Anda di halaman 1dari 77

LAPORAN KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT PADA
PASIEN ASAM URAT DI DESA SRIMULYO 1
PEMANGGILAN NATARLAMPUNG
SELATAN TAHUN 2023

BAGAS TAUFIQURRAHMAN
2014401045

POLTEKKES TANJUNGKARANG KEMENKES RI


JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TANJUNGKARANG
TAHUN 2023
i
LAPORAN KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT PADA
PASIEN ASAM URAT DI DESA SRIMULYO 1
PEMANGGILAN NATAR LAMPUNG
SELATAN TAHUN 2023

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyesuaikan
program Diploma lll Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang jurusan
keperawatan TanjungKarang

BAGAS TAUFIQURRAHMAN
2014401045

POLTEKKES TANJUNGKARANG KEMENKES RI


JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TANJUNGKARANG
TAHUN 2023
ii
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN TANJUNGKARANG

Laporan Tugas Akhir, Mei 2023


Bagas Taufiqurrahman

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT PADA
PASIEN ASAM URAT DI DESA SRIMULYO 1
PEMANGGILAN NATAR LAMPUNG
SELATAN TAHUN 2023
ABSTRAK

Berdasarkan survei WHO (2018), Indonesia merupakan negara terbesar ke - 4 di dunia yang
penduduknya menderita penyakit asam urat dan berdasarkan diagnosa tenaga kesehatan
(11,9%) dan berdasarkan diagnosis atau gejala 24,7%. Jika dilihat dari karakteristik umur,
prevalensi tinggi pada umur ≥ 75 (54,8%). Penderita wanita juga lebih banyak (8,46%)
dibandingkan dengan pria (6,13%). Jika tidak ditangani dengan baik maka akan
mengakibatkan komplikasi seperti batu ginjal. Berdasarkan pada data Puskesmas Hajimena,
akhir tahun 2022 penyakit asam urat yaitu dengan jumlah kunjungan kontrol kesehatan asam
yaitu, dengan jumlah kasus laki-laki sebanyak 22 orang, dan kasus perempuan sebanyak 70
orang. Oleh karena itu penulis melakukan asuhan keperawatan kepada 2 orang pasien
penderita asam urat dengan metode asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosis,
rencana, intervensi, implementasi, dan evaluasi yang dilakukan dari tanggal 09–14 Januari
2023. Hasil pengkajian dari 2 orang pasien yaitu, 1 pasien laki-laki berusia 72 tahun dengan
kadar asam urat 8,0 dan 1 pasien perempuan dengan kadar asam urat 7,0 diagnosa
keperawatan yang ditemukan gangguan mobilitas fisik, gangguan rasa nyaman, gangguan
pola tidur. Intervensi utama yaitu melatih rentang otot, intervensi pendukung terapi pemijatan.
Evaluasi akhir yang didapatkan yaitu ada penurunan rasa nyeri pada kedua pasien, selain itu
ada penurunan kadar asam urat pada kedua pasien,pasien 1 kadar asam urat turun menjadi 6,5,
pasien 2 turun menjadi 7,0. Mobilitas pasien membaik, status kenyamanan pasien meningkat,
pola tidur pasien membaik.

Kata kunci: Asam urat, Gangguan Mobilitas fisik, Aktivtas dan Istirahat.
Daftar bacaan: 20 (2016 - 2022)

iii
TANJUNGKARANG HEALTH POLYTECHNIC
DEPARTMENT OF NURSING TANJUNG KARANG
TANJUNGKARANG DIII NURSING PROGRAM

Final Project, May 2023


Bagas Taufiqurrahman

NURSING CARE IMPAIRED FULFILLMENT OF ACTIVITY


AND REST NEEDS ON GOUT PATIENTS SRIMULYO
VILLAGE 1 CALLINGS NATAR
SOUTH LAMPUNG
IN 2023

ABSTRAC

Based on the WHO survey, Indonesia is the 4th largest country in the world whose
population suffers from gout and based on diagnoses by health workers 11.9% and based on
diagnoses or symptoms 24.7%. If seen from the age characteristics, the high prevalence is at
the age of ≥ 75 (54.8%). There were also more female sufferers (8.46%) compared to men
(6.13%). If not handled properly it will lead to complications such as kidney stones. Based on
the case study that the author obtained from Hajimena Health Center data, gout in 2022 is the
number of gout health control visits, with 22 male cases and 70 female cases. Therefore the
authors carried out nursing care for 2 patients with gout using nursing care methods starting
from assessment, diagnosis, planning, intervention, implementation, and evaluation carried
out from 09-14 January 2023. The results of the assessment of the 2 patients were, 1 male
patient aged 72 years with uric acid level 8.0, and 1 female patient with uric acid level 7.0,
nursing diagnoses found impaired physical mobility, impaired sense of comfort, disturbed
sleep patterns. The main interventions are training muscle ranges, supporting interventions
for massage therapy. The final evaluation obtained was that there was a decrease in pain in
both patients, besides that there was a decrease in uric acid levels in both patients, patient 1
uric acid levels fell to 6.5, patient 2 decreased to 7.0. The patient's mobility improves, the
patient's comfort status increases, the patient's sleep pattern improves.

Keywords: Gout,Impaired physical mobility, Activity and rest


Reading list: 20 (2016 - 2022)

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah swt, karena atas berkat dan rahmat-
nya, penulis dapat menyelesikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulisan ini dibuat dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya Keperawatan
Program Studi Diploma III Keperawatan Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Tanjungkarang. Penulisan karya tulis ilmiah ini dengan mendapatkan banyak
bimbingan dan dukungan serta saran baik dari dosen maupun orang terdekat lainnya
oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dewi Purwaningsih, S.SiT., M.Kes. selaku Direktur Politeknik Kesehatan Tanjung
Karang
2. Gustop Amatiria, S.Kp., M.Kes. selaku Ketua Jurusan Keperawatan Tanjung
Karang.
3. Ns. Musiana, S.Kep., M.Kes. selaku Ketua Program Studi Diploma lll
Keperawatan TanjungKarang.
4. Tumiur Sormin, S.K.M., M.Kes. selaku dosen pembimbing utama dalam
penyusunan laporan karya tulis ilmiah ini.
5. Yuliati Amperaningsih., S.K.M., M.Kes. selaku dosen pembimbing pendamping
penulisan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
6. Kedua orang tua, saudara kembar saya, yang telah memberi dukungan motivasi
serta do’a yang tiada hentinya selama penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa Karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan
oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis perlukan demi
tercapainya kesempurnaan.
Bandar Lampung, 2023

Bagas Taufiqurrahman

v
BIODATA PENULIS

Nama : Bagas Taufiqurrahman


NIM : 2014401045
Tempat & Tanggal Lahir : Bandar Lampung, 19 Maret 2002
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki - laki
Alamat Rumah : PTPN No. VII RT41/RW16, Kecamatan
Natar, Kabupaten Lampung Selatan

Riwayat Pedidikan
TK (2006-2008) : TK Pewa, Kecamatan Natar
SD (2008-2014) : SDN 04 Natar, Lampung Selatan
SMP ( 2014-2017) : SMPN 1 Natar, Lampung Selatan
SMA (2017-2020) : SMAN 1 Natar, Lampung Selatan
D-lll (2020-2023) : Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
Jurusan Keperawatan

vi
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT PADA
PASIEN ASAM URAT DESA SRIMULYO 1
PEMANGGILAN RT 3 NATAR
LAMPUNG SELATAN
TAHUN 2023

Bagas Taufiqurrahman
2014401045

Telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing Laporan Tugas Akhir


Program Studi Diploma lll Keperawatan Tanjungkarang
Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang

Tim Pembimbing Tugas Akhir

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Tumiur Sormin., S.K.M., M.Kes. Yuliati Amperaningsih., S.K.M., Kes.


NIP. 195804241985032004 NIP.1966072551988032001

vii
LEMBAR PENGESAH

Laporan Tugas Akhir

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT PADA
PASIEN ASAM URAT DESA SRIMULYO 1
PEMANGGILAN RT 3 NATAR
LAMPUNG SELATAN
TAHUN 2023

Bagas Taufiqurrahman
2014401045

Telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing Laporan Tugas Akhir


Program Studi Diploma lll Keperawatan Tanjungkarang
Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang

TIM PENGUJI TUGAS AKHIR

Ketua Penguji : Ns. Efa Trisna, S.Kep., M.Kes. (..……………)


NIP.196810081989032002

Anggota Penguji 1 : Yuliati Amperaningsih., S.K.M., Kes. (…………….)


NIP.1966072551988032001

Anggota Penguji 2 : Tumiur Sormin, S.K.M., M.Kes. (..……………)


NIP.19580424198032004

Mengetahui
Ketua Jurusan Keperawatan Tanjungkarang
Poltekkes Tanjungkarang

Tori Rihiantoro, S.Kp., M.Kep.


NIP. 197111291994021001

viii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENULIS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Bagas Taufiqurrahman
NIM : 2014401045
Program Studi : D-lll Poltekkes Tanjung Karang
Alamat email : bagastq019@gmail.com
No. HP : 0895640006039

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya tulis ilmiah yang saya tulis ini
adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan pengambilan
alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran
saya. Naskah ilmiah ini sepenuhnya merupakan karya intelektual saya dan seluruh
sumber yang menjadi rujukan dalam karya ilmiah ini telah saya sebutkan sesuai
kaidah akademik yang berlaku umum, termasuk para pihak yang memberikan
konstribusi pemikiran pada isi.
Demikian pernyataan ini saya nyatakan secara benar dengan penuh tanggung jawab
dan integritas.

Bandar Lampung, Mei 2023


Pembuat pernyataan

BAGAS TAUFIQURRAHMAN
NIM:2014401045

ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL LUAR .......................................................................... i
HALAMAN SAMPUL DALAM ...................................................................... ii
ABSTRAK ........................................................................................................... iii
ABSTRAC ........................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................ v
BIODATA PENULIS ......................................................................................... vi
LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................. vii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... viii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENULIS ..................................... ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A Latar Belakang............................................................................................ 1
B Rumusan Masalah ......................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan .......................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan ....................................................................... 3
E. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 3
BAB ll TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 5
A. Konsep Proses Keperawatan ........................................................ 5
B. Konsep Kebutuhan Dasar ............................................................. 13
C. Konsep Penyakit .......................................................................... 18
D. Publikasi Terkait Asuhan Keperawatan ........................................ 25
BAB lll METODE ....................................................................................... 26
A. Pendekatan Asuhan...................................................................... 26
B. Subyek Asuhan ............................................................................ 26
C. Fokus Studi .................................................................................. 26
D. Lokasi dan Waktu Asuhan ........................................................... 26
E. Definisi Operasional..................................................................... 26
F. Instrumen Asuhan ........................................................................ 27
G. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 27
H. Analisis Data dan Penyajian Data ................................................ 28
I. Etika Asuhan ................................................................................ 29
BAB IV HASIL ASUHAN DAN PEMBAHASAN .................................... 32
A. Gambaran Umum Lokasi ............................................................. 32
B. Hasil ........................................................................................... 32
C. Pembahasan ................................................................................ 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 63
A. Kesimpulan ................................................................................. 63
B. Saran ........................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Intervensi Tindakan Keperawatan…………………………………………………8


Tabel 2 Implementasi Keperawatan………………………………………………………....10
Tabel 3 Pengkajian Keperawatan………………………………………………………….....33
Tabel 4 Penilaian Resiko Jatuh Klien 1………………………………………………...…..37
Tabel 5 Penilaian Resiko Jatuh Klien 2………………………………………………...…..38
Tabel 6 Analisa Data Klien 1……………………………………………………………........39
Tabel 7 Analisa Data Klien 2……………………………………………………………........41
Tabel 8 Diagnosa Keperawatan……………………………………………………………….43
Tabel 9 Rencana Tindakan Keperawatan…………………………………………………...43
Tabel 10 Implementasi dan Evaluasi……….……………………….………………………47

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar.1 Pathway Penyakit Asam Urat .......................................................... 22

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Informed consent


Lampiran 2 : Format Pengkajian Asuhan Keperawatan
Lampiran 3 : Lembar Saran dan Perbaikan
Lampiran 4 : Lembar Surat Izin Pengumpulan Data

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit asam urat atau yang dikenal juga dengan sebutan artritis gout
merupakan suatu penyakit karena kelainan metabolisme purin (hiperurisemia).
Kelainan ini bisa terjadi adanya over sekresi asam urat atau penurunan fungsi
ginjal yang mengakibatkan penurunan eksresi asam urat atau kombinasi keduanya.
Kadar asam urat normal pada wanita: 2,6-6 mg/dl dan pada pria: 3-7 mg/dl.
Arthritis gout adalah penyakit yang sering ditemukan dan tersebar diseluruh dunia.
Arthritis gout merupakan kelompok penyakit heterogen sebagai akibat deposisik
kristal monosodium urat pada jaringan atau akibat supesaturasi didalam cairan
elekstraseluler (Sudoyo, dkk, 2009). Arthritis Gout adalah penyakit metabolik
yang ditandai oleh penumpukan asam urat yang menyebabkan nyeri pada sendi,
arthritis gout adalah asam yang berbentuk kristal-kristal yang merupakan hasil
akhir dari metabolisme purin.
Kadar asam urat yang tinggi dapat menimbulkan kristal asam urat
dipersendian dan menjadi penyakit. Menurut data World Health Organization
(WHO) (2015), prevalensi gout meningkat pada kalangan orang dewasa di Inggris
sebesar 3,2% dan Amerika Serikat sebesar 3,9%. Di Korea prevalensi asam urat
meningkat dari 3,49%/1000 orang pada tahun 2007 menjadi 7,58%/1000 orang
pada tahun 2015. Data WHO (2017), prevalensi gout arthritis di dunia sebanyak
34,2%. dan pada 2018, mengalami kenaikan dengan jumlah 1.370 (33,3%).
Menurut data WHO (2013), penderita gangguan sendi di Indonesia mencapai
81% dari populasi, yang pergi ke dokter hanya 24% sedangkan yang langsung
mengkonsumsi obat pereda nyeri yang dijual secara bebas 71%. Angka tersebut
menempatkan Indonesia sebagai negara tertinggi menderita gangguan sendi
apabila dibandingkan dengan negara lain. Penyakit asam urat termasuk penyakit
degeneratif yang menyerang persendian, paling sering dijumpai kalangan
masyarakat terutama dialami pada lansia.

