Anda di halaman 1dari 11

TUGAS REVIEW KNOWLEDGE MANAGEMENT

PART I : KNOWLEDGE, CREATION AND LEADERSHIP

Oleh :
PUTU PUSPITHA SARASWATI
1106114147

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI
UNIVERSITAS TELKOM
2014
PART I
KNOWLEDGE, CREATION AND LEADERSHIP

1. SECI, Ba and Leadership: a Unified Model of Dynamic Knowledge


Creation
(Ikujiro Nonaka, Ryoko Toyama and Noboru Konno)

Saat ini kita hidup di dalam ‘knowledge-based society’ yang berarti dimana knowledge
merupakan sumber kekuatan bagi masyarakat yang mempunyai kualitas tinggi untuk
kelangsungan hidupnya. Di dunia ini dimana ada markets, products, technology, competitors,
regulations, dan bahkan masyarakat berubah dengan sangat cepat. Inovasi yang berkelanjutan
dan knowledge yang memungkinkan beberapa inovasi menjadi sumber yang penting dari
keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.

Sarjana Manajemen saat ini mempertimbangkan sumber penting dari keunggulan kompetitif
yang berkelanjutan dalam perusahaan (Cyert, Kumar dan Williams, 1993, Drucker, 1993, Grant,
1996a, Henderson dan Cockburn, 1994, Leonard-Barton, 1992 dan 1995, Nelson, 1991, Nonaka,
1990,1991 dan 1994, Nonaka dan Takeuchi,1995, Quinn, 1992, Sveiby, 1997 dan Winter, 1987).

Alasan suatu perusahaan adalah untuk terus menciptakan pengetahuan, meskipun semua
pembicaraan tentang ‘knowledge-based management’ dan meskipun perusahaan mengakui
bahwa perusahaan membutuhkan teori dari dasar pengetahuan yang berbeda dalam beberapa cara
yang mendasar (Spender dan Grant,1996) dari teori ekonomi dan organisasi yang dulu, sangat
sedikit mengerti tentang bagaimana organisasi atau perusahaan yang sebenarnya menciptakan
dan mengelola knowledge. Karena kita kekurangan pengertian dasar dari knowledge dan proses
knowledge-creation.

Tokoh akademik dan pembisnis masih sering berbicara tentang knowledge management
sementara yang dimaksud bukanlah tentang knowledge management melainkan information
management. Di dalam tradisi yang panjang dari Western Management, organisasi atau
perusahaan dilihat sebagai information-processing machine yang berarti proses mengelola
informasi dari lingkungan yang ada sebagai dasar untuk memecahkan masalah yang ada di
perusahaan atau organisasi dan beradaptasi kepada lingkungan yang sesuai untuk mencapai
tujuan utama dari perusahaan atau organisasi. Pandangan statis dan pasif dari organisasi atau
perusahaan gagal untuk didoumentasikan ke proses dinamis dari knowledge creation. bukan
hanya pemecahan masalah, perusahaan menciptakan dan menjelaskan masalah, mengembangkan
dan mengaplikasikan knowledge baru untuk memecahkan masalah, perusahaan atau organisasi
lebih jauh mengembangkan knowledge yang baru dalam proses dari pemecahan masalah.
Perusahaan atau organisasi bukan hanya menerapkan information-processing machine, tetapi
entitas untuk membuat knowledge berdasarkan interaksi (Cyert dan March, 1963 dan Levinthal
dan Myatt, 1994).

Interaksi antara semua lingkungan yang ada, pembentukan ulang lingkungan tersebut, dan
bahkan diri sendiri ada di dalam proses dari Knowledge Creation. oleh karena itu aspek yang
paling penting dari pemahaman kemampuan perusahaan tentang knowledge adalah membuat
knowledge baru yang berkelanjutan secara dinamis diluar dari kemampuan perusahaan
sebelumnya. (Barney , 1991, Lei, Hitt dan Bettis, 1996, Nelson, 1991, Teece, Pisano dan shuen,
1997 dan Wilkins 1989).

