Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kista Ovarium
1. Pengertian
Kista ovarium adalah tumor ovarium yang bersifat neoplastik
dan non neoplastik. (Wiknjosastro, 2005)
Ovarium merupakan sumber hormonal wanita yang paling
utama, sehingga mempunyai dampak kewanitaan dalam pengatur proses
menstruasi. Ovarium terletak antara rahim dan dinding panggul, dan
digantung ke rahim oleh ligamentum ovari propium dan ke dinding panggul
oleh ligamentum infudibulo-pelvikum.Fungsinya sebagai tempat folikel,
menghasilkan dan mensekresi estrogen dan progesteron. Fungsi ovarium
dapat terganggu oleh penyakit akut dan kronis. Salah satu penyakit yang
dapat terjadi adalah kista ovarium. (Tambayong, 2002)
Ovarektomi adalah tindakan operatif untuk dilakukan
pengangkatan ovarium. (Wiknjosastro, 2005)
Jadi, dapat disimpulkan ovarektomi dextra atas indikasi kista
ovarium adalah suatu keadaan dimana pasien dilakukan operasi
pengangkatan ovarium bagian kanan karena adanya neoplasma jinak.
2. Anatomi Sistim Reproduksi Perempuan
Sistem reproduksi wanita terdiri atas organ reproduksi eksterna dan organ
reproduksi interna.
a. Organ genetalia eksterna
Organ reproduksi wanita eksterna sering disebut sebagai vulva yang
mencakup semua organ yang dapat dilihat dari luar, meliputi:
1) Mons veneris
Disebut juga gunung venus, menonjol ke bagian depan menutup
tulang kemaluan. Setelah pubertas, kulit monsveneris tertutup oleh
rambut ikal yang membentuk pola distribusi tertentu yaitu pada
wanita berbentuk segitiga.
2) Labia
Mayora Berasal dari monsveneris, bentuknya lonjong menjurus ke
bawah dan bersatu dibagian bawah. Bagian luar labia mayora terdiri
dari kulit berambut, kelenjar lemak, dan kelenjar keringat, bagian
didalamnya tidak berambut dan mengandung kelenjar lemak, bagian
ini mengandung banyak ujung saraf sehingga sensitive saat
hubungan seks.
3) Labia minora
Merupakan lipatan kecil dibagian dalam labia mayora. Bagian
depannya mengelilingi klitoris. Kedua labia ini mempunyai
pembuluh darah, sehingga dapat menjadi besar saat keinginan seks
bertambah. Labia ini analog dengan kulit skrotum pada pria.
4) Klitoris
Merupakan bagian yang erektil, seperti penis pada pria.
Mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf, sehingga
sangat sensitif saat hubungan seks.
5) Hymen
Merupakan selaput yang menutupi bagian lubang vagina luar. Pada
umumnya hymen berlubang sehingga menjadi saluran aliran darah
menstruasi atau cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar rahim dan
kelenjar endometrium (lapisan dalam rahim)
6) Vestibulum
Bagian kelamin yang dibasahi oleh kedua labia kanan – kiri dan
bagian atas oleh klitoris serta bagian belakang pertemuan labia
minora. Pada bagian vestibulum terdapat muara vagina (liang
senggama), saluran kencing, kelenjar Bartholini, dan kelenjar
Skene.
7) Orifisium Uretra
Lubang atau meatus uretra terletak pada garis tengah vestibulum, 1
sampai 1,5 cm di bawah arkus pubis dan dekat bagian atas liang
vagina. Meatus uretra terletak di dua pertiga bagian bawah uretra
terletak tepat di atas dinding anterior vagina.
8) Orifisium Vagina
Terletak dibagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup
lapisan tipis bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa
robekan.
9) Vagina
Vagina atau liang kemaluan merupakan suatu tabung yang dilapisi
membran dari jenis epithelium bergaris khusus, dialiri banyak
pembuluh darah dan serabut saraf. Panjang vagina dari vestibulum
sampai uterus adalah 7,5 cm. Bagian ini merupakan penghubung
antara introitus vagina dan uterus. Pada puncak vagina menonjol
leher rahim yang disebut porsio. Bentuk vagina sebelah dalam
berlipat – lipat disebut rugae. Vagina mempunyai banyak fungsi
yaitu sebagai saluran luar dari uterus yang dilalui secret uterus dan
aliran menstruasi, sebagai organ kopulasi wanita dan sebagai jalan
lahir.
10) Perinium
Perineum terletak diantara vulva dan anus, panjang perineum
kurang lebih 4 cm. Jaringan utama yang menopang perineum adalah
diafragma pelvis dan urogenital.
b. Alat Kelamin Dalam (Genetalian Interna)
Genetalia interna adalah alat reproduksi yang berada didalam dan tidak
dapat dilihat kecuali dengan cara pembedahan. Organ genetalia terdiri
dari
1) Rahim (Uterus)
Bentuk rahim seperti buah pir, dengan berat sekitar 30 gr. Terletak
di panggul kecil diantara rectum (bagian usus sebelum dubur) dan
di depannya terletak kandung kemih. Hanya bagian bawahnya
disangga oleh ligament yang kuat, sehingga bebas untuk tumbuh
dan berkembang saat kehamilan. Ruangan rahim berbentuk segitiga,
dengan bagian besarnya di atas. Dari bagian atas rahim (fundus) 14
terdapat ligament menuju lipatan paha (kanalis inguinalis), sehingga
kedudukan rahim menjadi kearah depan. Rahim juga merupakan
jalan lahir yang penting dan mempunyai kemampuan untuk
mendorong jalan lahir. Uterus terdiri dari :
a) Fundus uteri (dasar rahim) Bagian uterus yang terletak antara
pangkal saluran telur. Pada pemeriksaan kehamilan, perabaan
fundus uteri dapat memperkirakan usia kehamilan
b) Korpus uteri Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan,
bagian ini berfungsi sebagai tempat janin berkembang. Rongga
yang terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga
rahim.
c) Serviks uteri Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut
porsio, hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis
disebut ostium uteri internum. Lapisan – lapisan uterus meliputi
endometrium, myometrium, parametrium.
2) Tuba Fallopi
Tuba fallopi berasal dari ujung ligamentum latum berjalan kearah
lateral, dengan panjang sekitar 12cm. Tuba fallopi 15 merupakan
bagian yang paling sensitif terhadap infeksi dan menjadi penyebab
utama terjadinya kemandulan (infertilitas). Fungsi tuba fallopi
sangat vital dalam proses kehamilan, yaitu menjadi saluran
spermatozoa dan ovum, mempunyai fungsi penangkap ovum,
tempat terjadinya pembuahan (fertilitas), menjadi saluran dan
tempat pertumbuhan hasil pembuahan sebelum mampu
menanamkan diri pada lapisan dalam rahim.
3) Indung Telur (Ovarium)
Indung telur terletak antara rahim dan dinding panggul, dan
digantung ke rahim oleh ligamentum ovari proprium dan ke dinding
panggul oleh ligamentum infundibulopelvicum. Indung telur
merupakan sumber hormonal wanita yang paling utama, sehingga
mempunyai dampak kewanitaan dalam pengatur proses menstruasi.
Indung telur mengeluarkan telur (ovum) setiap bulan silih berganti
kanan dan kiri.

