Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

BAHASA KIMIA DASAR PDAM


“STANDAR KUALITAS AIR KERAN SIAP MINUM DITEMPAT
UMUM MAUPUN DI RUMAH ”

DISUSUN OLEH :
Mochammad Fauzi Rachman (10318021)
Gelar Pandu Ramadan (10318013)

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
INTERNATIONAL WOMEN UNIVERSITY
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Wayang Golek” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Prof. Dr. Hj. Umi
Narimawati, Dra., SE., M.Si. pada Bahas Indonesia. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Wayang Golek bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si. ,
selaku Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung Januari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………….. i

KATA PENGANTAR ……………………………………………… ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………. 1

A. Latar Belakang ………………………………………….. 1

B. Batasan Masalah ……………………………………….. 3

B. Rumusan Masalah …………………………………….. 4

C. Tujuan ……………………………………………………… 5

D. Manfaat ……………………………………………………. 7

BAB II LANDASAN TEORI ……………………………………. 11

A. Identifikasi Masalah ………………………………….. 11

B. Kerangka Berpikir ……………………………………… 15

C. Hipotesis ………………………………………………….. 21

BAB III PEMBAHASAN …………………………………………. 22

A. Pengertian Globalisasi ……………………………….. 22

B. Pengertian Masyarakat Ekonomi ASEAN ……. 24

C. Faktor Pendorong Munculnya Globalisasi …… 26

D. Faktor Pendorong Munculnya MEA …………… 28

E. Dampak Globalisasi dan MEA ……………………. 29

F. Sektor-sektor Sasaran MEA ………………………. 33

G. Cara Menyikapi Globalisasi dan MEA ………….. 37

BAB IV PENUTUP ……………………………………………….. 38


 A. Simpulan ………………………………………………… 39
 B. Saran ……………………………………………………… 40

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………….. 41


ABSTRAK

Kesenian wayang merupakan seni tradisional yang berkembang di Indonesia terutama di


pulau Jawa dan Bali. Wayang adalah wiracarita yang pada intinya mengisahkan kepahlawanan
para tokoh yang berwatak baik menghadapi dan menumpas tokoh yang berwatak jahat. Kitab
Mahabarata dan Ramayana dijadikan pakem berbagai lakon wayang yang dipentaskan dalam
bentuk wayang kulit dan wayang orang. Menurunnya cerita wayang dikarenakan waktu
pertunjukan yang lama, bahasa yang digunakan tidak dimengerti, menganggapnya terlalu kuno
karena tidak up to date dengan perkembangan jaman yang ada.

Wayang Golek adalah suatu seni tradisional sunda pertunjukan wayang yang terbuat dari
boneka kayu, yang terutama sangat populer di wilayah Tanah Pasundan, Daerah penyebarannya
terbentang luas dari Cirebon di sebelah timur sampai wilayah Banten di sebelah barat, bahkan di
daerah Jawa Tengah yang berbatasan dengan Jawa Barat sering pula dipertunjukkan pergelaran
Wayang Golek.

