Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS SPASIAL KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN DAN

KONDISI KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN PEMANFAATAN

PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS


GEOGRAFI

DI KECAMATAN SERENGAN, KOTA SURAKARTA

PUBLIKASI KARYA ILMIAH


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana S-1
Program Studi Geografi

Diajukan Oleh :
Dasih Widyaning Kartanti
NIRM : E100140005

Kepada

FAKULTAS GEOGRAFI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015
ii
iii

SURAT PERNYATAAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :


Nama : Dasih Widyaning Kartanti
NIRM : E 100140005
Fakultas : Geografi
Jenis : Skripsi
Judul : ANALISIS SPASIAL KUALITAS LINGKUNGAN
PERMUKIMAN DAN KONDISI KESEHATAN
MASYARAKAT DENGAN PEMANFAATAN
PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI
GEOGRAFIS DI KECAMATAN SERENGAN, KOTA
SURAKARTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa saya menyetujui untuk :


1. Saya memberikan hak bebas royalty kepada Perpustakaan UMS atau
penulisan karya ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Memberikan hak penyimpanan, mengalih mediakan/mengalih formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikan, serta
menampilkan dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada
Perpustakaan UMS, tanpa perlu ijin dari saya selama masih mencancumkan
nama saya sebagai penyusun.
3. Bersedia dan menjamin untuk secara pribadi tanpa melibatkan pilihan
Perpustakaan UMS, dari semua tuntutan hukum atas pelanggaran hak cipta
dalam karya ilmiah ini.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguh-sungguhnya agar dapat
digunakan sebagaimana mestinya.
Surakarta, 25 April 2015
Yang Menyatakan,

Dasih Widyaning Kartanti


E 100140005
1

ANALISIS SPASIAL KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN DAN


KONDISI KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN PEMANFAATAN
PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
DI KECAMATAN SERENGAN, KOTA SURAKARTA
SPATIAL ANALYSIS OF ENVIRONMENTAL QUALITY AND SETTLEMENT
WITH THE USE OF PUBLIC HEALTH CONDITIONS
REMOTE SENSING AND GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM
IN THE DISTRICT SERENGAN, CITY SURAKARTA
Dasih Widyaning Kartanti, M. Musiyam, Agus Anggoro Sigit
Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Email : d.widyaningkartanty@yahoo.co.id

ABSTRAK
Penelitian Kualitas Lingkungan Permukiman dan Kondisi Kesehatan Masyarakat dilakukan
di Kecamatan Serengan Kota Surakarta bertujuan untuk (1) menentukan sebaran kualitas
lingkungan permukiman, (2) menentukan sebaran kondisi kesehatan masyarakat, (3) analisis
keterkaitan spasial kualitas lingkungan permukiman dan kondisi kesehatan masyarakat.
Metode survei digunakan untuk uji ketelitian interpretasi, dalam survei penentuan sample
menggunakan purposive sampling. Penelitian ini menggunakan metode diskriptif kuantitatif,
berbasis penginderaan jauh dan sistem informasi geografi, berdasarkan proses interpretasi
dan memberikan nilai atau skoring. Dalam penelitian ini digunakan beberapa parameter
sebagai penentu untuk mengetahui kualitas lingkungan permukimanyaitu (1) kepadatan
permukiman, (2) pola tata letak bangunan, (3) pohon pelindung, (4) lebar jalan masuk, (5)
kondisi jalan masuk, (6) lokasi permukiman, (7) banjir, (8) kualitas air minum, (9) sanitasi,
(10) TPS dan parameter kondisi kesehatan masyarakat yaitu (1) angka kematian kasar (CDR),
(2) angka kelahiran kasar (CBR), (3) angka kematian bayi (IMR), (4) angka kesakitan (hanya
DBD & diare). Kualitas lingkungan permukiman kelas I (baik) terbanyak di Kelurahan
Kemlayan dan Kelurahan Kratonan yaitu 100% baik. Kualitas lingkungan permukiman kelas
II (sedang) terbanyak di Kelurahan Joyotakan yaitu 93,49%. Kualitas lingkungan
permukiman kelas III (buruk) tidak ada di Kecamatan Serengan. Dari 7 Kelurahan ada 2
Kelurahan yang mempunyai kesehatan masyarakat kelas I (baik) yaitu Kelurahan Serengan
dan Tipes. Ada 3 Kelurahan yang mempunyai kesehatan masyarakat kelas II (sedang) yaitu
Kelurahan Jayengan, Joyotakan, dan Kemlayan. Untuk kesehatan masyarakat kelas III
(buruk) ada 2 Kelurahan yaitu Kelurahan Danukusuman dan Kratonan. Secara keseluruhan di
Kecamatan Serengan antara kualitas lingkungan permukiman dan kondisi kesehatan
masyarakat ada 45,33% yang tidak berbanding lurus dan ada 54,66% yang berbanding lurus.

