Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Maraknya bencana alam seperti tanah longsor, banjir, gempa, tsunami dan
lain-lain, akhir-akhir ini telah memperparah kondisi sosial, ekonomi dan
lingkungan di tanah air kita. Pencemaran lingkungan, penggundulan hutan
pengungsian dan wabah penyakit serta Kejadian Luar Biasa (KLB) telah
terjadi di sebagian besar Negara kita. Konflik sosial yang berkepanjangan
telah menimbulkan kerusakan dan pertikaian, stress, gangguan jiwa dan
kemiskinan.
Mengingat masalah gangguan jiwa yang meningkat akhir-akhir ini yang
kesemuanya mengakibatkan dampak fisik dan psikologis, maka WHO
memandang perlu program CMHN.
Kegiatan program CMHN merupakan serangkaian kegiatan yang dimulai
dari proses rekrutmen perawat CMHN yang akan mengikuti pelatihan,
pertemuan persiapan yang melibatkan beberapa sector yang terkait seperti
Dinas Kesehatan dan pemerintah daerah setempat dalam rangka memperoleh
dukungan pelaksanan CMHN, kegiatan BC-CMHN berupa pemberian
pengetahuan dan keterampilan bagi perawat Puskesmas, sehingga memiliki
kompetensi melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien gangguan jiwa,
selanjutnya implementasinya di masyarakat dan kegiatan supervisi.
Dalam undang-undang no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 24 tentang
kesehatan jiwa menyebutkan :
1. Kesehatan jiwa diselenggarakan untuk mewujudkan jiwa yang sehat secara
optimal baik intelektual maupun emotional.
2. Kesehatan jiwa meliputi pemeliharaan dan peningkatan kesehatan jiwa,
pencegahan dan penanggulangan masalah psikososial dan gangguan jiwa,
penyembuhan dan pemulihan penderita gangguan jiwa.
3. Kesehatan jiwa dilakukan oleh perorangan, lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, lingkungan pekerjaan, lingkungan masyarakat,
didukung sarana pelayanan kesehatan jiwa dan sarana lainnya.
B. Rumusan masalah
1. Apa definisi dari desa siaga, desa siaga sehat jiwa dan community mental
heatlth nursing ?
2. Bagaimana konsep desa siaga sehat jiwa?
3. Apa tujuan dari desa siaga?
4. Bagaimana pengelolaan dalam desa siaga sehat jiwa?
5. Bagaimana peran perawat desa siaga sehat jiwa?
6. Apa sasaran dalam pengembangan desa siaga?
7. Bagaimana kriteria desa siaga?
8. Apa visi dan misi desa siaga?
9. Apa indicator keberhasilan desa siaga?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menambah wawasan mahasiswa tentang DSSJ (Desa Siaga Sehat Jiwa).
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan :
a. Definisi desa siaga, desa siaga sehat jiwa dan community mental heatlth
nursing.
b. Konsep desa siaga sehat jiwa.
c. Tujuan pembentukan desa siaga.
d. Bagaimana pengelolaan dalam desa siaga sehat jiwa.
e. Peran perawat desa siaga sehat jiwa.
f. Sasaran dalam pengembangan desa siaga.
g. Criteria desa siaga.
h. Visi dan misi desa siaga.
i. Indicator keberhasilan desa siaga.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
1. Desa Siaga
Desa siaga adalah desa yang memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan (bencana
dan kegawat daruratan kesehatan) di desanya (Depkes RI, 2006 dalam
Efendi, 2009).
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber
daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi
masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawat daruratan kesehatan
secara mandiri. Sebuah desa dikatakan menjadi desa siaga apabila desa
tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa.
Desa Siaga yang telah dicanangkan pemerintah, merupakan gambaran
masyarakat yang sadar, mau dan mampu mencegah dan mengatasi
berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat, seperti kurang gizi,
kejadian bencana, termasuk didalamnya gangguan jiwa, dengan
memanfaatkan potensi setempat secara gotong royong, menuju Desa
Siaga.