Dengan pandangan dari organisasi atau perusahaan sebagai entitas untuk menciptakan knowledge
secara berkelanjutan, yang dibutuhkan adalah menguji kembali teori yang ada dari perusahaan.
Bagaimana cara mengorganisir dan mengelola, berinteraksi dengan lingkungan dan bagaimana
personil dari perusahaan berinteraksi dengan yang lainnya. Tujuan utama yang dibahas di bagian
ini untuk mengerti proses dinamis yang berarti setiap knowledge yang ada di organisasi yang
dibuat, dikelola, dan dieksploitasi. Sesi yang diikuti diskusi tentang konsep basik untuk
menghubungkan kepada organizational knowledge-creating process, bagaimana proses
mengelola dan bagaimana salah satu bisa menuntun knowledge-creation process.

Knowledge dibuat dalam bentuk spiral untuk melewati konsep yang bertentangan seperti konsep
tentang tacit dan eksplisit, mikro dan makro.
Apa itu Knowledge?

Dalam teori Knowledge-creating Process, diadoptasi dari definisi tradisional dari knowledge
sebagai “justified true belief” yang artinya keyakinan yang benar benar dibenarkan. Dalam teori
tradisional western tentang knowledge merupakan pandangan manusia mutlak dan tidak
berdasarkan pengetahuan. akan tetapi pada kenyataanya knowledge gagal diaplikasikan kedalam
dinamis dan masih merupakan pandangan manusia mutlak.

Knowledge merupakan konteks yang spesifik karena hal itu berdasarkan particular time and
space (von hayek, 1945) tanpa konteks, hal itu hanyalah informasi bukan menjadi knowledge.
Contohnya ‘1234 ABC Street’hal itu merupakan sebuah informasi, namun ketika hal itu
dimasukkan konteks , maka akan menjadi knowledge. Contohnya ‘My friend David lives at 1234
ABC Street, which is next to library’

Gambar 1 Knowledge diciptakan melalui spiral

Knowledge juga manusiawi, karena dasarnya terkait dengan aksi manusia. Informasi menjadi
knowledge ketika informasi diinterpretasikan dari individu (Schoenhoff, 1993) dan mendapatkan
konteks yang berlabuh kepada keyakinan dan komitmen dari individu itu sendiri. Ada dua tipe
dari knowledge, yaitu Tacit Knowledge dan Explicit Knowledge. Eksplisit knowledge bisa
diekspresikan dalam bahasa formal dan sistematis serta berbagi knowledge dengan cara yang
manual seperti berbagi data. Eksplisit knowledge bisa di proses, ditransmisi dan disimpan relatif
lebih mudah. Sebaliknya Tacit knowledge berakar dari aksi, prosedur, rutinitas, komitmen, ide,
nilai dan perasaan. (Cohen and Bacdayan,1994, Schon, 1983, dan Winter, 1987). Tacit
knowledge ada di dalam pikiran manusia yang sulit untuk mengkomunikasikan tacit knowledge
kepada yang lainnya. (Polanyi, 1966).

Knowledge diciptakan dari pengertian dalam berinteraksi diantara tacit dan eksplisit knowledge
bukan dari masing masing salah satu dari tacit atau eksplisit knowledge.

Proses Knowledge-creating

Penciptaan knowledge secara terus menerus. Sebagai knowledge yang diciptakan melalui
interaksi dikalangan individu atau antara individu dan lingkungan mreka. Dalam penciptaan
knowledge interaksi mikro dan makro dengan yang lainnya dan perubahan terjadi antara mikro
dan makro level. Yang dimaksudkan mikro dan makro disini adalah individu sebagai mikro
terpengaruh dengan lingkungan sebagai makronya dengan interaksinya.