4) Parametrium (Penyangga Rahim)


Merupakan lipatan peritoneum dengan berbagai penebalan, yang
menghubungkan rahim dengan tulang panggul, lipatan atasnya
mengandung tuba fallopi dan ikut serta menyangga indung telur.
Bagian ini sensitif tehadap infeksi sehingga mengganggu fungsinya.
16 Hampir keseluruhan alat reproduksi wanita berada di rongga
panggul. Setiap individu wanita mempunyai bentuk dan ukuran
rongga panggul (pelvis) yang berbeda satu sama lain. Bentuk dan
ukuran ini mempengaruhi kemudahan suatu proses persalinan.
(Tambayong, 2002)
3. Etiologi
Kista ovarium merupakan jenis yang paling sering terjadi terutama
yang bersifat non neoplastik, seperti kista retensi yang berasal dari korpus
luteum. Tetapi di samping itu ditemukan pula jenis yang merupakan
neoplasma. Oleh karena itu kista ovarium dibagi dalam 2 golongan:
a. Non-neoplastik (fungsional)
1) Kista folikel
Kista ini berasal dari folikel yang menjadi besar semasa proses
atresia foliculi. Setiap bulan, sejumlah besar folikel menjadi mati,
disertai kematian ovum disusul dengan degenerasi dari epitel
folikel. Pada masa ini tampaknya sebagai kista-kista kecil. Tidak
jarang ruangan folikel diisi dengan cairan yang banyak, sehingga
terbentuklah kista yang besar, yang dapat ditemukan pada
pemeriksaan klinis. Tidak jarang terjadi perdarahan yang masuk ke
dalam rongga kista, sehingga terjadi suatu haematoma folikuler.
2) Kista lutein
Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang di luar
kehamilan. Kista lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal dari
17 corpus luteum haematoma. Perdarahan ke dalam ruang corpus
selalu terjadi pada masa vascularisasi. Bila perdarahan ini sangat
banyak jumlahnya, terjadilah corpus luteum haematoma, yang
berdinding tipis dan berwarna kekuning-kuningan. Secara perlahan-
lahan terjadi reabsorpsi dari unsur-unsur darah, sehingga akhirnya
tinggalah cairan yang jernih atau sedikit bercampur darah. Pada saat
yang sama dibentuklah jaringan fibroblast pada bagian dalam
lapisan lutein sehingga pada kista corpus lutein yang tua, sel-sel
lutein terbenam dalam jaringan-jaringan perut.
b. Neoplastik
Yang termasuk golongan ini ada 3 jenis:
1) Cystadenoma mucinosum
Jenis ini dapat mencapai ukuran yang besar. Ukuran yang terbesar
yang pernah dilaporkan adalah 328 pound. Tumor ini mempunyai
bentuk bulat, ovoid atau bentuk tidak teratur, dengan permukaan
yang rata dan berwarna putih atau putih kebiru-biruan.
2) Cystadenoma serosum
Jenis ini lebih sering terjadi bila dibandingkan dengan mucinosum,
tetapi ukurannya jarang sampai besar sekali. Dinding luarnya dapat
menyerupai kista mucinosum. Pada umumnya kista ini berasal dari
epitel permukaan ovarium (germinal ephitelium).
3) Kista dermoid
Tumor ini merupakan bagian dari teratoma ovary bedanya ialah
bahwa tumor ini bersifat kistik, jinak dan elemen yang menonjol
ialah eksodermal. Sel-selnya pada tumor ini sudah matang. Kista ini
jarang mencapai ukuran yang besar.
Penyebabnya saat ini belum diketahui secara pasti. Namun ada
salah satu pencetusnya yaitu faktor hormonal, kemungkinan faktor resiko
yaitu:
a. Faktor genetik/ mempunyai riwayat keluarga dengan kanker ovarium
dan payudara.
b. Faktor lingkungan (polutan zat radio aktif)
c. Gaya hidup yang tidak sehat
d. Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron, misalnya akibat
penggunaan obat-obatan yang merangsang ovulasi dan obat pelangsing
tubuh yang bersifat diuretik.
e. Kebiasaan menggunakan bedak tabur di daerah vagina
(Wiknjosastro, 2005)

