Anda di halaman 1dari 10

1

Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian TB Paru Anak


di Rumah Sakit Umum Daerah Sibuhuan

Analysis of Factors Associated with Pulmonary TB incidence of children in Sibuhuan General Hospital

Putra Apriadi Siregar1,


1
STIKES Widya Husada Medan
Email : siregar.putra56@gmail.com
Alamat Korespondensi : Jalan Pancing No.116,
Medan, Sumatera Utara, Indonesia

ABSTRAK
Jumlah penderita TB paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat Saat ini sudah mulai
banyak ditemukan anak-anak dan balita yang terkena TB paru pada kelompok umur < 1 tahun
sebanyak 2‰, pada kelompok umur 1-4 tahun sebanyak 4‰ dan pada kelompok umur 5-14
tahun sebanyak 0.3‰. TB pada anak akan lebih berbahaya karena akan lebih mudah berlanjut
ke TB paru yang lebih berat dan terjadi TB ekstra paru.
Penelitian ini menggunakan desain crossectional untuk mengetahui fakto-faktor yang
berhubungan dengan kejadian TB paru anak di RSUD Sibuhuan. Lokasi penelitian ini
dilaksanakan di RSUD Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas. Populasi dan sampel dalam
penelitian ini yaitu seluruh anak usia 0-5 tahun yang datang berobat ke poliklinik paru RSUD
Sibuhuan sebanyak 55 orang anak. Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan
program computer dengan uji chi-square tingkat kepercayaan 95%.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki jenis kelamin laki-laki,
status gizi normal, sosial ekonomi rendah, tidak medanpatkan imunisasi BCG. Terdapat
hubungan antara status gizi (p<0,001), sosial ekonomi (p<0,001) dan imunisasi BCG (p=0,034)
dengan kejadian TB Paru anak di RSUD Sibuhuan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
terdapat hubungan antara status gizi, sosial ekonomi dan imunisasi BCG dengan kejadian TB
Paru anak di RSUD Sibuhuan.

Kata Kunci : Status Gizi, sosial ekonomi, imunisasi, TB Paru

ABSTRACT
The number of pulmonary tuberculosis patients from year to year in Indonesia continues to
increase Nowadays, many children and children under five years of age are exposed to
pulmonary tuberculosis in the <1 year age group of 2 ‰, in 1-4 years age group of 4 ‰ and in
groups age 5-14 years as much as 0.3 ‰. TB in children will be more dangerous because it will
more easily progress to more severe pulmonary TB and extra pulmonary TB occurs.
This research use crossectional design to know facto-factor related to child pulmonary TB
incident in Sibuhuan General Hospital. The location of this research is conducted in Sibuhuan
Sibuhuan General Hospital. Population and sample in this research is all children aged 0-5
years who come treatment to polyclinic lung as many as 55 child. Data analysis technique in
this study using computer program with chi-square test of 95% confidence level.
The children who were treated to the Lung Polyclinic were positive for lung tuberculosis as
many as 26 children (47.3%) while negative children suffered from tuberculosis as many as 29
children (52,7%). Children suffering from lung tuberculosis are mostly male (14,8%), children
suffering from lung TB majority have less than 17 (65,4%), low economic status 14 people
(53,8% ) and did not get BCG immunization as many as 19 people (73,1%).
The results of this study indicate that the majority of respondents have male gender, normal
nutritional status, low socioeconomic, not medanpatkan BCG immunization. There was a
relationship between nutritional status (p <0.001), socioeconomic (p <0.001) and BCG
2

immunization (p = 0.034) with incidence of pediatric TB in Sibuhuan General Hospital. The


conclusion of this research is there is correlation between nutritional status, socioeconomic and
BCG immunization with incidence of child lung TB.

Keywords: Nutritional status, socioeconomic, immunization, pulmonary TB.

