Analysis of Factors Associated with Pulmonary TB incidence of children in Sibuhuan General Hospital
ABSTRAK
Jumlah penderita TB paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat Saat ini sudah mulai
banyak ditemukan anak-anak dan balita yang terkena TB paru pada kelompok umur < 1 tahun
sebanyak 2‰, pada kelompok umur 1-4 tahun sebanyak 4‰ dan pada kelompok umur 5-14
tahun sebanyak 0.3‰. TB pada anak akan lebih berbahaya karena akan lebih mudah berlanjut
ke TB paru yang lebih berat dan terjadi TB ekstra paru.
Penelitian ini menggunakan desain crossectional untuk mengetahui fakto-faktor yang
berhubungan dengan kejadian TB paru anak di RSUD Sibuhuan. Lokasi penelitian ini
dilaksanakan di RSUD Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas. Populasi dan sampel dalam
penelitian ini yaitu seluruh anak usia 0-5 tahun yang datang berobat ke poliklinik paru RSUD
Sibuhuan sebanyak 55 orang anak. Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan
program computer dengan uji chi-square tingkat kepercayaan 95%.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki jenis kelamin laki-laki,
status gizi normal, sosial ekonomi rendah, tidak medanpatkan imunisasi BCG. Terdapat
hubungan antara status gizi (p<0,001), sosial ekonomi (p<0,001) dan imunisasi BCG (p=0,034)
dengan kejadian TB Paru anak di RSUD Sibuhuan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
terdapat hubungan antara status gizi, sosial ekonomi dan imunisasi BCG dengan kejadian TB
Paru anak di RSUD Sibuhuan.
ABSTRACT
The number of pulmonary tuberculosis patients from year to year in Indonesia continues to
increase Nowadays, many children and children under five years of age are exposed to
pulmonary tuberculosis in the <1 year age group of 2 ‰, in 1-4 years age group of 4 ‰ and in
groups age 5-14 years as much as 0.3 ‰. TB in children will be more dangerous because it will
more easily progress to more severe pulmonary TB and extra pulmonary TB occurs.
This research use crossectional design to know facto-factor related to child pulmonary TB
incident in Sibuhuan General Hospital. The location of this research is conducted in Sibuhuan
Sibuhuan General Hospital. Population and sample in this research is all children aged 0-5
years who come treatment to polyclinic lung as many as 55 child. Data analysis technique in
this study using computer program with chi-square test of 95% confidence level.
The children who were treated to the Lung Polyclinic were positive for lung tuberculosis as
many as 26 children (47.3%) while negative children suffered from tuberculosis as many as 29
children (52,7%). Children suffering from lung tuberculosis are mostly male (14,8%), children
suffering from lung TB majority have less than 17 (65,4%), low economic status 14 people
(53,8% ) and did not get BCG immunization as many as 19 people (73,1%).
The results of this study indicate that the majority of respondents have male gender, normal
nutritional status, low socioeconomic, not medanpatkan BCG immunization. There was a
relationship between nutritional status (p <0.001), socioeconomic (p <0.001) and BCG
2
sosial ekonomi, imunisasi BCG, kejadian Tabel 2 Analisis Faktor yang Berhubungan
TB paru anak Dengan Kejadian TB Paru Anak di
RSUD Sibuhuan
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Penderita
TB Paru Anak Variabel P
Status Gizi <0,001
Variabel F (%) Sosial Ekonomi <0,001
Jenis Kelamin Imunisasi BCG 0,034
Constant 0,002
Laki-Laki 33 60
Perempuan 22 40 Hasil penelitian ini menunjukkan
Total 55 100 bahwa ada hubungan antara status gizi
Status Gizi F (%) (p<0,001), sosial ekonomi(p<0,001) dan
imunisasi BCG (p=0,034) dengan kejadian
Kurang 20 36,4
TB Paru anak di RSUD Sibuhuan.
Normal 35 63,6
Total 55 100 Hubungan Status Gizi dengan Kejadian
Sosial Ekonomi F (%) TB Paru Anak
Rendah 32 58,2
Anak yang mengalami kekurangan gizi
Tinggi 23 41,8 akan menimbulkan penurunan daya tahan
Total 55 100 tubuh karena adanya kekurangan energi dan
Imunisasi BCG F (%) protein akan terjadi penurunan sintesis
asam amino dan terjadi perubahan dalam
Mendapatkan 23 41,8 sel mediator imunitas sehingga
Tidak dapat 32 58,2 memudahkan terjadinya suatu infeksi
Total 55 100 termasuk juga infeksi oleh kuman penyebab
Kejadian TB F (%) TB.
