Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS

SKABIES

Oleh:

dr. Dea Syafira Mahlevi

Rumah Sakit Umum Daerah Ploso Kabupaten Jombang

Program Dokter Internsip Indonesia

2019
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus
SKABIES

Oleh :
dr. Dea Syafira Mahlevi

Telah disetujui oleh :

Dokter Pendamping I Dokter Pendamping II

dr. Arif Eko Pribadi dr. Meridian Geodesi, M.M

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan


sensitisasi Sarcoptes scabiei var. hominis. Sarcoptes scabiei termasuk filum
Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Acarina, famili Sarcoptidae. 1 Skabies dapat
menjangkiti semua orang pada semua umur, ras, dan tingkat ekonomi sosial.
Sekitar 300 juta kasus skabies di seluruh dunia dilaporkan setiap tahunnya.
Menurut Depkes RI, berdasarkan data dari puskesmas seluruh Indonesia pada
tahun 2008, angka kejadian skabies adalah 5,6%-12,95%. Skabies di Indonesia
menduduki urutan ke tiga dari dua belas penyakit kulit tersering.2,3
Skabies seringkali diabaikan karena tidak mengancam jiwa sehingga
prioritas penanganannya rendah. Akan tetapi, penyakit ini dapat menjadi kronis
dan berat serta menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Lesi pada skabies
menimbulkan rasa tidak nyaman karena sangat gatal sehingga penderita seringkali
menggaruk dan mengakibatkan infeksi sekunder terutama oleh bakteri Grup A
Streptococcus dan Staphylococcus aureus.4,5 Banyak faktor yang menunjang
perkembangan penyakit ini, antara lain keadaan sosial ekonomi yang rendah,
kebersihan yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan
diagnosis, dan perkembangan demografik seperti keadaan penduduk dan ekologi.
Keadaan tersebut memudahkan transmisi dan infestasi Sarcoptes scabiei. Oleh
karena itu, prevalensi skabies yang tinggi umumnya ditemukan di lingkungan
dengan kepadatan penghuni dan kontak interpersonal yang tinggi seperti asrama,
panti asuhan, dan penjara.6
Kelainan klinis pada kulit yang ditimbulkan oleh infestasi Sarcoptes
scabiei sangat bervariasi. Meskipun demikian, terdapat gambaran subyektif dan
obyektif yang dikenal dengan 4 tanda utama atau tanda kardinal pada infestasi
skabies. Tanda tersebut antara lain adalah pruritus nokturna, menyerang
sekelompok orang, terdapat terowongan, dan ditemukannya parasit.6,7

3
Selain manifestasi klinik yang khas, skabies dapat menunjukkan
manifestasi klinis yang klasik atau dapat menyerupai penyakit lain seperti
pioderma, dermatitis atopik, dermatitis kontak, dan eksema dishidrotik. Berbagai
manifestasi klinis yang bervariasi sering menyebabkan kesalahan dalam
mendiagnosis penyakit ini. Hal ini dapat mengakibatkan penatalaksanaan yang
tidak adekuat sehingga terjadi peningkatan risiko penularan bahkan menjadi
wabah yang dapat mengganggu aktivitas dan menambah biaya untuk pengobatan
penyakit ini. 8

BAB II

4
STATUS PENDERITA

A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Nn. R
Usia : 12 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat :
Status : Belum menikah
No.RM :
Pekerjaan : Pelajar
Tanggal Pemeriksaan : 18 Desember 2018

B.ANAMNESIS
x : sendiri : orang lain

1. Keluhan Utama : Gatal

2. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien mengeluhkan gatal sejak satu bulan yang lalu. Gatal muncul
pertama kali pada tangan kiri dan disertai munculnya bintil berwarna kemerahan.
Awalnya bintil berukuran sebesar biji kacang hijau dan bintil semakin bertambah
banyak dan meluas seiring dengan rasa gatal serta muncul sisik berwarna putih.
Gatal dirasa hilang timbul dan sangat mengganggu terutama pada saat malam hari
sehingga tidur pasien terganggu. Keluhan gatal berkurang saat pagi hari. Gatal
kemudian dirasakan menyebar dari awalnya pada tangan kiri kemudian ke sela-
sela jari tangan kanan dan kiri, di belakang lutut, paha, dan daerah perut sekitar
pusar.
Pasien seorang anak Pesantren XXX. Diketahui teman pasien sempat
mengalami keluhan gatal-gatal yang serupa. Pasien juga mengaku pernah sesekali
tidur bersama temannya.