PENDAHULUAN mendapat imunisasi, virulensi serta jumlah


kuman memegang peran penting dalam
Situasi TB di dunia semakin sakit TB paru ( Rahajoe, 2007).
memburuk, sebahagian besar negara di Pada tahun 2012, Kementerian
dunia yang dikategorikan “high burden Kesehatan RI melaporkan bahwa Negara
countries”. Kasus baru Tuberkulosis di Indonesia memiliki 202.301 penderita TB
dunia mengalami peningkatan secara paru kemudian mengalami penurunan pada
perlahan di setiap peristiwa per kapita tahun 2013 menjadi 196.310 penderita TB
sejalan dengan peningkatan penduduk. paru di Indonesia ( Kemenkes, 2013).
Berdasarkan estimasi kasus TB pada tahun Prevalensi kejadian TB berdasarkan
2013 diketahui bahwa penderita TB berasal diagnosis sebesar 4‰ dari jumlah
dari benua Asia (56%) dan benua Afrika penduduk, dengan kata lain rata-rata tiap
(29%). Mediterania (4%), Eropa (4%) dan 100.000 penduduk Indonesia terdapat 400
Amerika (3%). Terdapat beberapa negara orang yang didiagnosis kasus TB oleh
sebagai penyumbang penderita TB terbesar tenaga kesehatan. Salah satu upaya untuk
yaitu, Negara India (2-2,3 juta penderita mengendalikan TB yaitu dengan
TB), Negara China (900 ribu-1,1 juta pengobatan namun data Kemenkes tahun
penderita TB), Negara Nigeria (340 - 880 2013 menunjukkan bahwa dari sebanyak
ribu penderita TB ), Negara Pakistan (370- 194.853 orang menderita TB paru di
650 ribu penderita TB) dan Negara Indonesia dan ternyata yang mengalami
Indonesia (410-520 ribu penderita TB) tingkat kesembuhan untuk pasien TB paru
(WHO, 2014) . hanya sebanyak 161.365 orang ( 82.8%)
Anak yang terinfeksi TB tidak selalu dengan pengobatan lengkap hanya
akan mengalami sakit TB, 10%-15% yang sebanyak 14.964 kasus ( 7.7%) (Kemenkes,
terinfeksi TB akan menjadi sakit TB. 2013).
Pemberian terapi pencegahan pada anak Menurut Depkes (Kemenkes 2011)
infeksi TB mengurangi kemungkinan bahwa tingginya angka prevalensi jumlah
berkembangnya sakit TB. Anak yang kasus TB paru tidak terlepas dari tingginya
terinfeksi tuberkulosis dapat tingkat resiko penularan TB paru yang
memperlihatkan hasil uji tuberkulin positif terjadi. Sumber penularan pasien TB paru
tanpa ditemukan kelainan manifestasi terletak pada waktu batuk atau bersin
klinis, radiologis, ataupun laboratorium. sehingga pasien menyebarkan bakteri
Anak yang sudah terinfeksi TB harus Mycrobacterium Tuberkulosis ke udara
dicegah untuk berkembang menjadi sakit dalam bentuk percikan dahak dimana jika
tuberculosis ( Nguyen, 2009). Faktor yang penderita TB paru sekali batuk dapat
memengaruhi seseorang anak sakit TB menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.
adalah daya tahan tubuh yang lemah, sosial Pasien yang suspek TB paru dengan batuk
dan ekonomi yang rendah, kemiskinan, lebih dari 48 kali/malam akan menginfeksi
perumahan yang kurang memenuhi syarat 48% dari orang yang kontak dengan pasien.
kesehatan, kepadatan penduduk, besar Sementara pasien yang batuk kurang dari
keluarga, gizi kurang, serta kebersihan 12 kali/malam menginfeksi 28% dari
lingkungan. Disamping itu, ada faktor lain, kontaknya (Depkes, 2009).
seperti sumber penularan penyakit, usia, Faktor yang memungkinkan seseorang
tidak terpapar bakteri Mycrobacterium
Tuberkulosis ditentukan oleh konsentrasi
percikan dalam udara dan lamanya
3