Berkenaan dengan wayang golek, ada dua macam diantaranya wayang golek papak (cepak)
dan wayang golek purwa yang ada di daerah Sunda. Kecuali wayang wong, dari semua wayang
itu dimainkan oleh seorang dalang sebagai pemimpin pertunjukan yang sekaligus menyanyikan
suluk, menyuarakan antawacana, mengatur gamelan mengatur lagu dan lain-lain.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun sebelum Masehi.
Masyarakat Indonesia memeluk kepercayaan animisme berupa pemujaan roh nenek moyang yang
disebut hyang atau dahyang, yang diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar.
Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Pulau Jawa dan
Bali. Pertunjukan wayang telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai
karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan
sangat berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).
Ada versi wayang yang dimainkan oleh orang dengan memakai kostum, yang dikenal sebagai
wayang orang, dan ada pula wayang yang berupa sekumpulan boneka yang dimainkan oleh dalang.
Wayang yang dimainkan dalang ini diantaranya berupa wayang kulit atau wayang golek. Cerita
yang dikisahkan dalam pagelaran wayang biasanya berasal dari Mahabharata dan Ramayana.
Pertunjukan wayang di setiap negara memiliki teknik dan gayanya sendiri, dengan demikian
wayang Indonesia merupakan buatan orang Indonesia asli yang memiliki cerita, gaya dan dalang
yang luar biasa.
Kadangkala repertoar cerita Panji dan cerita Menak (cerita-cerita Islam) dipentaskan pula.
Wayang, oleh para pendahulu negeri ini sangat mengandung arti yang sangat dalam. Sunan Kali
Jaga dan Raden Patah sangat berjasa dalam mengembangkan Wayang. Para Wali di Tanah Jawa
sudah mengatur sedemikian rupa menjadi tiga bagian. Pertama Wayang Kulit di Jawa Timur,
kedua Wayang Wong atau Wayang Orang di Jawa Tengah, dan ketiga Wayang Golek di Jawa
Barat. Masing masing sangat bekaitan satu sama lain. Yaitu "Mana yang Isi(Wayang Wong) dan
Mana yang Kulit (Wayang Kulit) harus dicari (Wayang Golek)".
BAB II

B. Permasalahan
1. Bagaimana asal mula adanya wayang golek?
2. Apa saja jenis-jenis wayang golek?
3. Bagaimana cara pembuatan wayang golek?
4. apa saja budaya yang terkandung dalam kesenian wayang golek?
5. Bagaimana kondisi kesenian wayang golek di era globalosasi?
6. apakah kesenian wayang goilek akan punah?
BAB III
PEMBAHASAN

A. Sejarah
Asal mula wayang golek tidak diketahui secara jelas karena tidak ada keterangan lengkap,
baik tertulis maupun lisan. Kehadiran wayang golek tidak dapat dipisahkan dari wayang kulit
karena wayang golek merupakan perkembangan dari wayang kulit. Namun demikian, Salmun
(1986) menyebutkan bahwa pada tahun 1583 Masehi Sunan Kudus membuat wayang dari kayu
yang kemudian disebut wayang golek yang dapat dipentaskan pada siang hari. Sejalan dengan itu
Ismunandar (1988) menyebutkan bahwa pada awal abad ke-16 Sunan Kudus membuat bangun
'wayang purwo' sejumlah 70 buah dengan cerita Menak yang diiringi gamelan Salendro.
Pertunjukkannya dilakukan pada siang hari. Wayang ini tidak memerlukan kelir. Bentuknya
menyerupai boneka yang terbuat dari kayu (bukan dari kulit sebagaimana halnya wayang kulit).
Jadi, seperti golek. Oleh karena itu, disebut sebagai wayang golek.
Pada mulanya yang dilakonkan dalam wayang golek adalah ceritera panji dan wayangnya
disebut wayang golek menak. Konon, wayang golek ini baru ada sejak masa Panembahan Ratu
(cicit Sunan Gunung Jati (1540-1650)). Di sana (di daerah Cirebon) disebut sebagai wayang golek
papak atau wayang cepak karena bentuk kepalanya datar. Pada zaman Pangeran Girilaya (1650-
1662) wayang cepak dilengkapi dengan cerita yang diambil dari babad dan sejarah tanah Jawa.
Lakon-lakon yang dibawakan waktu itu berkisar pada penyebaran agama Islam. Selanjutnya,
wayang golek dengan lakon Ramayana dan Mahabarata (wayang golek purwa) yang lahir pada
1840 (Somantri, 1988).
Kelahiran wayang golek diprakarsai oleh Dalem Karang Anyar (Wiranata Koesoemah III)
pada masa akhir jabatannya. Waktu itu Dalem memerintahkan Ki Darman (penyungging wayang
kulit asal Tegal) yang tinggal di Cibiru, Ujung Berung, untuk membuat wayang dari kayu. Bentuk
wayang yang dibuatnya semula berbentuk gepeng dan berpola pada wayang kulit. Namun, pada
perkembangan selanjutnya, atas anjuran Dalem, Ki Darman membuat wayang golek yang
membulat tidak jauh berbeda dengan wayang golek sekarang. Di daerah Priangan sendiri dikenal
pada awal abad ke-19. Perkenalan masyarakat Sunda dengan wayang golek dimungkinkan sejak
dibukanya jalan raya Daendels yang menghubungkan daerah pantai dengan Priangan yang
bergunung-gunung. Semula wayang golek di Priangan menggunakan bahasa Jawa. Namun, setelah
orang Sunda pandai mendalang, maka bahasa yang digunakan adalah bahasa Sunda.
B. Jenis-jenis Wayang Golek
Ada tiga jenis wayang golek, yaitu: wayang golek cepak, wayang golek purwa, danwayang
golek modern. Wayang golek papak (cepak) terkenal di Cirebon dengan ceritera babad dan
legenda serta menggunakan bahasa Cirebon. Wayang golek purwa adalah wayang golek khusus
membawakan cerita Mahabharata dan Ramayana dengan pengantar bahasa Sunda sebagai.
Sedangkan, wayang golek modern seperti wayang purwa (ceritanya tentang Mahabarata dan
Ramayana, tetapi dalam pementasannya menggunakan listrik untuk membuat trik-trik. Pembuatan
trik-trik tersebut untuk menyesuaikan pertunjukan wayang golek dengan kehidupan modern.
Wayang golek modern dirintis oleh R.U. Partasuanda dan dikembangkan oleh Asep Sunandar
tahun 1970--1980.