5
3. Riwayat Peyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.

4. Riwayat Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan serupa

5. Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah mengobati keluhannya

6. Riwayat Atopi
Pasien tidak pernah mengalami biduran, riwayat bersin-bersin saat terpapar debu/
udara dingin (-), asma, alergi makanan dan obat disangkal.

7. Riwayat Sosial
Pasien merupakan seorang pekerja swasta, pasien tinggal di rumah bersama kedua
orangtua dan setiap akhir minggu saudara pasien yang memiliki keluhan gatal menginap
di rumahnya.

8. Riwayat Higienitas

Pasien mandi 2x sehari (pagi dan sore) serta selalu mengganti baju 1-2x sehari.

9. Riwayat Kontak/Penularan
 Pasien pernah tidur bersama temannya yang memiliki keluhan yang sama

B.PEMERIKSAAN FISIK
Status Dermatologis
 Lokasi: Regio peri umbilical
Distribusi: Terlokalisir
Ruam: Papul eritematous, batas tegas, bentuk irregular, multiple, ukuran ±1-2 cm,
skuama putih tipis
 Lokasi: Sela-sela jari tangan Dekstra + Sinistra
Distribusi: Terlokalisir
Ruam: Papula eritematous, batas tegas, bentuk ireguler, multiple, ukuran ±1-2 cm,
skuama putih tipis

6
Gambar 2. Foto Klinis Pasien
Keterangan: Papul eritematous disertai skuama putih tipis pada regio periumbilical

Gambar 3. Foto Klinis Pasien


Keterangan: Papul eritematous pada sela jari tangan dextra sinistra

1. Keadaan Umum
Keadaan cukup, kesadaran GCS 456, status gizi kesan baik.

2. Tanda Vital
Tensi : Tidak dilakukan pemeriksaan

Nadi : Tidak dilakukan pemeriksaan

Pernafasan : Tidak dilakukan pemeriksaan

7
Suhu : Tidak dilakukan pemeriksaan

3. Kulit
Turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), venektasi (-), petechie (-), spider nevi (-).

4. Kepala
Bentuk mesocephal, luka (-)

5. Mata
Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor 3mm/3mm

6. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-).

7. Mulut
Bibir pucat (-), bibir cianosis (-), gusi berdarah (-)

8. Telinga
Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-).

9. Tenggorokan
Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-). Sekret (-)

10. Leher
Terbalut perban (-)

11. Thoraks
Normochest, simetris, pernapasan thoracoabdominal, retraksi (-), spider nevi (-),
pulsasi infrasternalis (-), sela iga melebar (-)

Cor :

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis kuat angkat

Perkusi : batas kanan atas : ICS II PSL Dextra

batas kanan bawah : ICS IV PSL Dextra

batas kiri bawah : ICS VI MCLSinistra

8
batas kiri atas : ICS II PSL Sinistra

Auskultasi: Bunyi jantung I–II intensitas normal, reguler, bising jantung -

Pulmo :

Inspeksi : pergerakan dada kanan sama dengan kiri

Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan

Perkusi : sonor/sonor

Auskultasi : suara dasar vesikuler, suara tambahan (ronchi -/-)

wheezing -/-)

12. Abdomen
Inspeksi : normal

Palpasi : supel, nyeri epigastrium (-), undulansi (-)

Perkusi : timpani, shifting dullness (-)

Auskultasi : bising usus (+) normal

13. Ektremitas
Esktrimitas atas: terbalut perban (+), luka (+)

Ekstrimitas bawah: akral HKM, CRT < 2”

14. Sistem genetalia


Dalam batas normal.

2.4 Diagnosis Banding


1. Skabies
2. Dermatitis Kontak
3. Insect Bite Reaction

2.5 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan ektoparasit :

9
Hasil scrapping pada kanalikuli dan dilihat dengan mikroskop cahaya :
Didapatkan Sarcoptei scabiei var. Hominis (+)
Tidak ditemukan telur dan skibala (-)

Gambar 6 : Pemeriksaan Ektoparasit. Sarcoptei scabiei var. Hominis

2.6 Diagnosis
Skabies

2.7 Terapi
1. Permetrin cream 5% : digunakan 1x sehari setelah mandi sore diulang kembali 1
minggu kemudian
2. Loratadin 10 mg tablet : diminum 1xsehari 1 tablet