menghirup udara tersebut. Umumnya memperlihatkan telah terjadi suatu


penularan terjadi dalam ruangan dimana fenomena terbaru terkait kejadian TB paru
percikan dahak berada dalam waktu yang yang sudah menyerang kelompok umur
lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah anak-anak dan balita (Kemenkes, 2014).
percikan, sementara sinar matahari Banyaknya terjadi penyakit TB pada
langsung dapat membunuh bakteri anak-anak dan balita tidak terlepas dari
Mycrobacterium Tuberkulosis. Percikan buruknya perilaku anggota keluarga dalam
dapat bertahan selama beberapa jam dalam menjaga kebersihan diri yang disebabkan
keadaan gelap dan lembab. Daya penularan anggota keluarga yang tidak memiliki
seorang pasien ditentukan oleh banyaknya pengetahuan tentang pencegahan penularan
bakteri Mycrobacterium Tuberkulosis yang TB. Dalam hal pengendalian Tuberkulosis
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi ini yang sangat perlu dilakukan adalah
derajat kepositifan hasil pemeriksaan memberikan pendidikan atau penyuluhan
dahak, makin menular pasien tersebut. kesehatan kepada masyarakat khususnya
(Depkes, 2009). kepada penderita TB dan anggota keluarga
Terdapat dua faktor penting terjadinya termasuk anak-anak dan balita (Sembiring,
penularan yaitu penderita yang 2012).
menimbulkan agent dan lingkungan di Berdasarkan data Kemenkes pada
sekitar penderita. Agent di udara tahun 2013 memperlihatkan bahwa
disebabkan karena perilaku penderita yang Proporsi BTA (+) TB paru di Indonesia
meludah di sembarang tempat dan terbanyak berada di Provinsi Jawa Timur
ketidakteraturan berobat, faktor lingkungan sebanyak 23.703 penderita TB paru,
penderita antara lain lingkungan perumahan Provinsi Jawa Barat sebanyak 33.460
yang buruk dapat menularkan TB pada penderita TB paru, Provinsi Sumatera Utara
anggota keluarganya (Depkes, 2009). Hal sebanyak 16.930 penderita TB paru.
ini semua tidak terlepas dari minimnya Laporan Kemenkes tahun 2013 juga
pengetahuan penderita TB dan anggota menunjukkan bahwa Provinsi Sumatera
keluarga penderita TB tentang bahaya dan Utara menjadi daerah dengan jumlah
pencegahan penularan TB. penderita kasus TB usia 0-14 tahun
Pemberantasan tuberkulosis paru, sebanyak 98 kasus, hal ini membuat
keluarga atau masyarakat diharapkan bukan Provinsi Sumatera Utara menjadi daerah
hanya berperan dalam pengawasan minum terbanyak ketiga jumlah penderita TB paru
obat penderita saja, tetapi juga berperan anak usia 0-14 tahun di Indonesia bersama
untuk mengajarkan hidup sehat dan dengan Provinsi Jawa Timur sebanyak 190
menganjurkan pemanfaatan pelayanan kasus dan Provinsi Jawa Barat sebanyak
kesehatan sehingga prevalensi penderita TB 203 kasus (Kemenkes, 2014).
paru tidak semakin meningkat dan tidak Salah satu upaya pencegahan penyakit
terjadi penularan TB didalam anggota TB, yaitu dengan pemberian imunisasi.
keluarga (Sembiring, 2012). Saat ini sudah Pemahaman tentang imunisasi diperlukan
mulai banyak ditemukan anak-anak dan sebagai dasar dalam memberikan asuhan
balita yang terkena TB paru, hal ini kebidanan terutama pada anak sehat dan
mengindikasikan penularan TB paru implikasi konsep imunisasi pada saat
didalam anggota keluarga semakin merawat anak sakit, khususnya pada kasus
mengkhawatirkan ( Depkes, 2009). tuberculosis , difteri, pertussis, tetanus,
Berdasarkan Data Riset Kesehatan polio, campak, dan hepatitis.
Dasar Tahun 2013 memperlihatkan Imunisasi bisa dilakukan melalui
diagnosis TB paru pada kelompok umur < 1 beragam teknik, dan kebanyakan melalui
tahun sebanyak 2‰, pada kelompok umur vaksinasi. Vaksin melawan mikrorganisme
1-4 tahun sebanyak 4‰ dan pada kelompok yang menyebabkan penykit dan
umur 5-14 tahun sebanyak 0.3‰ sedangkan menyiapkan sistem kekebalan tubuh,
pada kelompok umur orang dewasa lainnya sehingga membantu memerangi atau
juga menunjukkan prevalensi yang sama mencegah infeksi. Dari penyakit menular
sebanyak 3‰. Hasil penelitian ini yang telah ditemukan, sampai saat ini di
4

Indonesia baru tujuh macam yang METODE PENELITIAN


diupayakan pencegahannya melalui
program imunisasi yang selanjutnya kita Jenis penelitian ini adalah deskriptif,
sebut “Penyakit Yang Dapat Dicegah dengan pendekatan cross sectional design
Dengan Imunisasi (PD3I)” (Shaleh, 2008). tentang analisis kejadian TB paru pada anak
Menurut penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Sibuhuan. Lokasi
oleh Murniasih tahun 2007 Anak yang telah penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah
diberikan imunisasi BCG (ada jaringan Sakit Umum Daerah Sibuhuan Kabupaten
parut atau scar pada lengan kanan) dan Padang Lawas. Populasi dalam penelitian
ternyata menderita Tuberkulosis paru besar ini adalah seluruh anak usia < 15 tahun
kemungkinan karena anak telah terinfeksi yang datang berobat ke Rumah Sakit
kuman Tuberkulosis sebelum diberikan Umum Sibuhuan berdasarkan data rekam
imunisasi BCG atau anak menderita medik pada sebanyak 55 paien. Teknik
Tuberkulosis paru karena faktor-faktor lain pengambilan sampel menggunakan metode
seperti faktor umur, jenis kelamin, status total sampling, yaitu semua pasien tb anak
sosial ekonomi dan kasus gizi kurang. pada periode tersebut dan dijadikan sebagai
Infeksi TB mengakibatkan penurunan responden dalam penelitian.
asupan dan malabsorpsi nutrien serta Variabel independen dalam penelitian
perubahan metabolisme tubuh sehingga ini adalah status gizi anak, sosial ekonomi,
terjadi proses penurunan massa otot dan imunisasi BCG sedangkan variabel
lemak (wasting) sebagai manifestasi dependen dalam penelitian ini adalah
malnutrisi energi protein.11 Hubungan kejadian TB paru anak. Penelitian ini
antara infeksi TB dengan status gizi sangat menggunakan data primer yangdiperoleh
erat, terbukti pada suatu penelitian yang dari hasil wawancara dengan responden
menunjukkan bahwa infeksi TB dengan menggunakan kuesioner terstruktur
menyebabkan peningkatan penggunaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu
energi saat istirahat resting energy Analisis dalam penelitian ini meliputi
expenditure (REE). analisis univariat yang disajikan dalam
Penelitian yang dilakukan oleh bentuk tabel distribusi frekuensi kemudian
Maulidar tahun 2010 menunjukkan 73,68% dianalisis berdasarkan presentase dan
penderita TB paru memiliki status gizi analisi bivariat sebagai uji hipotesis.
kurang di Kabupaten Pidie Provinsi Aceh Analisis bivariat ini untuk mengetahui
Hasil penelitian lain yang sejalan hubungan antara variabel tergantung
diungkapkan Mahfuzah (2014) yang dengan variabel bebas dengan
menunjukkan 67,8% penderita TB paru menggunakan uji chi square dengan
memiliki status gizi kurang di Pontianak . menggunakan program software komputer.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wokas Kriteria signifikansi yang digunakan
(2014) juga menunjukkan sebagian besar adalah jika p value > 0,05 maka tidak ada
penderita TB paru memiliki status gizi hubungan antara variabel independen
kurang yaitu sebesar 45,5% di Manado. (status gizi anak, sosial ekonomi, imunisasi
Berdasarkan survey awal yang BCG ) dengan variabel dependen ( kejadian
dilakukan di Rumah Sakit Umum Sibuhuan TB Paru anak) dan jika p value < 0,05 maka
Kabupaten Padang Lawas berdasarkan ada hubungan variabel independen (status
rekam medik, jumlah pasien yang berobat gizi anak, sosial ekonomi, imunisasi BCG )
TB paru anak dari tahun 2013 sebanyak 30 dengan variabel dependen ( kejadian TB
orang, pada tahun 2014 sebanya 34 orang Paru anak) di RSUD Sibuhuan.
dan pada tahun 2015 sekitar 36 orang dan
positif menderita TB paru anak dan 10 HASIL
orang diantaranya di rawat inap pada
Rumah Sakit Umum Daerah Sibuhuan. Hasil penelitian ini akan menampilkan
gambaran distribusi proporsi berdasarkan
variabel yang diteliti yaitu karakteristik ibu
yang meliputi jenis kelamin, status gizi,
5

