BAB I
PENDAHULUAN
1
Kewarganegaraan
2
Kewarganegaraan
3
Kewarganegaraan
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Demokrasi
4
Kewarganegaraan
5
Kewarganegaraan
otonomi demokrasi, yang oleh Rustow (1970) disebut sebagai kemandirian sistem
politik jika konstituen (rakyat) masih immature dalam berpolitik.
6
Kewarganegaraan
2.2 Voting
7
Kewarganegaraan
8
Kewarganegaraan
9
Kewarganegaraan
10
Kewarganegaraan
11
Kewarganegaraan
BAB III
PEMAPARAN & PEMBAHASAN
12
Kewarganegaraan
politik. Peserta Pemilu kali ini adalah 48 partai. Ini sudah jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah partai yang ada dan terdaftar di Departemen
Kehakiman dan HAM, yakni 141 partai.
Dalam sejarah Indonesia tercatat, bahwa setelah pemerintahan
Perdana Menteri Burhanuddin Harahap, pemerintahan Reformasi inilah yang
mampu menyelenggarakan pemilu lebih cepat setelah proses alih kekuasaan.
Burhanuddin Harahap berhasil menyelenggarakan pemilu hanya sebulan
setelah menjadi Perdana Menteri menggantikan Ali Sastroamidjojo, meski
persiapan-persiapannya sudah dijalankan juga oleh pemerintahan sebelum-
nya. Habibie menyelenggarakan pemilu setelah 13 bulan sejak ia naik ke
kekuasaan, meski persoalan yang dihadapi Indonesia bukan hanya krisis
politik, tetapi yang lebih parah adalah krisis ekonomi, sosial dan penegakan
hukum serta tekanan internasional.
Pemilihan Umum Indonesia 1999 diselenggarakan oleh
pemerintahan BJ.Habibie setelah lengsernya presiden Soeharto, setahun
sebelumnya. Pemilu 1999, merupakan Pemilu pertama setelah runtuhnya orde
baru, dilangsungkan pada tanggal 7 Juni 1999 di bawah pemerintahan
Presiden BJ Habibie dan diikuti oleh 48 partai politik.
Lima besar Pemilu 1999 adalah Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan, Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Kebangkitan
Bangsa, dan Partai Amanat Nasional.Walaupun Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan meraih suara terbanyak (dengan perolehan suara sekitar 35
persen), yang diangkat menjadi presiden bukanlah calon dari partai itu, yaitu
Megawati Soekarnoputri, melainkan dari Partai Kebangkitan Bangsa, yaitu
Abdurrahman Wahid (Pada saat itu, Megawati hanya menjadi calon presiden).
Hal ini dimungkinkan untuk terjadi karena Pemilu 1999 hanya bertujuan untuk
memilih anggota MPR, DPR, dan DPRD, sementara pemilihan presiden dan
wakilnya dilakukan oleh anggota MPR.
13
Kewarganegaraan
14
Kewarganegaraan
22. PID
23. Murba
24. SPSI
25. PUMI
26 PSP
27. PARI
15
Kewarganegaraan
16
Kewarganegaraan
17
Kewarganegaraan
18
Kewarganegaraan
akan menurunkan citra partai itu sendiri secara keseluruhan di mata rakyat.
Jika legitimasi lembaga kepartaian buruk di mata rakyat dan tidak percaya,
niscaya citra demokrasi di mata rakyat juga menjadi rusak. Akibatnya,
kepercayaan dan apresiasi publik terhadap ide demokrasi dapat mengalami
kemerosotan yang pada gilirannya dapat menjadi lahan subur bagi munculnya
otoriterisme ataupun totallitarianisme baru di masa depan.
Karena itu, demi demokrasi itu sendiri, jumlah partai mestilah
dibatasi. Akan tetapi pembatasannya haruslah bersifat obyektif dan alamiah.
Beberapa kemungkinan yang dapat diterapkan ialah (a) penerapan sistem
pemilihan umum yang menjamin rakyat dapat menentukan pilihannya secara
langsung dengan memilih ‘orang’ (bukan memilih tanda gambar partai)
seperti yang terdapat dalam sistem yang dikenal dengan ‘sistem distrik’.
Sistem ini dengan sendirinya akan mendorong terjadinya kerjasama, ’koalisi’
atau bahkan ‘merger’ antar partai politik, sehingga dalam jangka panjang
dapat mendorong penyederhanaan jumlah partai secara alamiah; (b) penetuan
adanya ‘electoral tresshold’ berdasarkan hasil perolehan dukungan suara dari
pemilihan umum sebelumnya. Dengan adanya pembatasan 2 persen, 3 persen,
ataupun 5 persen, maka dengan sendirinya, pada masa pemilihan umum
berikutnya, akan banyak partai politik yang membubarkan diri dengan
sendirnya; (c) kebijakan memberi bantuan kepada partai politik yang dapat
memancing dan mendorong minat orang mendirikan partai dengan harapan
dapat memperoleh dana bantuan dari pemerintah, bertentangan dengan
kebutuhan untuk mengendalikan jumlah partai politik, dan karena itu
sebaiknya dihentikan.
