Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN

PENETRANT TEST

Disusun Oleh :
Nadya Shintadevi (0517040034)
Safika Nur Izzah (0517040048)
Dhany Sembiring (0517040053)
Hisyam Irdiansyah (0517040055)

PROGRAM STUDI TEKNIK KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA
JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. TUJUAN
1.1.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan pengujian Non-destructive
test dengan Liquid Penetrant.
1.1.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu menjelaskan syarat-syarat suatu
komponen yang dapat diuji dengan Liquid penetran dan mampu
menjelaskan jenis-jenis diskontinyuitas yang mampu dideteksi
dengan Liquid Penetran.

1.2. DASAR TEORI


Pengevaluasian atau inspeksi terhadap suatu diskontinyuitas pada
konstruksi yang menggunakan material logam, sebaiknya dilakukan secara
rutin, untuk mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja, dan juga akan
mempermudah perawatannya. Untuk melakukan pengevaluasian atau
inspeksi tersebut diperlukan suatu metoda pengujian yang sekiranya mampu
mendeteksi keberadaan diskontinyuitas pada suatu logam material.
Uji liquid penetrant merupakan salah satu metoda pengujian jenis
NDT (Non-Destructive Test) yang relatif mudah dan praktis untuk
dilakukan. Uji liquid penetran ini dapat digunakan untuk mengetahui
diskontinyuitas halus pada permukaan seperti retak, berlubang atau
kebocoran. Pada prinsipnya metoda pengujian dengan liquid penetrant
memanfaatkan daya kapilaritas.
Liquid penetrant dengan warna tertentu (merah) meresap masuk
kedalam diskontinyuitas, kemudian liquid penetrant tersebut dikeluarkan
dari dalam diskontinyuitas dengan menggunakan cairan pengembang
(developer) yang warnanya kontras dengan liquid penetrant (putih).
Terdeteksinya diskontinyuitas adalah dengan timbulnya bercak-bercak
merah (liquid penetrant) yang keluar dari dalam diskontinyuitas

45
Diskontinyuitas yang mampu dideteksi dengan pengujian ini adalah
diskontinyuitas yang bersifat terbuka dengan prinsip kapilaritas seperti pada
gambar . Deteksi diskontinyuitas dengan cara ini tidak terbatas pada
ukuran, bentuk arah diskontinyuitas, struktur bahan maupun komposisinya.
Liquid penetrant dapat meresap kedalam celah diskontinyuitas yang sangat
kecil. Pengujian penetrant tidak dapat mendeteksi kedalaman dari
diskontinyuitas. Proses ini banyak digunakan untuk menyelidiki keretakan
permukaan (surface cracks), kekeroposan (porosity), lapisan-lapisan bahan,
dll. Penggunaan uji liquid penetrant tidak terbatas pada logam ferrous dan
non ferrous saja tetapi juga pada ceramics, plastic, gelas, dan benda-benda
hasil powder metalurgi.

Gambar 1.1 Proses Kapilaritas pada spesimen uji

Penggunaan uji liquid penetrant ini sangat terbatas, misalnya:


1. Keretakan atau kekeroposan yang ada dapat dideteksi jika keretakan
tersebut merembat hingga ke permukaan benda. Sedangkan keretakan
yang ada dibawah permukaan benda, tidak akan terdeteksi dengan
menggunakan metoda pengujian ini.
2. Pada permukaan yang terlalu kasar atau berpori-pori juga dapat
mengakibatkan indikasi palsu.
3. Metoda pengujian ini tidak dianjurkan untuk menyelidiki benda-benda
hasil hasil metallurgy yang kurang padat.