ABSTRACT
Research of Environmental Quality and Public Health Conditions conducted in the District
Serengan Surakarta aims to (1) determine the distribution of the quality of housing
environment, (2) determine the distribution of public health conditions, (3) analysis of the
spatial relationship of environmental quality residential and public health conditions. Survey
method was used to test the accuracy of interpretation, the determination of sample survey
using purposive sampling. This research uses descriptive quantitative method, based on
remote sensing and geographic information systems, based on the interpretation process and
deliver value or scoring. This study used some parameters as a determinant to know the
environmental quality permukimanyaitu (1) the density of settlement, (2) a pattern layout of
the building, (3) shade trees, (4) the width of the driveway, (5) the condition of the driveway,
(6) residential location, (7) flood, (8) the quality of drinking water, (9) sanitation, (10) TPS
and public health conditions parameter, namely (1) the crude mortality rate (CDR), (2) the
crude birth rate (CBR), (3) The infant mortality rate (IMR), (4) morbidity (only dengue and
diarrhea). The quality of housing environment class I (good) and the highest in Sub
2

Kemlayan Kratonan village that is 100% better. The quality of housing environment class II
(moderate) that is the highest in Sub Joyotakan 93.49%. The quality of housing environment
Class III (bad) does not exist in the District Serengan. From 7 Village No 2 Village that have
public health class I (good) ie Village Serengan and typhoid. There are 3 village that has a
public health class II (moderate), namely the Village Jayengan, Joyotakan, and Kemlayan.
For public health class III (bad) there are 2 Village namely Village Danukusuman and
Kratonan. Overall in District Serengan between the quality of neighborhoods and public
health conditions there are 45.33%, which is not directly proportional and there is 54.66%
which is directly proportional.

PENDAHULUAN antara Keraton Kasunanan dan Pura


Masalah kependudukan khususnya Mangkunegaran menjadikan wilayah ini
di daerah perkotaan yang sering menjadi warga Kota Surakarta. Faktor yang
bahan pembicaraan adalah permukiman. menyebabkan Kecamatan Serengan terus
Lingkungan hidup sangat mempengaruhi berkembang dan semakin padat selain
kehidupan manusia dan pada hakekatnya karena wilayah yang dekat dengan kraton
masalah kehidupan manusia erat juga merupakan gerbang masuk Kota
hubungannya dengan keadaan kesehatan Surakarta di sisi selatan. Dahulunya di
individu dan masyarakat. Masyarakat Kecamatan Serengan juga terdapat
hanya akan sehat, apabila setiap insan ikut terminal yang menyebabkan wilayah ini
serta menyehatkan dirinya sendiri dan menjadi pusat perekonomian dan terus
lingkungan. Kesehatan merupakan salah berkembang. Terminal yang ada di
satu segi dari kualitas hidup manusia yang Kecamatan Serengan adalah terminal
dicerminkan oleh pemenuhan kebutuhan Geblegan, akan tetapi terminal tersebut
dasar hidup manusia. sudah beralih fungsi menjadi pasar
Masalah permukiman kota yang Gemblegan atau lebih dikenal sebagai
kompleks perlu diatasi. Salah satu cara pasar Harjodaksino yang diresmikan pada
yang perlu dilakukan adalah penyajian dan tahun 1987. Banyak permasalah yang
penyampaian serta perolehan data yang terjadi di Kecamatan Serengan yaitu salah
mutakhir. Cara alternatif untuk mengatasi satunya adalah masalah permukiman.
kendala tersebut, yaitu dengan Segala potensi yang dimiliki
menggunakan Sistem Informasi Geografis Kecamatan Serengan menjadi daya tarik
(SIG), dan Penginderaan Jauh (PJ). Cara bagi urbanisasi yang menyebabkan
ini dapat menginterpretasi dan mengkaji kepadatan penduduk Kecamatan Serengan
dengan cepat kondisi suatu permukiman tinggi. Kecamatan Serengan merupakan
yang menjadi obyek penelitian yaitu Kecamatan paling kecil di Kota Surakarta,
Kecamatan Serengan, Kota Surakarta. tetapi padat penduduk. Perkembangan
Kecamatan Serengan mempunyai Kecamatan Serengan kian pesat
pusat bisnis yaitu di Kelurahan Kemlayan. menjadikan kawasan ini memiliki
Secara geografis Kemlayan yang berada di permukiman yang sangat padat dan
3