1
2

Prevalensi penyakit asam urat berdasarkan diagnosa tenaga kesehatan di


Indonesia 11,9% dan berdasarkan diagnosis atau gejala 24,7% jika dilihat dari
karakteristik umur, prevalensi tinggi pada umur ≥ 75 (54,8%). Penderita wanita
juga lebih banyak (8,46%) dibandingkan dengan pria (6,13%) (Putri, 2021).
Berdasarkan studi kasus yang penulis dapatkan pada data Puskesmas
Hajimena penyakit asam urat di tahun 2022 yaitu dengan jumlah kunjungan
kontrol kesehatan asam urat yaitu, dengan jumlah kasus laki-laki sebanyak 22
orang, dan kasus perempuan sebanyak 70 orang.
Jika tidak ditangani dengan tepat maka penyakit asam urat akan terjadi
komplikasi seperti batu ginjal. Penanganan penyakit asam urat yang dapat
dilakukan yaitu menjaga pola hidup sehat, mengurangi makanan tinggi purin (hati,
ginjal, otak, dan bagian organ dalam lainnya), menghindari alkohol (Dungga,
2022). Sedangkan menurut asuhan keperawatan terdahulu yang ditulis oleh Heny
Refika Murni, komplikasi yang dapat terjadi yaitu deformitas atau perubahan
bentuk pada persendian yang terserang urolitiasis atau batu ginjal akibat deposit
kristal urat pada saluran kemih.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disusun maka perumusan


masalah yang dapat ditarik yaitu, bagaimana asuhan keperawatan dengan
gangguan kebutuhan aktivitas dan istirahat pada pasien dengan penyakit asam urat
di Dusun Srimulyo 1 Desa Pemanggilan.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum:
Menggambarkan asuhan keperawatan dengan gangguan aktivitas dan
istirahat pada pasien dengan penyakit asam urat di Dusun Srimulyo 1, Desa
Pemanggilan, Natar, Lampung Selatan.
3

2. Tujuan khusus:
a. Menggambarkan hasil pengkajian asuhan keperawatan dengan gangguan
aktivitas dan istirahat pada pasien dengan asam urat di Dusun Srimulyo,
Desa Pemanggilan, Natar, Lampung Selatan.
b. Menggambarkan diagnosa asuhan keperawatan dengan gangguan
aktivitas dan istirahat pada pasien dengan asam urat di Dusun Srimulyo 1,
Desa Pemanggilan, Natar, Lamung Selatan.
c. Menggambarkan perencanaan asuhan keperawatan dengan gangguan
aktivitas dan istirahat pada pasien dengan asam urat di Dusun Srimulyo 1,
Desa Pemanggilan, Natar, Lampung Selatan.
d. Menggambarkan implementasi asuhan keperawatan dengan gangguan
aktivitas dan istirahat pada pasien dengan asam urat di Dusun Srimulyo 1,
Desa Pemanggilan, Natar, Lampung Selatan.
e. Menggambarkan evaluasi asuhan keperawatan dengan gangguan
aktivitas dan istirahat pada pasien dengan asam urat di Dusun Srimulyo 1,
Desa Pemanggilan, Natar, Lampung Selatan.

D. Manfaat
1. Manfaat teoritis:
Karya tulis ilmiah ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang
wawasan dalam memberikan asuhan keperawatan dengan gangguan aktivitas
dan istirahat pada pasien asam urat, dan karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat
sebagai bahan bacaan kepustakaan.

2. Manfaat praktis:
a. Bagi perawat
Karya tulis ilmiah ini dapat menjadi referensi masukan untuk
meningkatkan asuhan keperawatan dengan penyakit asam urat di Dusun
4

Srimulyo 1, Desa Pemanggilan, Kecamatan Natar, Lampung Selatan


Tahun 2023.
b. Bagi institusi dan pendidikan DIII Keperawatan Karya tulis ilmiah ini
dapat menjadi referensi informasi serta pembelajaran untuk memenuhi
pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan dalam menangani gangguan
kebutuhan aktivitas dan istirahat pada pasien asam urat di Dusun
Srimulyo 1, Desa Pemanggilan, Kecamatan Natar, Lampung Selatan
Tahun 2023.
c. Bagi klien dan keluarga
Bagi klien dan keluarga bisa dijadikan sebagai wawasan hingga
dapat diaplikasikan pada klien asam urat.

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari asuhan keperawatan ini adalah pada pasien asam urat
dengan gangguan aktivitas dan istirahat di Dusun Srimulyo Desa Pemanggilan.
Subjek asuhan keperawatan ini terdiri dari 2 orang pasien penderita asam urat.
Asuhan keperawatan ini dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan yang
dimulai dari pengkajian, perumusan diagnosis, perencanaan keperawatan,
implementasi dan evaluasi. Asuhan keperawatan ini dilaksanakan di Dusun
Srimulyo 1, Desa Pemanggilan, Kecamatan Natar, Lampung Selatan, pada tanggal
09 sampai 14 Januari 2023.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Proses Keperawatan


Asuhan keperawatan adalah praktik keperawatan baik secara langsung
atau tidak langsung yang diberikan kepada klien, keluarga, dan masyarakat
dengan menggunakan pendekatan ilmiah berdasarkan kode etik dan standar
praktek keperawatan (Kebede et al., 2017). Proses keperawatan adalah proses
terstruktur berupa urutan langkah-langkah pemecahan masalah yang
sistematis dalam memberikan asuhan keperawatan yang beriorientasi pada
tujuan dan humanistik yang efisien dan efektif (Pangala et al., n.d.).
1. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan pasien. Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk
mengumpulkan data dan menganalisanya. Pengkajian adalah pemikiran
dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan
informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi,
mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan
pasien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Sukeksi et al., 2022).
b. Tujuan pengkajian
Tujuan pengkajian menurut Dermawan (2012) adalah sebagai
Berikut:
1) Untuk memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan pasien.
2) Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan pasien.
3) Untuk menilai keadaan kesehatan pasien.
4) Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-
langkah berikutnya.

5
6

c. Tipe data
Tipe data sebagai berikut:
1). Data subjektif
Data subjektif adalah deskripsi verbal pasien mengenai masalah
kesehatannya. data subjektif diperoleh dari riwayat keperawatan
termasuk persepsi pasien, perasaan dan ide tentang status
kesehatannya. Sumber data lain dapat diperoleh dari keluarga,
konsultan, dan tenaga kesehatan lainnya.
2). Data Objektif
Data objektif adalah hasil observasi atau pengukuran dari status
kesehatan pasien (Syawali & Ciptono, 2022).

2. Diagnosis keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respon klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya, baik
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respon klien terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2018). Menurut buku standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (SDKI), diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada
pasien penderita asam urat adalah sebagai berikut:
a. Gangguan mobilitas fisik ( D.0054 )
Definisi:
Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara
mandiri
Penyebab: Nyeri
Tanda dan gejala mayor
Subjektif:
- Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas
Objektif:
7

- Kekuatan otot menurun


- Rentang gerak ( ROM ) menurun
Tanda dan gejala minor
Subjektif :
- Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas
Objektif :
- Kekuatan otot menurun
- Rentang gerak ( ROM ) menurun
Tanda dan gejala minor
Subjektif:
- Nyeri saat bergerak
- Enggan melakukan pergerakan
Objektif:
- Sendi kaku
- Gerakan terbatas
Kondisi klinis terkait :
- Stroke
- Cedera medula spinalis
- Trauma
- Fraktur

b. Gangguan rasa nyaman ( D.0074 )


Definisi: Perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik,
psikospiritual, lingkungan, dan sosial.
Penyebab: Gejala penyakit
Tanda dan gejala mayor
Subjektif: - Mengeluh tidak nyaman
8

Tanda dan gejala minor


Subjektif:
- Mengeluh sulit tidur
- Tidak mampu rileks
- Mengeluh lelah
Kondisi klinis terkait:
- Penyakit kronis
- Keganasan
- Distres psikologi
- Kehamilan

c. Gangguan pola tidur ( D.0055 )


Definisi: Gangguan kualitas dan kuantitas tidur akibat faktor eksternal
Penyebab: Kurang kontrol tidur
Tanda dan gejala mayor
Subjektif:
- Mengeluh sulit tidur
- Mengeluh sering terjaga
Tanda dan gejala minor
Subjektif:
- Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
Kondisi klinis terkait:
- Nyeri/kolik
- Hipertiroidisme
- Kecemasan
- Penyakit paru obstruktif kronis
- Kehamilan
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)
9

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala tritmen yang dikerjakan oleh perawat
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran atau
outcome. Keputusan awal yang memberi arah bagi tujuan yang ingin dicapai, hal
yang akan dilakukan, termasuk bagaimana, kapan dan siapa yang akan melakukan
tindakan keperawatan, yang diharapakan standar intervensi keperawatan yang
dapat muncul pada pasien asam urat dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1
Intervensi Tindakan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Intervensi Utama Intervensi Pendukung

Gangguan Mobilitas Fisik Dukungan Mobilisasi Edukasi latihan fisik


berhubungan dengan nyeri Observasi: - Manajemen program
(D.0054) - Identifikasi adanya nyeri atau latihan
Tujuan: keluhan fisik lainnya. - Pemberian obat
Setelah dilakukan tindakan - Identifikasi toleransi fisik - Teknik latihan penguatan
keperawatan 3x kunjungan - Melakukan pergerakan otot/sendi
diharapkan pasien dapat - Monitor frekuensi tekanan - Terapi aktivitas
mempertahankan darah sebelum memulai - Terapi pemijatan
pergerakannya dengan mobilisasi. - Tetapi relaksasi otot
Kriteria hasil: Terapeutik:
- Pergerakan ekstremitas - Fasilitasi aktivitas
meningkat mobilisasidengan alat bantu
- Kekuatan otot meningkat (tongkat, pagar tempat tidur),
- Rentang otot ( ROM ) jika perlu
meningkat - Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
- Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
- meningkatkan pergerakan
Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
Gangguan Rasa Nyaman Manajemen nyeri Edukasi Aktivitas dan
berhubungan dengan Observasi: Istirahat
Gejala penyakit (D.0074) - Identifikasi lokasi, skala, - Edukasi latihan fisik
Tujuan: karakteristik, durasi, kualitas, - Kompres dingin/panas
Setelah dilakukan tindakan frekuensi, intensitas nyeri. - Edukasi penyakit
keperawatan 3x kunjungan - Identifikasi respon nyeri non - Pemantauan nyeri
diharapkan pasien dapat verbal - Pemberian obat
merasa lebih nyaman dari - Identifikasi faktor yang
10

keadaan sebelumnya memperberat dan


Kriteria hasil: memperingan nyeri
- Rasa nyeri berkurang - Identifikasi pengetahuan
- Dapat istirahat dengan dan keyakinan tentang
tenang nyeri
- Ekspresi wajah pasien - Monitor efek samping
tampak tidak meringis penggunaan analgetik
Terapeutik:
- Berikan teknik non
farmakologis untu mengurangi
nyeri
- Kontrol lingkungan yang
memperberat nyeri (suhu,
ruangan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi:
- Jelaskan penyebab dan
pemimcu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Gangguan Pola Tidur Dukungan tidur Dukungan meditasi
berhubungan dengan Observasi: - Manajemen lingkungan
kurang kontrol tidur - Identifikasi pola aktivitas dan - Menajemen nyeri
(D.0055) tidur - Pengaturan posisi
Tujuan: - Identifikasi faktor yang - Teknik menenangkan
Setelah dilakukan tindakan mengganggu tidur (fisik/ - Terapi music
keperawatan 3x kunjungan psikologis) - Terapi relaksasi
diharapkan kualitas tidur - Identifikasi makanan yang
pasien membaik menggangu tidur
- Identifikasi obat yang
Kriteria hasil: dikonsumsi
- Durasi tidur pasien Terapeutik:
meningkat - Memodifikasi lingkungan
- Klien dapat tidur malam (pencahayaan, suhu,
dengan konsisten matras, dan tempat tidur)
- Klien bangun tidur - Batasi waktu tidur
pada yang sesuai - Fasilitasi menghilangkan
stress
11

- Tetapkan jadwal tidur rutin


Edukasi:
- Jelaskan pentingnya tidur
- Anjuran menepati kebiasaan
waktu tidur
- Anjurkan menghindari
makanan yang menggangu
tidur
- Ajarkan relaksasi otot atau
teknik non farmakologis
Sumber: (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).

4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-
faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Safitri, 2021).

Tabel 2
Implementasi Keperawatan

Diagnosa Implementasi

Gangguan Mobilitas Dukungan Mobilisasi


Fisik Observasi:
- Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya.
- Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
- Memonitor frekuensi tekanan darah sebelum memulai mobilisasi.
Terapeutik:
- Mefasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (tongkat, pagar
tempat tidur), jika perlu
- Mefasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
Edukasi:
- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
Gangguan Rasa Manajemen nyeri
Nyaman Observasi:
- Mengidentifikasi lokasi, skala, karakteristik, durasi, kualitas,
frekuensi, intensitas nyeri.
- Megidentifikasi respon nyeri non verbal
12

- Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri


- Mengidentifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri.
Terapeutik:
- Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri (misalnya,
latihan ROM ).
- Mengontrol lingkungan yang memperberat nyeri (suhu,
ruangan,kebisingan)
- Memfasilitasi istirahat dan tidur.
Edukasi:
- Menjelaskan penyebab dan pemimcu nyeri
- Menjelaskan strategi meredakan nyeri
- Menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Gangguan Pola Tidur Dukungan tidur
Observasi:
- Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur
- Mengidentifikasi faktor yang mengganggu tidur (fisik/psikologis)
- Mengidentifikasi makanan yang menggangu tidur
- Mengidentifikasi obat yang sering di konsumsi
Terapeutik:
- Memodifikasi lingkungan (pencahayaan, suhu, matras dan tempat
tidur)
- Memfasilitasi menghilangkan stress (berdoa sebelum tidur, terapi
musik)
- Menetapkan jadwal tidur rutin
Edukasi:
- Menjelaskan pentingnya tidur
- Menganjuran menepati kebiasaan waktu tidur
- Menganjurkan menghindari makanan yang menggangu tidur
- Mengajarkan relaksasi otot atau teknik non farmakologi
Sumber: (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018).

5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah tahap kelima atau proses keperawatan terakhir
yang berupaya untuk membandingkan tindakan yang sudah dilakukan dengan
kriteria hasil yang sudah ditentukan. Evaluasi keperawatan bertujuan menentukan
apakah seluruh proses keperawatan sudah berjalan dengan baik dan tindakan
berhasil dengan baik. Menurut (Asmadi, 2008) terdapat 2 jenis evaluasi yaitu:
a. Evaluasi formatif (proses)
Evaluasi formatif berfokus pada aktifitas proses keperawatan dan hasil
tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat
13

mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan


tindakankeperawatan yang telah dilaksanakan. Format yang digunakan
evaluasi formatif adalah:

1) S (Subjektif): Data subjektif yang diambil dari keluhan klien, kecuali


pada pasien yang afasia.
2) O (Objektif): Data objektif yang diperoleh dari hasil observasi perawat,
misalnya tanda–tanda akibat penyimpangan fungsi fisik, tindakan
keperawatan atau akibat pengobatan.
3) A (Analisis/assessment): Berdasarkan data yang terkumpul kemudian
dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau
masalah potensial, dimana analisis ada 3 yaitu (teratasi, tidak teratasi, dan
sebagian teratasi) sehingga perlu tidaknya dilakukan tindakan segera.
Oleh karena itu, sering memerlukan pengkajian ulang untuk menentukan
perubahan diagnosis, rencana, dan tindakan.
4) P (Perencanaan/planning): Perencanaan kembali tetang pengembangan
tindakan keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan datang
(hasil modifikasi rencana keperawatan) dengan tujuan memperbaiki
keadaan kesehatan klien.

b. Evaluasi Sumatif (Hasil)


Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semuaktivitas
proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan menilai
dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan butuhan dasar
yang dikelompokkan menjadi lima kategori itu terpenuhi secara bertahap
sehingga membentuk suatu piramid.
14

B. Konsep Kebutuhan Dasar

1. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia


Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham maslow menyatakan bahwa
setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis
keamanan dan keselamatan, cinta dan rasa memiliki, harga diri dan aktualisasi
diri. Walaupun sebenarnya manusia itu memiliki kebutuhan yang sifatnya
beranekaragam (heterogen), tetapi setiap orang pada dasarnya memiliki
kebutuhan dasar yang sama kebutuhan dasar merupakan kebutuhan yang secara
langsung mempengaruhi kehidupan dan kematian manusia itu sendiri, oleh
sebab itu harus segera dipenuhi. Teori Maslow mengenai kebutuhan dasar
manusia dapat memberikan dasar untuk pemberian perawatan pada klien dari
semua umur dan dalam berbagai lingkungan pelayanan kesehatan. Teori
Maslow ini yang paling terkenal. Ada 5 kebutuhan dasar yang secara bertahap
ketingkat yang lebih tinggi. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow
mengatur kebutuhan dasar kedalam 5 tingkatan, yaitu:
a. Kebutuhan fisiologis (physiologic needs) adalah kebutuhan paling dasar,
meliputi:
1) Oksigen
2) Cairan
3) Nutrisi
4) Temperatur
5) Eliminasi
6) Tempat tinggal
7) Istirahat
8) Seks

b. Kebutuhan keselamatan dan rasa aman


1) Keselamatan fisik keadaan mengurangi atau megeluarkan ancaman
15

pada tubuh atau kehidupan. Misalnya: penyakit, kecelakaan, bahaya,


pemajanan terhadap lingkungan.

