Anda di halaman 1dari 2

LEUKEMIA MIELOSITIK AKUT

PADA PENDERITA “DOWN SYNDROME”


Duwi Sumohadi, Losen Adnyana, Ketut Suega, Made Bakta
Divisi Hematologi dan Onkologi Medik RSUP Sanglah Denpasar

ABSTRAK
Pendahuluan. Leukemia mielositik akut (LMA) merupakan keganasan hematologi yang ditandai
dengan tranformasi neoplastik dan gangguan diferensiasi sel progenitor myeloid. Salah satu faktor
predisposisi dari LMA adalah gangguan genetik, yaitu sindrom down. Penderita sindrom down
memiliki resiko 10-20 kali lipat untuk menjadi leukemia akut, dengan rasio kecendrungan LMA
dan LLA adalah 4:1. Sekitar 10% penderita sindrom down berkembang menjadi LMA dan
mayoritas merupakan tipe leukemia megakaryoblastik (M7).
Kasus. Laki-laki 17 tahun suku Bali datang ke rumah sakit sanglah dengan keluhan utama gusi
berdarah sejak tiga hari sebelum masuk rumah sakit. Demam dirasakan sejak 1 minggu terakhir,
penurunan berat badan lebih 10 kg dalam 1 bulan terakhir. Penderita mengalami keterbelakangan
mental diketahui sejak umur 3 tahun. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesan umum sakit berat,
muka mongoloid, kesadaran (GCS) E4V5M6, tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 100 kali per
menit regular, respirasi 24 kali permenit, temperatur 38,5 0C. Mata; konjungtiva anemis, mulut;
hipertrofi dan perdarahan gusi, pada abdomen dijumpai adanya hepatosplenomegali. Pemeriksaan
laboratorium, darah lengkap: WBC: 56,95 k/uL, neutrofil 13,78/24,1 %, limfosit 4,25/7,46%,
Monosit: 21,29/37,38%, eosinophil: 0,02/0,03%, basophil: 17,62/30,94%, Hb: 5,18mg/dl, Hct:
17,35%, MCV: 92,26 fL, MCH: 27,55 g/dl, PLT: 23,92 k/uL. BUN/SC: 11,5/1,1 mg/dl, albumin
1,9 mg/dl, SGOT: 31 IU/L, SGPT: 37 IU/L, LDH: 1091,99, asam urat: 10,2. Elektrolit: dalam
batas normal. Pemeriksaan faal hemostasis: PPT: 12,6 (control 11,4), aPTT: 38,7 (control 34,9).
Hapusan darah tepi: adanya sel blas > 5% dari seri myeloid, biopsi sumsum tulang: gambaran
hiperseluller sel blas (mieloblas) >30% tipe M2. Dari pemeriksaan cytogenetic chromosome
didapatkan hasil 47,XY,+21 (trisomy 21) untuk menegakkan diagnosis sindrom down. Pasien
didiagnosis dengan leukemia myeloblastik akut tipe M2 (klasifikasi FAB) dengan sindrom down.
Pasien dirawat dengan IVFD NaCl 0,9% 20 tetes/menit, transfusi trombosit konsentrat (TC)
sampai perdarahan berhenti, transfusi PRC sampai Hb 10 mg/dl. dan direncanakan pemberian
kemoterapi cytarabin plus daunorubicin.
Diskusi. Sindrom down merupakan salah satu faktor predisposisi utama untuk kejadian leukemia
akut, dalam studi pediatric oncology group (POG), didapatkan 40%-70% pasien sindrom down
dihubungkan dengan LMA tipe megakaryoblastik (M7), dan sekitar 30% dihubungkan dengan
kejadian LMA tipe M2 berdasarkan klasifikasi FAB (French-American-British). Leukomogenesis
LMA pada penderita sindrom down dihubungkan dengan adanya mutasi gen GATA1 yang
terlokalisir pada kromosome X, dimana gen ini berperan penting dalam diferensiasi sel induk
eritroid dan megakariosit. Mutasi gen ini akan menghasilkan protein GATA1s (shorter) yang
menyebabkan proliferasi megakariosit imatur yang tidak terkontrol. Pada pemeriksaan sitogenetik,
penderita sindrom down memiliki kelebihan kromosom yaitu trisomi 21, kromosome yang
berkontribusi terhadap mutasi gen GATA1. Pada kromosom 21 juga terdapat gen cystathionine-β
synthase dan purine synthetic enzyme yang mengatur metabolisme folat intraseluler, pada sindrom
down terjadi peningkatan expresi ke dua gen tersebut dan enzim superoxide dismutase (SOD) yang
meningkatkan pembentukan stress oksidative sehingga meningkatkan kejadian leukomogenesis
LMA. Pemberian kemoterapi dengan cytarabin dan daunorubicin pada LMA dengan sindrom
down, memiliki angka event free survival yang lebih tinggi (80-100%) dibandingkan dengan LMA
non down sindrom (35%), hal ini dihubungkan dengan adanya mutasi gen GATA1 yang
berinteraksi dan memodulasi ekspresi gen yang lain seperti gen CDA (cytidine deaminase) yang
berperan dalam mendeaminase ara-C menjadi metabolit inaktif ara-U, dimana pada down sindrom
kadar CDA sangat rendah sehingga pemberian kemoterapi cytarabin lebih sensitif pada penderita
down sindrom. Selain itu pada sindrom down memiliki ekspresi yang rendah gen BCL2
(kromosom 18) dan HSP70 (kromosom 5) yang berperan dalam anti apoptosis, sehingga penderita
LMA sindrom down lebih kemosensitf.
Ringkasan. Telah dilaporkan sebuah kasus seorang penderita LMA dengan sindrom down,
Penderita sindrom down memiliki risiko 10-20 kali lipat untuk menjadi leukemia akut,
Leukomogenesis LMA pada penderita sindrom down dihubungkan dengan adanya mutasi somatik
dari gen GATA1 pada kromosome X. Pemberian kemoterapi dengan cytarabin dan daunorubicin
pada LMA dengan sindrom down, memiliki angka event free survival yang lebih tinggi
dibandingkan LMA non sindrom down.

Kata Kunci: Leukemia mielositik akut, sindrom down.

Anda mungkin juga menyukai