HEART FAILURE
Oleh:
2019
i
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus
HEART FAILURE
Oleh :
dr. Dea Syafira Mahlevi
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................................... i
Halaman Pengesahan........................................................................................................ ii
BAB 1 Pendahuluan........................................................................................................... 1
DAFTAR PUSTAKA………………………….....……………………………........................... 19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Gagal jantung merupakan salah satu masalah kesehatan yang sedang dihadapi
masyarakat dunia akhir-akhir ini. Prevalensi keseluruhan HF pada populasi orang dewasa di
negara maju adalah 2%. Gagal jantung memiliki angka prevalensi lebih dari 5,8 juta di
Amerika Serikat dan lebih dari 23 juta di seluruh dunia (Dubey et al, 2012). Diperkirakan di
Amerika saat ini memiliki gagal jantung kronik dan setidaknya ada 550.000 kasus gagal
jantung baru didiagnosis setiap tahunnya. Pasien dengan gagal jantung akut kira-kira
mencapai 20% dari seluruh kasus gagal jantung. Prevalensi gagal jantung meningkat seiring
dengan usia, 80 % berumur lebih dari 65 tahun (Mappahya, 2004).Prevalensi pada gagal
jantung meningkat antara 2-3% pada usia 75 tahun, sehingga prevalensi pada usia antara
Di Indonesia belum ada data epidemiologi untuk gagal jantung, namun pada Survei
Kesehatan Nasional 2003 dikatakan bahwa penyakit sistem sirkulasi merupakan penyebab
kematian utama di Indonesia (26,4%) dan pada Profil Kesehatan Indonesia 2003 disebutkan
bahwa penyakit jantung berada di urutan ke-delapan (2,8%) pada 10 penyakit penyebab
Gagal jantung merupakan sindrom yang memiliki gambaran: gejala gagal jantung,
sesak nafas tipikal saat istirahat maupun atau selam aktifitas dan atau lemas, tanda-tanda
resistensi cairan seperti kongsti pulmonary dan bengkak pada kaki dan kejadian
abnormalitas dari struktur atau fungsi dari jantung saat istirahat (Vahanian, 2008). Gagal
jantung bisa berasal dari CAD, tekanan darah tinggi, penyakit jantung rematik atau
penyebab lain seperti kardiomiopati, penyakit jantung bwaan, endocarditis, dan miokarditis.
Penyakit ini buka hanya merupakan alasan yang cukup untuk masuk ke rumah sakit secara
urgen, tetapi juga merupakan penyebab utama morbiditas dan mortilitas (Dubey et al, 2012).
1
Gagal jantung akut didefinisikan sebagai serangan cepat dari gejala-gejala atau
tanda-tanda akibat fungsi jantung yang abnormal. Dapat terjadi dengan atau tanpa adanya
sakit jantung sebelumnya. Disfungsi jantung bisa berupa disfungsi sistolik atau disfungsi
diastolik. Gagal jantung akut dapat berupa serangan pertama gagal jantung, atau
Gagal jantung akut yang berat merupakan kondisi emergensi dimana memerlukan
menghilangan kongesti paru, dan perbaikan oksigenasi jaringan (Sudoyo, 2009). Dari uraian
di atas, maka penting bagi kita untuk mengenali gejala gagal jantung secara dini terutama
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Heart Failure.
2. Untuk mengetahui cara mendiagnosis pasien dengan Heart Failure.
3. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada pasien dengan Heart Failure.
1.3 Manfaat
dokter mengenai Heart Failure dalam hal cara mendiagnosis dan tatalaksananya.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gagal jantung merupakan sindrom klinis (sekumpulan tanda dan gejala) yang
patologis dimana terdapat kegagalan jantung memompa darah yang sesuai dengan
kebutuhan jaringan, memiliki gambaran: gejala gagal jantung, sesak nafas tipikal saat
istirahat maupun atau selam aktifitas dan atau lemas, tanda-tanda resistensi cairan seperti
kongesti pulmonare dan bengkak pada kaki dan kejadian abnormalitas dari struktur atau
fungsi dari jantung saat istirahat.. Sekarang ini, gagal jantung dianggap sebagai remodeling
2.2 Epidemiologi
penyakit chaga. Akan tetapi, pada negara berkembang yang terurbanisasi, akibat diet yang
tidak sehat dan pola hidup kurang sehat menyebabkan peningkatan angka insidens penyakit
sebesar 7,2 % , berdasarkan kasus gagal jantung yang sudah didiagnosis oleh tenaga
kesehatan sebesar 12,5% dari semua responden. Angka insidens dan prevalensi terbanyak
gagal jantung pada ras berkulit hitam. Penyebab dari gagal jantung antara lain disfungsi
miokard, endokadr, pericardium, pembuluh darah besar, aritmia, kelainan katub dan
gangguan irama.