2) Keselamatan Psikologis: Ancaman tehadap pengalaman baru atau


yang tidak dikenal Misalnya: mahasiswa yang berada dilingkungan baru
merasa terancam dalam berdaptasi dengan pelajaran/sosialisasi dan lain-
lain.
c. Kebutuhan cinta dan rasa memiliki
1) Biasanya meningkat setelah terpenuhi kebutuhan fisiologis dan
keselamatan terpenuhi, bila individu merasa aman dan selamat mereka
mempunyai waktu dan energi untuk mencari cinta dan rasa memiliki.

2) Memberikan dan menerima cinta dan kasih sayang


3) Membutuhkan teman hidup dan bergaul
4) Membutuhkan hubungan interpersonal dan kasih sayang
d. Kebutuhan penghargaan dan harga diri
Kebutuhan harga diri berhubungan dengan keinginan terhadap:
1) Kekuatan
2) Pencapaian
3) Rasa cukup
4) Kompetensi
5) Rasa percaya diri
6) Kemerdekaan
7) Menghargai diri sendiri
8) Menghargai orang lain
9) Dihargai oleh orang lain.
10) Kebutuhan aktualisasi diri (Santosa, 2018).

2. Konsep Kebutuhan Dasar Aktivitas dan Istirahat


a. Pengertian kebutuhan aktivitas dan istirahat
Kemampuan beraktivitas (misalnya, berdiri, bekerja, makan) merupakan
kebutuhan dasar yang mutlak diharapkan oleh setiap manusia. Tubuh akan
16

menjadi sehat, sistem pernafasan dan sirkulasi tubuh akan berfungsi dengan
baik, dan metabolis tubuh dapat optimal dengan beraktivitas.
Kebutuhan aktivitas merupakan kebutuhan dasar untuk melakukan
aktivitas (bergerak). Kebutuhan ini diatur oleh beberapa sistem atau
organ tubuh diantaranya tulang, otot, tendon, ligament, sistem saraf dan sendi
(Hidayat & Uliyah, 2015). Aktivitas sehari-hari (ADL) merupakan salah satu
bentuk latihan aktif pada seseorang termasuk didalamnya adalah
makan/minum, mandi, toileting, berpakiakan, mobilisasi tempat tidur,
berpindah dan ambulasi/ROM. Pemenuhan terhadap ADL ini dapat
meningkatkan harga diri serta gambaran diri pada seseorang, selain ADL
merupakan aktivitas dasar yang dapat mencegah individu tersebut dari
suatu penyakit sehingga tindakan yang menyangkut pemenuhan dalam
mendukung pemenuhan ADL pada klien dengan harus diprioritaskan
(Maryam, 2018).

b. Sistem tubuh yang berperan dalam aktivitas


1). Tulang
Tulang merupakan organ yang memiliki banyak fungsi, yaitu
fungsi mekanis untuk membentuk rangka dan tempat melekatnya
berbagai otot, fungsi sebagai tempat penyimpanan mineral khususnya
kalsium dan fosfor yang bisa dilepaskan setiap saat sesuai kebutuhan,
fungsi tempat sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi
pelindung organ-organ dalam.
2). Otot
Otot secara umum berfungsi untuk kontraksi dan menghasilkan
gerakan- gerakan. Ada tiga macam otot yaitu otot rangka, otot
polos, dan otot jantung, ketiga macam otot tersebut dipersarafi oleh saraf
tepi yang terdiri atas serabut motoris dari medulla spinalis.
17

3). Ligament
Ligament merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan
tulang. Ligament pada lutut merupakan struktur penjaga stabilitas,
apabila putus akan mengakibatkan ketidakstabilan.
4). Sendi
Sendi adalah perhubungan antar tulang sehingga tulang dapat
digerakkan, hubungan dua tulang disebut persendian. Persendian
memfasilitasi pergerakan dengan memungkinkan terjadinya kelenturan.
Beberapa pergerakan sendi yaitu:
a). Fleksi, yaitu pergerakan yang memperkecil sudut persendian.
b). Ekstensi, yaitu pergerakan yang memperbesar sudut persendian.
c). Adduksi, yaitu pergerakan mendekati garis tengah tubuh.
d). Abduksi, yaitu pergerakan menjauhi garis tengah tubuh.
e). Rotasi, yaitu pergerakan memutari pusat aksis tulang.
f). Eversi, yaitu perputaran bagian telapak kaki ke bagian luar.
g). Inversi, yaitu perputaran bagian telapak kaki ke bagian dalam.
h). Pronasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan
tangan bergerak kebawah.
i). Supinasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan
tangan bergerak keatas.
5). Tendon
Tendon adalah sekumpulam jaringan fibrosa padat yang merupakan
perpanjangan dari pembungkus otot dan membentuk ujung-ujung otot
yang mengikatnya pada tulang.
6). Sistem saraf
Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan medulla
spinalis) dan sisstem saraf tepi (percabangan dari system saraf pusat).tiap
saraf memiliki bagian somatik danotonom (Vita Andina & Fitriana
Yuni, 2021).
18

3. Pengertian Istirahat dan Tidur


Tidur dan istirahat merupakan kebutuhahan dasar yang harus dipenuhi.
Hanya dengan istirahat dan tidur cukup, tubuh dapat melaksanakan fungsinya
secara optimal. Ada perbedaan pengertian antara tidur dan istirahat, meskipun
keduanya sama membuat tubuh rileks. Tidur adalah suatu keadaan tak sadarkan
diri namun dapat dibangunkan dengan stimulus yang sesuai. Pendapat lain
menjelaskan bahwa tidur adalah perubahan proses fisiologis tubuh dan
menurunnya tanggapan terhadap rangsangan dari luar. Karakteristik tidur ditandai
dengan aktivitas tubuh minimal, tingkat kesadaran bervariasi, perubahan proses
fisiologis tubuh dan penurunan respon terhadap stimulus eksternal. Orang yang
sakit sering kali tidak bisa tidur karena sering merasakan nyeri. Pengertian istirahat
adalah bersantai menyegarkan diri/diam dan tak ada kegiatan. Pengertian lainnya
adalah melepaskan diri dari apapun yang membosankan, menyulitkan, atau
menjengkelkan serta mengurangi kegiatan sehingga badan terasa segar kembali.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur dan istirahat disamping kebutuhan tidur
setiap orang berbeda secara fisiologis, ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi
kebutuhan tidur dan istirahat seseorang, yaitu:
a. Usia, semakin bertambah usia, semakin berkurang kebutuhan tidur. Hal ini
dipengaruhi oleh perubahan fisiologis dari sel-sel tubuh.
b. Penyakit, pada klien dengan nyeri, kecemasan atau dyspnea, membutuhkan
waktu tidur lebih banyak untuk regenerasi sel-sel yang rusak, namun disisi
lain tidur sering bangun karena kesakitan.
c. Motivasi, niat seseorang untuk tidur mempengaruhi kualitas. Kegiatan
menonton TV, main game atau hal-hal lain yang dapat menyebabkan
penundaan waktu tidur.
d. Emosi, suasana hati, marah, cemas dan stres dapat menyebabkan seseorang
tidak bisa tidur dengan nyenyak.
e. Lingkungan, lingkungan di dekat bandara atau di tepi jalan umum
menimbulkan kebisingan.
19

f. Obat–obatan, penggunaan obat-obat tertentu bisa memberi efek gangguan


tidur. Diuretik dapat menyebabkan insomnia. Obat-obat seperti golongan
sedative, hipnotika dan steroid dapat mempermudah kantuk, mempercepat
proses tidur (Vita Andina & Fitriana Yuni, 2021).

C. Konsep Penyakit
1. Definisi Asam urat
Gout arthritis atau asam urat merupakan hasil metabolisme akhir dari purin
yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh.
Peningkatan kadar asam urat dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh
manusia seperti perasaan linu-linu di daerah persendian dan sering disertai
timbulnya rasa nyeri yang teramat sangat bagi penderitannya. Penyakit ini
sering disebut penyakit gout atau lebih dikenal dengan penyakit asam urat.
Gout arthritis adalah penyakit sendi yang disebabkan oleh tingginya kadar
asam urat dalam darah. Kadar asam urat yang tinggi di dalam darah melebihi
batas normal menyebabkan penumpukan asam urat didalam persendian dan
oragan tubuh lainnya dengan nilai kadar asam urat pada perempuan adalah 2,4-
6 mg/dl sedangkan pada laki-laki adalah 3.5-7.2 mg/dl (Noviyanti, 2015). Gout
artritis merupakan penyakit yang ditandai dengan nyeri yang terjadi berulang-
ulang yang disebabkan adanya endapan kristal monosodium urat yang
tertumpuk di dalam sendi sebagai akibat tingginya kadar asam urat di dalam
darah (Dianati, 2015).

2. Angka Kejadian atau Prevalensi Asam Urat di Indonesia


Prevalensi penyakit gout di Indonesia terjadi pada usia di bawah 34 tahun
sebesar 32% dan di atas 34 tahun sebesar 68% (Tinah, 2010, dalam Jaliana,
dkk, 2017). Data Dinas Kesehatan tahun 2014 penyakit gout sebanyak 4.260
jumlah kasus. Paling banyak terjadi di Kota Tanjungpinang yaitu terdapat
1.106 jumlah kasus yang mengalami gout (Dinkes Provinsi Kepri, 2014).
Prevalensi goat di dunia menurut WHO 2018 (World Health Organization),
20

mengalami kenaikan dengan jumlah 1370 (33,3%). Prevelensi gout juga


meningkat pada kalangan orang dewasa di Inggris sebesar 3,2% dan Amerika
Serikat sebesar 3,9%. Di Korea preverensi asam urat meningkat dari 3,49% per
1000 orang pada tahun 2007 menjadi 7,58% per 1000 orang pada tahun 2015
(Dianati, 2015).

3. Tanda dan Gejala Asam Urat


a. Rasa nyeri hebat dan mendadak pada ibu jari kaki dan jari kaki
b. Terganggunya fungsi sendi yang biasanya terjadi di satu tempat, sekitar 70-
80 % pada pangkal ibu jari
c. Terjadi hiperurikemia dan penimbunan kristal asam urat dalam cairan dan
jaringan sendi, ginjal, tulang rawan dan lain-lain
d. Telah terjadi >1 kali serangan di persendian (arthritis) yang bersifat akut;
e. Adanya serangan nyeri pada satu sendi, terutama sendi ibu jari kaki.
serangan juga biasa terjadi di tempat lain seperti pergelangan kaki,
punggung kaki, lutut, siku, pergelangan tangan atau jari-jari tangan;
f. Sendi tampak kemerahan;
g. Peradangan disertai demam (suhu tubuh >38C), dan pembengkakan tidak
simetris pada satu sendi dan terasa panas;
h. Nyeri hebat di pinggang bila terjadi batu ginjal akibat penumpukan.
(Taweli, 2018).

4. Etiologi Asam Urat

Penyebab utama tejadinya gout adalah karena adanya deposit/penimbunan


kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada
penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan kelainan metabolik
dalam pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal (Selpi
Nofiani, 2015).
21

5. Patofisiologi Asam Urat

Peningkatan kadar asam urat serum dapat disebabkan oleh


pembentukan berlebihan atau penurunan eksresi asam urat, ataupun keduanya.
Asam urat adalah produksi akhir metabolisme purin. Secara normal,
metabolisme purin menjadi asam urat dapat diterangkan sebagai berikut:
sintesis purin melibatkan dua jalur, yaitu jalur de novo dan jalur penghematan
(salvage pathway).
Asam urat yang terbentuk dari hasil metabolisme purin akan difiltrasi
secara bebas oleh glomerulus dan direabsorpsi di tubulus proksimal ginjal.
Sebagian kecil asam urat yang direabsorpsi kemudian diekskresikan di nefron
distal dan dikeluarkan melalui urin (Hasan et al., 2022).
Pada penyakit gout, terdapat gangguan keseimbangan metabolisme
(pembentukan dan ekskresi) dari asam urat tersebut, meliputi:
a. Penurunan ekskresi asam urat secara idiopatik.
b. Penurunan ekskresi asam urat sekunder, misalnya karena gagal ginjal.
c. Peningkatan produksi asam urat, misalnya disebabkan oleh tumor (yang
meningkatkan cellular turnover) atau peningkatan sintesis purin (karena
efek enzim -enzim atau mekanisme umpan balik inhibisi yang berperan).
d. Peningkatan asupan makanan yang mengandung purin.
Asam urat merupakan produk pemecahan meabolisme purin. normalnya,
keseimbangan terjadi antara produksi dan ekskresi, dengan sekitar dua
pertiga jumlah yang dihasilkan setiap hari dikeluarkan oleh ginjal dan
sisanya dalam feses. Kadar asam urat serum normalnya dipertahankan
antara 3,5 dan 7,0 mg/dL pada pria dan 2,8 dan 6,8 mg/dL pada wanita
(Irdiansyah et al, 2022).
22

6. Pathway Asam Urat

Gout Primer Gout Sekunder


(konsumsi makanan tinggi purin) (Penyakit&Obat-obatan)

Produksi asam urat Gangguan metabolisme Hambatan ekskresi asam urat oleh
purin ginjal

Hiperuremia
Suhu tubuh
Respon
Inflamasi
Hipertermi
Penimbunan kristal asam urat disendi Tubuh, tulang & sendi

Deformitas

Pelepasan histamine prostaglandin Pemeabiitas


kapiler
Gg.Konsep
diri
Hipotalamus Akumulasi cairan
intersial
Pembentukan
pada sendi
edema
Gg.rasa
nyaman
Menekan jaringan pada sendi
Tofus
Terjadi pada malam hari
Gg.perfusi
jaringan
perifer
Penipisan pada kuit
Gg.Pola
tidur
Pergerakan
sendi terbatas

Gg.Mobilitas
fisik

Sumber: (Rizqi F, 2021)


Gambar.1 Pathway Penyakit Asam urat
23

7. Faktor Resiko Asam Urat


Berikut ini yang merupakan faktor resiko dari asam urat:
a. Suku bangsa /ras
Suku bangsa yang paling tinggi prevalensi nya pada suku Maori di Australia.
Prevalensi suku Maori, terserang penyakit asam urat tinggi sekali sedangkan
Indonesia prevalensi yang paling tinggi pada penduduk pantai dan yang
paling tinggi di daerah Manado-Minahasa karena kebiasaan atau pola makan
dan konsumsi alkohol.
b. Konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol menyebabkan serangan gout karena alkohol meningkatkan
produksi asam urat. Kadar laktat darah meningkat sebagai akibat produk
sampingan dari metabolisme normal alkohol. Asam laktat menghambat
ekskresi asam urat oleh ginjal sehingga terjadi peningkatan kadarnya dalam
serum.
c. Konsumsi ikan laut
Ikan laut merupakan makanan yang memiliki kadar purin yang tinggi.
Konsumsi ikan laut yang tinggi mengakibatkan asam urat.
d. Penyakit
Penyakit-penyakit yang sering berhubungan dengan hiperurisemia. Misalnya
obesitas, diabetes melitus, penyakit ginjal, hipertensi, dislipidemia,dsb.
Adipositas tinggi dan berat badan merupakan faktor resiko yang kuat untuk
gout pada laki-laki, sedangkan penurunan berat badan adalah faktor pelindung.
e. Jenis kelamin
Pria memiliki resiko lebih besar terkena nyeri sendi dibandingkan perempuan
pada semua kelompok umur, meskipun rasio jenis kelamin laki-laki dan
perempuan sama pada usia lanjut. Dalam Kesehatan dan Gizi Ujian Nasional
Survey III, perbandingan laki-laki dengan perempuan secara keseluruhan
berkisar antara 7:1 dan 9:1 rasio jenis kelamin pasien laki-laki dan perempuan
dengan gout adalah 4:1 pada mereka yang lebih muda dari 65 tahun, dan 3:1
24

pada mereka 50% lebih dari 65 tahun. Pada pasien perempuan yang lebih tua
dari 60 tahun dengan keluhan sendi datang ke dokter didiagnosa sebagai gout,
dan proporsi dapat melebihi 50% pada mereka yang lebih tua dari 80 tahun
(Riswana & Mulyani, 2022).

