Anda di halaman 1dari 6

JUDUL blok 9

Gloria Vriscila

102016234 / F2

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No.16 Jakarta Barat 11510

vriscilag@gmail.com

Pendahuluan

Sistem pencernaan merupakan suatu mekanisme yang berfungsi untuk


memindahkan zat gizi atau nutrisi, air dan elektrolit dari makanan yang kita makan ke
lingkungan internal tubuh. Dengan adanya mekanisme pencernaan dalam tubuh maka tubuh akan
menghasilkan energi yang dapat kita pakai untuk beraktivitas. Makanan yang kita konsumsi juga
merupakan sumber bahan untuk perbaikan, pembaruan, dan penambahan jaringan tubuh. Begitu
pentingnya proses pencernaan dalam tubuh sehingga apabila ada gangguan pada sistem
pencernaan maka proses pencernaan akan terhambat.

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar penulis dan pembaca mengetahui organ-organ
apa saja yang terlibat dalam proses pencernaan, bagaimana mekanisme pencernaan dalam tubuh,
apa saja yang terlibat dalam mekanisme tersebut serta bagaimana mekanisme kerja organ
pencernaan ketika mengalami gangguan.

Struktur Makroskopis Gaster dan Intestinum

Lambung (Gaster)

Gaster tertutup oleh peritoneum, kecuali pada lintasan pembuluh darah sepanjang
curvature gastrica dan pada daerah kecil di sebelah dorsal ostium cardiacum. Kedua lembar
omentum minus meluas, mengelilingi gaster dan melepaskan diri pada curvature gastrica major
sebagai omentum majus. Permukaan ventral gaster bersentuhan dengan diaphragma, lobus
hepatis sinister, dan dinding abdomen ventral. Palungan lambung (stomach bed), tempat rebah
gaster pada sikap telentang dibentuk oleh dinding dorsal bursa omentalis dan struktur yang
terdapat antara dinding tersebut dan dinding abdomen dorsal. Arteri – arteri gaster berasal dari
truncus coeliacus dan cabangnya, yaitu: (1) Arteria gastrica sinistra, berasal dari truncus
coeliacus dan melintas dalam omentum minus ke cardia, lalu membelok secara tajam untuk
mengikuti curvature gastrica minor dan beranastomosis dengan arteri gastrica dextra. (2) Arteri
gastrica dextra, mengikuti curvatura gastrica major untuk beranastomosis dengan arteria gastrica
sinistra. (3) Arteri gastroepiploica dextra, merupakan cabang arteri gastroduodenalis dan
melintas ke kiri sepanjang curvature gastric major, lalu mengadakan anastomosis dengan arteri
gastro-omentalis (epiploica) sinistra. (4) Arteri gastro-omentalis (epiploica) sinistra berasal dari
arteri splenica (lienalis) dan beranastomosis dengan arteri gastro-omentalis dextra. (5) Arteriae
gastricae breves, berasal dari ujung distal arteri splenica dan menuju ke fundus. Vena – vena
gaster mengikuti arteri – arteri yang sesuai dalam hal letak dan lintasan. Vena gastrica dextra dan
vena gastrica sinistra mencurahkan isinya ke dalam vena portae hepatis, dan venae gastricae
breves dan vena gastro-omentalis yang membawa isinya ke dalam vena splenica yang bersatu
dengan vena mesenterica superior untuk membentuk vena portae hepatis. Vena gastro-omentalis
dextra bermuara dalam vena mesenterica superior. Persarafan gaster parasimpatis bersal dari
truncus vagalis anterior dan truncus vagalis posterior serta cabangnya. Persarafan simpatis
berasal dari N. splanchnicus throcalis dan ganglion plexus celiacus.1,2

Struktur mikroskopis

Lambung (Gaster)