2. Desa Siaga Sehat Jiwa


Desa siaga sehat jiwa merupakan sebuah program yang mengajak
masyarakat untuk ikut berperan serta dalam mendeteksi penyakit serta
siaga terhadap munculnya masalah kesehatan jiwa di masyarakat (Apsari,
2010).
Rochana Dwi Astuti mengungkapkan, desa siaga sehat jiwa merupakan
gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu mencegah dan
mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat, seperti
kurang gizi, bencana, serta masalah gangguan kejiwaan, dengan
memanfaatkan potensi setempat secara gotong royong. Beberapa tahapan
yang akan dilaksanakan di desa siaga sehat jiwa diantaranya, meliputi
persiapan, sosialisasi, pelatihan kader, pendampingan, monitoring, dan
pelaporan. dengan dibentuknya desa siaga sehat jiwa, diharapkan dapat
mengurangi dampak dan kerugian akibat dari adanya penderita gangguan
jiwa yang tidak dirawat (Apsari, 2010).
Desa Siaga Sehat Jiwa (DSSJ) merupakan pengembangan kesehatan
mental berbasis masyarakat bertujuan agar masyarakat di desa binaan
tanggap terhadap masalah kesehatan jiwa masyarakat, dapat mencegah
timbulnya masalah kesehatan jiwa serta dapat menanggulangi masalah
kesehatan jiwa di masyarakat (Yuni, 2010).
Desa siaga sehat jiwa merupakan sebuah program, yang mengajak
masyarakat untuk ikut berperan serta dalam mendeteksi penyakit serta
siaga terhadap munculnya masalah kesehatan jiwa di masyarakat (Jogyatv,
2010).
Desa Siaga Sehat jiwa merupakan salah satu program CMHN (Community
Mental Health Nursing) yang bertujuan untuk (Meru, 2011) :
a. Pendidikan kesehatan jiwa untuk masyarakat sehat.
b. Pendidikan kesehatan jiwa untuk resiko masalah psikososial.
c. Resiko jiwa untuk mengalami gangguan jiwa.
d. Terapi aktivitas bagi pasien gangguan jiwa mandiri.
e. Rehabilitasi bagi pasien gangguan jiwa mandiri.
f. Askep bagi keluarga pasien gangguan jiwa

3. Community Mental Health Nursing (CMHN)


Comunity Mental Health Nursing adalah upaya untuk mewujudkan
pelayanan kesehatan jiwa dengan tujuan pasien yang tidak tertangani di
masyarakat akan mendapatkan pelayanan yang lebih baik (Meru, 2011).
CMHN adalah pelayanan keperawatan yang komprehensif, holistik, dan
paripurna, berfokus pada masyarakat yang sehat jiwa, rentang terhadap
stress dan dalam tahap pemulihan serta pencegahan kekambuhan yang
berfungsi untuk membantu masyarakat dalam menyelesaikan masalah-
masalah jiwa akibat dampak bencana.
CMHN merupakan bentuk pengelolaan pelayanan asuhan keperawatan
jiwa yang mendasarkan pada prinsip – prinsip pelayanan keperawatan
yang holistik dan komprehensif. Keperawatan jiwa yang holistik dan
komprehensif yakni pendekatan pelayanan yang meliputi aspek biologis,
psikologis, sosial kultural, dan spiritual dalam hubungannya dengan
prevensi primer, sekunder dan tersier.

B. Konsep Desa Siaga Sehat Jiwa


WHO memandang pelaksanaan Program CMHN tersebut sangat positif
karena dapat memenuhi sasaran dalam upaya penanganan masalah pasien
gangguan jiwa di masyarakat. Salah satu program dan produk dari CMHN
tersebut adalah membentuk desa siaga sehat jiwa dengan tujuan dilakukannya
pendidikan kesehatan jiwa untuk masyarakat sehat, pendidikan kesehatan
jiwa untuk resiko masalah psikososial, resiko jiwa untuk mengalami
gangguan jiwa, terapi aktivitas dan rehabilitasi bagi pasien gangguan jiwa
mandiri, serta askep bagi keluarga pasien gangguan jiwa.
Desa Siaga Sehat Jiwa merupakan satu bentuk pengembangan dari
pencanangan Desa Siaga yang bertujuan agar masyarakat ikut berperan serta
dalam mendeteksi pasien gangguan jiwa yang belum terdeteksi, dan
membantu pemulihan pasien yang telah dirawat di rumah sakit, serta siaga
terhadap munculnya masalah kesehatan jiwa di masyarakat melalui kegiatan
keperawatan kesehatan jiwa masyarakat atau komunitas (Community Mental
Health Nursing). CMHN merupakan bentuk pengelolaan pelayanan asuhan
keperawatan jiwa yang mendasarkan pada prinsip – prinsip pelayanan
keperawatan yang holistik dan komprehensif. Keperawatan jiwa yang holistik
dan komprehensif yakni pendekatan pelayanan yang meliputi aspek biologis,
psikologis, sosial kultural, dan spiritual dalam hubungannya dengan prevensi
primer, sekunder dan tersier.
C. Tujuan
Tujuan utama pengembangan Desa Siaga adalah untuk memeratakan
pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat. Untuk itu perlu adanya upaya
kesehatan yang berbasis masyarakat agar upaya kesehatan lebih tercapai
(accessible), lebih terjangkau (affordable) serta lebih berkuahtas (quality).
Tujuan pembentukan desa siaga menurut Efendi (2009) adalah:
1. Tujuan umum
Terwujudnya desa dengan masyarakat yang sehat, peduli, dan tanggap
terhadap masalah-masalah kesehatan (bencana dan kegawat daruratan)
didesanya.
2. Tujuan khusus
a. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang
pentingnya kesehatan dan menerapkan perilaku hidup sehat.
b. Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk
menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan.
c. Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa
terhadap resiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan (bencana, wabah penyakit, dan lainnya).
d. Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa.