sosial ekonomi, imunisasi BCG, kejadian Tabel 2 Analisis Faktor yang Berhubungan
TB paru anak Dengan Kejadian TB Paru Anak di
RSUD Sibuhuan
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Penderita
TB Paru Anak Variabel P
Status Gizi <0,001
Variabel F (%) Sosial Ekonomi <0,001
Jenis Kelamin Imunisasi BCG 0,034
Constant 0,002
Laki-Laki 33 60
Perempuan 22 40 Hasil penelitian ini menunjukkan
Total 55 100 bahwa ada hubungan antara status gizi
Status Gizi F (%) (p<0,001), sosial ekonomi(p<0,001) dan
imunisasi BCG (p=0,034) dengan kejadian
Kurang 20 36,4
TB Paru anak di RSUD Sibuhuan.
Normal 35 63,6
Total 55 100 Hubungan Status Gizi dengan Kejadian
Sosial Ekonomi F (%) TB Paru Anak
Rendah 32 58,2
Anak yang mengalami kekurangan gizi
Tinggi 23 41,8 akan menimbulkan penurunan daya tahan
Total 55 100 tubuh karena adanya kekurangan energi dan
Imunisasi BCG F (%) protein akan terjadi penurunan sintesis
asam amino dan terjadi perubahan dalam
Mendapatkan 23 41,8 sel mediator imunitas sehingga
Tidak dapat 32 58,2 memudahkan terjadinya suatu infeksi
Total 55 100 termasuk juga infeksi oleh kuman penyebab
Kejadian TB F (%) TB.
Paru Anak Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa ada hubungan antara status gizi
Positif TB paru 26 47,3 (p<0,001) dengan kejadian TB Paru anak di
Negatif TB paru 29 52,7 RSUD Sibuhuan. Hasil penelitian yang
Total 55 100 sejalan diungkapkan didalam hasil
penelitian Welafubun (2012) yang
Hasil penelitian ini menunjukkan memperlihatkan bahwa terdapat hubungan
bahwa mayoritas responden memiliki jenis antara status gizi dengan kejadian TB Paru
kelamin laki-laki sebanyak 33 orang (60%) padaanak dengan p value : 0,039, OR : 3,6
dan jenis kelamin perempuan sebanyak 22 (CI : 1,038 – 12,481)
orang (40%). Mayoritas responden Hasil penelitian lainnya diungkapkan
memiliki status gizi baik sebanyak 35 orang Hillaliah (2010) yang menyimpulkan
(63,6%) dan status gizi kurang sebanyak 20 bahwa status gizi kurang merupakan faktor
orang (36.4%). Mayoritas responden yang paling dominan dalam kejadian
memiliki sosial ekonomi rendah sebanyak tuberkulosis pada anak dengan risiko
32 orang (58,2%) dan sosial ekonomi baik sebesar 7,02 kali dibandingkan dengan anak
sebanyak 23 orang 41,8%). Mayoritas yang mempunyai status gizi yang baik. Hal
responden tidak mendapatkan imunisasi yang tidak jauh berbeda didapatkan didalam
BCG sebanyak 32 orang(58,2%) dan penelitian Rachmawati (2009) yang
responden yang mendapatkan imunisasi menunjukkan ada hubungan yang
BCG sebanyak 23 orang (41,8%). Pasien signifikan antara status gizi dengan
yang positif menderita TB paru sebanyak kejadian Tuberkulosa pada anak dengan p
26 orang (47,3%) dan sebanyak 29 orang value =0,026.
(52,7%) negative TB paru .
6