memiliki kompleksitas masalah Salah satu masalah permukiman


permukiman. Tabel 1.1 di bawah ini dapat yang ada di Kecamatan Serengan adalah
menjelaskan dimana Kecamatan Serengan masalah kualiatas air, dimana air
merupakan Kecamatan terpadat di Kota merupakan kebutuhan mutlak makhluk
Surakarta jika dibandingkan dengan hidup. Kecamatan Serengan rentan terkena
Kecamatan lainnya. penyakit yang disebabkan oleh akibat
Tabel 1.1 Luas Wilayah, Jumlah buruknya kualitas permukiman yaitu diare.
Penduduk,dan Tingkat Kepadatan Tiap Hal ini dikarenakan air tanah yang ada di
Kecamatan di Kota Surakarta 2013
Kecamatan Jumlah Luas Tingkat Kecamatan Serengan sudah tercemar oleh
Penduduk Wilayah Kepadatan
(jiwa) (Km²) (Jiwa/Km²)
limbah industri seperti limbah produksi
Laweyan 109.572 8,64 12.682 batik dan limbah industri lainnya.
Serengan 60.957 3,19 19.109
Pasar 90.496 4,82 18.775 Kecamatan Serengan belum semuanya
Kliwon
menggunakan air dari PDAM, masih
Jebres 147.556 12,58 11.729
Banjarsari 178.397 14,81 12.046 banyak warga di Kecamatan Serengan
Total 586.978 44,04 13.328
Sumber : Surakarta Dalam Angka Tahun 2013/2014 yang menggunakan air sumur. Air sumur
Pertumbuhan penduduk yang tinggi dengan kualitas air tanah yang sudah
mengakibatkan kepadatan penduduk tercemar menyebabkan rentan terserang
tinggi. Hal ini menjadikan kebutuhan akan penyakit.
lahan juga meningkat karena manusia Berbagai permasalahan yang ada di
membutuhkan tempat untuk bermukim. Kecamatan Serengan mendorong penulis
Kecamatan Serengan merupakan untuk melakukan penelitian analisis spasial
Kecamatan dengan 70% luas areanya kualitas lingkungan permukiman dan
adalah digunakan untuk permukiman, hal kondisi kesehatan masyarakat dengan
ini dapat dilihat pada Gambar 1.1 di bawah pemanfaatan penginderaan jauh dan sistem
ini. informasi geografis di Kecamatan
Tegalan KuburanTaman Lain- Serengan, Kota Surakarta.
0% 0% Kota lainnya Lapangan
Sawah -olahraga
Tanah Industri 0% 1% 7% 1%
0% 4%
METODE PENELITIAN
Perusaha Penelitian ini diadakan untuk
an
Jasa
10%
7% menentukan agihan kualitas lingkungan
Permuki
man permukiman, agihan kondisi kesehatan
70%
masyarakat, analisis keterkaitan spasial
kualitas lingkungan permukiman dan
Sumber : Kecamatan Serengan Dalam Angka Tahun 2013/2014 kondisi kesehatan masyarakat
Gambar 1.1 Diagram Penggunaan Lahan per menggunakan data penginderaan jauh yang
Kelurahan di Kecamatan Serengan Tahun 2013
diolah dengan sistem informasi geografis.
4