2.8 Monitoring dan Edukasi


1. Penjelasan mengenai penyakit Skabies, penyebab, penularan, pengobatan,
komplikasi dan pentingnya pengobatannya
2. Memberikan penjelasan untuk mengobati seluruh anggota keluarga yang berada
dalam satu rumah
3. Menyarankan untuk mencuci baju-baju, sarung, sprei, menggunakan air panas 60 0
celcius, ±15-20 menit. Kemudian setelah itu dicuci biasa, dijemur diterik
matahari, kemudian disetrika
4. Barang-barang lain seperti sepatu atau sandal dimasukkan ke dalam plastik dan
diikat, dibiarkan selama 3 hari untuk membunuh parasite.
5. Menjelaskan penggunaan permethrin cream 5%; dioleskan dari belakang telinga
ke seluruh tubuh (kecuali wajah) saat malam hari setelah mandi dan shalat isya’
(diulang setelah buang air kecil dan besar). Obat dipertahankan 10-12 jam

10
hingga besok pagi, lalu dibilas bersih saat mandi. Obat kemudian diulangi lagi 1
minggu kemudian dengan cara yang sama.
6. Menjaga higienitas tubuh dan pakaian sehari-hari.

2.9 Prognosis
Prognosis ad vitam : bonam
Prognosis ad functionam : bonam
Prognosis ad sanam : bonam

11
BAB III
PEMBAHASAN PENYAKIT

Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi Sarcoptes scabiei varietas hominis dan produknya. Skabies dapat menyerang
semua orang dari berbagai usia, ras dan level sosial ekonomi. Insidens sama pada pria dan
wanita. Kontak dekat dengan penderita skabies merupakan rute transmisi dari penyakit
ini. Penularan skabies antara kelompok lingkungan dan antara anggota keluarga
merupakan rute trasnmisi dengan prevalensi yang tinggi. Transmisi dapat melalui benda
mati, seperti melalui barang- barang yang biasa digunakan pasien sehari-hari.. Dalam satu
studi, tungau hidup ditemukan dari sampel debu sejumlah , 6.000 tungau / g dari lantai
kamar tidur, kursi empuk, dan sofa di hunian setiap pasien.9 Pasien yang dibahas pada
kasus ini adalah seorang laki-laki Tn. R berusia 25 tahun bekerja sebagai pekerja swasta
dan tergolong ekonomi mampu. Dari hasil anamnesis juga didapatkan 1 bulan yang lalu
pernah meminjam handuk saudara yang tiap akhir minggu selalu menginap dirumahnya.
Diketahui saurada tersebut sempat mengalami keluhan gatal-gatal yang serupa dan
saudara tersebut tinggal di kos. Pasien juga mengaku pernah meminjam handuk dan
sesekali bertukar pakaian dengan saudaranya tersebut.
Diagnosis dari skabies dapat ditegakkan berdasarkan gejala gatal yang
berhubungan dengan lokasi distribusi lesi dan data epidemiologi pasien. 10 Pada pasien ini
ditemukan dari anamnesis bahwa pasien datang dengan keluhan utama gatal. muncul
pertama kali pada tangan kiri kemudian dirasakan menyebar dari awalnya pada tangan
kiri kemudian ke sela-sela jari tangan kanan dan kiri, siku, daerah perut sekitar pusar,
lipatan ketiak, selangkangan, area kemaluan (glans penis) bokong hingga kaki kiri dan
kanan. Hal ini sesuai dengan dasar diagnosis pada skabies yaitu ditemukan gejala gatal
dengan lokasi distribusi lesi di tempat tertentu. Tempat predileksi skabies biasanya
merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan,
pergelangan tangan, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola mame (wanita),
umbilicus, bokong, genetalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat
menyerang telapak tangan dan telapak kaki. 11 Pada pasien ini gatal muncul pada tangan,
sela-sela jari tangan kanan dan kiri, siku, daerah perut sekitar pusar, lipatan ketiak,
selangkangan, area kemaluan (glans penis) bokong hingga kaki kiri dan kanan dimana
tempat-tempat tersebut memiliki lapisan stratum korneum yang tipis. Pada pasien keluhan
muncul terutama pada saat malam hari. Hal ini sesuai dengan teori gatal pada malam hari