Menurut Crofton, Horne, & tubuh anak, sehingga anak tidak mudah
Miller(1998) didalam Rachmawati (2009) menderita penyakit TB. Dan bila terinfeksi
bahwa kondisi status gizi buruk atau pun, anak dengan status gizi yang baik
malnutrisi akan menurunkan daya tahan cenderung menderita TB ringan
tubuh. Oleh karena itu, dengan penurunan dibandingkan dengan yang gizi buruk.
daya tahan tubuh akan memudahkan anak Hal ini tidak terlepas dari penurunan
untuk terkena penyakit infeksi termasuk daya tahan tubuh, kekurangan energi dan
penyakit tuberkulosa. protein sehingga akan terjadi penurunan
Hal ini semakin diperkuat oleh sintesis asam amino, selain itu juga akan
pandangan Wahyu (2008) didalam terjadi perubahan dalam sel mediator
(Hillaliah, 2010) bahwa status gizi buruk imunitas, dalam fungsi bakterisidal netropil
menjadi faktor beresiko bayi dan anak-anak dan system komplemen dalam respon Ig A.
lebih rentan terinfeksi Mycobacterium sekresi Ig A yang rendah bersamaan dengan
tuberculosis penyebab penyakit penurunan imunitas makrosa akan
tuberculosis. Menurut Achmadi (2008) memudahkan kolonisasi dan kontak antara
didalam Hillalah (2010) bahwa status gizi mikroorganisme pathogen dan sel epitel.
menjadi salah satu faktor kependudukan
yang meningkatkan resiko terjadinya Hubungan Antara Sosial Ekonomi
penularan TB paru anak. Responden dengan Penyakit TB Paru
Salah satu faktor yang mempengaruhi Anak
terjangkitnya penyakit tuberkulosis paru
adalah status gizi. Menurut Puspita (2016) Keadaan sosial ekonomi merupakan
bahwa status gizi yang yang buruk akan hal penting pada kasus TBC. Pembelajaran
meningkatkan risiko penyakit tuberkulosis sosiologis menyebutkan adanya korelasi
paru. Sebaliknya, tuberkulosis paru positif antara TBC dengan kelas sosial yang
berkontribusi menyebabkan status gizi mencakup pendapatan,perumahan,
buruk karena proses perjalanan penyakit pelayanan kesehatan, lapangan pekerjaan
yang mempengaruhi daya tahan tubuh. dan tekanan ekonomi. Keadaan rumah,
Masalah gizi menjadi penting karena kepadatan hunian, lingkungan rumah,
perbaikan gizi merupakan salah satu upaya lingkungan dan sanitasi tempat bekerja
untuk memutus lingkaran setan penularan yang buruk dapat memudahkan penularan
dan pemberantasan tuberkulosis di TB paru. Pendapatan keluarga yang kecil
Indonesia. mengakibatkan orang tidak dapat hidup
Pasien TB paru baik pada anak dan layak dan memenuhi syarat-syarat
orang dewasa seringkali mengalami kesehatan.
penurunan status gizi, bahkan dapat Hasil penelitian ini menunjukkan
menjadi malnutrisi bila tidak diimbangi bahwa tidak ada hubungan antara sosial
dengan pola konsumsi yang tepat yang ekonomi (p=0,921) dengan kejadian TB
menyebabkan terjadinya infeksi penyerta Paru anak di RSUD Sibuhuan. Hasil
pada penderita TB paru. Beberapa faktor penelitian Azis dkk (2009) menunjukkan
yang berhubungan dengan status gizi pada bahwa terdapat hubungan antara status
pasien TB paru adalah tingkat kecukupan ekonomi keluarga dengan kejadian TB pada
energi dan protein, perilaku pasien terhadap balita di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau
makanan dan kesehatan, lama menderita ( p= 0,0012 & OR= 2,587), hal ini berarti
TB paru, serta pendapatan perkapita pasien. status ekonomi keluarga memiliki resiko
Menurut penulis didalam penelitian ini 2.587 kali lebih besar terjadinya kejadian
bahwa eratnya hubungan antara status gizi TB paru anak. Hasil penelitian yang tidak
dengan kejadian TB paru anak dikarenakan jauh berbeda diungkapkan Rachmawati
kondisi anak dengan status gizi kurang akan (2009) yang menunjukkan bahwa status
sangat rentan untuk terkena penyakit ekonomi berhubungan erat dengan kejadian
Tuberkulosa. Status gizi pada anak sangat Tuberkulosa anak ( p=0.001).
penting, karena status gizi yang baik akan Menurut Sari, (2005) selain faktor
meningkatkan daya tahan dan kekebalan medis, faktor sosial ekonomi juga sangat
7