Penelitian ini menggunakan metode survei Tabel 1.3 Klasifikasi Tata Letak Bangunan
Tata Letak Kelas Harkat
lapangan dilakukan untuk uji ketelitian dan
> 50 % ditata secara teratur ; Baik 3
digunakan reinterpretasi untuk
25 % - 50 % ditata secara teratur Sedang 2
memperbaiki kesalahan dalam interpretasi
< 25 % ditata secara teratur ; Buruk 1
pada parameter yang disadap dari citra Sumber : Ditjen Cipta Karya, Dep. PU, dengan perubahan
Quickbird. Informasi parameter ini 3. Pohon Pelindung
kemudian akan digunakan dalam Klasifikasi pohon pelindung dapat dilihat
memperoleh informasi akhir berupa data pada Tabel 1.4 di bawah ini.
primer interpretasi citra Quickbird.
Tabel 1.4 Klasifikasi Pohon Pelindung
Pengambilan sampel pada kegiatan survei
Pohon Pelindung Kelas Harkat
lapangan akan memanfaatkan metode > 50 % ; Vegetasi relatif Baik 3
purposive sampling. Penelitian ini rapat
menggunakan metode diskriptif kuantitatif. 25 % - 50 % ; Vegetasi Sedang 2
Berbasis penginderaan jauh dan sistem agak rapat
informasi geografi, berdasarkan proses < 25 % ; Vegetasi tidak Buruk 1
interpretasi dan memberikan nilai atau rapat
Sumber : Ditjen Cipta Karya, Dep. PU, dengan perubahan
skoring. Dalam penelitian ini digunakan
4. Lebar Jalan Masuk
beberapa parameter sebagai penentu untuk
Klasifikasi lebar jalan masuk dapat dilihat
mengetahui kualitas lingkungan
pada Tabel 1.5 di bawah ini.
permukiman dan parameter kondisi
kesehatan masyarakat yaitu: Tabel 1.5 Klasifikasi Lebar Jalan Masuk
Lebar Jalan Masuk Kelas Harkat
1. Kepadatan Permukiman > 6 m ; dapat dilalui 2-3 Baik 3
Klasifikasi kepadatan bangunan dapat mobil
dilihat pada Tabel 1.2 di bawah ini. 4 m – 6 m ; dapat dilalui 1- Sedang 2

Tabel 1.2 Klasifikasi Kepadatan 2 mobil


Permukiman < 4 m ; tidak dapat dilalui Buruk 1
Kepadatan Kelas Harkat mobil
Bangunan Sumber : Ditjen Cipta Karya, Dep. PU, dengan perubahan
< 40 % ; Jarang Jarang 3 5. Kondisi Jalan Masuk
40 % - 60 % ; Sedang Sedang 2
Klasifikasi kondisi jalan masuk dapat
> 60 % ; Padat Padat 1
dilihat pada Tabel 1.6 di bawah ini.
Sumber : Ditjen Cipta Karya, Dep. PU, dengan perubahan

2. Pola Tata Letak Bangunan Tabel 1.6 Klasifikasi Kondisi Jalan Masuk
Kondisi Jalan Masuk Kelas Harkat
Klasifikasi tata letak bangunan dapat > 50 % diperkeras ; Baik 3
dilihat pada Tabel 1.3di bawah ini. 25 % - 50 % diperkeras ; Sedang 2
< 25 % diperkeras ; Buruk 1
Sumber : Ditjen Cipta Karya, Dep. PU, dengan perubahan
5

6. Lokasi Tabel 1.9 Klasifikasi Kualitas Air Minum


Klasifikasi lokasi permukiman dapat Kualitas Air Minum Kelas Harkat

dilihat pada Tabel 1.7 di bawah ini. > 50 % KK menggunakan Baik 3


Tabel 1.7 Klasifikasi Lokasi Permukiman air PAM
Lokasi Kelas Hark 25 % - 50 % KK Sedang 2
at menggunakan air PAM
Baik, bila lokasi permukiman Baik 3 < 25 % KK menggunakan Buruk 1
jauh dari sumber polusi air PAM
Sedang, bila lokasi Sedang 2 Sumber : Ditjen Cipta Karya, Dep. PU, dengan perubahan

permukiman tidak 9. Sanitasi


terpengaruh secara langsung Klasifikasi sanitasi dapat dilihat pada
dengan kegiatan sumber
Tabel 1.10 di bawah ini.
polusi.
Tabel 1.10 Klasifikasi Sanitasi
Buruk, bila lokasi Buruk 1
Sanitasi Kelas Harkat
permukiman dekat dengan
sumber polusi > 50 % KK menggunakan Baik 3
Sumber : Ditjen Cipta Karya, Dep. PU, dengan perubahan
saluran limbah
7. Banjir 25 % - 50 % KK Sedang 2
Klasifikasi lokasi permukiman dapat menggunakan saluran limbah
dilihat pada Tabel 1.8 di bawah ini. < 25 % KK menggunakan Buruk 1