8. Bahaya Asam Urat


Bahaya asam urat jika tidak diobati, akan berdampak negatif apabila asam urat
melebihi batas aman, maka komplikasi akan terjadi pada ginjal dan jantung,
mereka yang menderita hiperurikemia beresiko meningkatkan pembentukan batu
asam urat di ginjal dan batu kalsium oksalat. Kedua batu ini akan menyebabkan
tingginya tekanan di batu ginjal dan pembuluh–pembuluh darah, sehingga dinding
pembuluh darah semakin tebal dan aliran darah ke ginjal pun semakin berkurang,
inilah yang menyebabkan terjadinya kerusakan ginjal (Selpi Nofiani, 2015).

9. Komplikasi Asam Urat


Komplikasi pada asam urat diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Kencing batu dan kerusakan ginjal (nefrolitiasis asam urat)
Asam urat dapat mengendap didalam ginjal dan saluran kemih dalam
bentuk kristal atau batu. Pembentukan batu atau kristal tersebut tergantnug
pada kadar asam urat dalam darah. Semakin tinggi dan lamanya asam urat
yang berada didalam darah maka peluang timbulnya batu ginjal akan semakin
tinggi.
b. Kerusakan jantung dan pembuluh darah
Kerusakan jantung dan pembuluh darah disebabkan antara lain
terjadinya hipertensi aterosklerotik, kelainan katup jantung dan penyakit
jantung koroner. Hal ini disebabkan karena adanya aktivitas peningkatan
xanthine oxidase, yaitu enzim yang mengubah xanthine menjadi asam urat
menghasilkan radikal bebas dan menyebabkan inflamasi serta kerusakan
oksidatif pada dinding arteri.
25

c. Pembentukan tofus
Tofus adalah gumpalan keras kristal urat yang terkumpul dibawah kuli
disekitar persendian. Umumnya lebih sering berada pada persendia yang ada
ditepi, karena dibagian ini lebih ringan daripada bagian tengah asam urat
cenderun lebih sering mengkristal pada suhu dingin, akan terbentuk di ibu jari
kaki, pergelangan kaki, lutut, siku danbagian pergelangan tangan serta di
daun telinga yang relatif dingin (Utami, 2005 dalam Khoirina, 2016).
d. Persendian menjadi rusak hingga menyebabkan pincang.
Nefropati gout kronik penyakit tersering yang ditimbulkan karena
hiperurisemia. Terjadi akibat dari pengendapan kristal asam urat dalam
tubulus ginjal. Jaringan ginjal bisa terbentuk mikrotofi yang menyumbat dan
merusak glomerulus (Putri, 2021).

10. Cara Pencegahan Penyakit Asam Urat


Pencegahan asam urat dengan menerapkan pola hidup sehat. Hal ini
dilakukan dengan diet makanan yaitu dengan mengurangi konsumsi makanan
tinggi purin. Selain itu juga melakukan olahraga secara teratur dan menurunkan
berat badan apabila obesitas atau kelebihan berat badan. Disarankan juga untuk
konsumsi air putih yang cukup dan membatasi konsumsi makanan yang
mengandung zat purin yang tinggi serta batasi konsumsi alkohol. Sebaiknya
Anda mengkonsumsi air putih sesuai anjuran. Angka kecukupan gizi (Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2019) yang sudah
sesuai dengan usia dan jenis kelamin (Dungga, 2022).

11. Penatalaksanaan
Terapi untuk serangan gout yaitu:
1. Kolkisin
Dosis : 0,5 – 0,6 mg tiap satu jam atau 1,2 mg sebagai dosis awal dan diikuti
0,5 – 0,6 mg tiap 2 jam sampai gejala penyakit hilang atau mulai timbul
26

gejala saluran cerna, misalnya muntah dan diare. Dapat diberikan dosis
maksimum sampai 7 – 8 mg tetapi tidak melebihi 7,5 mg dalam waktu 24
jam. Untuk profilaksis diberikan 0,5 – 1,0 mg sehari.
2. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (Nuraeni et al., 2022).

D. Publikasi Terkait Asuhan Keperawatan


Penelitian (Murni,2019) dengan judul Asuhan Keperawatan Gerontik Gout
Artristis Pada Ny.T dan Tn.K dengan masalah keperawatan nyeri kronis di UPT
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jember Tahun 2019. Pada Ny.T diketahui
mengalami gout arthritis melalui tanda gejala nyeri yang muncul secara tiba-tiba
pada persendian terutama pada malam hari dan dalam pengecekan kadar asam urat
klien mengalami gout arthritis. Pada Tn.K diketahui mengalami gout arthritis
melalui tanda gejala nyeri yang muncul mendadak pada persendian terutama pada
malam hari dan di waktu bangun tidur (subuh).
Diagnosa keperawatan didapatkan hasil pengkajian dari kedua klien yaitu
diagnosa keperawatan yang prioritas yaitu nyeri kronis berhubungan dengan agen
cidera fisiologis. Intervensi keperawatan yang dilakukan pada kedua klien sama
yaitu manajemen nyeri dan pemberian kompres hangat dengan parutan jahe merah.
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada kedua klien yang
mengalami gout arthritis dengan masalah keperawatan nyeri kronis sesuai dengan
intervensi yang ada. Implementasi yang dilakukan manajemen nyeri dan kompres
hangat dengan parutan jahe merah. Kompres hangat dilakukan selama 4 hari atau
4x kunjungan pada Ny.T dan Tn.K. Implementasi menggunakan obat dilakukan
hanya hari pertama pada kedua klien. Kompres hangat dilakukan selama 4 hari
atau 4x kunjungan pada Ny.T dan Tn.K. Implementasi menggunakan obat
dilakukan hanya hari pertama pada kedua klien. Untuk pemberian pendidikan
tentang nyeri pada kedua klien diterima dengan baik.
Karya tulis ilmiah (Ulpah,2021) denagn judul asuhan keperawatan keluarga
pada klien dengan arthtritis gout di wilayah kerja puskesmas karanng joan tahun
2021.Pengkajian didapatkan data bahwa Tn.S telah mengalami penyakit asam urat
27

dan Tn.S mengeluh nyeri pada lutut kaki kiri. Tn.S dan keluarga kurang
mengetahui tentang penyakit asam urat. Pada kesempatan pertemuan ini perawat
akan melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan permasalahan keperawatan
yang didapat. Diagnosa yang didapatkan yaitu nyeri akut berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita asam urat
(Artritis Gout). Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam mengenal masalah kesehatan. Intervensi yang dilakukan oleh
penulis sesuai dengan diagnosa keperawatan yang dialami oleh kedua pasien,
sesuai dengan diagnosa yang sama antara kedua pasien. Intervensi disusun
berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (2018). Implementasi
keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah disusun.
Pada umum nya penulis melakukan semua intervensi yang ada tetapi terdapat
beberapa intervensi yang tidak diimplementasikan.
Karya tulis ilmiah (Ulpah, 2021) denagn judul karya tulis ilmiah (Susanto,
2021) dengan judul Asuhan keperawatan pasien gout arthtritis pada pasien dengan
masalah keperawatan nyeri akut di UPT Jember 2018. Dalam pengkajian asuhan
keperawatan pada Tn. M dan Ny. S yang mengalami gout artritis tidak semua data
pada klien dapat sesuai dengan teori. Pada Tn.M diketahui mengalami gout
arthritis melalui tanda dan gejala yaitu nyeri yang tiba-tiba muncul pada malam
hari dan juga pasien diketahui mengalami gout arthritis melalui pemeriksaan uric
acid. Dalam pengkajian asuhan keperawatan pada Tn.M dan Ny. S yang
mengalami gout artritis tidak semua data pada klien dapat sesuai dengan teori.
Pada Tn. M diketahui mengalami gout arthritis melalui tanda dan gejala yaitu nyeri
yang tiba-tiba muncul pada malam hari dan juga pasien diketahui mengalami gout
arthritismelalui pemeriksaan uric acid. Diagnosa keperawatan nyeri akut
berhubungan dengan agens cidera biologis (infeksi).
Intervensi keperawatan yang dilakukan pada kedua klien sama yaitu
manajemen nyeri dan pemberian kompres hangat menggunakan air rendaman jahe.
Intervensi pemberian kompres hangat menggunakan air rendaham jahe merupakan
28

teknik untuk mengurangi gejala rasa nyeri yang dialami oleh kedua klien dimana
nyeri yang dirasakan muncul khas sebagai tanda dari gout arthritis.
Dalam implementasi keperawatan yang dilakukan pada kedua klien yang
mengalami gout arthritis dengan masalah keperawatan nyeri akut sesuai dengan
intervensi yang ada. Implementasi yang dilakukan manajemen nyeri dan kompres
hangat.
BAB III
METODE

A. Pendekatan Asuhan
Karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan pendekatan asuhan keperawatan
yang bertujuan untuk membantu pasien dalam mengatasi masalah kesehatan yang
pasien alami.

B. Subjek Asuhan
Subyek asuhan pada karya tulis ilmiah ini adalah 2 (dua) pasien dengan
diagnosa medis asam urat yang mengalami gangguan aktivitas dan istirahat di
Dusun Srimulyo 1 Desa Pemanggilan, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung
Selatan, dengan kriteria hasil sebagai berikut :
1. Pasien dengan diagnosa medis asam urat
2. Pasien perempuan dan laki-laki
3. Pasien dapat berkomunikasi dengan baik
4. Pasien berada di Dusun Srimulyo 1 Desa Pemanggilan, Kecamatan Natar, Kab
upaten, Lampung selatan
5. Pasien dengan gangguan kebutuhan aktivitas dan istirahat
6. Pasien bersedia untuk dijadikan subjek asuhan keperawatan dengan menyetujui
lembar inforned consent.

C. Fokus Studi
Asuhan ini berfokus pada pasien asam urat dengan gangguan kebutuhan
aktivitas dan istirahat di Dusun Srimulyo 1 Desa Pemanggilan, Lampung tahun
2023.

29
30

D. Lokasi dan Waktu Asuhan


Asuhan keperawatan pada pasien asam urat dengan gangguan kebutuhan
aktivitas dan istirahat ini dilakukan di Dusun Srimulyo 1 Desa Pemanggilan,
Lampung Selatan pada tanggal 09 sampai 14 Januari-2023.

E Definisi Operasional
1. Gout/asam urat merupakan hasil metabolisme akhir dari purin yaitu salah satu
komponen asam nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh. Peningkatan
kadar asam urat dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh manusia seperti
perasaan linu-linu di daerah persendian dan sering disertai timbulnya rasa
nyeri yang teramat sangat bagi penderitannya.
2. Asuhan keperawatan pada klien dengan asam urat bentuk pelayanan
keperawatan yang profesional yang diberikan kepada yang menderita
hipertensi menggunakan metodelogi proses keperawatan. Proses keperawatan
sendiri meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, intervensi
dan evaluasi.

F. Instrumen Asuhan
Alat ukur yang di gunakan dalam penelitian yaitu format pengkajian asuhan
keperawatan.

G. Metode Pengumpulan Data


1. Alat pengumpulan data penulis
Pengumpulan data pada asuhan keperawatn ini menggunakan format
pengkajian keperawatan medikal bedah yang diberikan dari Prodi DIII
Keperawatan Tanjungkarang.
2. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan suatu kegiatan penelitian untuk mengumpulkan
data sebelum melakukan pengumpulan data, perlu dilihat alat ukur
31

pengumpulan data supaya dapat memperkuat hasil penilitian. Alat


pengumpulan data tersebut dapat berupa wawancara, observasi, pemeriksaan
fisik atau gabungan dari ketiganya. Berikut ini beberapa teknik pengumpulan
data sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara dilakukan melalui tahapan persiapan yang dimulai dari
menyiapkan tema yang ingin dicari, membuat pedoman wawancara,
mengetahui latar belakang partisipan dan memperhatikan latar belakang
sosial budaya partisipan. Wawancara mengenai biodata klien, informed
consent, keluhan utama, riwayat penyakit terdahulu, riwayat kesehatan, dan
pengkajian secara psikososial.
b. Aspek yang diwawancara
Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat),
riwayat alergi (obat, makanan, dll), riwayat penyakit pasien mulai dari
penyakit sekarang dahulu dan riwayat penyakit keluarga.
c. Observasi
Observasi merupakan kegiatan yang melibatkan seluruh kekuatan indra
seperti pendengaran penglihatan perasa sentuhan, dan cita rasa
berdasarkan pada fakta-fakta peristiwa empiris yang diobservasi seperti
bagaimana respons klien.
d. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah proses pemeriksaan tubuh pasien untuk
menentukan atau tidaknya masalah fisik. Tujuan pemeriksaan fisik adalah
untuk mendapatkan informasi valid tentang kessehatan pasien.
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan cara melihat (inspeksi), meraba
(palpasi), mengetuk (perkusi), mendengarkan (auskultasi), pada sistem
tubuh klien (Murni, 2019).
32

H. Analisis Data dan Penyajian Data


1. Analisis data
Analisis data dilakukan penulis di lapangan, sewaktu pengumpulan data sampai
dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara
mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan kategori yang ada
dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis yang
digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban yang diperoleh dari hasil
intrepetasi wawancara dalam yang akan dilakukan untuk menjawab rumusan
masalah. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh penulis dan
studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya di intrepetasikan
dan dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi
dalam intervensi tersebut (Nasari et al., 2022).