mempengaruhi keberhasilan dan meningkatkan resiko penularan TB dari


pengobatan TB paru. Penelitian ini sejalan orang dewasa pada anak, karena anak akan
dengan penelitian Ahmad (2008) bahwa lebih sering kontak dengan orang dewasa
penyakit TB Paru sebenarnya dapat hilang dengan TB tersebut sementara itu buruknya
dengan sendirinya jika ada perbaikan sosial sanitasi lingkungan akan membuat M.
ekonomi, sekitar 10 – 15% pertahun tuberculosis akan dapat lebih mudah untuk
sehingga jumlah penderita TB Paru akan hidup. Hal ini membuat kondisi status
dapat menurun. Menurut Yustikarini (2015) ekonomi keluarga yang rendah akan
bahwa tinggi dan rendahnya sosial ekonomi menjadi penyebab langsung maupun tidak
masyarakat bisa berperan dan bisa juga langsung terjadinya tuberkulosa khususnya
tidak berperan terhadap terjadinya penyakit pada anak.
TB paru, hal ini disebabkan jika keluarga
yang memiliki status sosial ekonomi kurang Hubungan Antara Pemberian Imunisasi
akan dapat dicegah terjadinya penyakit TB BCG dengan Penyakit TB Paru Anak
paru jika keluarga tersebut memiliki
pengetahuan yang baik terkait penyakit TB Keefektifan imunisasi BCG pun
paru. bervariasi sekitar 0-80%, dan factor-faktor
Menurut Yustyaningrum (2010) bahwa yang mempengaruhi efektifitas BCG
status ekonomi mempunyai kontribusi besar terhadap TB adalah perbedaan vaksin BCG,
terhadap kejadian TB paru pada anak. mycobacterium lingkungan yang tinggi,
Tingkat pendapatan yang rendah atau factor genetic, status gizi dan factor lain
kemiskinan mengarah pada perumahan seperti paparan sinar ultraviolet terhadap
yang terlampau padat. Keadaan padatnya vaksin dan kesalahan teknik penyuntikan
hunian ini meningkatkan risiko penularan atau oleh sebab lainnya. Vaksin BCG tidak
TB khususnya pada anak-anak yang rentan dapat memproteksi secara penuh
terhadap paparan M. tuberculosis karena kemungkinan terjadi infeksi TB, sekitar
lebih memudahkan terjadinya interaksi 68,6% yangdiimunisasi BCG terinfeksi TB.
secara langsung antara penderita TB dengan Hasil penelitian ini menunjukkan
orang yang sehat lainnya khususnya anak- bahwa ada hubungan antara imunisasi BCG
anak. (p=0,034) dengan kejadian TB Paru anak di
Kondisi sosial ekonomi memberikan RSUD Sibuhuan. Hasil penelitian sejalan
dampak terhadap terjadinya penyakit TB diungkapkan Susanto (2016) yang
paru anak disebabkan dengan rendahnya menunjukkan ternyata anak balita yang
kondisi sosial ekonomi sebuah keluarga mendapatkan imunisasi BCG ditemukan
akan menimbulkan berbagai masalah ada hubungan atau asosiasi dengan kejadian
seperti kecukupan keluarga dalam tuberkulosis paru pada anak. Hasil
memenuhi kebutuhan pangan didalam penelitian yang tidak jauh berbeda
keluarga sehingga membuat anggota diungkapkan Rachmawati (2009) yang
keluarga tidak mengkonsumsi makanan menunjukkan terdapat hubungan yang
yang cukup gizi untuk memenuhi signifikan antara status imunisasi BCG
kebutuhan zat gizi tubuhnya sehingga akan dengan kejadian TB paru pada anak. Hasil
berdampak kepada imunitas tubuh dan penelitian sejalan terdapat didalam hasil
penyakit yang akan didapatkan sang anak. penelitian Yulistyaningrum, dkk (2010)
Sosial ekonomi yangrendah juga akan yang menunjukkan tidak adanya hubungan
berjalan beriringan dengan kondisi pemberian imunisasi BCG dengan kejadian
lingkungan yang kurang baik sehingga akan TB paru pada anak.
dapat meningkatkan resiko terjadinya Data meta-analisis Brewer (2000)
penyakit termasuk penyakit TB paru pada menunjukkan dari 14 penelitian prospektif
anak. dan 12 studi kasus-kontrol tentang
Kepadatan hunian yang tinggi pada efektifitas imunisasi BCG menunjukkan
umumnya terjadi kepada keluarga yang bahwa BCG secara bermakna mengurangi
memiliki kondisi ekonomi yang rendah, risiko TB, dengan rata-rata 50%. Michelsen
padahal kondisi seperti ini dapat (2014) mendapatkan temuan yang sama
8