Paru Anak Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa ada hubungan antara status gizi
Positif TB paru 26 47,3 (p<0,001) dengan kejadian TB Paru anak di
Negatif TB paru 29 52,7 RSUD Sibuhuan. Hasil penelitian yang
Total 55 100 sejalan diungkapkan didalam hasil
penelitian Welafubun (2012) yang
Hasil penelitian ini menunjukkan memperlihatkan bahwa terdapat hubungan
bahwa mayoritas responden memiliki jenis antara status gizi dengan kejadian TB Paru
kelamin laki-laki sebanyak 33 orang (60%) padaanak dengan p value : 0,039, OR : 3,6
dan jenis kelamin perempuan sebanyak 22 (CI : 1,038 – 12,481)
orang (40%). Mayoritas responden Hasil penelitian lainnya diungkapkan
memiliki status gizi baik sebanyak 35 orang Hillaliah (2010) yang menyimpulkan
(63,6%) dan status gizi kurang sebanyak 20 bahwa status gizi kurang merupakan faktor
orang (36.4%). Mayoritas responden yang paling dominan dalam kejadian
memiliki sosial ekonomi rendah sebanyak tuberkulosis pada anak dengan risiko
32 orang (58,2%) dan sosial ekonomi baik sebesar 7,02 kali dibandingkan dengan anak
sebanyak 23 orang 41,8%). Mayoritas yang mempunyai status gizi yang baik. Hal
responden tidak mendapatkan imunisasi yang tidak jauh berbeda didapatkan didalam
BCG sebanyak 32 orang(58,2%) dan penelitian Rachmawati (2009) yang
responden yang mendapatkan imunisasi menunjukkan ada hubungan yang
BCG sebanyak 23 orang (41,8%). Pasien signifikan antara status gizi dengan
yang positif menderita TB paru sebanyak kejadian Tuberkulosa pada anak dengan p
26 orang (47,3%) dan sebanyak 29 orang value =0,026.
(52,7%) negative TB paru .
6
Menurut Crofton, Horne, & tubuh anak, sehingga anak tidak mudah
Miller(1998) didalam Rachmawati (2009) menderita penyakit TB. Dan bila terinfeksi
bahwa kondisi status gizi buruk atau pun, anak dengan status gizi yang baik
malnutrisi akan menurunkan daya tahan cenderung menderita TB ringan
tubuh. Oleh karena itu, dengan penurunan dibandingkan dengan yang gizi buruk.
daya tahan tubuh akan memudahkan anak Hal ini tidak terlepas dari penurunan
untuk terkena penyakit infeksi termasuk daya tahan tubuh, kekurangan energi dan
penyakit tuberkulosa. protein sehingga akan terjadi penurunan
Hal ini semakin diperkuat oleh sintesis asam amino, selain itu juga akan
pandangan Wahyu (2008) didalam terjadi perubahan dalam sel mediator
(Hillaliah, 2010) bahwa status gizi buruk imunitas, dalam fungsi bakterisidal netropil
menjadi faktor beresiko bayi dan anak-anak dan system komplemen dalam respon Ig A.
lebih rentan terinfeksi Mycobacterium sekresi Ig A yang rendah bersamaan dengan
tuberculosis penyebab penyakit penurunan imunitas makrosa akan
tuberculosis. Menurut Achmadi (2008) memudahkan kolonisasi dan kontak antara
didalam Hillalah (2010) bahwa status gizi mikroorganisme pathogen dan sel epitel.