46
Klasifikasi liquid penetrant sesuai cara pembersihannya
Liquid penetrant bila dilihat dari cara pembersihannya dapat
diklasifikasikan menjadi tiga macam metoda dan ketiganya memiliki
perbedaan yang mencolok. Pemilihan salah satu system bergantung pada
faktor-faktor :

1) Kondisi permukaan benda kerja yang diselidiki


2) Karakteristik umum discuntinuity/keretakan logam
3) Waktu dan tempat penyelidikan
4) Ukuran benda kerja

Metoda pengujian liquid penetran ini diklasifikasikan sesuai


dengan cara pembersihannya, yaitu:
1. Water Washable Penetrant System
Sistem liquid penetrant ini dapat berupa fluorescent. Proses
pengerjaannya cepat dan efisien. Pembilasan harus dilakukan secara
hati-hati, karena liquid penetran dapat terhapus habis dari permukaan
diskontinyuitas.
2. Post Emulsifible System
Biasa digunakan untuk menyelidiki keretakan yang sangat kecil,
menggunakan penetrant yang tidak dapat dibasuh dengan air. Penetrant
jenis ini dilarutkan dengan solvent dan membutuhkan langkah tambahan
pada saat penyelidikan yaitu pembubuhan emulsifier yang dibiarkan
pada permukaan spesimen.
3. Solvent Removable System
Solvent removable sistem digunakan pada saat pre cleaning dan
pembasuhan penetrant. Penetrant jenis ini larut dalam solvent.
Pembersihan penetrant secara optimum dapat dicapai dengan cara
mengelap permukaan benda kerja dengan lap yang telah dilembabkan
dengan solvent. Tahap akhir dari pengelapan dilakukan dengan
menggunakan kain kering. Penetrant juga dapat dihilangkan dengan
cara membanjiri permukaan benda kerja dengan solvent.

47
Klasifikasi liquid penetrant berdasarkan pengamatannya
Berdasarkan pengamatannya ada tiga jenis liquid penetrant, yaitu:
1. Visible Penetrant
Pada umumnya visible penetrant berwarna merah. Hal ini ditunjukkan
pada penampilannya uang contrast terhadap latar belakang warna
developernya. Proses ini tidak membutuhkan pencahayaan ultra
violet, tetapi membutuhkan cahaya putih minimal 1000 lux untuk
pengamatan.
2. Fluorescent Penetrant
Liquid penetrant ini adalah yang dapat berkilau bila disensivitas
fluorescent penetrant bergantung pada kemampuannya untuk
menampilkan diri terhadap cahaya ultra violet yang lemah pada
ruangan yang gelap.
3. Dual Sensitivity Penetrant
Pada system ini, specimen mengalami dua kali pengamatan, satu kali
pengujian yaitu visible penetrant dan fluorescent penetrant, sehingga
dengan dual sensitivity dapat diperoleh hasil dengan ketelitian yang
lebih tinggi dan akurat.

Acceptance Criteria
Dalam uji ini material dapat dinyatakan memiliki cacat yang harus
direject apabila material tersebut secara umum memiliki ukuran cacat yang
lebih dari 1,6mm. dan material tersebut dapat diterima apabila
permukaannya bebas dari :
1. Linier indication
Suatu cacat dikatakan memiliki indikasi linier apabila pada cacat
tersebut memiliki panjang lebih dari 3 kali lebarnya.
2. Rounded indication
Suatu cacat dikatakan memiliki indikasi lingkaran apabila pada
cacat tersebut memili panjang kurang dari 3 kali lebarnya.
o Material tersebut akan direject apabila memiliki panjang atau lebar

48
indikasi lingkaran lebih dari 4,8 mm.
o Material tersebut akan direject apabila memiliki 4 atau lebih
indikasi lingkaran yang tersusun dalam satu baris, dengan jarak
antara indikasi lingkaran kurang dari 1,6 mm. Maka, apabila
permukaan suatu material bebas dari kedua indikasi yang telah
disebutkan di atas, material tersebut dapat diterima.