12
yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab
dan panas.12
Pada skabies lesi kulit cenderung menyebar dan polimorfik, mulai dari papul dan
nodul, eczema, folikulitis, hingga urtikaria. Pada pasien usia tua, skabies dapat
menyerang daerah wajah dan kulit kepala. Pasien dengan usia tua juga dapat mengalami
crusted atau “Norwegian” scabies, sebuah varian dari skabies mana hiperkeratosis yang
luas terjadi. Diagnosis sering tertunda karena gatal kurang terasa dan papule serta nodul
yang sering tidak ada. Ruam bisa menyerupai psoriasis.12 Pada pasien, ruam yang
dikeluhkan oleh pasien berupa bintil-bintil kecil kemerahan yang tersebar. Awalnya bintil
berukuran sebesar biji kacang hijau dan bintil semakin bertambah banyak dan meluas
seiring dengan rasa gatal serta muncul sisik berwarna putih
Pada pemeriksaan fisik, pasien datang dengan adanya ekskoriasi dan dermatitis
eksema yang sering didapatkan di sela-sela jari, volar pergelangan tangan, lateral telapak
tangan, siku, aksila, skrotum, penis, labia, areola. Kepala dan leher biasanya tidak tampak
lesi pada orang yang sehat namun pada bayi, orang usia tua, dan pasien
immunocompromised semua bagian kulit dapat terkena. Lesi patognomonis dari skabies
adalah ditemukannya burrow yang tipis dan linier. Burrow adalah terowongan yang
terbentuk karena skabies yang bergerak di stratum korneum. Burrow dapat ditemukan di
sela-sela jari dan siku namun sulit ditemukan apabila sudah ada ekskoriasi. Identifikasi
burrow dapat dilakukan dengan menggosokkan ujung spidol hitam pada daerah yang
dianggap burrow, setelah itu hapus tinta spidol dengan alchohol swab, lesi yang
merupakan burrow tetap akan terwarnai oleh tinta spidol tersebut. 11 Pada pasien lesi
ditemukan di daerah inguinal dan glan penis berupa Papul eritematous, batas tegas,
bentuk irregular, multiple, ukuran ±1-2 cm, skuama putih tipis, pada bagian
periumbilikal, dan sela-sela jari dengan bentuk lesi yang sama.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien ini adalah scrapping,
Burrow ink test, Dermoscopy, biopsi.13 Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan ektoparasit
dari bahan hasil scrapping, yaitu dengan meneteskan minyak emersi pada lesi yang
dicurigai terdapat ektoparasit (sela-sela jari tangan), kemudian dilakukan kerokan dengan
meggunakan scalpel steril yang bertujuan untuk mengangkat atap papula atau
kanalikuli.Bahan pemeriksaan diletakkan di gelas objek dan ditutup dengan kaca penutup
lalu diperiksa dibawah mikroskop.Pada pemeriksaan dengan mikroskop didapatkan
sarcoptes scabei (+), telur (-), skibala (-).
Ada pendapat yang mengatakan bahwa penyakit skabies ini merupakan the great
imitator karena dapat menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal. Diagnosis

13
banding pada pasien ini yaitu Dermatitis Kontak dan Insect bite Reaction. Pada
Dermatitis kontak dapat muncul keluhan berupa gatal namun yang khas pada penyakit ini
adalah gejala timbul disebabkan oleh adanya bahan/substansi tertentu yang menempel
pada kulit.14 Pada pasien ini keluhan rasagatal dan bekas garukan dapat ditemukan pada
daerah perut dan punggung tangan dan keluhan rasa gatal bertambah parah di malam
hari,gambaran lesinya juga bervariasi, mulai dari papul, pustul, hingga erosi akibat
garukan. Selain itu riwayat keluhan yang sama pada orang di sekitarnya juga ditemukan.
Maka dari itu, keluhan pasien ini lebih mengarah kepada skabies.
Pada Insect Bite, keluhan utamanya bervariasi, dapat berupa gatal, nyeri sedang
sampai berat, papul eritem, panas, edema pada jaringan sekitar, bahkan reaksi sistemik
maupun anafilaktik.8 Namun pada pasien ini hanya ditemukan keluhan berupa gatal dan
papul eritem. Apalagi dengan adanya pruritus nocturnal dan riwayat yang sama pada
oarng disekitarnya. Maka diagnosis lebih mengarah kepada skabies.
Terapi pada penyakit skabies memiliki prinsip mengobati pasien yang sedang
terkena skabies serta orang yang kontak dekat dengan pasien.13
Penatalaksanaan pada pasien skabies meliputi pemberian informasi dan edukasi
(KIE) serta tatalaksana secara farmakologis. Edukasi yang harus diberikan pada pasien
meliputi :
1. Penjelasan mengenai penyakit Scabies, penyebab, penularan, pengobatan,
komplikasi dan pentingnya pengobatannya.
2. Memberikan penjelasan untuk mengobati seluruh anggota keluarga yang berada
dalam satu rumah.
3. Menyarankan untuk mencucui baju-baju, sarung, sprei, menggunakan air panas 60 0C,
±15-20 menit. Kemudian setelah itu dicuci biasa, dijemur diterik matahari, kemudian
disetrika.
4. Barang-barang lain seperti sepatu atau sandal dimasukkan ke dalam plastik dan
diikat, dibiarkan selama 3 hari untuk membunuh parasit.
5. Menjaga higienitas tubuh dan pakaian sehari-hari. 14