D. Pengelolaan Dalam Desa Siaga Sehat Jiwa


1. Kemitraan
Kemitraan dalam pelayanan kesehatan di komunitas merupakan bentuk
strategi kemitraan lintas program dan lintas sector yang terintegrasi atas
prinsip kesetaraan, keterpaduan, kesepakatan dan keterbukaan (Depkes
RI., 2000). Bentuk kemitraan antara masyarakat dan professional
dilakukan melalui keputusan yang diambil secara bersama-sama dalam
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
Hasil yang diharapkan dari upaya pengembangan kemitraan adalah semua
sektor baik pemerintah, swasta maupun masyarakat mampu
menyelenggarakan pelayanan dan pembinaan sesuai bidang, peran,
kemampuan dan kesepakatan bersama.
Dalam pelaksanaan kemitraan diperlukan komunikasi sebagai media
informasi yang diperlukan oleh semua sektor agar terjadi koordinasi dan
kerjasama yang efektif dalam mencapai tujuan. Koordinasi dapat
dilakukan di setiap jenjang administrasi dengan melaksanakan
pembentukan tim di Tingkat Kabupaten, Tingkat Kecamatan dan Tingkat
Desa/Kelurahan.
Kemitraan di bagi menjadi 2 ,yaitu :
a. Kemitraan Lintas Sektor
Kemitraan lintas sektor adalah bentuk kerjasama yang dibangun antara
tenaga kesehatan, khususnya perawat CMHN dengan sektor terkait
baik pemerintah maupun non pemerintah dalam memberikan
pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat yang dilakukan melalui
kesepakatan bersama tentang peran dan tanggung jawab masing-
masing.
Pelaksanaan kemitraan lintas sektor dapat dilakukan di Tingkat
Kabupaten, Tingkat Kecamatan maupun di Tingkat Desa dengan cara
menggalang kerjasama dengan berbagai sektor baik pemerintah
maupun swasta dalam mencari dukungan (dana, sarana dan prasarana,
kebijakan pemerintah setempat) dalam mendukung pelaksanaan
program CMHN.
b. Kemitraan Lintas Program
Kemitraan lintas program merupakan bentuk kerjasama yang
dibangun antar tenaga kesehatan (multidisiplin) yaitu tenaga
kesehatan yang ada di puskesmas termasuk GP+, maupun di luar
puskesmas seperti praktik tenaga kesehatan : dokter, bidan, psikolog
klinik, psikiater dalam memberikan pelayanan kesehatan jiwa di
masyarakat yang dilakukan melalui kesepakatan bersama tentang
peran dan tanggung jawab masing-masing.
2. Pemberdayaan
Dalam mengembangkan Desa Siaga Sehat Jiwa perlu adanya keterlibatan
masyarakat desa setempat dalam upaya mencapai tujuan yaitu
meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. Strategi pemberdayaan
masyarakat bermanfaat untuk mengidentifikasi, mengatasi masalah
kesehatan jiwa dan mempertahankan kesehatan jiwa di wilayahnya.
Pemberdayaan masyarakat merupakan proses pengembangan potensi baik
pengetahuan maupun keterampilan masyarakat sehingga mereka mampu
mengontrol diri dan terlibat dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Kader merupakan sumber daya masyarakat yang perlu di kembangkan
dalam pengembangan Desa Siaga Sehat Jiwa. Pemberdayaan kader
kesehatan jiwa sebagai tenaga potensial yang ada di masyarakat
diharapkan mampu mendukung program CMHN yang diterapkan di
masyarakat. Seorang kader akan mampu melakukan kegiatan apabila
kader tersebut sejak awal diberikan pembekalan. Metoda dalam
mengembangkan kader kesehatan jiwa sebaiknya teratur, sistematis,