49
BAB II
METODOLOGI

2.1. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan dalam pengujian ini adalah :
2.1.1. Alat
a. Penggaris
b. Kain dan Tissue
c. Kamera
d. Timer (Stop Watch)
e. Lampu
f. Light meter

2.1.2. Bahan
a. Spesiment uji berupa crank shaft dan Weld part
b. Cleaner (SKC – S Magnaflux)
c. Liquid Penetrant (SKL – SP 1 Magnaflux)
d. Developer (SKD – S2)

Gambar 2.1 Cleaner (kiri), Liquid Penetrant (Tengah) dan Developer


(kanan)

50
2.2. PROSEDUR PENGUJIAN
2.2.1 Menentukan Teknik Uji Liquid Penetrant
Sebelum pengujian dilakukan ditentukan terlebih dahulu teknik
yang digunakan dalam Liquid Penetrant Test, yaitu dengan
menggunakan Solvent Removable System. Solvent removable sistem
digunakan pada saat pre cleaning dan pembasuhan penetrant.
Penetrant jenis ini larut dalam oli. Pembersihan penetrant secara
optimum dapat dicapai dengan cara mengelap permukaan benda kerja
dengan lap yang telah dilembabkan dengan solvent. Tahap akhir dari
pengelapan dilakukan dengan menggunakan kain kering. Pengujian
kemudian dilakukan dengan menggunakan material uji berupa Weld
part.

2.2.2 Pre Cleaning


Pertama-tama sebelum dilakukan pengujian liquid penetrant,
specimen (weld part) dibersihkan terlebih dahulu dengan cara
mengelap permukaan menggunakan kain lap, kemudian kain lap yang
lebih bersih dibasahi dulu dengan cleaner lalu digosokkan pada
spesimen untuk membersihkan spesimen dari kotoran, oli, lemak-
lemak, dll kemudian specimen disemprot dengan cleaner kemudian
material uji di-lap hingga benar-benar bersih.

Gambar 2.2 Pre Cleaning

51
2.2.3 Penentuan Dwell Time
Sebelum dilakukan penyemprotan liquid penetrant terlebih dahulu
ditentukan Dwell Time yang digunakan untuk proses penetrasi liquid
penetrant dengan baik. Dwell Time ditentukan dengan dua
pertimbangan, yang pertama ditentukan dari bahan penetrant tersebut,
dan yang kedua menggunakan table standard dari ASME 2001 section
V article 6, berdasarkan bahan yang digunakan. Karena material
ujinya berupa baja maka Dwell Time minimumnya adalah 5 menit.

2.2.4 Aplikasi Liquid Penetrant


Setelah itu dilakukan penyemprotan liquid penetrant ke material
uji dengan Dwell Time 5 menit yang ditujukan agar diperoleh
penetrasi liquid penetrant yang baik. Selain itu juga warna liquid
penetrant yang digunakan berbeda (kontras) dengan warna developer
yang digunakan supaya dapat diketahui secara visual diskontinyuitas
yang ada.

Gambar 2.3 Aplikasi Liquid Penetrant

52
2.2.5 Cleaning sisa penetrant
Setelah liquid penetrant disemprotkan, dan dengan menggunakan
Dwell Time 5 menit, liquid penetrant yang ada di daerah spesiment
yang akan diamati, dibersihkan dengan menggunakan solvent.
Caranya yaitu dengan mengelap permukaan spesiment dengan kain
yang telah dilembabkan dengan solvent dengan arah searah. Perhatian
kain yang digunakan harus bersih karena dikhawatirkan kotoran yang
ada pada kain akan menempel pada spesimen uji.

2.2.6 Aplikasi Developer


Setelah 5 menit liquid penetrant yang telah disemprotkan pada
material uji dibersihkan bagian atasnya (permukaannya) dengan
menggunakan lap kering. Setelah itu agar permukaan material uji lebih
bersih dari liquid penetrant maka permukaan material uji dibersihkan
dengan lap ataupun kertas penyerap yang dilembabkan dengan cleaner
untuk membersihkan permukaan spesimen hingga tidak ada lagi sisa
penetrant yang ada kecuali yang meresap di dalam diskontinyuitas.
Sebelum diberi (disemprotkan) developer terlebih dahulu dilihat
Dwell Time dari developer yang digunakan. Dwell Time dari
developer yaitu minimum 10 menit. Setelah itu barulah disemprotkan
ke material uji dengan jarak penyemprotan ± 25 centimeter sehingga
diperoleh penyemprotan yang rata ke seluruh permukaan material uji.