menjadi salah satu faktor kependudukan
yang meningkatkan resiko terjadinya Hubungan Antara Sosial Ekonomi
penularan TB paru anak. Responden dengan Penyakit TB Paru
Salah satu faktor yang mempengaruhi Anak
terjangkitnya penyakit tuberkulosis paru
adalah status gizi. Menurut Puspita (2016) Keadaan sosial ekonomi merupakan
bahwa status gizi yang yang buruk akan hal penting pada kasus TBC. Pembelajaran
meningkatkan risiko penyakit tuberkulosis sosiologis menyebutkan adanya korelasi
paru. Sebaliknya, tuberkulosis paru positif antara TBC dengan kelas sosial yang
berkontribusi menyebabkan status gizi mencakup pendapatan,perumahan,
buruk karena proses perjalanan penyakit pelayanan kesehatan, lapangan pekerjaan
yang mempengaruhi daya tahan tubuh. dan tekanan ekonomi. Keadaan rumah,
Masalah gizi menjadi penting karena kepadatan hunian, lingkungan rumah,
perbaikan gizi merupakan salah satu upaya lingkungan dan sanitasi tempat bekerja
untuk memutus lingkaran setan penularan yang buruk dapat memudahkan penularan
dan pemberantasan tuberkulosis di TB paru. Pendapatan keluarga yang kecil
Indonesia. mengakibatkan orang tidak dapat hidup
Pasien TB paru baik pada anak dan layak dan memenuhi syarat-syarat
orang dewasa seringkali mengalami kesehatan.
penurunan status gizi, bahkan dapat Hasil penelitian ini menunjukkan
menjadi malnutrisi bila tidak diimbangi bahwa tidak ada hubungan antara sosial
dengan pola konsumsi yang tepat yang ekonomi (p=0,921) dengan kejadian TB
menyebabkan terjadinya infeksi penyerta Paru anak di RSUD Sibuhuan. Hasil
pada penderita TB paru. Beberapa faktor penelitian Azis dkk (2009) menunjukkan
yang berhubungan dengan status gizi pada bahwa terdapat hubungan antara status
pasien TB paru adalah tingkat kecukupan ekonomi keluarga dengan kejadian TB pada
energi dan protein, perilaku pasien terhadap balita di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau
makanan dan kesehatan, lama menderita ( p= 0,0012 & OR= 2,587), hal ini berarti
TB paru, serta pendapatan perkapita pasien. status ekonomi keluarga memiliki resiko
Menurut penulis didalam penelitian ini 2.587 kali lebih besar terjadinya kejadian
bahwa eratnya hubungan antara status gizi TB paru anak. Hasil penelitian yang tidak
dengan kejadian TB paru anak dikarenakan jauh berbeda diungkapkan Rachmawati
kondisi anak dengan status gizi kurang akan (2009) yang menunjukkan bahwa status
sangat rentan untuk terkena penyakit ekonomi berhubungan erat dengan kejadian
Tuberkulosa. Status gizi pada anak sangat Tuberkulosa anak ( p=0.001).
penting, karena status gizi yang baik akan Menurut Sari, (2005) selain faktor
meningkatkan daya tahan dan kekebalan medis, faktor sosial ekonomi juga sangat
7
bahwa BCG mengurangi risiko TB dengan sampai umur 2 bulan). Anak yang telah
efektifitas 50%. Imunitas yang terbentuk diberikan imunisasi BCG dapat ditemukan
tidaklah menjamin tidak terjadi infeksi TB adanya jaringan parut (scar) pada lengan
pada seseorang, tetapi bila terjadi infeksi kanan
tidak progresif dan tidak menimbulkan Menurut asumsi penulis, meskipun
komplikasi yang berat. anak sudah diberikan imunisasi BCG
Sebenarnya keefektifan imunisasi ternyata anak masih terkena penyakit
BCG pun bervariasi sekitar 0-80%, dan Tuberkulosa. Hal ini ada kemungkinan
factor-faktor yang mempengaruhi diakibatkan banyak factor diantaranya
efektifitas BCG terhadap TB adalah waktu pemberiannya yang kurang tepat,
perbedaan vaksin BCG, mycobacterium cara pemberian, dosis dan penyimpanan
lingkungan yang tinggi, factor genetic, vaksin yang kurang tepat atau oleh sebab
status gizi dan factor lain seperti paparan lain sehingga efektifitas proteksi dari
sinar ultraviolet terhadap vaksin dan vaksin BCG tersebut tidak optimal
kesalahan teknik penyuntikan atau oleh
sebab lainny.. KESIMPULAN
Sementara menurut Murniasih (2007)
bahwa anak yang telah diberikan imunisasi Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu:
BCG (ada jaringan parut atau scar pada 1. Mayoritas responden memiliki jenis
lengan kanan) ternyata menderita kelamin laki-laki, status gizi normal,
Tuberkulosis paru anak, hal ini disebabkan sosial ekonomi rendah, tidak
anak tersebut telah terinfeksi kuman medanpatkan imunisasi BCG .