Tabel 1.8 Klasifikasi dan harkat banjir saluran limbah


Sumber : Ditjen Cipta Karya, Dep. PU, dengan perubahan
Banjir Kelas Harkat

Sedikit ( < 25% ) atau tidak Baik 3 10. Tempat Pembuangan Sampah
pernah banjir Klasifikasi tempat pembuangan sampah
25% - 50% terkena banjir Sedang 2 dapat dilihat pada Tabel 1.11 di bawah ini.
reguler
Tabel 1.11 Variabel Tempat Pembuangan
>50 % banjir reguler Buruk 1 Sampah
Tempat Pembuangan Sampah Kelas Harkat
Sumber : Ditjen Cipta Karya, Dep. PU, dengan perubahan

8. Kualitas Air Minum > 50 % membuang sampah pada Baik 3

Klasifikasi kualitas air minum dapat dilihat tempat pembuangan


25 % - 50 % membuang sampah Sedang 2
pada Tabel 1.9 di bawah ini
pada tempat pembuangan
< 25% membuang sampah pada Buruk 1
tempat pembuangan atau 25 %
membuang sampah di selokan,
pekarangan, tanpa
penampungan
Sumber : Ditjen Cipta Karya, Dep. PU, dengan perubahan
6

Klasifikasi kualitas lingkungan Tabel 1.14 Klasifikasi dan Harkat


Penilaian IMR
permukiman dibagi dalam tiga kelas, yaitu Nilai IMR Kelas Harkat
kelas I (baik), kelas II (sedang), kelas III < 13 kematian bayi untuk Baik 3
(buruk). Penentuan kelas ini didasarkan tiap 1.000 penduduk

pada jumlah harkat total dari semua 13 – 16 kematian bayi Sedang 2


untuk tiap 1.000 penduduk
parameter.
>16 kematian bayi untuk Buruk 1
tiap 1.000 penduduk
Kesehatan Masyarakat Sumber : Analisis data, 2015

1. Angka Kematian Kasar (CDR) 4. Angka sakit


Klasifikasi dan harkat CDR dapat dilihat Klasifikasi dan harkat penilaian angka
pada Tabel 1.12 di bawah ini. sakit dapat dilihat pada Tabel 1.15 di
Tabel 1.12 Klasifikasi dan Harkat bawah ini
Penilaian CDR
Tabel 1.15 Klasifikasi dan Harkat
Nilai CDR Kelas Harkat
< 6 untuk tiap 1.000 Baik 3 Penilaian Angka Sakit
penduduk Nilai Angka Sakit Kelas Harkat
6 – 8 kematian untuk tiap Sedang 2 < 4 jiwa terserang penyakit Baik 3
1.000 penduduk untuk tiap 1.000 penduduk
>8 kematian untuk tiap Buruk 1 4 – 8 jiwa terserang Sedang 2
1.000 penduduk penyakit untuk tiap 1.000
Sumber : Analisis data, 2015 penduduk
2. Angka Kelahiran Kasar (CBR) >8 jiwa terserang penyakit Buruk 1

Klasifikasi dan harkat CBR dapat dilihat untuk tiap 1.000 penduduk
Sumber : Susenas, 2001 ( dalam Adiatma Arya Pradipta, 2005 )
pada Tabel 1.13 di bawah ini.
Klasifikasi kondisi kesehatan
Tabel 1.13 Klasifikasi dan Harkat
Penilaian CBR masyarakat dibagi dalam tiga kelas, yaitu
Nilai CBR Kelas Harkat kelas I (baik), kelas II (sedang), kelas III
< 10 kelahiran untuk tiap Baik 3
(buruk). Penentuan kelas ini didasarkan
1.000 penduduk
pada jumlah harkat total dari semua
10 – 13 kelahiran untuk Sedang 2
tiap 1.000 penduduk parameter.
>13 kelahiran untuk tiap Buruk 1
1.000 penduduk DISKRIPSI WILAYAH
Sumber : Analisis data, 2015
Kecamatan Serengan terletak antara 110°
3. Angka Kematian Bayi (IMR)
dan 111° bujur timur dan antara 7,6° dan
Klasifikasi harkat penilaian IMR dapat
8° Lintang Selatan. Kecamatan Serengan
dilihat pada Tabel 1.14 di bawah ini. di Sebelah Utara berbatasan dengan
7