C. Pembuatan
Wayang golek terbuat dari albasiah atau lame. Cara pembuatannya adalah dengan meraut dan
mengukirnya, hingga menyerupai bentuk yang diinginkan. Untuk mewarnai dan menggambar
mata, alis, bibir dan motif di kepala wayang, digunakan cat duko. Cat ini menjadikan wayang
tampak lebih cerah. Pewarnaan wayang merupakan bagian penting karena dapat menghasilkan
berbagai karakter tokoh. Adapun warna dasar yang biasa digunakan dalam wayang ada empat
yaitu: merah, putih, prada, dan hitam.

D. Nilai Budaya
Wayang golek sebagai suatu kesenian tidak hanya mengandung nilai estetika semata, tetapi
meliputi keseluruhan nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu
disosialisasikan oleh para seniman dan seniwati pedalangan yang mengemban kode etik
pedalangan. Kode etik pedalangan tersebut dinamakan "Sapta Sila Kehormatan Seniman Seniwati
Pedalangan Jawa Barat". Rumusan kode etik pedalangan tersebut merupakan hasil musyawarah
para seniman seniwati pedalangan pada tanggal 28 Februari 1964 di Bandung. Isinya antara lain
sebagai berikut: Satu: Seniman dan seniwati pedalangan adalah seniman sejati sebab itu harus
menjaga nilainya. Dua: Mendidik masyarakat. Itulah sebabnya diwajibkan memberi con-toh, baik
dalam bentuk ucapan maupun tingkah laku. Tiga: Juru penerang. Karena itu diwajibkan
menyampaikan pesan-pesan atau membantu pemerintah serta menyebarkan segala cita-cita negara
bangsanya kepada masyarakat. Empat: Sosial Indonesia. Sebab itu diwajibkan mengukuhi jiwa
gotong-royong dalam segala masalah. Lima: Susilawan. Diwajibkan menjaga etika di lingkungan
masyarakat. Enam: Mempunyai kepribadian sendiri, maka diwajibkan menjaga kepribadian
sendiri dan bangsa. Tujuh: Setiawan. Maka diwajibkan tunduk dan taat, serta menghormati hukum
Republik Indonesia, demikian pula terhadap adat-istiadat bangsa.
E. Kondisi Kesenian Wayang Golek

1. Pagelaran Wayang Golek


Wayang golek adalah suatu seni pertunjukan wayang yang terbuat dari boneka kayu.
Dalam pertunjukan wayang golek, terdapat beberapa peran atau faktor internal yang mendukung
pementasan wayang golek, diantaranya adalah peran sentral tentulah dengan adanya seorang
dalang, para nayaga (pemukul gamelan), dan sinden. Dalang adalah orang yang memainkan
wayang, sedangkan sinden adalah penyanyi wanita pada seni gamelan jawa atau pada
pementasan wayang. Pada pertunjukan wayang golek biasanya lakon yang sering dipertunjukkan
adalah lakon karangan, hanya kadang-kadang saja dipertunjukkan juga lakon galur. Hal ini
seakan menjadi sebuah tolak ukur bagi seorang dalang untuk memberikan suatu nuansa baru atau
kecerdasan dalam berinovasi dalam menciptakan suatu pementasan wayang golek yang bagus
dan menarik. Beberapa dalang wayang golek yang terkenal diantaranya Tarkim, R.U.
Partasuanda, Abeng Sunarya, Entah Tirayana, Apek, Asep Sunandar Sunarya, Dede Amung
Sunarya, Cecep Supriadi dll.
Musik yang dipergunakan untuk mengiringi pagelaran Wayang Golek adalah karawitan
Sunda yang berlaraskan pelog/salendro. Instrumen musik tersebut ditabuh oleh beberapa orang
Nayaga atau Juru Gending, adapun alat musik tersebut lengkap adalah sebagai berikut :
1. Saron 1 Saron 2 – Peking – Demung – Selentem
2. Bonang – Rincik – Kenong – Gambang
3. Rebab – Kecrek – Kendang – Bedug Gong
Kedudukan musik dalam pergelaran wayang golek demikian pentingnya, ia merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari pertunjukan itu sendiri. Mulai dari tatalu (overture) kawin/lagu, tari
dan perang wayang, dialog, pembangunan suasana, pengisi celah antar adegan, semuanya
diiringi dengan musik di samping itu, musik itu pun harus disesuaikan dengan karakter-karakter
wayang yang diiringinya.
2. Kondisi Kesenian Wayang Golek Pada Masa Kejayaanya
Pada zaman dahulu, kesenian wayang golek dalam masyarakat selain difungsikan sebagai
suatu hiburan tontonan semalam suntuk, akan tetapi memiliki fungsi yang relevan sebagai suatu
kebutuhan-kebutuhan masyarakat lingkungannya, yaitu kebutuhan spiritual maupun material,
secara yang memberikan suatu pesan dan moral dalam sosial masyarakat sedangkan secara
material dapat kita lihat dari beberapa kegiatan di masyarakat misalnya ketika ada perayaan, baik
hajatan (pesta kenduri) dalam rangka khitanan, pernikahan dan lain-lain adakalanya diriingi
dengan pertunjukan wayang golek. Pada masyarakat pedesaan, wayang golek dapat dijadikan
alat untuk mengukur status sosial seseorang. Artinya apabila di kampung mereka ada orang yang
menanggap wayang golek, apalagi dalangnya ternama, maka dapat dipastikan bahwa orang
tersebut dapat dikatagorikan sebagai orang berada.