4. Patofisiologi
Banyak tumor tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor
ovarium yang kecil. Sebagian besar gejala dan tanda yaitu akibat dari
pertumbuhan, aktivitas endokrin dan komplikasi tumor.
a. Akibat pertumbuhan
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan
pembenjolan perut. Tekanan terhadap alat – alat disekitarnya
disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Apabila
tumor mendesak kandung kemih dan dapat menimbulkan gangguan
miksi, sedangkan kista yang lebih besar tetapi terletak bebas di rongga
perut kadang – kadang hanya menimbulkan rasa berat dalam perut serta
dapat juga mengakibatkan obstipasi edema pada tungkai.
b. Akibat aktivitas hormonal
Tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor itu sendiri
mengeluarkan hormon.
c. Akibat Komplikasi
1) Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit – sedikit sehingga berangsur – angsur
menyebabkan pembesaran luka dan hanya menimbulkan gejala –
gejala klinik yang minimal. Akan tetapi kalau perdarahan terjadi
dalam jumlah yang banyak akan menimbulkan nyeri di perut.
2) Putaran Tangkai
Terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih.
Adanya putaran tangkai menimbulkan tarikan melalui ligamentum
infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietal dan ini
menimbulkan rasa sakit.
3) Infeksi pada tumor
Terjadi jika di dekat tumor ada sumber kuman pathogen. Kista
dermoid cenderung mengalami peradangan disusul penanahan.
4) Robek dinding Kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat
trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering pada
saat persetubuhan. Jika robekan kista disertai hemoragi yang timbul
secara akut, maka perdarahan bebas berlangsung ke uterus ke dalam
rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus
disertai tanda – tanda abdomen akut.
5) Perubahan keganasan
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis
yang seksama terhadap kemungkinn perubahan keganasan. Adanya
asites dalam hal ini mencurigakan. (Wiknjosastro,2005)
Kista dermoid adalah tumor yang diduga berasal dari bagian ovum
yang normalnya menghilang saat maturasi. Asalnya tidak teridentifikasi
dan terdiri atas sel – sel embrional yang tidak berdiferensiasi. Kista ini
tumbuh dengan lambat dan ditemukan selama pembedahan yang
mengandung material sebasea kental, berwarna kuning, yang timbul dari
lapisan kulit. Kista dermoid hanya merupakan satu tipe lesi yang dapat
terjadi. Banyak tipe lainnya dapat terjadi dan pengobatannya tergantung
pada tipenya. (Smeltzer and Bare, 2001)
Pathways