2. Penyajian data
Pada tugas laporan ini penulis menggunakan penyajian data berupa narasi
dan tabel.
a. Narasi
Penulis akan menggunakan penyajian secara teks yaitu penyajian data
hasil. Laporan tugas akhir akan ditulis dalam bentuk kalimat contohnya,
penulis memaparkan hasil dari pengkajian pada pasien sebelum dan
sesudah diberikan asuhan keperawatan dalam bentuk kalimat penyajian,
dalam bentuk teks hanya digunakan penulis untuk memberi informasi
melalui kalimat yang mudah dipahami pembaca.
b. Tabel
Merupakan susunan data dalam baris dan kolom, atau mungkin dalam
struktur yang lebih kompleks. Tabel banyak digunakan oleh penulis guna
menuliskan data berupa hasil pengkajian, analisa data, diagnosis
keperawatan, daftar obat, perencanaan keperawatan, implementasi dan
catatan perkembangan keperawatan (Murni, 2019).
33

c. Gambar
Tujuan menggunakan diagram gambar adalah untuk menyajikan data
dalam bentuk yang sederhana dan mudah dipahami. Diagram gambar
disebut juga sebagai "diagram grafik" atau juga "piktogram" dimana
datanya disajikan dalam bentuk gambar atau lukisan untuk mewakili
benda yang disajikan.

I. Etika Asuhan
1. Tidak merugikan (nonmaleficence)
Tindakan atau perilaku yang tidak menyebabkan kecelakaan atau
membahayakan orang lain. Contohnya, perawat tidak boleh mengambil
tindakan yang dapat memperburuk kondisi klien.

2. Kebaikan (Beneficience)
Prinsip ini menjelaskan bahwa perawat melakukan hal-hal yang baik
untuk orang lain, tidak merugikan klien, dan mencegah bahaya bagi klien.
Contoh: klien yang mengalami kelemahan fisik secara umum tidak boleh
dipaksakan untuk berjalan ke ruang pemeriksaan.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang pasien harus
dijaga privasinya. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan
kesehatan pasien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan pasien. Tidak ada
seorang pun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diizinkan oleh
pasien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang pasien diluar area pelayanan,
menyampaikan pada teman atau keluarga tentang pasien dengan tenaga
kesehatan lain harus dihindari. Prinsip confidentiality berarti tenaga kesehatan
wajib merahasiakan segala sesuatu yang telah dipercayakan pasien kesehatan lain
34

harus dihindari. Prinsip confidentiality berarti tenaga kesehatan wajib


merahasiakan segala sesuatu yang telah dipercayakan pasien kepadanya, yaitu
berupa informasi mengenai penyakitnya dan tindakan yang telah, sedang, dan
akan dilakukan, kecuali jika pasien mengizinkan atau atas perintah undang-
undang untuk kepentingan pembuktian dalam persidangan.

4. Keadilan (Justice)
Prinsip ini menjelaskan bahwa perawat berlaku adil pada setiap klien sesuai
dengan kebutuhannya. Misalnya pada saat perawat dihadapkan pada pasien total
care, maka perawat harus memandikan dengan prosedur yang sama tanpak
membeda-bedakan klien. Tetapi ketika pasien tersebut sudah mampu mandi
sendiri maka perawat tidak perlu memandikannya lagi. Prinsip keadilan
dibutuhkan untuk perlakuan yang sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan
dalam praktek profesional ketika tenaga kesehatan bekerja untuk terapi yang
benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

5. Kesetiaan (Fidelity)
Peduli pada pasien merupakan komponen paling penting dalam praktik
keperawatan. Terutama pada kondisi pasien terminal. Rasa kepedulian perawat
diwujudkan dalam memberi asuhan keperawatan dengan pendekatan individual,
bersikap baik, memberikan kenyamanan dan menunjukkan kemampuan
profesional.

6. Otonomi (Autonomy)
Prinsip ini menjelaskan bahwa klien diberi kebebasan untuk menentukan
sendiri atau mengatur diri sendiri sesuai dengan hakikat manusia yang
mempunyai harga diri dan martabat. Contoh, klien berhak menolak tindakan
invasif yang dilakukan oleh perawat tidak boleh memaksakan kehendak untuk
35

melakukannya atas pertimbangan bahwa klien memiliki hak otonomi dan otoritas
bagi dirinya.

7. Kejujuran (Veracity)
Prinsip ini menekankan bahwa perawat harus mengatakan yang
sebenarnya dan tidak membohongi klien. Kebenaran merupakan dasar dalam
membina hubungan saling percaya. Contoh, klien yang menderita HIV/AIDS
menanyakan tentang diagnosa penyakitnya. Perawat perlu memberitahukan apa
adanya meskipun perawat tetap mempertimbangkan kondisi kesiapan mental
klien untuk diberitahukan diagnosanya.

8. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan seorang
profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
Contonya adalah perawat bertanggung jawab terhadap diri sendiri, profesi, klien.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab IV ini menguraikan tentang hasil dan pembahasan “asuhan keperawatan


gangguan kebutuhan aktivitas dan istirahat di Desa Pemanggilan, Srimulyo 1 RT 3
Natar Lampung Selatan 2023”. Berdasarkan data yang diperoleh pada tanggal 09
Januari sampai 14 Januari 2023 didapatkan 2 subyek gangguan kebutuhan aktivitas
dan istirahat pada pasien asam urat. Asuhan keperawatan ini sendiri dilakukan selama
3 hari berturut-turut dengan pelaksanaan sesuai proses keperawatan mulai dari
pengkajian sampai dengan evaluasi, adapun hasil pengumpulan data yang diperoleh
dapat diuraikan sebagai berikut:

A. Gambaran umum lokasi


Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Hajimena Kecamatan
Natar, Kabupaten Lampung Selatan pada bulan Januari 2023.

B. Hasil
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan pemikiran dasar dari proses
keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang
klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, menggali
kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan
lingkungan (Potter & Perry, 2014). Penulis melakukan pengkajian pada tanggal
09 Januari 2022, Pada tahap pengkajian awal, data penting yang harus
ditemukan pada pasien dengan asam urat adalah keluhan pasien, yaitu sendi
sendi kaki terasa nyeri dan sakit.

36
37

1. Pengkajian
Tabel 3
Pengkajian Keperawatan Klien Ny.S dan Tn.S
No Pengkajian Klien 1 Klien 2

1. Identitas klien Nama : Ny.S Nama : Tn.S


Umur : 54 Tahun Umur : 59 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga dan Pekerjaan : Petani
pedagang Alamat : Dusun Srimulyo
Alamat : Dusun Srimulyo 1, RT 3, 1, RT 3, Desa
Desa Pemanggilan, Natar Pemanggilan,
Natar

2. Riwayat Pasien mengatakan mengalami Pasien mengalami penyakit asam


penyakit asam urat sejak 1 tahun yang urat sejak 1 tahun yang lalu, klien
kesehatan
lalu, klien cukup sering pergi ke juga jarang pergi ke
puskesmas/fasilitas kesehatan terdekat. puskesmas/fasilitas kesehatan
terdekat, klien hanya membeli
obat di apotek saja.

3. Keluhan utama Nyeri/sakit kaki sebelah kanan Nyeri/sakit kedua kaki


saat pengkajian

4. Riwayat Pada saat dilakukan pengkajian pada Pada saat dilakukan pengkajian
penyakit tanggal 09 Januari 2023, Ny.S pada tanggal 09 Januari 2023,
sekarang mengatakan sakit kaki, dirasakan Tn.S mengatakan sakit kepala
seperti tertusuk-tusuk, dan hilang sudah 3 hari kemaren, dirasakan
timbul. Pasien mengatakan sulit seperti tertusuk-tusuk, pasien
beraktivitas, mengeluh sulit mengatakan sulit beraktivitas,
menggerakkan ekstremitas, tidak mengeluh sulit menggerakkan
mampu rileks, mengeluh lelah, ekstremitas, pasien mengatakan
mengeluh sulit tidur, mengeluh sering sering kesulitan tidur pada saat
terjaga, mengeluh pola tidur berubah. malam hari, kualitas tidur 4 jam
sering terjaga.

5. Riwayat alergi Pasien mengatakan tidak ada riwayat Pasien mengatakan tidak ada
alergi makanan dan obat-obatan. riwayat alergi makanan dan obat-
obatan.

6. Riwayat Di dalam keluarga Tn.S tidak ada yang Di dalam keluarga Tn.S tidak ada
penyakit memiliki penyakit yang sama seperti yang memiliki penyakit yang
keluarga Tn.S yaitu asam urat sama seperti Tn.S yaitu asam urat

7. Anamnesis Ny.S sesekali ikut senam lansia, di Tn.S jarang mengikuti senam
pengkajian pola desanya.
fungsional
38

a. Pola - Klien tampak sakit sedang - Klien tampak lelah


manajemen - Klien kepala pusing - Klien mengatakan sulit tidur
kesehatan, - Tengkuk terasa berat - Sering buang BAK saat malam
persepsi hari
kesehatan.

b. Upaya Ny. S mengatakan jarang melakukan Ny. S mengatakan jarang


perlindungan pemeriksaan jika asam uratnya melakukan pemeriksaan jika nyeri
kesehatan kambuh, Ny.S hanya meminum obat asam uratnya kambuh, memijat -
yang mijat bagian yang nyeri
dilakukan
pasien

c. Upaya Ny.S mengatakan jarang melakukan Tn.S mengatakan jarang


pemeriksaan pemeriksaan secara mandiri. melakukan pemeriksaan secara
mandiri mandiri.

d. Riwayat Ny.S tidak pernah dirawat dirumah Tn. S tidak pernah dirawat
medis sakit. dirumah sakit
hospitalisasi,
dan
pembedahan
8. Pola nutrisi Ny.S makan 3x sehari dengan nasi, Tn.S makan 3x sehari dengan
sayur dan lauk-pauk, minum 2L/hari. nasi, sayur dan lauk pauk, minum
2L/hari

9. Masalah dengan Ny.S mengatakan tidak ada masalah Tn.S mengatakan tidak ada
pola konsumsi dalam pola makannya. masalah dalam pola makannya.
10. Pola eliminasi Ny.S mengatakan Tn.S mengatakan
BAK 5-6 x/hari BAK 5-6 x/hari
BAB 2x/hari BAB 2x/hari

11. Pola aktivitas Ny.S mengatakan beliau sebagai ibu Tn.S mengatakan beliau masih
sehari-hari rumah tangga, klien mengatakan juga mampu melakukan kegiatan
masih mampu melakukan kegiatan sehari-hari, namun jika nyeri asam
sehari-hari, seperti beres-beres rumah, uratnya kambuh, mengganggu
namun jika nyeri asam uratnya aktivitasnya.
kambuh, mengganggu aktivitasnya.

12. Pola istirahat Ny.S mengatakan sering kesulitan tidur Tn.S mengatakan sering kesulitan
pada saat malam hari, kualitas tidur 4 tidur pada saat malam hari,
tidur
jam sering terjaga, pasien mengatakan kualitas tidur 4 jam sering terjaga,
gelisah pasien mengatakan gelisah.

13. Pola persepsi Ny.S mengatakan pendidikannya sd, Tn.S mengatakan pendidikannya
kognitif kemampuan mengingat masih baik. sd, kemampuan mengingat masih
baik.
39

14. Pola konsep diri Pasien seorang ibu rumah tangga, Pasien seorang petani biasanya, ia
persepsi diri aktivitasnya selain mengurus rumah mulai ke kebun, setiap jam 8 pagi
tangga klien mengikuti pengajian
15. Pola keyakinan Pasien memiliki latar belakang suku Pasien memiliki latar belakang
Jawa, beragama Islam, melaksanakan suku Jawa, beragama Islam,
shalat 5 waktu. melaksanakan shalat 5 waktu.

16. Pemeriksaan - Tanda–tanda vital: - Tanda–tanda vital:


fisik TD : 125/90mmhg TD: 115 /85 mmhg
N : 90x/menit N: 90x/menit
RR : 20x/menit RR: 20x/menit
BB : 56 kg BB: 58 kg
TB : 167 cm TB: 169 cm
- Kesadaran: composmentis - Kesadaran: composmentis
- Kepala: simetris, tidak ada lesi - Kepala: simetris, tidak ada lesi
- Mata: simetris, tidak ada sclera ikretik - Mata: simetris, tidak ada sclera
- Wajah: tidak simetris, tidak ada luka Ikretik
- Leher: tidal ada benjolan,tidak ada - Wajah : tidak simetris, tidak ada
pembesaran vena juguralis Luka
- Tenggorokan: tidak ada gangguan - Leher: tidal ada benjolan,tidak
menelan ada pembesaran vena juguralis
- Thorax: simetris, tidak ada luka, tidak - Tenggorokan : tidak ada
ada nyeri tekan gangguan menelan
- Abdomen: tidak terdapat luka, tidak - Thorax: simetris, tidak ada luka,
terdapat pembesaran hepar tidak ada nyeri tekan
- Punggung dan tulang belakang: - Abdomen: tidak terdapat luka,
punggung dan tulang belakang klien tidak terdapat pembesaran hepar
tidak memiliki kelainan - Punggung dan tulang belakang:
- Genetalia dan rektum: tidak terdapat punggung dan tulang belakang
kelainan pada genetelia dan rektum klien tidak memiliki kelainan

17. Terapi obat Vitamin B12, 50 mcg dari puskesmas Klien mengatakan jarang minum
obat

Tabel 4
Penilaian Resiko Jatuh
Klien 1 dan 2

No Pengkajian Skala Nilai Ket

Klien1 Klien2

1. Riwayat jatuh yang baru atau < 3 Tidak 0 0 0 Tidak ada


bulan terakhir Ya 25 riwayat jatuh
<3 bulan
terakhir
2. Diagnosa sekunder > 1 Tidak 0 0 0 Hanya
Ya 15 memiliki
penyakit
40

Hipertensi
3. Alat bantu jalan Berjalan
a. Bedrest dibantu perawat 0 0 0 mandiri
b. Penopang /tongkat/walker 15
c. Bepegangan pada benda sekitar 30
/furniture
4. Apakah pasien menggunakan Tidak 0 0 0 Tidak
infus ? Ya 15 menggunakan
infus
5. Gaya beralan / pindah Normal
a. Normal /bedrest/immobile 0 0 0
tidak dapat bergerak sendiri 10
b. Lemah tidak bertenaga 20
c. Gangguan/tidak normal
(pincang/diseret)
6. Status mental Sadar penuh
a. Sadar penuh 0 0 0
b. Keterbatasan daya ingat 15
Jumlah skor 0 0

2. Analisa data
Tabel 6
Tabel Analisa Data
Klien 1

No. Tanggal Data Masalah Etiologi

1. 09 -01- 2023 DS: Gangguan Nyeri


Mobilitas Fisik
- Pasien mengatakan sulit (D.0054)
beraktivitas

DO:

- Nampak adanya
keterbatasan gerak
- Kekuatan otot menurun
- Rentang otot menurun
2. 09 -01- 2023 DS: Gangguan Rasa Gejala penyakit
Nyaman (D.0074)
- Pasien mengatakan nyeri pada
kaki sebelah kanan
- Pasien mengatakan nyeri
seperti di tusuk-tusuk pada
ujung jari kaki
- Tidak mampu rileks
- Mengeluh sulit tidur
41

DO:

- Klien tampak meringis


- Menunjukkan gejala distress
- Klien tampak memegangi
Area yang nyeri
3. 09 -01- 2023 DS: Gangguan Pola Kurang kontrol
- Pasien mengatakan sering Tidur (D.0055) tidur
terbangun di malam hari
- Pasien mengatakan merasa
tidak puas tidur
- Pasien mengatakan pola tidur
berubah
- Pasien mengatakan tidur hanya
4 jam

Tabel 7
Analisa Data
Klien 2

No. Tanggal Data Masalah Etiologi

1. 09 -01- 2023 DS : Gangguan Nyeri


Mobilitas Fisik
- Pasien mengatakan sulit (D.0054)
beraktivitas

DO:
- Nampak adanya keterbatasa
gerak
- Kekuatan otot menurun
- Rentang otot menurun
2. 09 0-1- 2023 DS : Gangguan Rasa Gejala
- Pasien mengatakan nyeri pada Nyaman (D.0074) penyakit
kaki sebelah kanan
- Pasien mengatakan nyeri seperti
di tusuk tusuk pada ujung jari
kaki
- Tidak mampu rileks
- Mengeluh sulit tidur

DO :
- Klien tampak meringis
- Menunjukkan gejala distress
- Klien tampak memegangi area
yang nyeri
42

3. 09 -01- 2023 DS : Gangguan Pola Kurang


- Pasien mengatakan sering Tidur (D.0055) kontrol
terbangun di malam hari tidur
- Pasien engatakan merasa tidak
puas tidur
- Pasien mengatakan pola tidur
berubah
- Pasien mengatakan tidur hanya 4
jam
- Pasien mengatakan sering
merasa gelisah saat tidur

3. Diagnosa Keperawatan
Tabel 8
Diagnosa Keperawatan

No Klien 1 Klien 2

1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan


dengan nyeri (D.0054) nyeri (D.0054)
2. Gangguan Rasa Nyaman berhubungan Gangguan Rasa Nyaman berhubungan dengan
dengan Gejala penyakit (D.0074) Gejala penyakit (D.0074)
3. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan
kurang kontrol tidur (D.0055) kurang kontrol tidur (D.0055)

4. Rencana Tindakan Keperawatan Pasien 1 & 2

Tabel 9
Rencana Tindakan Keperawatan
Klien 1 dan 2

No Diagnosa Intervensi Utama Intervensi Pendukung


Keperawatan

1. Gangguan Mobilitas Fisik Dukungan Mobilisasi Edukasi Latihan Fisik


Tujuan: Observasi: Observasi:
Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi adanya nyeri 1. Manajemen nutrisi
keperawatan 1x45 menit atau keluhan fisik lainnya. 2. Manajemen program latihan
diharapkan pasien dapat 2. Identifikasi toleransi fisik
mempertahankan 3. Monitor frekuensi tekanan
pergerakannya dengan darah sebelum memulai
Kriteria hasil: mobilisasi.
43

- Pergerakan sendi Terapeutik:


meningkat 1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi
Terapeutik:
- Pergerakan ekstremitas dengan alat bantu (tongkat)
1. Pemberian obat
meningkat jika perlu
2. Teknik latihan penguatan
- Kekuatan otot 2. Fasilitasi melakukan
otot/sendi
meningkat pergerakan, jika perlu
- Rentang otot ( ROM ) 3. Libatkan keluarga untuk
meningkat membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi:
1. Jelaskan tujuan dan Edukasi:
prosedur mobilisasi 1. Terapi aktivitas
2. Terapi pemijatan
3. Tetapi relaksasi otot
2. Gangguan Rasa Nyaman Terapi relaksasi Edukasi Manajemen Nyeri
Tujuan: Observasi: Observasi:
Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi tingkat 1. Identifikasi kesiapan dan
keperawatan 1x45 menit penurunan energi kemampuan menerima
diharapkan pasien dapat ketidakmampuan informasi
merasa lebih nyaman dari berkonsentrasi, atau gejala
keadaan sebelumnya lain yang mengganggu
Kriteria hasil: kemaapuan kognitif
- Pola tidur membaik 2. Identifikasi kesedian,
- Tampak tidak meringis kemampuan dan
- Kesejahteraan fisik penggunaan teknik
meningkat sebelumnya
- Kesejahteraan 3. Periksa ketegangan otot,
psikologi meningkat frekuensi nadi, tekanan
- Keluhan tidak nyaman darah dan suhu
menurun sebelumnya dan sesudah
- Gelisah menurun latihan
- Keluhan sulit tidur 4. Monitor respon terhadap
menurun terapi relaksasi
- Pola hidup membaik Teraupetik:
1. Ciptakan lingkungan Terapeutik:
tenaga dan tanpa gangguan 1. Sediakan materi dan media
dengan pencahayaan dan pendidikan kesehatan
suhu ruangan nyamaan 2. Jadwalkan pendidikan
jika memungkinkan kesehatan sesuai
2. Berikan informasi tertulis kesepakatan
tentang persiapan dan 3. Berikan kesempatan untuk
proedur teknik relaksasi bertanya
3. Gunakan pakaiaan
longgar
4. Gunakan nada suara
lembut dengan irama
lambat dan berirama
5. Guakan relaksasi sebagai
stategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan
medis lain jika sesuai
Edukasi: Edukasi:
1. Jelaskan tujuan manfaat 1. Jelaskan penyebab, periode,
44

batasan dan jenis relaksasi dan strategi meredakan


yang tersedia (misalnya nyeri
musik meditasi, nafas 2. Anjurkan memonitor nyeri
dalam, relaksasi otot secara mandiri
progresi) 3. Anjurkan menggunakan
2. Jelaskan secara rinci analgetik secara tepat
intervensi yang dipilih 4. Ajarkan teknik non
3. Anjurkan mengambil farmakologi untuk
posisi nyama mengurangi rasa nyeri
3. Gangguan Pola Tidur Dukungan Tidur Dukungan Kepatuhan Program
Tujuan: Observasi: Pengobatan
Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi pola aktivitas Observasi:
keperawatan 1x45 menit dan tidur 1. Identifikasi kepatuhan
diharapkan kualitas tidur 2. Identifikasi faktor yang menjalani program
pasien membaik, dengan mengganggu tidur pengobatan
Kriteria hasil: (fisik/psikologis)
- Keluhan istirahat tidak 3. Identifikasi makanan yang
cukup menurun menggangu tidur
- Keluhan sulit tidur 4. Identifikasi obat yang
menurun dikonsumsi
- Keluhan sering terjaga Terapeutik: Terapeutik:
menurun 1. Memodifikasi lingkungan 1. Buat jadwal pendampingan
- Keluhan pola tidur 2. ( Pencahayaan, suhu, keluarga untuk bergantian
berubah menurun matras,dan tempat tidur ) menemani pasien selama
- Pasien mampu tidur 6-7 3. Batasi waktu tidur menjalani program
jam 4. Fasilitasi menghilangkan pengobatan, jika perlu
Stress 2. Dokumentasikan aktivitas
5. Tetapkan jadwal tidur selama menjalani proses
rutin pengobatan
Edukasi: 3. Diskusikan hal-hal yang
1. Jelaskan pentingnya tidur dapat mendukung atau
2. Anjuran menepati menghambat berjalannya
kebiasaan waktu tidur program pengobatan
3. Anjurkan menghindari 4. Libatkan keluaga untuk
makanan yang menggangu mendukung program
tidur pengobatan yang dijalani
4. Ajarkan relaksasi otot atau 5. Sesuaikan jadwal pemberian
teknik non farmakologis obat dan/atau tindakan untuk
menunjang siklus tidur-
terjaga
Edukasi:
1. Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
2. Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
3. Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
4. Anjurkan penggunaan obat
tidur yang tidak
mengandung supresor
terhadap tidur
5. Ajarkan faktor-faktor yang
45

berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur
(misalnya psikologis, gaya
hidup, sering berubah shift
bekerja) Ajarkan relaksasi
otot autogenic atau cara
non farmakologi lainnya.

5. Implementasi dan evaluasi

Tabel 10
Implementasi dan Evaluasi Pasien 1 & 2

Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi Paraf

Rabu, 11 S:
Januari 2023
- Pasien mengatakan merasa
09.00 WIB - Memonitor frekuensi tekanan darah sulit beraktivitas
sebelum memulai latihan mobilisasi. - Pasien mengatakan nyeri
pada kaki mengganggu
- Melatih teknik latihan penguatan aktivitas
09.15 WIB otot/sendi - Pasien mengatakan tidak
dapat berjalan jauh
- Memeriksa ketegangan otot, frekuensi - Pasien mengatakan tidak
nadi, tekanan darah dan suhu nyaman terasa nyeri pada
09.20 WIB
sebelumnya dan sesudah latihan kepala dan tengkuk terasa
- Monitor respon terhadap terapi berat
relaksasi - Pasien mengatakan sulit
09.30 WIB tidur saat malam hari
- Pasien mengatakan tidak
- Menjelaskan penyebab,,periode,dan mampu rileks
strategi meredakan nyeri - Pasien mengtakan merasa
09.45 WIB lelah
- Pasien mengatakan nyeri
- Identifikasi pola aktivitas dan tidur pada kaki sebelah kanan
- Pasien tampak meringis
10.00 WIB O:
- Identifikasi faktor yang mengganggu - Aktivitas tampak terbatas
tidur (fisik/psikolog) - Pasien tampak gelisah
10.10 WIB - Pasien tampak merintih
nyeri dikakinya
- Identifikasi makanan yang - TTV :
menggangu tidur TD :125/90mmhg
10.15 WIB - Identifikasi obat yang yang N : 90x/menit
dikonsumsi RR : 20x/menit
S : 36, 5°C
46

10.20 WIB - Menjelaskan pentingnya tidur cukup A:


selama sakit - Gangguan mobilitas fisik
- Gangguan rasa nyaman
- Gangguan pola tidur
10.30 WIB P:

Lanjutan intervensi

- Mengidentifikasi adanya
nyeri atau keluhan fisik
lainnya.
- Mengidentifikasi toleransi
fisik Memonitor frekuensi
tekanan darah sebelum
memulai latihan
mobilisasi
- Identifikasi karakteristik,
skla, kualitas nyeri
- Kompres hangat

Kamis, 12 S:
Januari 2023 - Mengidentifikasi adanya nyeri atau - Pasien mengatakan bisa
09.00 WIB keluhan fisik lainnya. melakukan teknik ROM
- Memonitor frekuensi tekanan darah - Pasien mengatakan nyeri
09.10 WIB sebelum memulai latihan mobilisasi. masih mengganggu
- Melatih teknik latihan penguatan aktivitasnya
09.20 WIB otot/sendi - Pasien mengatakan
- Mengidentifikasi tingkat penurunan masih merasa nyeri
09.30 WIB energi ketidakmampuan berkosentrasi, dikakinya
atau gejala lain yang mengganggu - Pasien mengatakan
09.45 WIB kemampuan kognitif kompres hangat cukup
- Memeriksa ketegangan otot, frekuensi membantu mengurangi
09.30 WIB nadi, tekanan darah dan suhu nyeri
sebelumnya dan sesudah latihan - Klien mengatakan tidak
09.45 WIB mampu rileks
- Mengajarkan teknik nafas dalam - Pasien mengatakan
10.00 WIB dengan cara menganjurkan klien sebelum tidur selalu
untuk menghirup napas panjang membaca doa
10.10 WIB melalui hidung tahan selama 3 detik - Pasien mengatakan
lalu hembuskan melalui mulut masih terjaga saat tidur
10.20 WIB perlahan-lahan dan lakukan sebanyak - Pasien mengatakan
3 kali paham tentang
10.35 WIB pentingnya tidur yang
- Mengidentifikasi pola aktivitas dan cukup
10.15 WIB tidur - Pasien mengatakan akan
mamatuhi jadwal tidur
10. 25 WIB O:
- Mengidentifikasi obat yang yang - Aktivitasnya masih
10. 35 WIB dikonsumsi tampak terbatas
- Pasien kooperatif saat
melakukan teknik ROM
- Menjelaskan pentingnya tidur cukup - Tampak tremor saat
berdiri
47

selama sakit - Masih tampak meringis


- Masih tampak
memegangi meringis
- Skala nyeri 3
A:
- Gangguan mobilitas fisik
- Gangguan rasa nyaman
- Gangguan pola tidur
P:
Intervensi dilanjutkan
- Pertahankan latihan ROM
- Anjurkan melakukan
terapi pemijatan mandiri
- Anjurkan melakukan
terapi relaksasi otot
mandiri
- Menjelaskan tujuan
manfaat batasan dan jenis
relaksasi yang tersedia
(misalnya musik meditasi,
nafas dalam, relaksasi
otot progresi)
- Menganjurkan mengambil
posisi nyaman
- Menganjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
- Mendemonstrasikan dan
latih teknik relaksasi
napas dalam
- Menetapkan jadwal tidur
rutin
- Memfasilitasi
menghilangkan stress
sebelum tidur (membaca
doa)
- Menetapkan jam tidur 8
jam dimalam hari
- Menetapkan jadwal tidur
rutin
- Memfasilitasi
menghilangkan stress
sebelum tidur (membaca
doa)
- Menetapkan jam tidur
Jumat, 13 S:
Januari 2023
- Klien mengatakan sudah
09.00 WIB - Mengidentifikasi adanya nyeri atau bisa lebih banyak
keluhan fisik lainnya. beraktivitas klien
mengatakan sudah
- Melatih teknik latihan penguatan melakukan sedikit latihan
09.10 WIB otot/sendi ROM tiap pagi
- Mengidentifikasi tingkat penurunan - Pasien mengatakan sudah
energi ketidakmampuan melakukan kompres
09.15 WIB berkosentrasi, atau gejala lain yang hangat mandiri
mengganggu kemaapuan kognitif - Pasien mengatakan nyeri
- Memeriksa ketegangan otot, sudah cukup berkurang
frekuensi nadi, tekanan darah dan - Klien mengatakan sudah
09.25 WIB suhu sebelumnya dan sesudah nyaman rasa nyeri pada
latihan kaki berkurang
- Monitor respon terhadap terapi - Klien mengatakan mampu
09.35 WIB relaksasi rileks
- Menjelaskan penyebab, periode, dan - Klien mengtakan sudah
strategi meredakan nyeri mampu beraktivitas dan
- Meganjurkan kompres hangat tidak merasa lelah
09.45 WIB secara mandiri - Pasien mengatakan sudah
tidur cukup 8 jam
- Pasien sudah mengerti
pentingnya tidur
10.00 WIB O:
- Menganjurkan teknik nafas dalam - Tampak sedikit bisa
dengan cara menganjurkan klien beraktivitas
untuk menghirup napas panjang - Tremor pada kaki sudah
10.10 WIB melalui hidung tahan selama 3 detik sedikit berkurang
lalu hembuskan melalui mulut - Skala nyeri 3
perlahan-lahan dan lakukan - Tampak tidak meringis
sebanyak 3 kali, secara mandiri. - Pasien sudah tampak
10.20 WIB
segar, karena sudah
- Mengidentifikasi pola aktivitas dan cukup tidur
tidur - Pasien tampak rileks
10.30 WIB A:
- Mengidentifikasi faktor yang
mengganggu tidur (fisik/psikologis) - Gangguan mobilitas fisik
- Gangguan rasa nyaman
10.40 WIB - Gangguan pola tidur
P:
- Mengidentifikasi makanan yang Intervensi dipertahankan
10.55 WIB menggangu tidur - Anjurkan tetap rutin
melakukan latihan ROM
- Mengidentifikasi obat yang yang secara mandiri
dikonsumsi
11.05 WIB
- Mengedukasi klien agar
mempertahankan rutinitas tidurnya,
yaitu 8 jam setiap malam.
11.15 WIB