rasional, yang digunakan untuk menentukan jumlah kader.
a. Proses Rekruitmen Kader
Rekruitmen kader adalah suatu proses pencarian dan pemikatan para
calon kader yang mempunyai kemampuan dalam mengembangkan
Desa Siaga Sehat Jiwa. Proses awal dalam merekrut kader adalah
dengan melakukan sosialisasi tentang pembentukan Desa Siaga Sehat
Jiwa disertai dengan kriteria kader yang dibutuhkan. Adapun kriteria
kader sebagai berikut :
1) Sehat jasmani dan rohani.
2) Mampu membaca dan menulis dengan lancar menggunakan
Bahasa Indonesia.
3) Bersedia menjadi kader kesehatan jiwa sebagai tenaga sukarela.
4) Mempunyai komitmen untuk melaksanakan program kesehatan
jiwa masyarakat.
5) Meluangkan waktu untuk kegiatan CMHN.
6) Mendapat ijin dari suami atau istri atau keluarga.
b. Proses rekruitmen kader dilakukan dengan cara :
1) Perawat CMHN mengadakan pertemuan dengan kepala desa dan
tokoh masyarakat setempat dengan menjelaskan tentang
pembentukan Desa Siaga Sehat Jiwa dan kebutuhan kader
kesehatan jiwa.
2) Perawat CMHN menjelaskan tentang kriteria kader dan jumlah
kader yang dibutuhkan untuk tiap desa dan dusun.
3) Tokoh masyarakat melakukan pencarían calon kader berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan.
4) Kader yang telah direkruit mengisi biodata dalam formulir
(Lampiran 1) yang telah disediakan untuk proses seleksi
selanjutnya.
c. Proses seleksi calon kader di Desa Siaga Sehat Jiwa adalah :
1) Perawat CMHN melakukan koordinasi dengan tokoh
masyarakat/tokoh agama atau organisasi masyarakat yang ada di
masyarakat dalam menentukan calon kader yang memenuhi syarat.
2) Kader terpilih mengisi surat pernyataan bersedia sebagai kader
kesehatan jiwa dan bersedia menjalankan program CMHN
(lampiran 2).
3) Kader terpilih diwajibkan mengikuti pelatihan kader kesehatan
jiwa.
d. Proses orientasi Kader
Setiap kader yang akan melaksanakan program kesehatan jiwa akan
melalui masa orientasi yaitu mengikuti sosialisasi program CMHN
dan pelatihan kader kesehatan jiwa . Orientasi yang dilakukan juga
mencakup informasi budaya kerja Desa Siaga Sehat Jiwa dan
informasi umum tentang visi, misi, program, kebijakan dan peraturan.
Kegiatan orientasi menggunakan metode klasikal selama 2 hari,
praktik lapangan selama 3 hari, dan praktik kerja (implementasi Desa
Siaga Sehat Jiwa ).
Materi pelatihan kader mencakup :
1) Program Desa Siaga Sehat Jiwa.
2) Deteksi dini kasus di masyarakat (kelompok keluarga sehat,
kelompok keluarga dengan masalah psikososial, dan kelompok
keluarga dengan gangguan jiwa).
3) Peran serta dalam mengerakkan masyarakat pada :
a) Pendidikan kesehatan kelompok keluarga sehat jiwa
b) Pendidikan kesehatan kelompok risiko masalah psikososial
c) Pendidikan kesehatan kelompok dengan gangguan jiwa
d) Terapi aktivitas kelompok pasien gangguan jiwa
4) Supervisi keluarga dan pasien yang telah mandiri.
5) Rujukan kasus.
6) Pelaporan kegiatan kader kesehatan jiwa.

Selama masa orientasi, dilakukan evaluasi atau penilaian terhadap


kinerja kader dalam melaksanakan program CMHN di Desa Siaga
Sehat Jiwa. Penilaian kader meliputi penilaian selama pelatihan di
kelas (pre dan post test) serta penilaian penampilan di lapangan.

