. Patel R, Mukherjee B. Chemical and Thermal Injuries.In Emergencies of The
Orbit and Adnexa.2015;44-50.
15. Pak J. Mid-Lower Eyelid Tarsoconjunctival Flap-Skin Graft: Treatment of
Cicatrical Lower Lid Retraction. In Pearls and Pitfalls in Cosmetic Oculoplastic
Surgery.2015;247-250.

19
16. Korn S.Bobby. Ectropion Repair with Full Thickness Skin Grafting. In Atlas of
Oculofacial Plastic and Reconstructive Surgery.2011;185-193.
17. Yassur I, Karesh W James, Hirschbein J Marc. Ectropion. In Step by step
Oculoplastic Surgery.2005;110-140.
18. Biswas A. Ectropion. In Color Atlas of Oculoplastic and Orbital
Disorder.2002;73-101.
19. Dutton J.Jonathan. Ectropion. In Atlas of Oculoplastic and Orbital
Surgery.2013;104-120.
20. Bashour M. Ectropion Lower Eyelid Reconstruction Treatment & Management.
Diakses dari http:// emedicine. Medscape.com/8771555-treatment/1128. 2014

20

Anda mungkin juga menyukai