Kecamatan Banjarsari, Sebelah Timur masuk kelas sedang yaitu sebesar


dengan Kecamatan Pasar Kliwon, Sebelah 52,88%, sedangkan kepadatan
Selatan dengan Kabupaten Sukoharjo, dan permukiman kelas buruk hanya sedikit
di Sebelah Barat Kabupaten Sukoharjo dan yaitu sebesar 3,58%.
Kecamatan Laweyan. Kecamatan 5. Kondisi Jalan Masuk Permukiman :
Serengan mempunyai 7 kelurahan yang Kecamatan Serengan didominasi
terdiri dari Kelurahan Joyotakan kondisi jalan masuk kelas sedang
Kelurahan, Danukusuman, Kelurahan yaitu sebesar 55,32%, sedangkan
Serengan, Kelurahan Tipes, Kelurahan kondisi jalan masuk kelas buruk hanya
Kratonan, Kelurahan Jayengan, dan sedikit yaitu sebesar o,8%.
Kelurahan Kemlayan. 6. Lokasi Permukiman : Kecamatan
Serengan didominasi lokasi
HASIL DAN PEMBAHASAN permukiman kelas sedang yaitu
Kualitas Lingkungan Permukiman sebesar 30,65%, sedangkan lokasi
1. Kepadatan Permukiman : Kecamatan permukiman kelas buruk dan kelas
Serengan didominasi kepadatan baik hanya beda tipis yaitu 21,35%
permukiman kelas padat yaitu sebesar baik dan 20,32% buruk.
66,61%, sedangkan kepadatan 7. Banjir : Kecamatan Serengan
permukiman kelas sedang yaitu didominasi banjir kelas baik yaitu
sebesar 5,11%, dan kelas kepadatan sebesar 62,91%, sedangkan banjir
permukiman jarang hanya 0,65%. kelas buruk hanya sebesar 9,44%, dan
Sisanya adalah non permukiman yaitu untuk banjir kelas sedang tidak ada.
sebesar 27,66%. 8. Kualitas Air Minum : Kecamatan
2. Pola Tata Letak Permukiman : Serengan didominasi kualitas air
Kecamatan Serengan didominasi pola minum kelas buruk yaitu sebesar
tata letak sedang yaitu sebesar 45,85%, sedangkan kualitas air minum
36,31%, sedangkan pola tata letak kelas baik tidak ada.
teratur hanya yaitu sebesar 5,78%. 9. Sanitasi : Kecamatan Serengan
3. Pohon Pelindung Permukiman : didominasi sanitasi kelas sedang yaitu
Kecamatan Serengan didominasi sebesar 59,49%, sedangkan sanitasi
pohon pelindung permukiman kelas kelas baik tidak ada.
buruk yaitu sebesar 59,08%, 10. Tempat Pembuangan Sampah :
sedangkan kepadatan permukiman Kecamatan Serengan didominasi TPS
kelas baik tidak ada. kelas baik yaitu sebesar 63,96%,
4. Lebar Jalan Masuk : Kecamatan sedangkan TPS kelas buruk tidak ada.
Serengan didominasi lebar jalan
8

Gambar 1.2 Peta Kualitas Lingkungan Permukiman


Kualitas lingkungan permukiman di Dari tabel dan uraian di atas dapat
Kecamatan Serengan tidak ada yang ditarik kesimpulan bahwa kualitas
mempunyai kelas buruk. Kecamatan lingkungan permukiman kelas I (baik)
Serengan didominasi kualitas lingkungan terbanyak di Kelurahan Kemlayan dan
permukiman baik, bahkan di 2 Kelurahan Kelurahan Kratonan yaitu 100% baik.
yaitu Kelurahan Kemlayan dan Kelurahan Kualitas lingkungan permukiman kelas II
Kratonan hanya ada kelas baik saja. (sedang) terbanyak di Kelurahan
Tabel 1.16 presentase kelas kualitas Joyotakan yaitu 93,49%. Kualitas
lingkungan permukiman
Kelurahan Presentase Kualitas Lingkungan
lingkungan permukiman kelas III (buruk)
Permukiman tidak ada di seluruh Kelurahan.
Kelas I Kelas II Kelas III Kondisi Kesehatan Masyarakat
(Baik) (Sedang) (Buruk) 1. Angka Kematian Kasar (CDR) : kelas
Danukusuman 66,81% 32,50% - I (baik) yaitu Kelurahan Tipes dengan
Jayengan 27,77% 72,22% - nilai CDR 4,22, sedangkan untuk
Joyotakan 6,43% 93,49% - kelas III (buruk) dengan nilai CDR
Kemlayan 100% - - tertinggi yaitu Kelurahan Kratonan.
Kratonan 100% - - 2. Angka Kelahiran Kasar (CBR) : kelas
Serengan 75.54% 24,38% -
I (baik) yaitu Kelurahan Tipes dengan
Tipes nilai CBR 7,07, sedangkan untuk
75,48% 24,51% -
kelas. III (buruk) dengan nilai CBR
yaitu Kelurahan Danukusuman.
9

3. Angka Kematian Bayi (IMR) : kelas I 4. Angka Kesakitan : kelas I (baik)


(baik) mendominasi di Kecamatan mendominasi di Kecamatan Serengan,
Serengan, hampir semua mempunyai hampir semua mempunyai kelas I
kelas I (baik) kecuali Kelurahan (baik) kecuali Kelurahan Kratonan
Serengan yaitu mempunyai kelas III dan Kelurahan Jayengan yaitu
(buruk) dengan nilai IMR 20,13. Di mempunyai kelas II (sedang) dengan
beberapa Kelurahan tidak ada IMR nilai Angka Kesakitan untuk
sama sekali. Kelurahan Jayengan yaitu 5 dan untuk
Kelurahan Kratonan adalah 6.

Gambar 1.3 Peta Kondisi Kesehatan Masyarakat

Tabel 1.17 Kelas Kondisi Kesehatan Dari Tabel 1.17 di atas dapat dilihat dari 7
Masyarakat Kelurahan ada 2 Kelurahan yang
Kelurahan Kelas Keterangan mempunyai kesehatan masyarakat kelas I
Danukusuman III Buruk (baik) yaitu Kelurahan Serengan dan
Jayengan II Sedang
Tipes. Ada 3 Kelurahan yang mempunyai
Joyotakan II Sedang
kesehatan masyarakat kelas II (sedang)
Kemlayan II Sedang
Kratonan III Buruk yaitu Kelurahan Jayengan, Joyotakan, dan
Serengan I Baik Kemlayan. Untuk kesehatan masyarakat
Tipes I Baik kelas III (buruk) ada 2 Kelurahan yaitu
Sumber : Analisis data BPS dan Puskesmas
Kelurahan Danukusuman dan Kratonan
10

Keterkaitan Spasial Kualitas Lingkungan Permukiman dan Kondisi Kondisi Kesehatan


Masyarakat

Gambar 1.4 Peta Keterkaitan Spasial Kualitas Lingkungan Permukiman dan


Tabel 1.18 Presentase Kesesuaian Kualitas derajat kesehatan masyarakat khususnya
Lingkungan Permukiman Dan Kondisi yang berkaitan dengan lingkungan. Angka
Kesehatan Masyarakat
Kelurahan Sesuai Tidak sesuai Kematian Kasar berupa data yang masih
Danukusuman 2,93 % 97,06 %
dipengaruhi anatara lain oleh usia penduduk,
Jayengan 72,22 % 27,77 %
Joyotakan 93,49 % 6,43 % jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan keadaaan
Kemlayan - 100 %
Kratonan - 100 % sosial ekonomi dan biasaanya perhitungan
Serengan 75,54 % 24,38 % dilakukan untuk lingkup daerah setingkat
Tipes 75,48 % 24,51 %
Sumber : Pengolahan dan Analisis Data provinsi, Mariyati
Ada banyak faktor yang Sukarni 1994 (dalam Adiatma). Selain
mempengaruhi keterkaitan antara kualitas itu ketersediaan data dalam hal ini Angka
lingkungan permukiman dann kondisi Kematian Bayi karena tidak semua bayi
kesehatan masyarakat. Faktor – faktor meninggal tercatat. Sedangkan untuk Angka
tersebut kemungkinan faktor bawaan, Kesakitan tidak semua orang sakit
perilaku, dan kemsayarakatan, winslow memeriksakan diri ke puskesmas.
1920 (dalam Adiatma). Selain itu faktor Secara umum penilaian kualitas
pengambilan data sekunder berupa derajat lingkungan permukiman dapat dimanfaatkan
kesehatan masyarakat juga mempengaruhi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.
keakuratan informasi yang diperoleh. Data Jika kualitas lingkungan baik maka
berupa Angka Kematian Kasar dan Angka kesehatan masyarakat akan meningkat pula.
Kelahiran Kasar perlu dipertimbangkan lagi Data spasial yang dihasilkan dari integrasi
untuk mendapatkan gambaran derajat teknik Penginderaan Jauh dan SIG mudah
kesehatan masyarakat. Angka-angka dikenali karena menyajikan data keruangan,
tersebut belum spesifik menggambarkan lebih komunikatif, dan lebih menarik
11