Neoplastik
Genetik Non Neoplastik
Bahan karsinogik Peradangan

Pertumbuhan abnormal di el ovarium

Menekan jaringan
Membentuk kista ovarium sekitar ovarium
blader, usus

Menginvasi jaringan Bendungan darah dalam kista


sekitar ovarium

Nekrosis hemoragik dalam tumor

Perdarahan Gangguan pola


eliminasi
Robekan dinding kista Obstipasi
Resti kekurangan vol cairan Peting oedem

Implantasi sel kista pada peritonium Peradangan skunder


peritonium
Perlekatan pada rongga perut
(pseudomiksoma peritoni) ileus, inisiasi
usus, divertikuli usus Resti Hipertermi

Obstruksi usus

Perubahan pola elminasi


5. Manifestasi Klinis
Kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak memiliki gejala.
Namun kadang – kadang kista dapat menyebabkan beberapa masalah
seperti :
a. Bermasalah dalam pengeluaran urin secara komplit
b. Nyeri selama hubungan seksual
c. Masa di perut bagian bawah dan biasanya bagian – bagian organ tubuh
lainnya sudah terkena.
d. Nyeri hebat saat menstruasi dan gangguan siklus menstruasi
e. Wanita post monopouse : nyeri pada daerah pelvik, disuria, konstipasi
atau diare, obstruksi usus dan asietas.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor
berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan sifat-sifat tumor
itu.
b. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor apakah
tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah
tumor kistik atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan
dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
c. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi
dalam tumor.
d. Parasentesis
Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna menentukan sebab
asites. Perlu diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemari
cavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk
(Wiknjosastro, 2005).
7. Penatalaksanaan
a. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui
tindakan bedah, misal laparatomi, kistektomi atau laparatomi
salpingooforektomi.
b. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan
menghilangkan kista.
c. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista
ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen
dengan satu pengecualian penurunan tekanan intra abdomen yang
diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah
pada distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah dengan
memberikan gurita abdomen sebagai penyangga.
d. Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang
pilihan pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan
kenyamanan seperti kompres hangat pada abdomen atau teknik
relaksasi napas dalam, informasikan tentang perubahan yang akan
terjadi seperti tanda – tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi
( Lowdermilk.dkk. 2005).
e. Jenis – jenis anestesi
Anestesi adalah suatu tindakan untuk menghilangkan kesadaran disertai
hilangnya sakit yang sifatnya sementara. Anestesi ada setiap keadaan
membawa masalah – masalah tersendiri sesuai dengan kondisi
penderita, sebab obat – obat anestesi bersifat mendepresi kerja organ –
organ vital (Joyce L, 1996)
f. Proses penyembuhan luka operasi pengangkatan kista adalah sama
dengan yang lainnya. Perbedaan terjadi menurut waktu pada tiap-tiap
fase penyembuhan dan waktu granulasi jaringan (Sjamsuhidayat, 2001).
1) Fase penyembuhan luka:
a) Fase inflamasi
Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai
kirakira hari ke lima. Pembuluh darah yang terputus pada luka
akan menyebabkan perdarahan dan tubuh akan berusaha
menghentikanya dengan vasokontriksi, penerutan ujung
pembuluh yang putus (retraksi), dan reaksi hemostasis. Sel
dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamin yang
meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi,
penyerbukan sel radang, disertai vasodilatasi yang
menyebabkan udem dan pembengkakan. Tanda dan gejala klinis
reaksi radang menjadi jelas yang berupa warna kemerahan
karena kapiler melebar (rubor), rasa hangat (kalor), nyeri
(dolor), dan pembengkakan (tumor).
b) Fase ploriferatif
Fase ploferatif disebut juga fase fibroplasia karena yang
menonjol adalah proses proliferasi fibroblast. Fase ini
berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira-kira akhir
minggu tiga. Pada fase ini serat-serat dibentuk dan dihancurkan
kembali untuk penyesuaian diri dengan tegangan pada luka yang
cenderung mengerut. Bersama dengan sifat kontraktil
miofibroblast, menyebabkan tarikan pada tepi luka. Kekuatan
regangan mencapai 25% jaringan normal.
Fase fibroplasia ini, luka akan dipenuhi sel radang, fibroblast,
dan kalogen, membentuk jaringan berwarna kemerahan dengan
permukaan yang menonjol halus yang disebut jaringan
granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri atas sel basal terlepas dari
dasarnya dan berpindah mengisi permukaan luka. Tempatnya
kemudian diisi oleh sel baru yang terbentuk dari proses mitosis.
Proses migrasi ini baru berhenti setelah epitel saling menyentuh
dan menutup seluruh permukaan luka, proses fibroplasia dengan
pembentukan jaringan granulasi juga akan berhenti dan
mulailah proses pematangan dalam fase penyembuhan
c) Fase penyudahan
Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terjadi atas
penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai
dengan gaya gravitasi, dan akhirnya perupaan kembali jaringan
yang baru terbentuk. Fase ini dapat berlangsung berbulan-bulan
dan dinyatakan berakhir kalau semua tanda radang sudah
lenyap. Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang
menjadi abnormal karena proses penyembuhan. Udema dan sel
radang diserap, sel muda menjadi matang, kapilerbaru menutup
dan diserap kembali, kalogen yang berlebih diserap dan sisanya
mengerut sesuai dengan regangan yang ada.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Data
yang terkumpul dari pasien, pengkajian terdiri dari pengumpulan,