Pada pemerintahan presiden BJ.Habibie ini terdapat 48 partai politik
yang terdaftar sebagai peserta pemilu, yaitu:
1. Partai Indonesia Baru
2.Partai Kristen Nasional Indonesia
3. Partai Nasional Indonesia - Supeni
4. Partai Aliansi Demokrat Indonesia
5. Partai Kebangkitan Muslim Indonesia
19
Kewarganegaraan
20
Kewarganegaraan
21
Kewarganegaraan
22
Kewarganegaraan
‘Check and balances’. Dengan adanya prinsip ‘Check and balances’ ini, maka
kekuasaan negara dapat diatur, dibatasi dan bahkan dikontrol dengan sesebaik-
baiknya, sehingga penyalahgunaan kekuasaan oleh aparat penyelenggara
negara ataupun pribadi-pribadi yang kebetulan sedang menduduki jabatan
dalam lembaga-lembaga negara yang bersangkutan dapat dicegah dan
ditanggulangi dengan sebaik-baiknya.
23
Kewarganegaraan
24
Kewarganegaraan
25
Kewarganegaraan
orang bisa melihat pilihan orang lain, sehingga pilihan seseorang bisa
terpengaruh pilihan orang lain).
• Voting non-independen.
• Konsensus.
kandidat yang ada oleh orang-orang yang memiliki hak ikut serta dalam
voting. Yang memiliki hak suara voting memilih kandidat yang dijagokan, dan
hasilnya dihitung. Kandidat yang mendapat suara voting tertinggi dialah yang
26
Kewarganegaraan
dll.
27
Kewarganegaraan
BAB IV
KESIMPULAN & SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari makalah yang telah disusun diatas dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan unsur-unsur demokrasi pada masa kepemerintahan BJ.Habibie
merupakan titik awal yang memulai munculnya era reformasi dalam sejarah
pemerintahan di Indonesia.
a.) Pada era sesudah kejatuhan rezim Orde Baru, pemilu bisa berjalan dengan
lebih terbuka, adil, dan bebas. Satu hal yang secara sangat menonjol
membedakan Pemilu 1999 dengan Pemilu-pemilu sebelumnya sejak 1971
adalah Pemilu 1999 ini diikuti oleh banyak sekali peserta yaitu sebanyak
48 parpol, namun hanya segelintir saja yang mampu meraih suara dan
kursi dalam jumlah signifikan di DPR.
b.) Di masa reformasi, keran politik terbuka lebar, sehingga segala pembatas
terhadap prinsip kebebasan berserikat ditiadakan.
c.) Kedaulatan rakyat diwujudkan dalam tiga cabang kekuasaan yang
tercermin dalam Majelis Permusyawaratan Rakyat yang terdiri dari Dewan
Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah; presiden dan wakil
presiden ; dan kekuasaan Kehakiman yang terdiri atas Mahkamah
Konstitusi dan Mahkamah Agung. Ketiga cabang kekuasaan legislatif,
eksekutif, dan yudikatif itu sama-sama sederajat dan saling mengontrol
satu sama lain sesuai dengan prinsip ‘Check and balances’.
d.) Pada hari Rabu 20 Oktober 1999 para wakil rakyat yang sedang bersidang
di Gedung MPR-RI telah mengelar Sidang Paripurna yang ke-13, berupa
Pemilihan Presiden ke-4 RI yang ditentukan melalui Pemilihan Suara
dengan Sistem 'One man one vote' (Voting Individual) Tertutup.
e.) Tuntutan untuk diadakannya reformasi total yang dipelopori oleh kekuatan-
kekuatan non-Orde Baru muncul sebagai tuntutan kunci sayap radikal
gerakan oposisi.
28
Kewarganegaraan
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan menanggapi permasalahan tersebut adalah:
a.) Sebaiknya dalam sistem demokrasi di Indonesia ini pemberdayaan masyarakat
untuk turut berperan serta dalam proses demokratisasi merupakan hal penting
yang harus dilakukan dengan memberikan pendidikan politik. Peran
organisasi non pemerintah (Ornop) mempunyai arti strategis dalam hal itu
untuk mendorong perilaku masyarakat yang konstruktif dan efektif untuk
mewujudkan peran mereka dalam Pemilu yang demokratis.
b.) Selain itu, untuk mengatur dan mengarahkan agar kecenderungan dan
keinginan orang untuk mendirikan partai politik menjadi rasional, sehingga
perlu diadakan pembatasan jumlah partai politik. Akan tetapi pembatasannya
haruslah bersifat obyektif dan alamiah.
c.) Prinsip perwakilan daerah dalam Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
seharusnya dibedakan hakikatnya dari prinsip perwakilan rakyat dalam Dewan
Perwakilan Rakyat. Maksudnya ialah agar seluruh aspirasi rakyat benar-benar
dapat dijelmakan ke dalam Majelis Perusyawaratan Rakyat yang terdiri dari
dua pintu, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.
d.) Dalam mengambil keputusan sebaiknya kita harus mengetahui terlebih dahulu
dalam situatu seperti apa pengambilan keputusan dengan cara voting benar-
benar tepat untuk dilakukan.
29
Kewarganegaraan
DAFTAR PUSTAKA
www.tokohindonesia.com
www.wikipedia.org
www.suaramerdeka.co.id
www.pikiranrakyat.co.id
www.dephan.go.id
www.tempointeraktif.com
www.thehabibiecenter.com
www.suarapembaruan.com
30