bahwa BCG mengurangi risiko TB dengan sampai umur 2 bulan). Anak yang telah
efektifitas 50%. Imunitas yang terbentuk diberikan imunisasi BCG dapat ditemukan
tidaklah menjamin tidak terjadi infeksi TB adanya jaringan parut (scar) pada lengan
pada seseorang, tetapi bila terjadi infeksi kanan
tidak progresif dan tidak menimbulkan Menurut asumsi penulis, meskipun
komplikasi yang berat. anak sudah diberikan imunisasi BCG
Sebenarnya keefektifan imunisasi ternyata anak masih terkena penyakit
BCG pun bervariasi sekitar 0-80%, dan Tuberkulosa. Hal ini ada kemungkinan
factor-faktor yang mempengaruhi diakibatkan banyak factor diantaranya
efektifitas BCG terhadap TB adalah waktu pemberiannya yang kurang tepat,
perbedaan vaksin BCG, mycobacterium cara pemberian, dosis dan penyimpanan
lingkungan yang tinggi, factor genetic, vaksin yang kurang tepat atau oleh sebab
status gizi dan factor lain seperti paparan lain sehingga efektifitas proteksi dari
sinar ultraviolet terhadap vaksin dan vaksin BCG tersebut tidak optimal
kesalahan teknik penyuntikan atau oleh
sebab lainny.. KESIMPULAN
Sementara menurut Murniasih (2007)
bahwa anak yang telah diberikan imunisasi Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu:
BCG (ada jaringan parut atau scar pada 1. Mayoritas responden memiliki jenis
lengan kanan) ternyata menderita kelamin laki-laki, status gizi normal,
Tuberkulosis paru anak, hal ini disebabkan sosial ekonomi rendah, tidak
anak tersebut telah terinfeksi kuman medanpatkan imunisasi BCG .
Tuberkulosis sebelum diberikan imunisasi 2. Anak-anak yang positif menderita TB
BCG sehingga imunisasi BCG yang paru sebanyak 26 orang dan anak-anak
diberikan hanya untuk meningkatkan yang negative menderita TB paru
imunitas terhadap Mycobacterium sebanyak 29 orang.
tuberculosis agar penyakit TB paru tidak 3. Ada hubungan antara status gizi, sosial
semakin parah dan tidak menyebabkan ekonomi dan imunisasi BCG dengan
komplikasi bukan untuk menyembuhkan kejadian TB Paru anak di RSUD
TB paru. Sibuhuan
Pada penelitian yang dilakukan
sebenarnya daerah di Kabupaten SARAN
Padanglawas pada umumnya anak balita
yang menderita tuberkulosis paru sebagian 1. Rumah Sakit dipaharapkan dapat
besar sudah mendapat imunisasi BCG melakukan kordinasi dengan Dinas
karena pemberian imunisasi BCG Kesehatan Kabupaten Padanglawas
merupakan kebijakkan Departemen dalam melakukan pencegahan dini
Kesehatan RI pada tahun 2002 dimana penyakit TB paru anak di Kabupaten
setiap anak yang lahir di rumah sakit dan Padanglawas dengan meningkatkan
fasilitas kesehatan yang memadai imunisasi pemberian imunisasi BCG di Rumah
BCG diberikan segera setelah lahir namun Sakit kepada anak-anak.
adapun anak yang tidak mendapatkan 2. Rumah Sakit diharapkan memberikan
imunisasi BCG kemungkinan ketika lahir pelayanan yang optimal kepada pasien
mendapatkan pertolongan dari dukun bayi TB paru anak dalam upaya pengobatan
ataupun persalinan dengan nakes di rumah. TB paru anak di Kabupaten
Anak balita yang tidak imunisasi BCG juga Padanglawas.
pada umumnya berasal dari lokasi 3. Dinas Kesehatan Kabupaten Padang
bertempat tinggal jauh dari fasilitas Lawas dapat meningkatkan respon
kesehatan yang memadai dan orang tua kewaspadaan dini terhadap terjadinya
lupa atau tidak mengetahui informasi penyakit TB paru anak Kabupaten
tentang imunisasi BCG terhadap anaknya Padanglawas melalui puskesmas
yang seharusnya diberikan imunisasi BCG 4. Bagi Dinas Kesehatan, puskesmas, dan
dalam masa inkubasi (setelah lahir atau instansi terkait, perlu meningkatkan
9