Tatalaksana secara farmakologis pada pasien skabies dapat secara topikal dan oral.
Pada pengobatan secara topikal dapat menggunakan beberapa pilihan terapi, diantaranya:
Permethrin 5%, Lindane 1%, Krotamiton 10%, Sulfur presipitasi 5-10%, serta benzyl
benzoate 10%. Terapi topikal sendiri digunakan pada malam hari ke seluruh tubuh,
terutama pada bagian lipatan seperti sela-sela jari, sela pantat, pusar, dan sela kuku. Pada
dewasa, penggunaan topikal dilakukan ke seluruh permukaan tubuh kecuali wajah dan
kulit kepala. Sedangkan pada terapi oral, obat yang digunakan adalah Ivermectin. 12

14
Permethrin 5% : dalam bentuk krim, merupakan obat yang paling sering
digunakan. Cara aplikasinya cukup sekali pada malam hari kemudian ditunggu 8-14 jam,
lalu dibersihkan dan mandi. Kemudian pengobatan diulang setelah 7 hari. 12
Lindane 1% : dalam bentuk losio. Obat ini efektif terhadap semua stadium, mudah
digunakan, dan jarang menyebabkan iritasi. Namun obat ini memiliki efek
neurotoksis/toksik terhadap susunan saraf pusat, sehingga tidak dianjurkan pada ibu
hamil, menyusui, dan anak kurang dari 6 bulan. 12
Krotamiton 10% : dalam bentuk krim, memiliki dua efek sebagai antiskabies dan
antigatal; harus dijauhkan dari mata, mulut, dan urethra. Obat ini memiliki efektivitas
paling rendah diantara pilihan obat yang lainnya. 12
Sulfur Presipitasi 5-10% : dalam bentuk salep atau krim. Obat ini tidak efektif
terhadap stadium telur sehingga penggunaannya dilakukan selama 3 hari berutur-turut.
Kekurangan lainnya ialah berbau dan mengotori pakaian serta terkadang menimbulkan
iritasi. Namun, obat ini merupakan pilihan paling aman untuk neonates dan ibu hamil. 12
Benzyl Benzoat 10% : dalam bentuk losio, efektif terhadap semua stadium,
diberikan selama 24 jam. Obat ini sulit diperoleh, bahkan tidak ada di Amerika, sering
menyebabkan iritasi dan terkadang makin gatal dan panas setelah dipakai. 12
Ivermectin 200 mg/kg : diminum pada hari ke-1 dan ke-8, sangat efektif namun
tidak dianjurkan untuk anak dengan berat kurang dari 15kg, ibu hamil, serta ibu
menyusui. Penggunaannya dianjurkan pada pasien yang persisten atau resisten terhadap
permethrin. Pada scabies berkrusta, kombinasi ivermectin oral dan topical dianjurkan
karena terapi oral tidak berpenetrasi ke dalam ketebalan debris keratin di bawah kuku. 12
Pada pasien ini diberikan terapi Permethrin cream 5%. Cara penggunaan dari obat
topical Permethrin cream 5%harus dijelaskan kepada pasien dan keluarga, yakni obat
dioleskan dari belakang telinga ke seluruh tubuh (kecuali wajah dan kulit kepala) saat
malam hari setelah mandi dan shalat isya’ (diulang setelah buang air kecil dan besar).
Obat dipertahankan 8-14 jam hingga besok pagi, lalu dibilas bersih saat mandi. Obat
kemudian diulangi lagi 7 hari kemudian dengan cara yang sama. Pada dewasa pemakaian
Permethrin cream 5% dibilas setelah 8-14 jam penggunaan. Namun, pada anak-anak
dibawah 2 tahun, ibu hamil, dan menyusui dibilas setelah 2 jam penggunaan. Diulang 7
hari kemudian.
Pada dewasa penggunaan topikal pada seluruh kulit kecuali wajah dan kulit kepala.
Namun pada anak-anak, kulit kepala dan wajah harus di oleskan. 12
Pengulangan obat seminggu setelah pengobatan awal, bertujuan untuk mengurangi
potensi reinfestation dari fomites serta untuk membunuh nimfa yang mungkin telah
menetas setelah pengobatan sebagai hasil dari semiprotective lingkungan di dalam telur.