3. Manajemen
Manajemen adalah proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang
lain. Menurut Swanburg (2000), manajemen didefinisikan sebagai ilmu
atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien,
efektif, dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan yang dilakukan oleh
banyak orang sehingga ilmu manajemen perlu diterapkan dalam bentuk
manajemen keperawatan. Manajemen keperawatan adalah suatu proses
bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan,
pengobatan, dan bantuan terhadap pasien.
a. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai
suatu tujuan penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan akan
menentukan cara pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik vertikal
maupun horizontal, yang bertangung jawab untuk mencapai tujuan
organisasi.
Pengorganisasian kegiatan dan tenaga dalam pelayanan kesehatan
komunitas (di MKKJK) Desa Siaga Sehat Jiwa menggunakan
pendekatan lintas sektoral dan lintas program. Setiap perawat CMHN
di puskesmas bertanggung jawab terhadap sejumlah desa yang
menjadi area binaaan. Toma dan kader pada setiap dusun
bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien.
Pengorganisasian di MKJJK Desa Siaga Sehat Jiwa terdiri dari:
1) Struktur organisasi
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen dalam
suatu organisasi. Pada pengertian struktur organisasi
menunjukkan adanya pembagian kerja dan menunjukkan
bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda
diintegrasikan atau dikoordinasikan. Struktur organisasi juga
menunjukkan spesialisasi pekerjaan.
2) Daftar Jadwal Kegiatan
Daftar yang berisi jadual kegiatan, Fasilitator CMHN, Perawat
CMHN, Toma, Kader, dan penanggung jawab kegiatan pada
setiap daerah binaan.
3) Daftar pasien pada kelompok binaan.

E. Peran Perawat Desa Siaga Sehat Jiwa


Secara umum perawat jiwa komunitas dapat berperan sebagai perawat
praktisioner, perawat pendidik, dan peran perawat koordinator.
1. Perawat Pelaksana
Perawat pelaksana (praktisioner = direct nursing care) adalah peran
perawat jiwa komunitas yang memungkinkan terjadinya interaksi antara
perawat CMHN dan klien/keluarga dalam rangka memberikan asuhan
kasus keperawatan secara langsung, melului aktifitas asuhan dengan
menggunakan proses keperawatan. Hubungan perawat klien mempunyai
tujuan peningkatan kemampuan klien dalam hal penyelesaian masalah
dan peningkatan fungsi klien. Aktifitas intervensi keperawatan yang
dapat dilakukan meliputi manajemen kasus kesehatan jiwa, intervensi
keperawatan pada individu dan keluarga serta aktivitas kolaborasi dengan
tim kesehatan lain. (Kompetensi dan aktifitas manajemen kasus
terlampir).
2. Perawat Pendidik (Edukator)
Peran perawat pendidik cukup luas, tetapi secara khusus pada perawat
jiwa adalah dalam rangka menjalankan fungsi independen pendidikan
kesehatan/keperawatan bagi klien dan keluarga agar mampu menjalankan
lima fungsi keluarga sehat jiwa dan mengembangkan kemampuan
penyelesaian masalah. Aktifitas keperawatan yang dapat dijalankan
sesuai dengan fungsi keluarga yang meliputi peningkatan kemampuan
mengenal masalah, mengambil keputusan, kemampuan merawat anggota
keluarga yang mengalami masalah psikososial atau gangguan jiwa,
memodifikasi lingkungan klien dan keluarga yang dapat mendukung
penyelesaian masalah dan kemampuan dalam menggunakan fasilitas atau
sumber-sumber di lingkungan sekitar klien yang dapat dijadikan sebagi
sumber koping dalam menyelesaikan masalah kesehatan jiwa.
3. Perawat Koordinator
Peran perawat koordinator adalah melakukan hubungan dalam rangka
koordinasi dan negosiasi kepada pihak-pihak terkait. Aktifitas
keperawatan yang dapat dikerjakan meliputi kegiatan penemuan kasus
kesehatan jiwa dan menjalankan fungsi rujukan kasus gangguan jiwa
maupun masalah psikososial yang menjadi asuhannnya.
F. Sasaran Dalam Pengembangan Desa Siaga
Menurut Efendi (2009), sasaran dalam pengembangan desa siaga:
1. Pihak yang dapat memengaruhi individu dan keluarga, yaitu tokoh
masyarakat, lembaga swadaya masyarakat (LSM), kader dan media
massa.
2. Pihak-pihak yang dapat memberi dukungan atau bantuan, yaitu pejabat
atau dunia usaha.
3. Semua individu dan keluarga didesa.
Semua sasaran diatas diharapkan dapat lebih mandiri dalam mengatasi
masalah-masalah kesehatan. Untuk menuju desa siaga, ada beberapa
kriteria yang harus dipenuhi, yaitu desa tersebut minimal mempunyai pos
kesehatan desa (poskesda). Poskesda disini merupakan suatu upaya
bersumber daya masyarakat (UKBM) yang minimal melaksanakan
kegiatan-kegiatan seperti berikut:
a. Pengamatan epidemiologis penyakit menular dan yang berpotensi
menjadi kejadian luar biasa (KLB) serta factor-faktor resikonya.
b. Penanggulangan penyakit menular dan yang berpotensi menjadi
kejadian luar biasa serta kekurangan gizi.
c. Kesiapsiagaan dalam penanggulangan bencana kegawatdaruratan
kesehatan.
d. Pelayanan kesehatan dasar, sesuai dengan kompetensinya.
e. Kegiatan lain-lain misalnya promosi untuk sadar gizi, perilaku hidup
bersih dan sehat, penyehatan lingkungan, dan kegiatan
pengembangan.
Untuk mempermudah strategi intervensi, sasaran dibedakan menjadi tiga
kelompok, yang dalam pendekatannya harus dilakukan secara simultan,
ketiga kelompok tersebut adalah (Pahlevi, 2012):
1. Sasaran Primer
Semua individu dan keluarga di desa yang diharapkan mampu
melaksanakan hidup sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan
kesehatan di wilayah desanya.
2. Sasaran Sekunder
Pihak - pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku individu dan
keluarga di desa atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi
perubahan perilaku tersebut yaitu tokoh - tokoh pemerintahan,
masyarakat, agama, perempuan, pemuda, PKK, dan lain – lain.
3. Sasaran Tersier
Pihak - pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan,
peraturan perundang - undangan, tenaga, sarana, dana, dan lain - lain
yaitu Camat, Kepala Desa, Pejabat Pemerintahan lainnya, dunia usaha,
donatur, dan stakeholders lain.

G. Kriteria Desa Siaga


Agar sebuah desa menjadi Desa Siaga maka desa tersebut harus memiliki
forum desa / lembaga kemasyarakatan yang aktif dan adanya sarana / akses
pelayanan kesehatan dasar. Dalam pengembangannya Desa Siaga akan
meningkat dengan membagi menjadi 4 Kriteria Desa Siaga (Pahlevi, 2012) :
1. Tahap Bina
Pada tahap ini forum masyarakat desa mungkin belum aktif, namun telah
ada forum / lembaga masyarakat desa yang telah berfungsi dalam bentuk
apa saja, misalnya kelompok rembug desa, kelompok yasinan atau
persekutuan doa, dan sebagainya. Demikian juga Posyandu dan
Polindesnya mungkin masih pada tahap pertama. Pembinaan intensif
dari petugas kesehatan dan petugas sektor lainnya sangat diperlukan,
misalnya dalam bentuk pendampingan saat ada pertemuan forum desa
untuk meningkatkan kinerja forum dengan pendekatan PKMD.
2. Tahap Tumbuh
Pada tahap ini forum masyarakat desa telah aktif lamdari anggota forum
untuk mengembangkan UKBM sesuai kebutuhan masyarakat selain
posyandu. Demikian juga Polindes dan Posyandu sedikitnya sudah pada
tahap madya.
Pendampingan dari tim Kecamatan atau petugas dari sektor/LSM masih
sangat diperlukan untuk pengembangan kualitas Posyandu atau
pengembangan UKBM lainnya. Hal penting lain yang diperhatikan
adalah pembinaan dari Puskesmas PONED sehingga semua hamil
bersalin nifas serta bayi baru lahir yang risiko tinggi dan mengalami
komplikasi dapat ditangani dengan baik. Disamping itu sistem surveilans
berbasis masyarakat juga sudah sudah dapat berjalan, artinya masyarakat
mampu mengamati penyakit ( menular dan tidak menular ) serta faktor
risiko di lingkungannya secara terus menerus dan melaporkan serta
memberikan informasi pada petugas kesehatan / yang terkait.
3. Tahap Kembang
Pada tahap ini forum kesehatan masyarakat telah berperan secara aktif
dan mampu mengembangkan UKBM-UKBM sesuai kebutuhan
masyarakat dengan biaya berbasis masyarakat. Sistem Kewaspadaan Dini
masyarakat menghadapi bencana dan kejadian luar biasa telah
dilaksanakan dengan baik, demikian juga dengan sistem pembiyaan
kesehatan berbasis masyarakat.
Jika selama ini pembiayaan kesehatan oleh masyarakat sempat terhenti
karena kurangnya pemahaman terhadap sistem jaminan, masyarakat
didorong lagi untuk mengembangkan sistem serupa dimulai dari sistem
yang sederhana dan jelas dibutuhkan oleh masyarakat, misalnya tabulin.
Pembinaan masih diperlukan meskipun tidak terlalu intensif.
4. Tahap Paripurna
Pada tahap ini semua indikator dalam kriteria Desa Siaga sudah
terpenuhi. Masyarakat sudah hidup dalam lingkungan sehat serta
berperilaku hidup bersih dan sehat. Masyarakatnya sudah mandiri dan
siaga tidak hanya terhadap masalah kesehatan yang mengancam , namun
juga terhadap kemungkinan musibah/bencana non kesehatan. .
Pendampingan dari Tim Kecamatan sudah tidak diperlukan lagi. Desa
siaga tidak hanya sekedar konsep yang bertengger di atas awan. Dengan
mengacu visi Departemen Kesehatan agar rakyat indonesia dapat
mewujudkan kesehatan secara mandiri, perlu dilakukan tindakan-
tindakan nyata. Sebagai contoh, pembentukan Pos Kesehatan Desa