49
B. Pembahasan

Penulis akan menguraikan pembahasan kasus pada pasien asam urat dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas dan istirahat. Pengamatan kasus ini
merupakan kenyataan yang terjadi pada pasien asam urat dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan aktivitas dan istirahat di Desa Srimulyo 1, RT 3
Pemanggilan Natar, Lampung Selatan. Pembahasan hasil asuhan keperawatan
yang meliputi lima tahap yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal proses asuhan keperawatan yang
merupakan dasar dari kegiatan yang dilaksanakan dengan melakukan pendekatan
sistematis dalam mengumpulkan data dan menganalisinya sehingga dapat
diketahui kebutuhan pasien sesuai dengan masalah yang ada. Dalam pengkajian
pada Ny.S dan penulis menggunakan format asuhan keperawatan gerontik yang
berlaku di Politeknik Kesehatan Tanjungkarang dengan metode wawancara,
observasi, dan pemeriksaan fisik untuk menambah data yang diperlukan.
Hasil wawancara subyek asuhan dilakukan penulis mendapatkan hasil antara
lain Ny.S mengatakan nyeri kaki sebelah kanan, pasien tampak meringis, dan
sulit tidur. Tn.S kaki terasa sakit dan terasa berat dan sulit tidur. Dari hasil
pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilakukan pada Ny.S dan Tn.S, di Dusun
Srimulyo 1 desa pemanggilan, dengan diagnosa medis asam urat, dengan
keluhan nyeri pada kaki dan sulit tidur. Hasil dari pemeriksaan menunjukkan,
kesadaran pasien composmentis, skala nyeri 4, GCS: 15 (E4M6V5). Tanda-tanda
vital: pasien 1: TD: 125/90 mmHg, N: 90 x/menit, , S: 36,5, RR: 20x/menit, asam
urat:7,0danpasien2:TD: 115/85 mmHg, N: 90x/menit, RR: 20 x/menit, RR: 20
x/menit,S:36,5,asamurat:8,1.
Berdasarkan teori dari sumber jurnal, buku SDKI, dan juga asuhan
keperawatan terdahulu yang terdapat pada bab II, diagnosa keperawatan yang
muncul pada penderita asam urat yaitu gangguan mobilitas fisik, gangguan rasa
50
nyaman, gangguan citra tubuh, defisit perawatan diri, defisit pengetahuan, defisit
perawatan diri.
Berdasarkan uraian di atas pengkajian yang penulis temukan pada
penelitian ini, pada pasien penderita asam urat tidak jauh berbeda dengan teori,
jurnal, buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), dan asuhan
keperawatan terdahulu yang ditulis Murni (2019) yakni, data subyektif yaitu,
pasien mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas, sedangkan data objektif yaitu,
nampak adanya, keterbatasan gerak, kekuatan otot menurun, rentang otot
menurun. Diagnosa selanjutnya gangguan rasa nyaman, masalah ini ditemukan
pada saat dilakukan pengkajian kepada klien.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala yang
dirasakan Ny.S dan Tn.S yaitu yang pertama adalah, gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan nyeri, gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala
penyakit, gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur.
Berdasarkan data yang diperoleh oleh penulis dari subyek asuhan
didapatkan diagnosis keperawatan pada pasien dengan asam urat adalah:
gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, gangguan rasa nyaman
berhubungan dengan gejala penyakit, gangguan pola tidur berhubungan dengan
kurang kontrol tidur.
Masalah keperawatan pada pasien asam urat yang dasar penegakkannya
menggunakan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Berikut masalah keperawatan
pada klien: gangguan mobilitas fisik, masalah ini ditemukan pada saat dilakukan
pengkajian kepada klien. Penegakan dilakukan berdasarkan (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2016) dengan data subyektif yaitu, pasien mengeluh sulit
menggerakkan ekstremitas, sedangkan data objektif yaitu, nampak adanya
keterbatasan gerak, kekuatan otot menurun, rentang otot menurun. Diagnosa
selanjutnya gangguan rasa nyaman, masalah ini ditemukan pada saat dilakukan
pengkajian kepada klien. Penegakan dilakukan berdasarkan (Tim Pokja SDKI
51
DPP PPNI, 2016) dengan data subyektif yaitu, pasien mengatakan nyeri pada
kaki sebelah kanan, pasien mengatakan nyeri seperti di tusuk - tusuk pada ujung
jari kaki, skala nyeri 4, tidak mampu rileks, mengeluh sulit tidur. Sedangkan data
objektif yaitu, klien tampak meringis, klien tampak memegangi area yang nyeri,
menunjukkan gejala distress, klien tampak memegangi area yang nyeri.
Diagnosa yang terakhir yaitu gangguan pola tidur, masalah ini ditemukan pada
saat dilakukan pengkajian kepada klien. Penegakan dilakukan berdasarkan (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, 2016) dengan data subyektif yaitu, pasien mengatakan
sering terbangun di malam hari, pasien mengatakan merasa tidak puas tidur,
pasien mengatakan pola tidur berubah, pasien mengatakan tidur hanya 4 jam,
pasien mengatakan sering merasa gelisah saat tidur.
Berdasarkan uraian di atas diagnosa keperawatan yang penulis temukan
pada penelitian ini, pada pasien penderita asam urat tidak jauh berbeda dengan
teori, jurnal, buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), dan asuhan
keperawatan terdahulu yang ditulis Murni (2019) yakni, gangguan mobilitas fisik,
gangguan rasa nyaman, gangguan pola tidur.

3. Rencana Keperawatan
Perencanaan asuhan keperawatan pada Ny.S dan Tn.S, dengan gangguan
kebutuhan aktivitas istirahat di Desa Srimulyo 1 RT 3 Pemanggilan, Natar,
Lampung Selatan, perencanaan dapat diterapkan pada tinjauan kasus. Hasil
pengumpulan data didapatkan masalah keperawatan yang lebih ditekankan pada
pasien asam urat yaitu Ny.S dan Tn.S, tiga dari masalah keperawatan yang belum
teratasi secara keseluruhan yaitu: gangguan mobilitas fisik, gangguan rasa
nyaman dan gangguan pola tidur. Rencana keperawatan yang dibuat oleh penulis
pada Ny.S dan Tn.S dengan kasus asam urat.
Penulis merencanakan untuk melakukan asuhan keperawatan dengan
menerapkan metode ROM dalam untuk mengurangi ketidaknyamanan yang
dirasakan oleh pasien dengan masalah kesehatan asam urat. Intervensi ROM
dalam diberikan satu kali sehari selama tiga hari secara berturut-turut, dilakukan
52
selama 10-15 menit, ulangi selama 1 menit diikuti istirahat 2 menit. Selain
menggunakan metode ROM, penulis juga menggunakan metode pengobatan non
farmakologi, salah satu pengobatan non farmakologi adalah dengan melakukan
kompres hangat di bagian kaki yang nyeri.
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri. Perencanaan asuhan
keperawatan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang
dilakukan pada gangguan mobilitas fisik adalah sebagai berikut, didasarkan pada
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), yaitu: intervensi utama, telah
melakukan identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya, melakukan
identifikasi toleransi fisik, memeriksa frekuensi tekanan darah sebelum
memulai mobilisasi. Sedangkan intervensi pendukung yaitu, telah melakukan
terapi aktivitas, melakukan terapi pemijatan, melakukan tetapi relaksasi otot.
Perencanaan asuhan keperawatan berdasarkan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI) yang dilakukan pada gangguan rasa nyaman
adalah sebagai berikut, didasarkan pada Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), yaitu, intervensi utama, telah melakukan identifikasi tingkat penurunan
energi ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala lain mengganggu
kemampuan kognitif, melakukan identifikasi kesediaan, kemampuan dan
penggunaan teknik sebelumnya, melakukan pemeriksaaan ketegangan otot,
frekuensi nadi, tekanan darah dan suhu sebelumnya dan sesudah latihan,
memeriksa respon terhadap terapi relaksasi. Sedangkan intervensi pendukung
yaitu, pasien melakukan kesiapan dan kemampuan menerima informasi,
menjelaskan penyebab, periode, dan strategi meredakan nyeri, mengajurkan
memonitor nyeri secara mandiri, menganjurkan menggunakan analgetik secara
tepat, menganjurkan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri.
Perencanaan asuhan keperawatan berdasarkan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI) yang dilakukan pada gangguan pola tidur adalah
sebagai berikut: didasarkan pada Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)
yaitu, intervensi utama: dukungan tidur yaitu, melakukan identifikasi pola
aktivitas dan tidur, melakukan identifikasi faktor yang mengganggu tidur
53
(fisik/psikologis), melakukan identifikasi makanan yang menggangu tidur,
melakukan identifikasi obat yang yang dikonsumsi.
Sedangkan intervensi pendukung yaitu, dukungan kepatuhan program
pengobatan melakukan identifikasi kepatuhan menjalani program pengobatan,
membuat jadwal pendampingan keluarga untuk bergantian menemani pasien
selama menjalani program pengobatan, jika perlu, membuat dokumentasikan
aktivitas selama menjalani proses pengobatan, melakukan diskusikan hal-hal
yang dapat mendukung atau menghambat berjalannya program pengobatan,
melibatkan keluaga untuk mendukung program pengobatan yang dijalani.
Berdasarkan teori dari sumber jurnal, buku SIKI, dan juga asuhan
keperawatan terdahulu Murni (2019) yang terdapat pada bab II, rencana
keperawatan yang disusun pada penderita asam urat yaitu, intervensi utama kaji
secara komprehensif tentang nyeri, meliputi, lokasi, karakteristik dan durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan lakukan pemeriksaan fisik,
melakukan identifikasi toleransi fisik, intervensi pendukung terapi aktivitas dan
pemijatan.
Berdasarkan uraian di atas rencana keperawatan yang penulis susun pada
penelitian ini, pada pasien penderita asam urat tidak jauh berbeda dengan teori,
jurnal, buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), dan asuhan
keperawatan terdahulu yang ditulis Murni (2019).

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang lakukan kepada pasien pada tanggal 11
sampai 13 Januari 2023. Penulis melakukan implementasi dengan cara
menanyakan kepada pasien apakah status ketidaknyamanan yang dirasakan
kedua pasien sangat mengganggu aktivitas pasien, lalu perawat menganjurkan
untuk melakukan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
ketidaknyamanan yang muncul saat pasien merasa nyeri pada kakinya muncul.
Lalu perawat melakukan identifikasi faktor pengganggu tidur, mengidentifikasi
pola aktivitas dan tidur, menjelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit.
54
Kasus Ny.S dan Tn.S diagnosa yang pertama yaitu, gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan nyeri, implementasi yang dilakukan adalah
mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya, Mengidentifikasi
toleransi fisik, memonitor frekuensi tekanan darah sebelum memulai latihan
mobilisasi., melatih teknik latihan penguatan otot/sendi, Melakukan terapi
pemijatan, melakukan tetapi relaksasi otot, implementasi ini dilakukan selama 3
hari hingga status kenyamanan pasien meningkat dengan tujuan hasil yang
dicapai yaitu dengan kriteria hasil pergerakan sendi meningkat, pergerakan
ekstremitas meningkat, kekuatan otot meningkat, rentang otot (ROM) meningkat.
Diagnosa yang kedua yaitu gangguan rasa nyaman berhubungan dengan
gejala penyakit, implementasi yang dilakukan adalah mengidentifikasi tingkat
penurunan energi ketidakmampuan berkosentrasi, atau gejala lain yang
mengganggu kemampuan kognitif, memeriksa ketegangan otot, frekuensi nadi,
tekanan darah dan suhu sebelumnya dan sesudah latihan, Monitor respon
terhadap terapi relaksasi, menjelaskan penyebab, periode, dan strategi meredakan
nyeri. Implementasi ini dilakukan selama 3 hari hingga status kenyamanan pasien
meningkat dengan tujuan hasil yang dicapai yaitu dengan kriteria hasil tingkat
nyeri menurun, pola tidur membaik, ekspresi wajah pasien tampak tidak meringis,
kesejahteraan fisik meningkat, kesejahteraan psikologi meningkat, keluhan tidak
nyaman menurun, gelisah menurun, keluhan sulit tidur menurun, pola eliminasi
membaik, pola hidup membaik.
Diagnosa yang ketiga yaitu gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang
kontrol tidur, implementasi yang dilakukan adalah identifikasi pola aktivitas dan
tidur, identifikasi faktor yang mengganggu tidur (fisik/psikologis ), identifikasi
makanan yang menggangu tidur, identifikasi obat yang yang dikonsumsi,
menjelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit. Implementasi ini dilakukan
selama 3 hari hingga status kenyamanan pasien meningkat dengan tujuan hasil
yang dicapai yaitu kenyamanan pasien meningkat, tingkat keletihan menurun,
durasi tidur pasien, meningkat, klien dapat tidur malam dengan konsisten, klien
bangun tidur, pada waktu yang sesuai, keluhan sulit tidur menurun, keluhan
55
sering terjaga menurun, keluhan tidak puas tidur menurun, keluhan pola tidur
berubah menurun, klien mampu tidur 6 sampai 7 jam, keluhan istirahat tidak
cukup menurun, kemapuan beraktivitas menurun..
Berdasarkan teori, dan asuhan keperawatan terdahulu yang ditulis Murni
(2019), implementasi yang dilakukan adalah mengkaji secara komprehensif
tentang nyeri, meliputi, lokasi, karakteristik dan, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor melakukan pemeriksaan fisik inspeksi
dan palpasi untuk mengetahui adanya abnormalitas pada muskuloskeletal
mengobservasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya
dalam ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif.
Berdasarkan uraian di atas implementasi keperawatan yang penulis lakukan
pada penelitian ini, pada pasien penderita asam urat tidak jauh berbeda dengan
teori, jurnal, buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), dan asuhan
keperawatan terdahulu yang ditulis Murni (2019).

5. Evaluasi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 4 kali kunjungan, didapatkan,
evaluasi keperawatan pada Ny.S dan Tn.S mengatakan sudah mampu mengatasi
ketidaknyamanan saat nyeri pada kaki sedang kambuh dengan terapi relaksasi
napas dalam untuk mengurangi ketidaknyamanan, sulit tidur berkurang, Tn.S dan
Ny.S, sudah mengenal terkait penyakit asam urat, dan tahu bagaimana cara
mengatasi masalah tersebut, serta terapi non farmakologi yang dapat dilakukan
dengan mengkonsumsi buah semangka secara teratur setiap harinya.
Implementasi diagnosa pertama yaitu, gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan nyeri, dilakukan penulis sudah sesuai dengan rencana
penulis yaitu penulis telah melakukan asuhan keperawatan kepada Ny.S dan
Tn.S selama 3 hari berturut - turut yaitu perawat mengkaji keadaan umum pasien,
mengkaji rentang otot dan sendi, melakukan relaksasi otot, latihan rentang gerak
otot.