pengelompokan data, analisa data dan perumusan diagnosa
keperawatan.
a. Pengumpulan Data
1) Identitas
a) Identitas Klien
Identitas klien meliputi nama, umur,
agama, pendidikan, pekerjaan, suku, status
perkawinan, diagnosa medis, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, no medrek dan alamat.
b) Identitas Penanggung jawab
Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku dan
alamat.
2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Keluhan yang diungkapkan saat dilakukan pengkajian
dengan menggunakan metode PQRST :
P : Provokatif atau paliatif yang menyebabkan nyeri
dirasakan.
Q : Kualitas nyeri yang dirasakan, apakah tertusuk,
kram, kaku, terjepit, atau tertekan.
R : Region, nyeri yang dirasakan mempengaruhi
system tubuh atau tidak seperti nadi, tekanan
darah, pernafasan, serta apakah mempengaruhi
aktifitas selama perubahan posisi atau nyeri
dirasakan menjalar ke area lain.
S : Saverity, nyeri dirasakan hebat. Menengah –
sedang, atau sedikit, tentukan dengan
menggunakan skala 0 – 10
T : Time, apakah nyeri secara khas terus – menerus,
cepat hilang dan dirasakan menetap.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Perjalanan penyakit klien sebelum, selama perjalanan dan
sesampainya di rumah sakit hingga saat dilakukan
pengkajian. Tindakan yang dilakukan sebelumnya, dan
pengobatan yang didapat setelah masuk rumah sakit.
c) Riwayat Menstruasi
Kaji menarche, siklus menstruasi, banyaknya haid yang
keluar, keteraturan menstruasi, lamanya, keluhan yang
menyertai.
d) Riwayat Obstetri
Kaji tanggal partus, umur hamil, jenis partus, tempat
penolong, jenis kelamin bayi, berat dan panjang badan bayi,
masalah yang terjadi saat hamil, lahir, nifas dan keadaan
bayi yang dilahirkan.
e) Riwayat Keluarga Berencana
Kaji penggunaan KB pada klien, jenis kontrasepsi yang
digunakan, sejak kapan penggunaan alat kontrasepsi,
adakah masalah yang terjadi dengan alat kontrasepsi.
f) Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan penyakit yang pernah dialami dan berhubungan
dengan sistem reproduksi, dan riwayat pengobatan klien.
g) Riwayat pernikahan
Kaji usia pernikahan, lamanya pernikahan, dan pernikahan
yang keberapa.
h) Riwayat seksual
Kaji usia pertama kali klien melakukan hubungan seksual,
frekuensi perminggu, respon pasca hubungan seksual :
Nyeri / perdarahan / tidak ada keluhan.
i) Riwayat kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga yang mempunyai penyakit
yang sama, penyakit keturunan atau riwayat penyakit
menular.
j) Riwayat kebiasaan sehari – hari
(1) Personal hygiene
Kaji kebiasaan personal hygiene klien meliputi keadaan
kulit, rambut, mulut dan gigi, pakaian, kuku, vulva
hygiene.
(2) Pola makan
Kaji pola makan klien meliputi kebiasaan makan klien
dalam porsi makan, frekuensi makan, nafsu makan,
sumber dan jenis makanan yang di sukai dan makanan
yang tidak disukai, alergi makanan, serta kaji kebiasaan
minum klien.
(3) Pola eliminasi
(a) BAB
Kaji frekuensi, warna, bau, konsistensi, dan keluhan
saat BAB.
(b) BAK
Kaji frekuensi, warna, bau dan keluhan saat
berkemih.
(4) Pola aktifitas dan latihan
Kaji kegiatan dalam pekerjaan dan kegiatan diwaktu
luang sebelum dan selama dirawat di rumah sakit.
(5) Pola tidur dan istirahat
Kaji waktu, lama tidur/ hari, kebiasaan pengantar tidur,
kebiasaan saat tidur, dan kesulitan dalam tidur.
k) Riwayat penggunaan zat
Kaji kebiasaan dan lama penggunaan rokok, minuman
alkohol, dan obat – obatan.
l) Riwayat sosial ekonomi
Kaji pendapatan perbulan, hubungan sosial, dan hubungan
dalam keluarga.
m) Riwayat psiko sosial dan spiritual
(1) Psikososial
Respon klien terhadap penyakit yang diderita saat ini,
dan mekanisme koping klien.
(2) Spiritual
Kaji kegiatan keagamaan klien yang sering dilakukan di
rumah dan di rumah sakit.
3) Pemeriksaan Fisik
Kaji keadaan umum, kesadaran, berat badan atau tinggi badan
dan tanda – tanda vital.
a) Kepala
Kaji adanya keluhan pusing atau sakit kepala, warna
rambut, keadaan, distribusi rambut, dan kebersihan rambut.
b) Mata
Kaji kesimetrisan mata, warna konjungtiva, sklera, kornea,
dan fungsi penglihatan.
c) Hidung
Kaji kesimetrisan, keadaan kehersihan hidung, dan fungsi
penciuman.
d) Mulut
Kaji kelembaban mukosa mulut dan bibir, keadaan gigi,
fungsi pengecapan, keadaan mulut dan fungsi menelan.
e) Telinga
Kaji adanya kelainan bentuk, keadaan, dan fungsi
pendengaran.
f) Leher
Kaji adakah pembekakan, pembesaran kelenjar tiroid,
distensi vena jugularis, pebesaran kelenjar getah bening.
g) Daerah dada
Kaji adanya keluhan sesak nafas, bentuk, nyeri dada,
auskultasi suara jantung, bunyi jantung, frekuensi nadi, dan
tekanan darah.
h) Abdomen
Kaji adanya massa pada abdomen, distensi, bising usus,
bekas luka, nyeri tekan, karakteristik nyeri, kondisi hepar
dan kandung kemih.
i) Genitalia Eksterna
Kaji adanya pengeluaran sekret dan perdarahan, warna,
bau, keluhan gatal dan kebersihan.
j) Anus
Kaji adanya keluhan konstipasi, dan inspeksi
adanya hemoroid eksterna.
k) Ektremitas
Kaji kekuatan otot, varises, kontraktur pada persendian,
refleks - refleks, dan kesulitan pergerakan.
4) Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium pemeriksaan darah lengkap
(Hemoglobin, hematokrit, lekosit)
b) Terapi : terapi yang diberikan pre operasi baik injeksi
maupun peroral sesuai program dari dokter
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Doengoes (2000) diagnosa yang mungkin muncul adalah :
a. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d adanya massa intra abdomen,
perjalanan proses penyakit.
b. Gangguan rasa aman : cemas b.d krisis situasi, acaman pada
konsep diri, transmisi atau kontak interpersonal kebutuhan tidak
terpenuhi.
c. Resti kekurangan cairan b.d adanya perdarahan intra peritonial.
d. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan b.d tidak mengenal / kurang informasi.
e. Perubahan eliminasi b.d penekanan jaringan usus.

