KIMIA ORGANIK 2
Urea dalam Urin
DISUSUN OLEH:
Petri Wahyusari
1112016200075
Introduction
Urine atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang di ekskresikan oleh ginjal
yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinalisasi.
Eksreksi urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang
disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Dalam
mempertahankan homeostasis tubuh peranan urin sangat penting, karena sebagian
pembuangan cairan oleh tubuh adalah melalui sekresi urin. (Yenni)
Urine memiliki sifat kimia dan fisik diantaranya adalah (1) Jumlah rata-rata 1-2
liter/hari tergantung banyaknya cairan yang dimasukan (2) Berwarna bening/orange
pucat tanpa endapan, (3) Mempunyai bau yang menyengat, dan (4) Reaksi sedikit
asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6. Sedangkan komposisi urine adalah 96%
air, Natrium, Pigmen Empedu,, 1,5% garam, Kalium, Toksin, 2,5% urea, kalsium,
Bikarbonat, Kreatinin N, Magnesium, Kreatini, Khlorida, Asam urat N, Sulfat
anorganik, Asam urat, Fosfat anorganik, Amino N, Sulfat, Amonia N dan Hormon.
Kandungan urea dalam urine dipengaruhi oleh suhu dan nilai pH. (La Ode Sumarlin)
Ammonia merupakan senyawa yang ada didalam urin, yang bersifat basa bila terkena
sinar atau panas akan menimbulkan bau menyengat. Bau ammonia tersebut berasal
dari peruraian urea sebagai komponen bahan organik terbanyak dalam urin oleh jasad
renik menjadi energi dan gas NH3. Urin mengandung ammonium sianat (NH4CNO),
dan jika terkena sinar atau panas akan menjadi urea [CO(NH2)2]. Urea tersebut
terhidrolisis rnenjadi dua fraksi yaitu karbondioksida (CO2) dan ammonia (NH3).
Selanjutnya ammonia (NH3) bereaksi dengan air (H2O) yang akan terhidrolisis
menjadi ammonium (NH4+) dan ion hidroksida (OH-). (Mukaromah, 2010)
Urea paling mudah diisolasi dari urin dalam bentuk nitrat, garam ini adalah jauh lebih
larut dalam air dibandingkan urea sendiri, dan masih kurang larut dalam larutan yang
mengandung kelebihan asam nitrat (efek ion umum). garam dimurnikan kemudian
diobati dengan suspensi barium karbonat, yang menetralkan asam nitrat dan
membebaskan urea. produk organik ini kemudian diekstraksi dari campuran
menguap dengan alkohol, yang meninggalkan residu barium nitrat (Dedi irwandi,
2013 hal. 27).
Pembahasan
Pada praktikum urea dalam urin, urin yang digunakan senamyak 250 ml urin
segar. Urin tersebut kemudian dipanaskan dan menimbulkan bau yang
menyengat. Bau menyengat tersebut berasal dari ammonia.
Ammonia merupakan senyawa yang ada didalam urin, yang bersifat basa bila
terkena sinar atau panas akan menimbulkan bau menyengat. Bau ammonia
tersebut berasal dari peruraian urea sebagai komponen bahan organik terbanyak
dalam urin oleh jasad renik menjadi energi dan gas NH3. Urin mengandung
ammonium sianat (NH4CNO), dan jika terkena sinar atau panas akan menjadi
urea [CO(NH2)2].
Urea diperoleh dari reaksi eksotermis antara ammonia dan karbondioksida yang
menghasilkan karbamat, selanjutnya ammonia karbamat diuraikan dengan reaksi
endotermis menjadi urea dan air.
Uji titik leleh yang diperoleh dari hasil percobaan yaitu 1400C pada suhu ruangan
330C. Sedangkan berdasarkan teori titik leleh urea ialah 132,70C.
Conclution
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan disimpulkan bahwa:
1. Sistem ekskresi adalah sistem yang berperan dalam proses pembuangan zat
yang sudah tidak diperlukan atau zat yang membahayakan tubuh, dalam
bentuk larutan ataupun padat
2. Titik leleh urea yang didapat dari percobaan adalah 1400C, sedangkan
berdasarkan teori adalah 132,70C
Referensi
Irwandi, Desi. 2014. ExperimentOf Organic Chemistry. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah P.IPA FITK-Press
Yenni. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptunimus-gdl-yenniprayo-5324-2-
7.bab2.pdf
http://books.google.co.id/books?id=BJrFsQ0SwzgC&pg=PA1141&lpg=PA1141&dq
=titik+leleh+urea&source=bl&ots=vKfN2irPlI&sig=7nnwcn9oO9fLtEb6IaRt6WWU
KxI&hl=en&sa=X&ei=TYN1U4zeDcrGuASZjYGQBQ&redir_esc=y#v=onepage&q
=titik%20leleh%20urea&f=false