56
Implementasi diagnosa kedua yaitu gangguan rasa nyaman penulis telah
melakukan asuhan keperawatan kepada Ny. S dan Tn. S selama 3 hari berturut-
turut yaitu perawat mengkaji keadaan umum pasien, mengobservasi tanda-tanda
vital pasien, melakukan identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif
digunakan oleh pasien, memonitor respon terhadap terapi relaksasi,
menganjurkan kepada pasien agar menggunakan pakaian longgar, selama
melakukan komunikasi kepada pasien perawat menggunakan nada suara lembut
dengan irama lambat dan berirama, perawat menjelaskan tujuan manfaat batasan
dan jenis relaksasi napas dalam, prosedur teknik napas, menganjurkan
mengambil posisi nyaman, rileks dan merasakan sensasi relaksasi napas dalam,
melakukan inspirasi dengan menghirup udara melalui hidung secara perlahan dan
melakukan ekspirasi dengan menghembuskan udara mulut mencucu secara
perlahan, menarik napas selama 4 detik, menahan napas selama 2 detik, dan
menghembuskan napas selama 8 detik, sering mengulangi atau melatih teknik
relaksasi napas dalam. Implementasi ini dilakukan selama 3 hari hingga status
kenyamanan pasien meningkat dengan tujuan hasil yang dicapai yaitu gelisah
yang dirasakan pasien menurun, keluhan sulit tidur yang dirasakan pasien
menurun, keluhan lelah yang rasakan pasien menurun, pola hidup dan pola tidur
pasien membaik.
Implementasi diagnosa ketiga yaitu gangguan pola tidur penulis telah
melakukan asuhan keperawatan kepada Ny.S dan Tn.S selama 3 hari berturut-
turut yaitu perawat melakukan identifikasi terkait pola aktivitas dan tidur pasien,
melakukan identifikasi terkait faktor yang menjadi pengganggu tidur, melakukan
identifikasi terkait makanan/minuman yang dapat mengganggu tidur pasien,
membuat jadwal tidur untuk pasien, melakukan identifkasi apakah pasien
mengkonsumsi obat tidur, menjelaskan kepada pasien terkait pentingnya tidur
selama sakit, memonitor pola dan jam tidur pasien, menyarankan kepada pasien
agar menepati kebiasaan waktu tidur, menganjurkan kepada pasien untuk
menghindari makanan/minuman yang dapat mengganggu tidur, dan juga
menganjarkan kepada pasien terkait faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
57
gangguan pola tdur seperti gaya hidup. Implementasi diagnosa ketiga dilakukan
selama 3 hari hingga pola tidur kedua pasien membaik dengan tujuan hasil yang
dicapai yaitu keluhan sulit tidur pasien menurun, keluhan sering terjaga yang
dirasakan pasien menurun, keluhan tidak puas tidur yang dirasakan pasien
menurun, keluhan pola tidur pasien menurun, dan keluhan istirahat pasien
menurun, serta kemampuan beraktivitas pasien dapat meningkat.
Semua rencana asuhan keperawatan yang telah direncanakan sebagian besar
rencanaasuhan keperawatan berhasil dilaksanakan dengan baik. Diharapkan apa
yang telah diimplementasikan sesuai dengan rencana asuhan keperawatan dapat
diterapkan oleh pasein seterusnya untuk bisa mengontrol masalah kesehatan
asam urat dengan cara-cara yang dapat dilakukan dirumah secara mandiri, dan
harapannya kedua pasien yang sudah diimplementasikan selalu mengontrol
kondisi kesehatannya dengan menjaga pola makan, membatasi makanan yang
mengandung purin tinggi seperti jeroan dan makanan laut, rutin berolahraga
minimal 30 menit setiap hari memeriksakan kesehatnnya difasilitas kesehatan
terdekat.
Berdasarkan teori, dan asuhan keperawatan terdahulu yang ditulis Murni
(2019), implementasi yang dilakukan adalah yang dievaluasi dari intervensi dan
implementasi yang telah dilaksanakan yaitu, observasi kembali penurunan nyeri
yang dialami klien, observasi penurunan skala nyeri, observasi tanda-tanda vital
bila ditemukan keabnormalan, observasi kemampuan beraktifitas dalam
kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan uraian di atas evaluasi akhir yang penulis lakukan pada
penelitian ini, pada pasien penderita asam urat tidak jauh berbeda dengan teori,
jurnal, dan asuhan keperawatan terdahulu yang ditulis Murni (2019). Dari kedua
pasien yang diasuh penulis, terdapat perubahan kesehatan dari hari pertama
pemeriksaan hingga setelah implementasi 3 hari, pada hari pertama pemeriksaan
skala nyeri kedua pasien yaitu skala nyeri 5, dan pasien 1 Ny.S dengan kadar
asam urat 7,0 dan pasien 2 dengan kadar asam urat 8,0. Setelah implementasi 3

58
hari, skala nyeri menjadi skala nyeri 3, dan kadar asam urat pasien 1 yaitu 6,5
dan pasien 2 menjadi 7,0.
Terdapat beberapa keterbatasan penulis saat melakukan tindakan asuhan
keperawatan, sehingga terdapat tujuan yang tidak tercapai. Beberapa
keterbatasan yaitu waktu, biaya, dan ketidakmampuan penulis atau keraguan
penulis untuk melakukannya

59
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada pasien asam urat dengan
mengunakan pendekatan proses keperawatan yang mencangkup pengkajian,
perumusan diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi keperawatan
serta evaluasi maka penulis menyimpulkan secara umum sebagai berikut:
1. Pengkajian keperawatan menunjukan bahwa subjek asuhan Ny.S dan Tn.S
dengan masalah kesehatan asam urat. Pengumpulan data ini telah
mengidentifikasi pengkajian berdasarkan keluhan utama, riwayat
kesehatan terdahulu, dan pemeriksaan fisik. Hasil pengkajian yang
didapatkan oleh penulis yaitu terhadap Ny.S yaitu mengatakan sakit kaki,
dirasakan seperti tertusuk-tusuk, dan hilang timbul.
Pasien mengatakan sulit beraktivitas, mengeluh sulit menggerakkan
ekstremitas, tidak mampu rileks, mengeluh lelah, mengeluh sulit tidur,
mengeluh sering terjaga, mengeluh pola tidur berubah, pasien tampak
gelisah dan tanda– tanda vital pasien yaitu TD: 125/90mmhg, N:
90x/menit, RR: 20x/menit, BB: 56 kg, TB: 167 cm, kesadaran:
composmentis.
Sedangkan pada pasien Tn.S yaitu mengatakan sakit kepala sudah 3 hari
kemaren, dirasakan seperti tertusuk-tusuk, pasien mengatakan sulit
beraktivitas, mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas, pasien
mengatakan sering kesulitan tidur pada saat malam hari, kualitas tidur 4
jam sering terjaga dan tanda–tanda vital yaitu TD: 115 /85 mmhg, N:
90x/menit, RR: 20x/menit, BB: 58 kg, TB: 169 cm, kesadaran:
composmentis.
2. Diagnosis keperawatan yang ditemukan pada Ny.S dan Tn.S sesuai
kondisi pasien yaitu, gangguan rasa nyaman, gangguan mobilitas fisik,
gangguan pola tidur.
60
3. Intervensi keperawatan pada Ny.S dan Tn.S yang disusun penulis sesuai
dengan diagnosa yang telah ditegakkan yaitu, intervensi keperawatan
yang dilakukan pada dua pasien asuhan diberikan yaitu intervensi
keperawatan yang komprehensif dengan pendokumentasian memfokuskan
pada masalah kesehatan asam urat dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas
dan istirahat.
Pada intervensi utama yaitu, identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, identifikasi skala nyeri, identifikasi
faktor yang memperberat dan memperingan nyeri, berikan teknik non
farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri, ajarkan teknik tarik nafas dalam.
Sedangkan intervensi pendukung yang dilakukan yaitu terapi aktivitas,
terapi pemijatan, tetapi relaksasi otot.
4. Implementasi keperawatan pada pasien asam urat dilakukan sesuai dengan
rencana keperawatan yaitu: Intervensi utama dukungan mobilisasi dan
intervensi pendukung edukasi latihan fisik pada diagnosa gangguan
mobilitas fisik, intervensi utama terapi relaksasi dan intervensi pendukung
edukasi manajemen nyeri pada diagnosa gangguan rasa nyaman,
intervensi utama dukungan tidur dan intervensi pedukung dukungan
kepatuhan progam pengobatan pada diagnosa gangguan pola tidur.
5. Hasil evaluasi akhir pada kedua pasien yaitu, pada hari pertama masalah
belum teratasi karena pasien belum menunjukkan perubahan pada kondisi
kesehatannya. Pada hari kedua masalah teratasi sebagian, pasien sudah
mulai ada perubahan pada kondisi kesehatannya. Pada hari ketiga
implementasi masalah kesehatan sudah teratasi dan intervensi yang telah
dilakukan dipertahankan.
Diharapkan apa yang telah diimplementasikan sesuai dengan rencana
asuhan keperawatan dapat diterapkan dan dipertahankan oleh pasien
seterusnya untuk bisa mengontrol masalah kesehatan asam urat dengan
cara-cara yang dapat dilakukan dirumah secara mandiri, dan harapannya
selain dari pada apa yang sudah diimplementasikan kedua pasien selalu
mengontrol kondisi kesehatannya dengan memeriksakan kesehatannya
difasilitas kesehatan terdekat.

B. Saran
1. Bagi Puskesmas Hajimena
Diharapkan dengan adanya karya tulis ilmiah ini perawat dapat
meningkatkan pemberian asuhan khususnya pada pasien asam urat dengan
gangguan kebutuhan aktivitas dan istirahat. Penulis belum dapat sepenuhnya
memaksimalkan asuhan kepada kedua pasien dikarenakan keterbatasan waktu.
Penulis berharap puskesmas dapat melanjutkan implementasi yang belum
penulis capai, yaitu dengan melanjutkan mengedukasi pasien agar menjaga
pola makan, mempertahankan latihan relaksasi.
2. Bagi Pendidikan DIII Keperawatan TanjungKarang
Diharapkan dengan adanya laporan tugas akhir ini dapat dijadikan
sebagai bacaan serta pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran
dan pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan dalam menangani pasien
dengan gangguan kebutuhan aktivitas dan istirahat.
3. Bagi Penulis
Hasil dari karya tulis ilmiah ini diharapkan bisa menjadi gambaran dalam
upaya memberikan asuhan keperawatan pada klien asam urat dengan tepat,
peneliti selanjutnya diharapkan dapat menguasai konsep teori tentang
penyakit asam urat tersebut. Selain itu penulis juga harus melakukan
pengkajian dengan tepat dan akurat agar asuhan keperawatan dapat tercapai
sesuai dengan masalah yang ditemukan pada klien. Begitupun untuk
menegakkan diagnosa keperawatan penulis harus lebih teliti lagi dalam
menganalisis data mayor maupun data minor baik yang data subjektif dan data
objektif agar memenuhi validasi diagnosis yang terdapat dalam Standar
Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI). Pada intervensi keperawatan
diharapkan merumuskan kriteria hasil sesuai dengan buku panduan Standar
Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).
DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar Siti Maryam. (2018). Penerapan Askep Pasien Ny.N Dengan Post Operasi
Farktur Femur Dextra Dalam Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas. Jurnal Media
Keperawatan

Dianati, N. A. (2015). Gout And Hyperuricemia. In J MAJORITY | (Vol. 4).


Dungga, E. F. (2022). Pola Makan dan Hubungannya Terhadap Kadar Asam Urat. In
Jambura Nurisng Journal (Vol. 4, Issue 1). http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jnj|7
Rusman, D. P. (2021) Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Parepare, A. (2021). Analisis Penyebab Faktor Resiko
Terhadap Peningkatan Penderita Gout (Assam Urat) Di Wilayah Kerja Puskesmas
SuppaKecamatanSuppaPinrang(Vol.4,Issue1).
http://jurnal.umpar.ac.id/index.php/makes
Hasan, M., (2022) Fakultas Keperawatan dan Kebidanan, K., Puangrimaggalatung, U.,
Wajo, S., & Studi, P. S. (2022). Pengaruh Rebusan Air Cengkeh Terhadap
Penurunan Nyeri Asam Urat Pada Lansia Di Puskesmas Pattiro Mampu Kecamatan
Dua Boccoe Kabupaten Bone. Jurnal Ilmiah Mappadising, 4.
https://ojs.univprima.ac.id/index.php/mappadising

Irdiansyah, I., (2022) Karya Kesehatan, Stik., Keperawatan, J., Kesehatan Kendari, P.,
Studi Gizi, P., Kesehatan Masyarakat, F., Tadulako Korespodensi, U., & Kunci, K.
(2022). Pengaruh Senam Ergonomik terhadap Penurunan Kadar Asam Urat pada
Penderita Gouth Arthritis di Wilayah Kerja Puskesmas Bone Rombo Kabupaten
Buton Utara. JURNAL ILMIAH KARYA KESEHATAN. https://stikesks-kendari.e-
journal.id/jikk
Mubarak, A. N. (2022). Hubungan Konsumsi Makanan yang Mengandung Purin d Asam
Urat.
Nasari, M., Samsul Bahri, T., Kamal, A., (2022) Program Studi Keperawatan, M.,
Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, F., & Keilmuan Keperawatan
Medikal Bedah, B. (2022). Manajemen Diet Pada Pasien Gout Arthritis Di Wilayah
Kerja Puskesmas Baiturahman Banda Aceh: Vol. VI (Issue 4).

Nuraeni, A., Darni, Z., (2022) Studi Diploma III Keperawatan, P., & Fatmawati, Stik.
(2022). Pada Kelompok Pralansia. JABI: Jurnal Abdimas Bhakti Indonesia, 3(2).
Nurhayati. (2018) Hubungan Pola Makan Dengan Terjadinya Penyakit Gout (Asam Urat)
Di Desa Limran Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Taweli. In Jurnal KESMAS
(Vol. 7, Issue 6).

63
Pangala, G. B., (2022) & Dewi, S. (n.d.). Ekstrak Etanol Bawang Hitam (Allium sativum
L.) Menurunkan Kadar Asam Urat Mencir Jantan Model Hiperurisemia. AGUSTUS,
11(8), 2022. https://doi.org/10.24843.MU.2022.V11.i8.P17

Riswana, I., & Mulyani, N. S. (2022). Faktor risiko yang mempengaruhi kadar asam urat
pada penderita hiperurisemia di wilayah kerja Puskesmas Muara Satu Kota
Lhokseumawe. https://doi.org/10.21111/dnj.v6i1.6909
Rizqi, F., https://id.scribd.com/document/536786319/Pathway-Artritis-Gout.
Selpi Nofiani, dan. (2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asam
Urat Pada Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit Stroke Nasiona; Bukittinggi Tahun
2015.
Sukeksi, A. F. I., & Kesehatan, D. (2022). Pemanfaatan Daun Kemangi (Ocimum
Bassilicum L) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat. Jurnal Impresi Indonesia (JII),
1(11). https://doi.org/10.36418/jii.v1i11.694
Syawali, M., & Ciptono, F. (2022). Hubungan kadar asam urat dengan hipertensi pada
lanjut usia di Puskesmas Sukanagalih Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur. In
Tarumanagara Medical Journal (Vol. 4, Issue 2).
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik (1st ed.). DDP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:Definisi
dan Tindakan Keperawatan (1st ed.). DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). DPP PPNI.
Vita Andina, & Fitriana Yuni. (2021). Kebutuhan Dasar Manusia. Pustaka Baru Press.

64
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai