Anda di halaman 1dari 2

Kasus Dugaan Pelecehan Seksual di KKN

UGM, Penulis Artikel Pers Mahasiswa


Diperiksa Kompas.com - 07/01/2019, 19:58 WIB
BAGIKAN: Komentar Ilustrasi pelecehan
seksual Penulis Kontributor Yogyakarta,
Wijaya Kusuma | Editor Farid Assifa
YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Penyidik Polda DIY
memeriksa penulis berita berjudul "Nalar Pincang UGM atas
Kasus Perkosaan", Citra Maudy sebagai saksi terkait
tulisannya di pers mahasiswa Balairung. Direktur Lembaga
Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta, Yogi Zul Fadhli
mengatakan, ada satu orang dari Balairung yang hari ini Senin
(7/1/2019) dimintai keterangan sebagai saksi. "Dari Balairung 1
orang. Sebagai penulis beritanya," ujar Direktur Lembaga
Bantuan Hukum (LBH), Yogyakarta, Yogi Zul Fadhli, Senin
(7/1/2019). Yogi menuturkan, Citra Maudy dimintai keterangan
oleh penyidik sekitar 2 jam. Pemeriksaan dimulai sekitar pukul
13.30 WIB. "Ini tadi pemeriksaan yang pertama. Tadi ada 30
pertanyaan yang diajukan oleh penyidik," ungkapnya. Langkah
penyidik memanggil penulis artikel sebagai saksi dinilainya
tidaklah tepat. Sebab definisi saksi dalam kitab undang-undang
hukum acara pidana (KUHAP) adalah orang yang melihat,
mendengar dan mengalami langsung peristiwa pidananya.
"Kawan-kawan Balairung tidak mengalami, tidak melihat dan
mendengar langsung peristiwa itu. Kawan-kawan Balairung
tidak masuk kategori sebagai saksi, sehingga tidak tepat jika
dihadirkan sebagai saksi," tegasnya "Kawan-kawan Balairung
hanya sebagai wartawan, sebagai pencari berita saja. Kawan-
kawan Balairung hanya memberitakan apa yang menjadi
persoalan di sana," imbuhnya. Baca juga: Terlapor Dugaan
Pelecehan Seksual di KKN UGM Pertanyakan Kapasitas
Pelapor Yogi mengaku sempat memprotes materi-materi
pertanyaan yang dilontarkan oleh penyidik. Sebab pertanyaan
itu dinilai tidak relevan dengan pokok perkara yang dilaporkan,
yakni dugaan pemerkosaan atau dugaan pencabulan. "Arah
pertanyaan penyidik justru banyak mengarah pada
pemberitaan kawan-kawan Balairung. Itu sama sekali jauh
dengan perbuatan materiil yang dilaporkan," bebernya Selain
itu, lanjutnya, jika yang dipersoalkan adalah artikel yang
diterbitkan di Balairung, maka pendekatan yang dilakukan
seharusnya melalui undang-undang pers. "Ya, kalau yang
dipersoalkan beritanya, silakan lewat mekanisme yang ada di
undang-undang pers, mekanisme dewan pers atau mekanisme
proses penyelesaian secara jurnalistik. Tidak dengan
mekanisme hukum pidana," tandasnya Sementara itu, Direktur
Reskrimum Polda DIY Kombes Pol Hadi Utomo mengatakan,
penyidikan sampai saat ini masih berjalan. Penyidik masih
melakukan pemanggilan-pemanggilan untuk kelengkapan
peristiwa. "Iya (dari Balairung) kita akan panggil, mereka-
mereka itu kok bisa menemukan nomenklatur kalimat
perkosaan itu dari mana? Ini yang ingin kita ungkap juga.
Semuanya akan kita periksa," ucapnya. Baca juga: Terlapor
Dugaan Pelecehan di KKN UGM Anggap Kampus Terlalu
Prematur Berikan Sanksi Hadi meminta agar penulis
menyampaikan berita yang benar ke publik. Jangan
memberikan informasi ke publik yang bukan fakta. "Jadi
mohonlah menyampaikan informasi kepada publik yang benar,
kalau faktanya tidak bener janganlah disebar-sebarkan. Itu
tidak ada bedanya dengan hoaks, kasihan orang," pungkasnya

Anda mungkin juga menyukai