Untuk mengetahui bagaimana knowledge diciptakan dalam sebuah organisasi secara dinamis,
kita harus tau model dari knowledge creation berdasarkan 3 elemen :

1. Proses SECI, proses dari knowledge creation melalui konversi tacit knowledge ke
eksplicit knowledge
2. ba, berbagi konteks untuk knowledge creation.
3. Aset knowledge untuk diinputkan, output dan moderator dari knowledge – creating
process

Ketiga elemen tersebut, berinteraksi dengan yang lainnya dan selanjutnya kita akan membahas
lebih dalam tentang tiga elemen tersebut.

A. Proses SECI – the four modes of knowledge conversion

Setiap organisasi menciptakan knowledge dengan berinteraksi antara eksplisit knowledge dan
tacit knowledge yang disebuut interaksi antara dua tipe dari knowledge yaitu knowledge
conversion. Dalam proses konversi, tacit dan eksplisit knowledge memperluas kualitas dan
kuantitas dari keduanya (Nonaka,1990,1991, dan 1994 dan Nonaka dan Takeuchi, 1995).
Keempat mode dari knowledge conversion adalah :

1. Socialization, yaitu dari tacit knowledge kepada tacit knowledge.


2. Externalization, yaitu dari tacit knowledge kepada eksplisit knowledge.
3. Combination, yaitu dari eksplisit knowledge kepada eksplisit knowledge.
4. Internalization, yaitu dari eksplisit knowledge kepada tacit knowledge.

Gambar 2 tiga elemen dari proses penciptaan knowledge

Berikut ini penjelasan mengenai empat mode konversi knowledge :

1. Socialization
Socialization adalah proses dari mengkonversi tacit knowledge yang baru dibagi melalui
pengalaman. Sebagai tacit knowledge sangatlah sulit untuk di bakukan dan seringkali
diberikan ruang khusus karena tacit knowledge diakuisisi hanya melalui berbagi
pengalaman seperti menghabiskan waktu berama atau hidup dengan lingkungan yang
sama.
Socialization terjadi dalam pertemuan sosial yang informal diluar tempat kerja. Ketika
tacit knowledge bisa dibuat dan dibagikan, maka terjadilah organisasi yang melampaui
batas. Perusahaan sering mengakuisisi dan mendapatkan keuntungan dari tacit knowledge
yang tertanam di pikiran pelanggan dan suplier dengan cara berinteraksi dengan mereka.

2. Externalization
Proses yang mengartikulasikan tacit knowledge sebagai eksplisit knowledge adalah
Eksternalization. Ketika tacit knowledge dibuat menjadi eksplisit, maka knowledge
didokumentasikan agar bisa dibagikan ke orang dan menjadi basis utama dari knowledge
baru.
Konsep menciptakan pengembangan produk baru sebagai contoh dari proses konversi ini.
contoh lain adalah mengizinkan karyawan membuat peningkatan dalam proses
manufaktur untuk mengartikulasikan tacit knowledge kedalam pekerjaannya. Konversi
yang bisa dikatakan sukses dari tacit knowledge menjadi eksplisit knowledge tergantung
dari penggunaan yang berurutan.

3. Combination
Combination merupakan proses konversi eksplisit knowledge menjadi lebih rumit dan
sistematis. Eksplisit knowledge yang dikolesi dari luar atau dalam organisasi dan
dikombinasikan, diubah atau diproses menjadi knowledge baru.

4. Internalization
Internalization merupakan proses yang mewujudkan eksplisit knowledge sebagai tacit
knowledge. Melalui Internalization, ‘learning by doing’. Maksudnya adalah eksplisit
knowledge yaitu konsep produk atau pabrik proses bisa di praktekkan. Contohnya pelatih
membantu peserta pelatihan untuk mengerti tentang organisasinya. Dengan membaca
dokumen dan proses manual saja, maka itu tidak membantu peserta pelatihan mengerti
akan pekerjaan mereka dan tidak dapat memperkaya tacit knowledge mereka oleh karena
itu eksplisit knowledge diwujudkan dengan simulasi dan eksperimen agar memicu tacit
knowledge mereka dan menerapkan ‘learning by doing’.
Gambar 3 Proses SECI