kegiatan promosi TB paru, pemberantasan TB paru di puskesmas


meningkatkan sosial ekonomi sakti Kabupaten Pidie tahun 2010).
masyarakat dan status gizi yang dapat Aceh:Universitas Syiah Kuala.
meningkatkan kejadian TB paru anak, 12. Mahfuzhah, Indah. 2014. Gambaran
serta meningkatkan cakupan Imunisasi faktor risiko penderita TB paru
BCG dalam upaya mencegah penyakit berdasarkan status gizi dan pendidikan
TB paru pada anak . di RSUD Dr.Soedarso.
Pontianak:Universitas Tanjung Pura.
DAFTAR PUSTAKA 13. Michelsen SW, Soborg B , Koch A ,
Carstensen L, Hoff ST, Agger EM, dkk.
1. Azis, E., Mulyani, N.S. Dibyo P. 2009. 2014. The effectiveness of BCG
Hubungan Antara Faktor-Faktor vaccination in preventing
Eksternal dengan Kejadian Penyakit TB Mycobacterium tuberculosis infection
pada Balita di Kabupaten Kuantan and disease in Greenland. Thorax
Singingi, Provinsi Riau.Skripsi. UGM 2014;69:851-6.
Yogyakarta. 14. Murniasih, Livana. 2007.Hubungan
2. Brewer FT.2000. Preventing Pemberian Imunisasi BCG dengan
tuberculosis with bacillus calmette-gue Kejadian Tuberkulosis Paru pada Anak
´rin vaccine: a meta-analysis of the Balita di Balai Pengobatan Penyakit
literature. Clin Infect Dis 2000;31:64– Paru-Paru Ambarawa Tahun 2007.
7. Surya Medika Yogyakarta. Skripsi.
3. Dewi, Akmalia. 2011. Evaluasi 15. Nguyen TH, Odermatt P, Slesak G,
Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis Barennes H. 2009. Risk of latent
Pada Pasien Anak Di Instalasi Rawat tuberculosis infection in children living
Jalan Balai Kesehatan Paru Masyarakat in households with tuberculosis
Klaten Tahun 2010. Skripsi. UMS patients: a cross sectional survey in
Surakarta. remote northern Lao People’s
4. Depkes RI. 2009. Pedoman Nasional Democratic Republic. BMC Infect Dis
Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta. 2009;9:96-101.
5. _________. 2009. Pedoman Nasional 16. Puspita, Elsa. 2016. Gambaran Status
Penanggulangan Tuberkulosis. Gizi Pada Pasien Tuberkulosis Paru
Kepmenkes No (TB Paru) yang Menjalani Rawat Jalan
364/Menkes/SK/V/2009. di Rsud Arifin Achmad Pekanbaru.
6. Dinkes Prov Sumut. 2013. Profil JOM FK Volume 3 No. 2 Oktober 2016
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara
17. Rachmawati .2009. Pengaruh
Tahun 2012. Medan
Dukungan Sosial dan Pengetahuan
7. Kemenkes RI. 2015. Peraturan Menteri
Tentang Penyakit TB Terhadap
Kesehatan Republik Indonesia No 75
Motivasi Untuk Sembuh Penderita
Tahun 2014. Jakarta.
Tuberkulosis Paru Yang Berobat Di
8. Kemenkes RI. 2013. Profil Kesehatan
Puskesmas.
Indonesia Tahun 2013. Jakarta.
9. Kemenkes RI. 2012. Profil Kesehatan 18. Rahajoe NN, Basir D, MS Makmuri,
Indonesia Tahun 2012. Jakarta Kartasasmita CB. 2007. Pedoman
10. Hillaliah,Riesca. 2010. Analisis Faktor Nasional Tuberkulosis Anak. Edisi ke-
Risiko Kejadian Penyakit Tuberkulosis 2. Jakarta: UKK Respirologi
Pada Anak Di Balai Besar Kesehatan IDAI;2007.h.1-147.
Paru Masyarakat Surakarta. Skripsi. 19. Susanto, Christian, Wahani. 2016.
UMS Surakarta Hubungan Pemberian Imunisasi BCG
11. Maulidar, Mulyadi, Razi S dengan Kejadian TB Paru Pada Anak di
Siregar.2010. Profil penderita Puskesmas Tuminting Periode Januari
tuberkulosis paru berobat jalan di 2012 – Juni 2012. Jurnal e-Clinic
puskesmas pedalaman Aceh sesudah 4 (eCl), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni
tahun selesai konflik (kajian kegiatan 2016
10

20. Sari,Aprilia Dwi. 2006. Faktor-faktor gambaran rontgen paru pada pasien
yang mempengaruhi kejadian tuberkulosis. Manado:Universitas Sam
Tuberkulosis Paru Pada Anak (0-14 Ratulangi.
tahun) di Kabupaten Jember Tahun 25. Yulistyaningrum, Rezeki sri. 2010.
2005-2006. Univeristas Airlangga Hubungan Riwayat Kontak Penderita
Surabaya. Skripsi. Tuberkulosis Paru (TB) Dengan
21. Wahyu (2008) Kejadian Tb Paru Anak Di Balai
22. Welafubun, Aligonda Juanti. 2012. Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4)
Faktor - Faktor Risiko Kejadian TB Purwokerto. Jurnal Kesmas Vol. 4, No.
Paru Pada Anak Usia 0-5 Tahun di 1, Januari 2010 : 1 - 75 ISSN : 1978-
BKPM Semarang (Balai Kesehatan 0575.
Paru Masyarakat) Tahun 2012. 26. Yustikarini, Kamalina. 2014. Faktor
Universitas Dian Nusawantoro Risiko Sakit Tuberkulosis pada Anak
Semarang. Skripsi. yang Terinfeksi Mycobacterium
23. WHO. 2014. Roadmap for Childhood Tuberculosis. Sari Pediatri, Vol. 17, No.
Tuberculosis Towards Zero Death. 2, Agustus 2015.
WHO Library .
24. Wokas, Jonathan. 2014. Hubungan
antara status gizi, sputum BTA dengan

Anda mungkin juga menyukai