Lambung adalah organ endokrin – eksokrin campuran yang mencerna makanan dan
mensekresi hormon. Ia adalah bagian saluran cerna yang melebar, dengan fungsi utama
menambahkan cairan asam pada makanan yang masuk, mengubahnya melalui aktivitas otot
menjadi massa kental (khimus), dan melanjutkan proses pencernaan yang telah dimulai dalam
rongga mulut dengan menghasilkan enzim proteolitik pepsin. Ia juga membentuk lipase lambung
yang menguraikan trigliserida dengan bantuan lipase lingual. Pada pengamatan makroskopis
dapat dibedakan 4 daerah yaitu kardia, fundus, korpus dan pilorus. Bagian fundus dan korpus
memiliki struktur mikroskopik indentik, sehingga secara histologis hanya ada 3 daerah. Mukosa
dan submukosa lambung yang tidak diregangkan tampak berlipat – lipat memanjang yang
disebut rugae. Bila lambung sedang terisi makanan, maka lipatan ini akan merata.
 Kardia
Kardia adalah sabuk melingkar sempit selebar 1,5-3 cm pada peralihan anatara
esofagus dan lambung. Lamina propianya mengandung kelenjar kardia tubular simpleks
atau bercabang. Bagian terminal kelenjar ini banyak sekali bergelung dan sering dengan
lumen lebar. Hampir semua sel sekresi menghasilkan mukus dan lisozim, tetapi terlihat
beberapa sel parietal ( yang menghasilkan HCl).
 Fundus & Korpus
Lamina propria daerah ini terisi kelenjar lambung (fundus) tubular bercabang, 3-7
di antaranya bermuara pada dasar sumur lambung. Penyebaran sel – sel epitel pada
kelenjar lambung tidak merata. Bagian leher terdiri atas sel – sel prakembang dan sel
mukosa leher, sedangkan bagian dasar (atau badan) kelenjar mengandung sel parietal
(oksintik), sel zimogen (chief cell), dan sel enteroendokrin. (1) Sel induk : ditemukan
pada bagian leher namun hanya sedikit, berupa sel silindris rendah dengan inti lonjong
dekat basis sel. Hanya sedikit atau tidak ada granul mukosa di dalam sitoplasma. (2) Sel
mukosa leher berkelompok atau terdapat satu – satu di antara sel parietal di bagain leher
kelenjar lambung. Meskipun sel mukosa, mereka memiliki ciri morfologis dan histokimia
yang menyebabkan sekret mukosanya berbeda dari yang berasal dari sel mukosa epitel
permukaan. (3) Sel parietal (okstinsik) : terutama terdapat dalam belahan atas kelenjar
lambung, sel – sel parietal lebih jarang di bagian basal kelenjar. Mereka berupa sel bulat
atau berbentuk piramid, dengan satu inti bulat di pusat, dengan sitoplasma yang sangat
eosinofilik.
 Pilorus
Pilorus memiliki sumur – sumur lambung yang dalam, tempat bermuara kelenjar
– kelenjar pilorus tubular. Kelenjar ini serupa dengan kelenjar bagian kardia. Namun
pada bagian pilorus ditentukan sumur – sumur panjang dan kelenjar – kelenjar pendek
bergelung jadi kebalikan dari yang terdapat pada bagian kardia. Kelenjar ini
mengeluarkan mukus, dan cukup banyak enzim lisozim. Sel gastrin (yang melepaskan
gastrin) tersebar di antara sel – sel mukosa dari kelenjar pilorus. Gastrin yang
merangsang pengeluaran asam oleh sel parietal dari kelenjar lambung. Sel enteroendokrin
lain mengeluarkan somatostatin, yang menghambat penglepasan hormon lain termasuk
gastrin.4,5
Mekanisme Pencernaan

Lambung ( Gaster)