Menurut Tarwoto, dkk (2008) diagnose keperawatan yang mungkin


muncul pada klien dengan Anemia adalah :
a. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
intake yang tidak adekuat.
b. Gangguan perfusi jaringan tubuh b.d tidak adekuatnya sirkulasi
darah.
c. Intoleransi aktifitas b.d penurunan kardiak output sekunder
penurunan sirkulasi darah.
d. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang
penatalaksanaan anemia.

3. Rencana Keperawatan
Menurut Doengoes, alih bahasa Ester (2000) adalah :
a. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan adanya massa.
Tujuan : rasa nyaman terpenuhi dan tidak terasa nyeri
Kriteria :
1) Mengungkapkan berkurangnya nyeri.
2) Tampak rileks, mampu tidur/istirahat dengan tepat.

No. Intervensi Rasional


1. Tentukan riwayat nyeri, mis., Informasi memberikan data
lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dassar untuk mengevaluasi
dan intensitas (skala 0-10), dan kebutuhan/efektifitas intervensi.
tindakan penghilangan yang
digunakan.
2. Evaluasi/sadari terapi tertentu Pada banyak klien, nyeri dapat
mis., pembedahan, radiasi, menyebabkan gelisah serta dapat
kemoterapi, bioterpi. Ajarkan meningkatkan TD dan nadi.
pasien atau orang terdekat apa
yang diharapkan.
3. Berikan tindakan kenyamanan Meningkatkan relaksasi dan
dasar (mis., reposisi, gosokan membantu memfokuskan kembali
punggung) dan aktifitas hiburan perhatian.
(mis., musik, televisi).
4. Dorong penggunaan Memungkinkan pasien untuk
keterampilan manajemen nyeri berpartisipasi secara aktif dan
(mis., teknik relaksasi, meningkatkan rasa kontrol.
visualisasi, bimbingan
imajinasi), tertawa, musik, dan
sentuhan terpeutik.
5. Evaluasi penghilangan nyeri / Tujuannya adalah kontrol nyeri
kontrol. Nilai aturan pengobatan maksimum dengan pengaruh
bila perlu. minimum pada AKS.
6. Kembangkan rencana Rencana terorganisasi
manajemen nyeri dengan pasien mengembangkan kesempatan
dan dokter. untuk kontrol nyeri.
7. Berikan analgesik sesuai Saat perubahan penyakit /
indikasi. pengobatan terjadi, penilaian
dosis dan pemberian akan
diperlukan.
8. Anjurkan penggunaan Kontrasepsi oral dapat
kontrasepsi oral. (Olds. Selly B., menghambat pertumbuhan sel
dkk, 2004) kanker.
9. Lakukan observasi Kista akan ruptur atas diri mereka
selama sebulan atau dua bulan. sendiri dan tak berbahaya,
(Olds. Selly B., dkk, 2004) Tindakan laparatomi bertujuan
untuk pengangkatan massa pada
ovarium yang tidak ruptur dan
dengan pertumbuhan cepat.