Gambar 2.5 Aplikasi Developer

53
2.2.7 Evaluasi
Setelah spesiment disemprot dengan liquid penetrant dengan rata,
kemudian ditunggu selama 15 menit hingga benar-benar diperoleh
hasil yang baik lalu kita mengamati adanya warna liquid penetrant
yang tampak karena terangkat keluar kepermukaan oleh developer.
Warna yang tampak tersebut kemudian diukur panjangnya dan
didokumentasikan untuk diperoleh data yang lebih baik mengenai
diskontinyuitas yang diperoleh dari pengujian Non-Destructive Test
dengan menggunakan Liquid Penetrant.

Gambar 2.6 Evaluasi Hasil Pengujian


2.2.8 Post Cleaning
Setelah diadakan evaluasi, tahap yang terakhir yaitu pembersihan
spesiment. Spesiment dibersihkan dengan cara mengelap
permukaan menggunakan kain lap, kain lap yang telah dibasahi
dengan cleaner, kemudian specimen disemprot dengan cleaner
kemudian dilap lagi dengan kain lap. Hal ini ditujukan agar liquid
penetrant dan developer yang telah disemprotkan pada spesiment
dapat terangkat, sehingga spesiment bersih seperti pada tahap pre-
cleaning.

54
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Hasil Pengujian


Pada Pengujian ini kami menggunakan dwel time untuk precleaning
1 menit, untuk liquid penetran 5 menit, dan untuk aplikasi developer 16 menit.

22 cm

Gambar 3.1 Jarak lampu terhadap material


Selain itu pada pengujian ini kami menggunakan lampu PHILIPS
ESSENTIAL 18 WATT, 130 mA dengan intensitas cahaya 114 Fc. Untuk
mendapatkan intensitas cahaya tersebut maka kami atur jarak antara lampu
(sumber cahaya) dan material adalah 22 cm.

55
3.2 Gambar Hasil Pengujian

Gambar 3.2. Cacat pada permukaan material


Pada pengujian ini kami menemukan 2 discontinuity pada
permukaan material yaitu :
1. Discontinuity liniear dengan p=40 mm dan l=1,5 mm
2. Discontinuity rounded dengan p= 3 mm dan l=1,5 mm

Gambar 3.3 Sketsa ukuran cacat material

56
BAB IV
KESIMPULAN

Dari pengujian yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa


uji penetrant hanya bisa mendeteksi diskontinuitas di permukaan saja seperti
crack dan porosity. Terdapat diskontinuitas pada material Weld part yakni
berupa diskontinuitas garis yang memanjang pada permukaan material dan
berupa diskontinuitas berbentuk lingkaran.
Pada pengujian ini kami menemukan 2 discontinuity pada
permukaan material yaitu :
1. Discontinuity linear dengan p=40 mm dan l=1,5 mm
2. Discontinuity rounded dengan p=3 mm dan l=1,5 mm

57
DAFTAR PUSTAKA

ASME 2001 Section V Article 6.


Budi Prasojo, ST (2002), Buku Petunjuk Praktek Uji Bahan, Jurusan Teknik
Permesinan Kapal, PPNS-ITS

Dosen Metallurgi, (1986), Petunjuk Praktikum Logam, Jurusan Teknik Mesin FTI,
ITS
Harsono, Dr, Ir & T. Okamura, Dr, (1991), Teknologi Pengelasan Logam, PT.
Pradya Paramita, Jakarta

58

Anda mungkin juga menyukai