15
Semua rumah tangga dan kontak dekat harus secara simultan diobati untuk mencegah
reinfestation dari pembawa asimtomatik.12

Selain itu, pasien juga mendapatkan terapi Loratadin 10mg yang diminum 1 kali
sehari 1 tablet pada malam hari, dikarenakan obat ini memiliki efek mengantuk (sedasi).
Obat antihistamin ini diberikan untuk mengurangi rasa gatal-gatal yang dirasakan oleh
pasien.

Prognosis pada pasien ini baik dengan memperhatikan pemilihan dan cara
pemakaian obat, serta syarat pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi, antara
lain higien, seta semua orang yang berkontak erat dengan pasien harus diobati, maka
penyakit ini dapat diberantas.12

DAFTAR PUSTAKA

16
1. Sutanto I, Ismid IS, Sjarifuddin PK, dan Sungkar S. Parasitologi kedokteran edisi
keempat. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2008.
2. Audhah NA, Umniyati SR, dan Siswati AS. Scabies risk factor on students of islamic
boarding school (study at darul hijrah islamic boarding school, cindai alus village,
martapura subdistrict, banjar district, south kalimantan). J Buski. 2012;1(4):14- 22.
3. Aminah P, Sibero HT, dan Ratna MG. Hubungan tingkat pengetahuan dengan
kejadian skabies. J Majority. 2015;5(4):54- 59.
4. Ratnasari AF dan Sungkar S. Prevalensi skabies dan faktor-faktor yang berhubungan
di pesantren x, jakarta timur. eJKI [internet]. 2014 [diakses tanggal 17 Februari
2017]; 2(1):7-12. Tersedia dari: http://journal.ui.ac.id/index.php/eJKI/arti
cle/viewFile/3177/3401.
5. Stephen J dan Gilmore. Control strategies for endemic childhood scabies. PloS ONE
[internet]. 2011 [diakses pada 16 Februari 2017]; 6(1):e15990. Tersedia
dari:http://journals.plos.org/plosone/artic le?id=10.1371/journal.pone.001599.
6. Ronny PH. Skabies. Dalam: Adhi D, Mochtar H, Siti A, Editor. Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin Edisi Keenam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010. hlm. 122-125.
7. Amiruddin MD. Ilmu penyakit kulit dan kelamin edisi I. Makassar: Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2003.
8. Insect Bites and Infestations. In : Freedberg IM at al, eds, Fitzpatrick’s Dermatology
in General Medicine 8th 2012. USA: McGrawHill.
9. Harting M, dkk. Dermal hypertrophies. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI,
Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ,editor. Fitzpatrick’s Dermatology in General
Medicine. Edisi ke-7. New York: McGraw-Hill; 2008. h.2569.
10. Harting M, dkk. Dermal hypertrophies. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI,
Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ,editor. Fitzpatrick’s Dermatology in General
Medicine. Edisi ke-7. New York: McGraw-Hill; 2008. h.2570.
11. Hadi U. Scabies In Indonesia. 2010.
http://upikke.staff.ipb.ac.id/files/2011/05/Scabies-in-Indonesia.pdf. Diakses Februari
2017.
12. Burkhart CN& Burkhart CG. Scabies, Other Mites, and Pediculosis. Dalam:
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ dan Wolff K (Eds).
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Edisi ke-8. New York: McGraw-
Hill; 2012. h.2569-2573.
13. Setyaningrum YI, Amin M, Hastuti US, dan Suarsini E. 2016. Life Cycle Sarcoptes
scabiei and Pathogenicity Mite inBoarding School Malang, Indonesian.
International Journal of ChemTech Research, 2016,9(3),pp 384-389.
14. Sri Linuwih dkk Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 2015. Badan Penerbit FKUI,
Jakarta

17
18

Anda mungkin juga menyukai