(Poskesdes) yang bertujuan agar setiap desa mampu mengidentifikasi dan
mencegah bencana, wabah, kurang gizi dan persoalan - persoalan lain.
Poskesdes diharapkan pula untuk merevitalisasi upaya - upaya kesehatan
bersumber masyarakat seperti posyandu, pos obat desa, ambulans desa,
bank daerah desa, kelompok pemakai air dan koperasi jamban.

H. Visi dan Misi Desa Siaga


1. Visi
a. Mewujudkan Desa menjadi Desa Siaga Sehat.
b. Menuju Desa Sehat 2020.
2. Misi
a. Menggerakkan pembangunan kesehatan.
b. Memelihara dan meningkatkan pengetahuan,SDM.
c. Memberdayakan masyarakat agar mampu berperilaku hidup sehat.
d. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
berkualitas.
e. Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan.
f. Meningkatkan pembiayaan kesehatan.

I. Indikator Keberhasilan Desa Siaga


Keberhasilan upaya Pengembangan Desa Siaga dapat dilihat dari empat
kelompok indikatornya, yaitu (Pahlevi, 2012):
1. Indikator masukan
Indikator masukan adalah indikator untuk mengukur seberapa besar
masukan telah diberikan dalam rangka pengembangan Desa siaga.
Indikator masukan terdiri atas hal-hal berikut:
a. Ada/tidaknya Forum Masyarakat Desa.
b. Ada/tidaknya sarana pelayanan kesehatan serta perlengkapan /
peralatannya.
c. Ada/tidaknya UKBM yang dibutuhkan masyarakat.
d. Ada/tidaknya tenaga kesehatan( minimal bidan ).
e. Ada/tidaknya kader aktif.
f. Ada/tidaknya sarana bangunan / Poskesdes sebagai pusat
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan.
g. Ada/tidaknya alat komunikasi yang telah lazim dipakai masyarakat
yang dimanfaatkan untuk mendukung penggerakan surveilans berbasis
masyarakat misal: kentongan, bedug, dll.
2. Indikator Proses
Indikator proses adalah indikator untk mengukur seberapa aktif upaya
yang dilaksanakan di suatu desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga
Indikator proses terdiri atas hal - hal sebagai berikut :
a. Frekuensi pertemuan Forum Masyarakat Desa.
b. Berfungsi / tidaknya UKBM Poskesdes.
c. Ada / tidaknya pembinaan dari Puskesmas PONED.
d. Berfungsi / tidaknya UKBM yang ada.
e. Berfungsi/tidaknya Sistem Kegawatdaruratan dan Penanggulangan
Kegawat daruratnya dan bencana.
f. Berfungsi / tidaknya Sistem Surveilans berbasis masyarakat.
g. Ada / tidaknya kegiatan kunjungan rumah kadarzi dan PHBS.
h. Ada / tidaknya deteksi dini gangguan jiwa di tingkat rumah tangga.
3. Indikator Keluaran
Indikator Keluaran adalah indikator untuk mengukur seberapa besar hasil
kegiatan yang dicapai di suatu desa dalam rangka pengembangan Desa
Siaga. Indikator keluaran terdiri atas hal - hal berikut :
a. Cakupan pelayanan kesehatan dasar ( utamanya KIA ).
b. Cakupan pelayanan UKBM - UKBM lain.
c. Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang ada dan dilaporkan.
d. Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk
kadarzi dan PHBS.
e. Tertanganinya masalah kesehatan dengan respon cepat.
4. Indikator Dampak.
Indikator dampak adalah indikator untuk mengukur seberapa besar
dampak dari hasil kegiatan desa dalam rangka pengembangan Desa
Siaga. Indikator proses terdiri dari atas hal-hal sebagai berikut.