b. Gangguan rasa aman : cemas berhubungan dengan ancaman pada


konsep diri, kebutuhan tidak terpenuhi
Tujuan : Rasa aman klien terpenuhi : cemas hilang
Kriteria :
1) Mengungkapkan kesadaran akan perasaan
2) Kelihatan rilek, dapat tidur/istirahat dengan benar
No. Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat kecemasan klien Untuk mengetahui tingkat
dan sumber masalah. kecemasan ringan, sedang atau
berat sehingga memudahkan
untuk menentukan intervensi.
2. Dorong klien untuk Klien akan merasa lega setelah
mengungkapkan perasaan. mengungkapkan perasaan.
3. Bantu klien atau pasangan dalam Membantu memfasilitasi
mengidentifikasi mekanisme adaptisi yang positip terhadap
koping yang lazim dan peran baru : mengurangi
berkembang strategi koping baru perasaan ansietas.
jika dubutuhkan.
4. Berikan informasi yang akurat Khayalan yang disebabkan oleh
tentang keadaan klien. kurangnya informasi atau
kesalah fahaman dapat
meningkatkan tingkat
kecemasan.

c. Resti kekurangan cairan b.d adanya perdarahan intra peritonial


Tujuan : Kebutuhan cairan klien dapat terpenuhi
Kriteria : Menunjukan keseimbangan cairan yang dibuktikan dengan TTV
klien stabil, mukosa lembab, dan turgor kulit baik.

No. Intervensi Rasional


1. Awasi tanda – tanda Vital Perubahan Td dan nadi dapat
digunakan untuk perkiraan kasar
kehilangan darah. Hipotensi
postural menunjukan penurunan
volume sirkulasi.
2. Catat respon fisiologis Memburuknya gejala dapat
individual pasien terhadap menunjukan berlajutnya
perdarahan. Mis., ansietas, perdarahan atau tidak
pucat, berkeringat, takipnea, adekuatnya penggantian cairan.
peningkatan suhu.
3. Berikan cairan/darah sesuai Penggantian cairan tergantung
indikasi. pada derajat hipovolemia dan
lamanya perdarahan (akut atau
kronis).
4. Awasi pemeriksaan laboratorium Alat untuk menentukan
mis.,: Hb/Ht, jumlah sel darah kebutuhan penggantian darah
merah (SDM). dan mengawassi keefektifan
terapi.

Menurut Tarwoto, dkk (2008) rencana asuhan keperawatan pada klien


dengan Anemia adalah :
a. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
intake yang tidak adekuat.
Tujuan : kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi
Kriteria :
1) Nafsu makan meningkat
2) Pola makan yang adekuat
3) Berat badan normal
4) Hb normal

No Intervensi Rasional
1. Kaji kebiasaan makan pasien. Kebiasaan makan pasien menentukan
asupan makanan pasien.
2. Kaji kembali penyebab Validasi data untuk menentukan
gangguan kebutuhan nutrisi. intervensi lebih lanjut.
3. Timbang berat badan setiap 3 Berat badan sebagai salah satu
hari jika kondisi pasien indikator gangguan nutrisi.
memungkinkan.
4. Identifikasi makanan kesuaan Meningkatkan nafsu makan dan
pasien dan berikan makanan meningkatkan asupan makanan.
kesukaannya selama tidak
bertentangan dengan program
diet.
5. Berikan makanan dalam Meningkatkan nafsu makan.
keadaan hangat, bersih.
6. Bantu pasien makan jika tidak Memenuhi kebutuhan nutrisi.
mampu melakukannya sendiri.
7. Observasi tekanan darah, nadi Tekanan darah yang rendah salah
setiap 4 jam. satu indikator kekurangan nutrisi.
8. Observasi secara rutin setiap Menentukan perkembangan status
hari tanda – tanda kekurangan nutrisi.
nutrisi : kojungtiva, sclera,
tonus otot, LLA.
9. Catat intake makanan pasien. Menilai kebutuhan nutrisi pasien.
10. Monitor Hb Albumin dengan Menentukan perkembangan status
kolaborasi medis. pasien.
11. Laksanakan program Meningkatkan asupan makanan
pengobatan seperti pemberian pasien.
vitamin, obat anti emetic, obat
peningkatan nafsu makan.
12. Lakukan oral hygine. Meningkatkan nafsu makan.
13. Kolaborasi dalam pemasangan Meningkatkan intake makanan.
NGT.
14. Berikan pendidikan kesehatan Meningkatkan pengetahuan.
tentang anemia, diet.