Tuberkulosis sebelum diberikan imunisasi 2. Anak-anak yang positif menderita TB
BCG sehingga imunisasi BCG yang paru sebanyak 26 orang dan anak-anak
diberikan hanya untuk meningkatkan yang negative menderita TB paru
imunitas terhadap Mycobacterium sebanyak 29 orang.
tuberculosis agar penyakit TB paru tidak 3. Ada hubungan antara status gizi, sosial
semakin parah dan tidak menyebabkan ekonomi dan imunisasi BCG dengan
komplikasi bukan untuk menyembuhkan kejadian TB Paru anak di RSUD
TB paru. Sibuhuan
Pada penelitian yang dilakukan
sebenarnya daerah di Kabupaten SARAN
Padanglawas pada umumnya anak balita
yang menderita tuberkulosis paru sebagian 1. Rumah Sakit dipaharapkan dapat
besar sudah mendapat imunisasi BCG melakukan kordinasi dengan Dinas
karena pemberian imunisasi BCG Kesehatan Kabupaten Padanglawas
merupakan kebijakkan Departemen dalam melakukan pencegahan dini
Kesehatan RI pada tahun 2002 dimana penyakit TB paru anak di Kabupaten
setiap anak yang lahir di rumah sakit dan Padanglawas dengan meningkatkan
fasilitas kesehatan yang memadai imunisasi pemberian imunisasi BCG di Rumah
BCG diberikan segera setelah lahir namun Sakit kepada anak-anak.
adapun anak yang tidak mendapatkan 2. Rumah Sakit diharapkan memberikan
imunisasi BCG kemungkinan ketika lahir pelayanan yang optimal kepada pasien
mendapatkan pertolongan dari dukun bayi TB paru anak dalam upaya pengobatan
ataupun persalinan dengan nakes di rumah. TB paru anak di Kabupaten
Anak balita yang tidak imunisasi BCG juga Padanglawas.
pada umumnya berasal dari lokasi 3. Dinas Kesehatan Kabupaten Padang
bertempat tinggal jauh dari fasilitas Lawas dapat meningkatkan respon
kesehatan yang memadai dan orang tua kewaspadaan dini terhadap terjadinya
lupa atau tidak mengetahui informasi penyakit TB paru anak Kabupaten
tentang imunisasi BCG terhadap anaknya Padanglawas melalui puskesmas
yang seharusnya diberikan imunisasi BCG 4. Bagi Dinas Kesehatan, puskesmas, dan
dalam masa inkubasi (setelah lahir atau instansi terkait, perlu meningkatkan
9
20. Sari,Aprilia Dwi. 2006. Faktor-faktor gambaran rontgen paru pada pasien
yang mempengaruhi kejadian tuberkulosis. Manado:Universitas Sam
Tuberkulosis Paru Pada Anak (0-14 Ratulangi.
tahun) di Kabupaten Jember Tahun 25. Yulistyaningrum, Rezeki sri. 2010.
2005-2006. Univeristas Airlangga Hubungan Riwayat Kontak Penderita
Surabaya. Skripsi. Tuberkulosis Paru (TB) Dengan
21. Wahyu (2008) Kejadian Tb Paru Anak Di Balai
22. Welafubun, Aligonda Juanti. 2012. Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4)
Faktor - Faktor Risiko Kejadian TB Purwokerto. Jurnal Kesmas Vol. 4, No.
Paru Pada Anak Usia 0-5 Tahun di 1, Januari 2010 : 1 - 75 ISSN : 1978-
BKPM Semarang (Balai Kesehatan 0575.
Paru Masyarakat) Tahun 2012. 26. Yustikarini, Kamalina. 2014. Faktor
Universitas Dian Nusawantoro Risiko Sakit Tuberkulosis pada Anak
Semarang. Skripsi. yang Terinfeksi Mycobacterium
23. WHO. 2014. Roadmap for Childhood Tuberculosis. Sari Pediatri, Vol. 17, No.
Tuberculosis Towards Zero Death. 2, Agustus 2015.
WHO Library .
24. Wokas, Jonathan. 2014. Hubungan
antara status gizi, sputum BTA dengan