.
2.3 Patogenesis
1. Dietary indiscretion
3
3. Myocardial ischemia, infarction
5. Infection
6. Anemia
7. Initiation of medications that worsen the symptoms of HF: CCB, beta bloker, NSAID,
Thiazolidinediones
8. Konsumsi alcohol
9. Kehamilan
Gagal jantung terdapat 2 jenis yaitu gagal jantung sistolik dan gagal jantung diastolik
. Kedua jenis gagal jantung ini terjadi secara tumpang tindih dan tidak dapat dibedakan dari
pemeriksaan fisik, footo thoraks, maupun EKG dan hanya dibedakan dengan eko-Doppler.
Gagl jantung sistolik adalah ketidakmampuan kontraksi jantung memompa sehingga curah
jantung menurun dan menyebabkan kelemahan, kemampuan aktivitas fisik menurun dan
gejala hipoperfusi. Gagal jantung diastolik adalah gangguan relaksasi dan ganguan
pengisian ventrikel. Gagal jantung diastolic didefinisikan sebagai gagal jantung dengan
fraksi ejeksi lebih dari 50%. Diagnosis dibuat dengan pemeriksaan Ekokardiografi. Dopper.
(PAPDI, 2011)
progresivitas beban/penyakit tersebut dan menghasilkan sindrom klinis yang disebut gagal
jantung. Remodeling struktural ini dipicu dan diperberat oleh berbagai mekanisme
asimtomatik).Sindrom gagal jantung yang simtomatik akan tampak bila timbul faktor
presipitasi seperli infeksi, aritmia, infark jantung, anemia, hipertiroid dan kehamilan, aktivitas
demam reuma, endokarditis infektif. Gagal jantung simtomatikjuga akan tampak kalau terjadi
4
kerusakan miokard akibat progresivitas penyakit yang mendasari.Skema di bawah ini dapat
diperkenalkan oleh New York Heart Association (NYHA) tahun 1994 lebih berdasarkan
keluhan subjektif. Berdasarkan NYHA gagal jantung terbagi menjadi 4 klasifikasi yaitu
(PERKI, 2016):
Association (ACC/AHA).. pada tahun 2005 yang menekankan pembagian gagal jantung
bedasarkan progresifitas kelainan struktur dari jantung dan perkembangan status fungsional.
jantung koroner) namun belum ada kelainan struktur jantung (kardiomegali, LVH, dan
5
1. Stage B menandakan ada faktor-faktor resiko gagal jantung seperti pada stage A dan
sudah terdapat kelainan structural, LVH, kardiomegali dengan atau tanpa kelainan
Pada tahap simptomatik terlihat sindrom gagal ginjal seperti cepat capek, sesak
dan edema. Pasien dengan gagal jantung yang akut akan memperlihatkan salah satu dari 6
bentuk gagal jantung akut. Keenam benuk gagal jantung akut adalah:
darah tinggi dan biasanya fungsi sistolik jantung masih relatif cukup baik. Serta
vasokonstriksi.
4. Shock kardiogenik, merupakan bukti adanya tanda-tanda hipoperfusi jaringan
yang disebabkan oleh gagal jantung. Dengan ciri-ciri khas: tekanan sistolik yang
rendah<90 mmHg atau penurunan tekanan rata-rata arteri (MAP) kurang dari 30
mmHg dan tidak adnya produksi urin atau berkurang (<0,5 ml/kg/jam).
5. Gagal jantung kanan terisolasi, ditandai dengan adanya sindroma “low out put”
tanpa disertai oleh kongesti paru dengan peninggian tekanan vena juguaris
dengan atau tanpa hepatomegaly dan tekanan pengisian ventrikel kiri yang
rendah.