Motilitas lambung bersifat kompleks dan dikontrol oleh beberapa factor yaitu pengisian
lambung, penyimpanan lambung, pencampuran lambung dan pengosongan lambung. Pengisian
lambung: jika kosong, lambung memiliki volume sekitar 50 ml namun dapat mengembang
sampai mencapai sekitar 1 liter sehingga menimbulkan ketegangan pada dinding lambung dan
meningkatkan tekanan intralambung. Relaksasi refleks lambung sewaktu menerima makanan ini
disebut relaksasi reseptif yang meningkatkan kemampuan lambung mengakomodasi volume
makanan tambahan dengan hanya sedikit mengalami peningkatan tekanan. Relaksasi reseptif
dipicu oleh tindakan makan dan diperantai oleh saraf vagus. Fungsi terpenting lambung adalah
menyimoan makanan yang masuk sampai makanan dapat disalurkan ke usus halus dengan
kecepatan yang sesuai untuk pencernaan dan penyerapan yang optimal. Penyimpanan makanan
di lambung berlangsung di daerah korpus tempat kontraksi peristaltik yang sedemikian lemah
untuk mencampur makanan karena tipisnya lapisan otot. Pencampuran makanan berlangsung di
antrum yang berotot tebal akibat kontraksi peristaltik yang kuat. Pengosongan lambung
dipengaruhi oleh faktor-faktor di lambung maupun di duodenum. Peningkatan volume dan
fluiditas kimus (bolus yang sudah bercampur dengan secret lambung) dalam lambung cenderung
mempercepat pengosongan isi lambung. Factor duodenum yaitu faktor dominan yang
mengontrol pengosongan lambung, cenderung menunda pengosongan isi lambung sampai
duodenum siap untuk menerima dan mengolah kimus. Faktor-faktor spesifik di duodenum yang
menunda pengosongan lambung dengan menghambat aktivitas peristaltik lambung adalah lemak,
asam, hipertonisitas, dan peregangan.6

Pencernaan karbohidrat tidak terjadi di lambung tapi di inferior bolus makanan dengan adanya
amilase air liur. Pencernaan protein dimulai di antrum lambung tempat peristaltik yang kuat
mencampur aduk makanan dengan getah lambung. Campuran makanan dan getah lambung
tersebut berupa cairan kental yang disebut kimus. Sekresi lambung ke dalam lumen lambung
mencakup HCL yang mengaktifkan pepsinogen menyebabkan denaturasi protein dan mematikan
bakteri, pepsinogen yang jika telah diaktifkan memulai pencernaan protein, mucus yang
membentuk lapisan pelindung untuk membantu sawar mukosa lambung sehingga mampu
menampung isi lumennya yang keras tanpa ia sendiri ikut tercerna dan faktor intrinsic, yang
berperan dalam penyerapan vitamin B12, suatu konstituen esensial untuk membentuk sel darah
merah. Lambung juga mengeluarkan hormone gastrin ke dalam darah yang berperan dominan
dalam mengatur sekresi lambung. Histamine, suatu stimulan lambung yang kuat dan secara
normal tidak disekresikan, dilepaskan ke lambung sewaktu terjadi pembentukan ulkus.

Baik motilitas maupun sekresi lambung berada di bawah mekanisme kontrol yang kompleks
yang melibatkan tidak saja gastrin tetapi juga respon vagus dan saraf intrinsik serta hormon
enterogastron (sekretin, kolesistokinin, dan gastric inhibitory peptide) yang disekresikan oleh
mukosa usus halus. Di lambung tidak terjadi penyerapan zat gizi apapun, namun sudah terjadi
penyerapan alcohol dan aspirin.9

Peranan Enzim dalam Mekanisme Pencernaan

1. Lambung
Di dalam lambung makanan dari kerongkongna dicerna oleh dinding lambung. Pada
proses ini, lambung mengeluarkan getah lambung yang mengandung :
 Renin berguna untuk mengubah susu menjadi kasein
 Pepsin, berguna untuk mengubah protein menjadi pepton
 Asam (HCL) berguna membunuh kuman yang masuk bersaa dengan makanan dan
membantu melunakan makanan yang keras dalam lambung serta mengaktifkan
pepsinogen menjadi pepsin.6

Daftar pustaka

1. Snell R S. Anatomi klinis berdasarkan sistem. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2012.h.188-93.
2. Moore KL, Agur AMR. Anatomi Klinis dasar. Jakarta: Hipokrates;2002.
3. Junqueira LC, Carneiro J, Kelley RO. Histologi dasar. Edisi ke-8. Jakarta: EGC;
2004:h.281.
4. Gartner LP, Hiatt JL. Atlas berwarna histologi. Edisi ke-5. Batam: Binarupa aksaraa;
2007: h.98
5. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta:EGC;2011.h.648-
57.
6.

Anda mungkin juga menyukai