b. Gangguan perfusi jaringan tubuh b.d tidak adekuatnya sirkulasi


darah.
Tujuan : menunjukan perfusi jaringan yang adekuat
Kriteria :
1) Nyeri kepala berkurang atau hilang
2) Tekanan darah dan nadi normal
3) Ekstremitas hangat.

No Intervensi Rasional
1. Kaji kembali tanda – Data dasar untuk menentukan
tanda perfusi jaringan perkembangan status pasien
2. tubuh. Merupakan indiukasi
Observasi keadaan kulit : gangguan perfusi jaringan.
suhu, turgor, kelembaban
3. setiap hari. Adekuatnya nutrisi akan
Catat intake nutrisi. meningkatkan nilai Hb dan
eritrosit.
4. Gangguan perfusi biasanya
Ukur tanda vital setiap 8 didapatkan penurunan tekanan
jam : tekanan darah, darah, peningkatan
5. pernafasan, nadi dan pernafasan.
suhu. Jalan nafas yang efektif
Kaji dan observasi jalan mempermudah masuknya
6. nafas pasien. oksigen kedalam paru – paru.
Pengisian kapiler menentukan
7. Observasi capilary refill efektif tidaknya perfusi
pasien setiap 8 jam. jaringan.
8. Atur posisi pasien dengan Meningkatkan keefektifan
semifowler. pernafasan.
9. Berikan oksigen sesuai Meningkatkan suplai oksigen.
program.
10 Observasi darah lengkap Hb berfungsi mengangkut
dan Hb. oksigen keseluruh jaringan.
11. Lakukan latihan Meningkatkan sirkulasi darah.
ekstremitas sesuai
12. kemampuan Meningkatkan eritrosit dan
Kolaborasi dalam Hb.
pemberian transfusi
darah. Fungsi pernafasan dan
Kaji fungsi pernafasan kardiovaskuler merupakan
dan kardiovaskular organ yang penting dalam
dengan kolaborasi tim pengangkutan oksigen.
medis.

c. Intoleransi aktivitas b.d penurunan kardiak output sekunder


penurunan sirkulasi darah.
Tujuan : Klien mampu melakukan aktivitas
Kriteria :
1) Sesak nafas berkurang
2) Ekstremitas kuat
3) Turgor kulit normal

No. Intervensi Rasional


1. Jelaskan tentang Pasien memahami keadaannya
intoleransi aktifitas yang sehingga lebih kooperatif dalam
terjadi dan tanda – perawatan.
2. tandanya. Istirahat mengurangi beban
Kaji kemampuan aktivitas kerja jantung.
pasien, lakukan istirahat
3. secara berkala. Memonitor komplikasi selama
Ukur tekanan darah aktifitas.
pernafasan dan nadi
4. sebelum dan sesudah Meningkatkan kadar
aktifitas. haemoglobin.
5. Berikan diet tinggi kalori,
tinggi protein. Salah satu indikator sirkulasi
6. Monitor hemoglobin dan darah.
hemotokrit.
Kolaborasi dalam Meningkatkan Hb dan sirkulasi
pemberian transfusi darah. darah.

d. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang


penatalaksanaan anemia.
Tujuan : Pengetahuan klien meningkat
Kriteria :
1) Klien mengerti tentang penatalaksanaan anemia.
2) Pasien kooperatif

No. Intevensi Rasional


1. Kaji ulang pengetahuan Data dasar dalam perencanaan.
pasien tentang anemia.
2. Jelaskan tentang anemia dan Meningkatkan pengetahuan pasien
penatalaksanaanya. tentang anemia.
3. Berikan kesempatan pada Meningkatkan pemahaman pasien.
pasien untuk menanyakan hal
– hal yang tidak jelas.
4. Berikan respon positif Pesien merasa dihargai.
terhadap reaksi pasien.
5. Berikan pujian jika pasien Meningkatkan harga diri pasien.
merespon positif.

Anda mungkin juga menyukai