B. Ba – membagikan konteks untuk penciptaan knowledge


Knowledge butuh konteks untuk diciptakan. Knowledge butuh konteks fisik jika knowledge
diciptakan : tidak ada penciptaan tanpa adanya wadah (Casey, 1997). ‘Ba’ yang berarti wadah
atau tempat sebagai penawaran konteks ini. ‘ba’ merupakan sebuah kunci karena ‘ba’
menyediakan energi, kualitas dan tempat untuk melakukan konversi individu dan bergerak
sepanjang adanya knowledge spiral (Nonaka and Konno , 1998 and Nonaka, Konno, Toyama,
1998)
Kunci untuk mengerti konsep mengenai ba adalah ‘interaksi’. Beberapa penelitian tentang
penciptaan knowledge fokus kepada individu, berdasarkan asumsi dari ndividu sebagai fokus
utama dari penciptaan knowledge.
Gambar 4 Ba berbagi konteks

Ada 4 tipe dari ba :

1. Organating ba
Organating ba merupakan interaksi face-to-face. Yaitu tempat dimana individu berbagi
pengalaman, ekspresi dan perasaan. Ini merupakan konteks untuk Socialization sejak
individu berinteraksi secara face-to-face, dan merupakan satu cara untuk
mendokumentasikan tacit knowledge secara tepat. Dari mengorganisasikan ba, individu
mempunyai rasa empati dan simpati dengan lainnya dan saling mengharagi, saling
mencintai, saling mempercayai. Yang merupakan bagian utama dari knowledge
conversion dikalangan masyarakat.

2. Dialoguing ba
Dialoguing ba sebagian besar menjadi konteks untuk Eksternalization. Tacit knowledge
yang ada didalam pikiran individu dibagikan dan didokumentasikan dikalangan individu
yang ikut serta.
3. Systemizing ba
Systemizing ba sebagian besar menjadi konteks untuk combinasi dari eksplisit knowledge
sebelumnya, karena eksplisit knowledge relatif lebih mudah ditransimisikan kepada
jumlah orang yang besar dalam hal penulisan . banyak organisasi yang menggunakan
beberapa benda elektronik seperti mailing list dan newsgroups yang berarti individu yang
ikut serta bisa saling bertukar informasi yang diperlukan atau menjawab satu sama lain
pertanyaan pertanyaan yang diberikan untuk mengumpulkan knowledge dan informasi
secara efektif dan efisien.

4. Exercising ba
Exercising ba didefinisikan oleh individu dan interaksi virtual, sebagian besar menjadi
konteks untuk Internalization. Individual mewujudkan eksplisit knowledge untuk
mengkomunikasikannya via virtual media seperti penulisan manual dan simulasi program.

Gambar 5 Ba, membagikan ruang untuk berinteraksi

C. Aset Knowledge
Aset knowledge adalah dasar dari proses knowledge-creating. Aset knowledge terdiri dari
inputs, outputs dan moderating factors dari proses knowlede-creating. Contohnya
dikalangan member dari organisasi membuat output dari proses dan di waktu yang sama
mengjelaskan bagaimana fungsi ba itu bekerja sesuai dengan proses. Aset knowledge
harus dibangun dan digunakan dalam internal perusahaan. oleh karena itu dibutuhkan
pembangunan sistem untuk mengevaluasi dan mengelola aset knowledge di suatu
perusahaan agar lebih efektif.
Aset knowledge mempunya empat tipe yang akan dijelaskan pada gambar dibawah ini :
Gambar 6 empat katagori dari aset knowledge

Daftar Pustaka

http://gotjam.pbworks.com/
Nonaka, Ikujiro; Takeuchi, Hirotaka (1995), The knowledge creating company: how Japanese
companies create the dynamics of innovatio

Anda mungkin juga menyukai