sehingga dapat menunjukkan daerah mana 4. Keterkaitan antara kualitas liingkungan


saja yang memiliki kesehatan masyarakat permukiman dan kondisi kesehatan
baik, sedang, maupun buruk. Sehingga dapat masyarakat tidak selalu berbanding
dijadikan prioritas peningkatan kondisi lurus dikarenakan beberapa faktor.
kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha 5. Secara keseluruhan di Kecamatan
terorganisir seperti perbaikan kualitas Serengan antara kualitas lingkungan
lingkungan permukiman. permukiman dan kondisi kesehatan
masyarakat ada 45,33% yang tidak
KESIMPULAN DAN SARAN berbanding lurus dan ada 54,66% yang
Kesimpulan berbanding lurus.
1. Dalam pembuatan peta kualitas Saran
permukiman dalam hal ini citra yang 1. Survei lapangan dalam menentukan
digunakan adalah citra Quickbird. Citra kualitas permukiman sangat dibutuhkan
Quickbird dipilih karena memiliki dan diharapkan untuk cermat agar hasil
resolusi spasial yang tinggi sehingga survei dapat sesuai.
dapat tampak jelas sekali permukiman 2. Dalam menentukan kualitas
yang ada pada citra tersebut. permukiman ini localknowledge sangat
2. Kualitas lingkungan permukiman kelas dibutuhkan untuk dapat mengenal lebih
I (baik) terbanyak di Kelurahan untuk daerah kajian.
Kemlayan dan Kelurahan Kratonan 3. Dalam proses pencarian data di instansi
yaitu 100% baik. Kualitas lingkungan diharapkan dapat dipermudah dalam
permukiman kelas II (sedang) terbanyak perolehan data dan tidak dipersulit.
di Kelurahan Joyotakan yaitu 93,49%. Dalam menilai kesehatan masyarakat
Kualitas lingkungan permukiman kelas dari kajian kualitas lingkungan permukiman
III (buruk) tidak ada di seluruh perlu memperhatikan faktor-faktor
Kelurahan. lainseperti fasilitas pelayanan kesehatan,
3. Dari 7 Kelurahan ada 2 Kelurahan yang perilaku penduduk, faktor bawaan, maupun
mempunyai kesehatan masyarakat kelas
kemasyarakatan.
I (baik) yaitu Kelurahan Serengan dan
Tipes. Ada 3 Kelurahan yang
mempunyai kesehatan masyarakat kelas
II (sedang) yaitu Kelurahan Jayengan,
Joyotakan, dan Kemlayan. Untuk
kesehatan masyarakat kelas III (buruk)
ada 2 Kelurahan yaitu Kelurahan
Danukusuman dan Kratonan.
12

DAFTAR PUSTAKA

Adiatma Arya Pradipta. 2005. Hubungan Kualitas Lingkungan Permukiman dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Terhadap Derajat Kesehatan Masyarakat Berdasarkan Aplikasi
Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi. Skripsi S-1. Yogyakarta: Fakultas
Geografi Universitas Gadjah Mada.

Bayu Setiawan. 2013. Penentuan Prioritas Ruang Terbuka Hijau di Kecamatan Serengan
Kota Surakarta. Skripsi S-1. Semarang: Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.

Bintarto. 1977 . Interpretasi Foto Udara dan Studi Kekotaan. Yogyakarta: Fakultas Geografi
Universitas Gadjah Mada.
Bintarto. 1984. Interaksi Desa – Kota dan Permasalahannya. Jakarta Timur: Ghalia
Indonesia.
Bintarto. 1987 . Pola Kota dan Permasalahannya. Yogyakarta: Fakultas Geografi Unversitas
Gadjah Mada.
BPS. 2013. Surakarta Dalam Angka. Surakarta: BPS Kota Surakarta.
Edi Prahasta. 2005. Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Bandung: Cetakan
Ke-2. Informatika.
Juli Soemirat Slamet. 1994. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

Mahayu Istiningtyas Kurniasari. 2012. Kajian Hubungan Kualitas Permukiman Terhadap


Kesehatan Masyarakat Tahun 2010 Menggunakan Citra Quickbird Tahun 2008 di
Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen. Skripsi S-1. Surakarta: Fakultas Geografi
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Projo Danoedoro. 1996. Pengolahan Citra Digital. Yogyakarta: Fakultas Geografi


Universitas Gadjah Mada.

Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh Dasar Jilid 1. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas
Gadjah Mada.

Anda mungkin juga menyukai