a. Jumlah penduduk yang menderita sakit.

b. Jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia.

c. Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia.

d. Jumlah balita dengan gizi buruk.

e. Tidak terjadinya KLB penyakit.

f. Respon cepat masalah kesehatan.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu
untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan
masyarakat seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang
berpotensi menimbulkan KLB, kejadian bencana, kecelakaan, dan lain-lain,
dengan memanfaatkan potensi setempat, secara gotong-royong.
Inti dari kegiata Desa Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau
dan mampu untuk hidup sehat. Oleh karena itu dalam pengembangannya
diperlukan langkah-langkah pendekatan edukatif. Yaitu upaya mendampingi
(memfasilitasi) masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran yang berupa
proses pemecahan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya.

B. Saran
Diharapkan masyarakat mampu menyelenggarakan dan mengembangkan
Desa Siaga yang aktif dan tanggap terhadap berbagai masalah-masalah
kesehatan di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Apsari, Afirtha Diah dan Heri Purnomo. (2010). Pencanangan Desa Siaga Sehat
Jiwa. Diakses tanggal 11 April 2013
http://www.jogjatv.tv/berita/24/11/2010/pencanangan-desa-siaga-sehat-jiwa.

Efendi, Ferry. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik


dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Meru, Ijam. 2011. Community Mental Health Nursing. Diakses pada tanggal 14
April 2013 di http://ijammeru.com/2011/04/tutor-community-mental-health-
nursing.html.

Pahlevi, Muhamad Reza. (2012). Konsep Dasar Desa Siaga. Diakses pada tanggal
12 April 2013 di http://muhamadrezapahlevi.com/2012/07/konsep-dasar-desa-
siaga.html

Yogyatv. (2010). Pencanangan Desa Siaga Sehat Jiwa. Diakses pada tanggal 12
April 2013 di http://www.jogjatv.tv/berita/24/11/2010/pencanangan-desa-siaga-
sehat-jiwa.

Yuni, Azmi. (2010). Efektifitas Pengembangan Desa Siaga Sehat Jiwa (DSSJ)
Terhadap Sikap Masyarakat Tentang Masalah Kesehatan Jiwa. Diakses pada
tanggal 12 April 2013 di
http://publikasi.umy.ac.id/index.php/psik/article/view/2537.
KONSEP DESA SIAGA SEHAT JIWA

KEPERAWATAN JIWA II

Dosen Pengampu : Muhammad Syafwani, SKp.,M.Kep.,Sp.Jiwa

Di susun oleh :

Kelompok 6

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

2019
NAMA ANGGOTA

1. Akhmad Dharma Putra : 1714201110067


2. Dina Okhtiarini : 1714201110070
3. Erma Safitri : 1714201110072
4. Fikri : 1714201110074
5. Lismawati : 1714201110076
6. Miranti Rahayu : 1714201110078
7. Nadia Khairunnida : 1714201110080
8. Norah Mathul Qoni’ah : 1714201110084
9. Rianda Putra : 1714201110088
10. Vinna Arlinda : 1714201110090
11. Winda Lestari : 1714201110092
12. Rusmiati : 1714201110094
13. Atika Yuliani : 1714201110096
14. Noor Lilly Rafi’ah : 1714201110098

Anda mungkin juga menyukai