6. Sindroma koroner akut dan gagal jantung, episode gaga jantung akut biasanya
6
2.6 Diagnosis Gagal Jantung
Kriteria Mayor
-Kardiomegali
- Gallop S3
- Refluks hepatojugular
- Ronki paru
Kriteria Minor
. Edema ekstremitas
. Dispnea d'effort
. Hepatomegali
. Efusi pleura
. Takikardia(>l20/menit)
Diagnosis gagal jantung ditegakkan minimal ada 1 kriteria major dan 2 kriteria minor.
Evaluasi awal yang perlu dilakukan adalah riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik.
Penilaian perfusi perifer, suhu kulit, peninggian pengisian vena, adanya murmur sistolik,
7
murmur diastolic, demikian juga dengan irama gallop perlu diidentifikasi pada auskultasi
bunyi jantung. Kongesti paru juga perlu dideteksi dengan auskultasi dada dimana ditemukan
pada fase akut. Tekanan pengisian jantung kanan dapat dinilai dari evaluasi pengisian vena
jugularis. Efusi pleura umunya ditemukan pada saat dekompensasi akut dari gagal jantung.
informasi yang sangat penting meliputi frekuensi jantung, irama jantung, sistem konduksi
dan etiologi dari gagal jantung akut. Serta, Foto thoraks yang perlu diperiksakan secepat
mungkin saat masuk pasien yang diduga dengan gagal jantung akut, untuk menilai kongsti
paru dan untuk mengetahui kelainan paru dan jantung yang lain seperti efusi pleura maupun
kardiomegali.
Analisa gas darah arterial memungkinkan kita untuk memeriksa oksigenasi (pO2)
fungsi respirasi (pCO2) dan keseimbangan asam basa (pH) yang harus dinilai pada pasien
dengan distress respiratori berat. Asidosis merupakan pertanda perfusi jaringan yang buruk.
Pemeriksaan laboratorium yang diperiksa yaitu pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, urea,
kreatinin, gula darah, albumin, enzim hati dan INR.Pemeriksaan Natriuretic Peptide ( BNP
atau NT pro BNP) akan menentukan prognosis yang penting. Ekokardiografi memegang
peranan yang sangat penting untuk mengevaluasi kelainan structural dan fungsional dari
2.7 Penatalaksanaan
Target terapi awal dari manajemen gagal jantung akut adalah memperbaiki gejala-
gejala dan keluhan dan menstabilkan kondisi hemodinamik, oksigenasi, perfusi organ.
8
4. Bila irama janntung dan debar jantung tidak normal, maka pacu jantung anti
aritmia.
saturasi O2 arterial > 95%, atau >90% pada penderita PPOK. Hati-hati pada penderita
dengan obstruktif saluran nafas yang berat untuk mencegah hiperkapnia. Morfin harus
dipertimbangkan pada stadium awal gagal jantung akut terutama bila pasien neampak
gelisah, ansietas dn nyeri dada. Morphin diberikan bolus 2,5-5 mh IU dan dapat diulang
seperlunya. Respirasi harus dimonitor, kadang timbul nausea dan bila perlu boleh pakai anti
emetic. Hati-hati pada hipotensi, bradikardi AV block lanjut dan retensi CO2.
Beberapa hal yang perlu diingat : Manfaat simptomatik diuretic sudah terbukti dan
sudah diterima dan sudah diterima secara universal . Pasien dengan hipotensi (sistolik <90
nimHg) hiponatremia berat dan acidosis tidak sama responsifnya terhadap terapi diuretika. .
Dosis tinggi diuretika dapat memicu hipoalbuminemia dan hiponatremia dan meningkatkan
kemungkinan hipotensi apabila bersamaan dengan ACE I atau ARB. Opsi terapi alternatif
diuretic dosis tinggi. Bagaimana cara pemberian loop diuretika pada GJA. . Dosis awal yang
dianjurkan adalah 20-40mg I.V (0,5 – 1 mg bumetadine; 10-20 mg torasemide) atau harus
samaatau lebih dari dosis sehari-hari yang biasa didapat.Pada fase awal ini pasien harus
sering diawasi terutama mengenai produksi urine. Pemasangan kateter urine umumnya
perlu untuk memonitor produksi urine, dan mengetahui secara cepat respons pengobatan.
Pada pasien dengan bukti adanya volume overload dosis furosemide IV dapat
ditingkatkan,sesuai denganfungsi renal dan pemakaian oral diuretika yang sudah lama
sebelumnya. Pada pasien seperti ini, pemakaian furosemide IV secara continous (IV drips)
melebihi 100 mg untuk 6 jam peftama, dan 240 mgpada 24 jam pertama.
. Hipokalemia,hiponatremia, hiperuricemia
9
-Aktivasi neurohormonal
1. Nonfarmakologis
2. Farmakologis
3. Pemakaian alat dan tindakan bedah
Penatalaksanaan umum non farmakologis, meliputi
1. Edukasi mengenai gagal jantung, penyebab, dan bagaimana mengenal serta
rehabilitasi
3. Edukasi pola diet, kontrol asupan garam, air dan kebiasaan minum alcohol.
Untuk pembatasan asupan garam belum ada guidelines yang pasti, namun
1,5-2 L/hari harus dilakukan pada pasien dengan gejala gagal jantung berat
pada pasien yang obesitas (BMI>30 kg/m2) harus dilakukan untuk mencegah
10
BAB 3
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. K
Usia : 62 tahun
Alamat : Kabuh
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia
11
I. Anamnesis (Autoanamnesis dan Heteroanamnesis : Anak pasien)
Keluhan Utama : Ngongsrong
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan ngongsrong sejak 1 minggu ini. Ngongsrong
dirasakan saat aktifitas ringan seperti berjalan ke kamar mandi. Pasien juga mengaku sering
terbangun malam hari. Jika tidur pasien selalu menggunakan 2 bantal untuk mengurangi
keluhan ngongsrongnya. Pasien juga mengaku 3 hari ini kedua kakinya bengkak namun
cahaya (+/+)
Leher Inspeksi : simetris, edema (-), massa (-)
JVP : R+2cmH2O
Thorax Inspeksi Umum:
Bentuk dada kesan normal, simetris, retraksi (-), tidak ada deformitas,
Jantung
12
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Paru-paru
Perkusi :
redup redup
RefillTime
Genitalia Inspeksi : Warna kulit kemerahan, tidak didapatkan luka, tidak
13
III. Rencana Diagnosis
Darah Lengkap
GDA
Fungsi Ginjal
Fungsi Liver
Serum Elektrolit
Foto Thorax AP
EKG
IV. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium (27 – 03 – 2019) :
Darah Lengkap
Kimia Darah
14
Gula Darah Sewaktu 150 Mg/dL <200 dbn
Serum Elektrolit
15
Hasil Bacaan Radiologi :
EKG :
16
Hasil : SR, HR : 100x/menit, kesan LAD, PVC Occasional
V. Diagnosis Kerja
Acute Lung Oedem et causa Heart Failure
II. Rencana Terapi
O2 NRBM 8 – 10 lpm
Semifowler Position
IVFD PZ 7tpm Inj. Ranitidine 2x50mg Inj. Furosemide 3x40mg
III. Rencana Monitoring P.O. Micardis 0-0-40mg
Observasi Keluhan P.O Atorvastatine 0-0-40mg
Observasi Vital Sign
Observasi Produksi Urin
IV. Rencana Edukasi
Memberikan pengertian kepada pasien dan/atau keluarganya tentang perjalanan
DAFTAR PUSTAKA
Dubey, L, Sharma SK, Chaurasia AK. 2012. Clinical Profile of Patients Hospitalized with
4 (4), p103-105.
Gopal, M, Karnath B. 2009. Clinical Diagnosis of Heart Failure. Review of Clinical Sign. p9-
15.
17
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler, 2016. Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung.
Edisi pertama.
Perhimpunan Dokters Spesialis Penyakit Dalam, 2011. Gagal Jantung Akut. Jakarta : Interna
Publishing
Sudoyo, AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata,M, Setiati S. 2009. Buku Ajar Penyakit Dalam.
2008. ESC Guidelines for Diagnosis and Treatment of Acute and Chronic Heart
Yancy, CW, Jessup M, Bozkurt B, Butler J, Casey DE, Drazner MH, Fonarow GC, Geraci
SA, Horwich T, Januzzi JL, Johnson MR. 2013. 2013 ACCF/AHA Guideline for the
18