3. Kondisi Kesenian Wayang Golek Pada Saat Ini


Ditengah era modern seperti sekarang ini, keberadaan kesenian wayang golek mulai
terancam punah. Hal itu bisa terjadi jika tak ada generasi bangsa ini yang melestarikan kesenian
yang sudah bertahuntahun tumbuh di Tanah Air kita. Hidup matinya Wayang Golek tergantung
sejauh mana masyarakat melestarikannya. Jika masyarakat membiarkannya, maka ia akan hilang
sebagai kesenian Indonesia. Wayang golek sendiri mayoritas di gemari di daerah jawa barat, hal
itu di karenakan bahasa yang digunakan dalam pementasan wayang golek biasanya adalah
bahasa sunda (bahasa sehari-hari yang digunakan dan dipahami warga jawa barat). Namun
kendala tersebut tentunya bukan menjadi alasan dan halangan bagi perkembangan wayang golek
untuk go nasional dan internasional. Jika melihat realita yang ada justru perkembangan
pementasan wayang golek dari tahun ke tahun semakin mendekati kepunahan, hal ini bisa
terlihat dengan semakin jarangnya acara-acara pementasan wayang golek. Dulu biasanya jika ada
acara hajatan pernikahan atau khitanan sering didatangkan wayang golek, namun belakangan
lebih banyak menyuguhkan organ tunggal, mengundang artis terkenal, dll. Selain itu, kita tahu
bahwa harga pementasan wayang golek sangatlah mahal, karena banyaknya unsur yang berperan
dalam pementasan wayang golek tidak hanya satu atau dua orang saja, tetapi terdapat peran
faktor internal dan eksternal didalamnya. Serta keberadaan dalang-dalang yang berkualitaspun
semakin sedikit, hal itu bisa dilihat ketika even atau ajang-ajang adu dalang yang
memperlombakan kemampuan dalang dalam memainkan wayangnya yang semakin hari semakin
sedikit yang mengikuti ajang tersebut. Padahal ajang tersebut merupakan suatu indikator yang
dapat menilai kemampuan dan keberadaan dari kuantitas dalang yang ada di Indonesia,
khususnya dalang wayang golek.
Indikator yang lainnya adalah masyarakat di daerah jawa barat sekarang lebih cenderung
menyukai pertunjukan atau tontonan lain selain wayang golek, memang masih ada yang masih
menyukai dan menonton pementasan wayang golek, akan tetapi untuk sekarang mungkin bisa
dihitung jumlahnya mana yang masih senang dengan wayang golek dengan yang tidak senang
dengan wayang golek. Beberapa tahun yang lalu mungkin kita masih bisa melihat penayangan
wayang golek di stasiun televisi, namun untuk sekarang sangatlah jarang kita melihat suatu
pementasan wayang golek di stasiun televisi. Jika melihat dari berbagai fenomena yang terjadi
tersebut kita bisa merasakan dan menyimpulkan bahwa bagaimana wayang golek bisa go
nasional dan internasional jika untuk berkembang di daerah sendiri saja sudah sulit dan sudah
jarang digemari oleh masyarakat, minimnya ekspos ke dalam berbagai media, baik itu media
massa,surat, media televisi, dan lain-lain serta kuantitas dari dalang itu sendiri semakin
berkurang.

F. Akankan Kesenian Wayang Golek Punah?


Kesenian wayang golek yang mulai terlupakan oleh masyarakat indonesia ini merupakan
suatu masalah yang sangat besar, yang tentunya harus dicari segera mungkin pemecahahan
masalah dan solusinya. pemerintah Indonesia harus bisa menemukan suatu cara atau kebijakan
inovatif untuk menjaga kelestarian wayang golek agar tidak punah ditelan oleh zaman. Identitas
suatu bangsa dan negara dapat terlihat dari budayanya, Indonesia yang kaya akan budaya akan
terlihat maju dan di pandang oleh negara lain jika dapat melestarikan dan menunjukkan
eksistensi budaya tersebut. Ambil contoh negara Jepang, walaupun sudah menjadi negara dengan
tingkat perekonomian yang maju, tetapi masih menjungjung tinggi dan melestarikan budayanya
tersebut. Negara maju saja masih melestarikan dan mengerti bahwa kebudayaan dalam suatu
negara itu penting sebagai identitas suatu negara, sedangkan Indonesia? malah kebudayaan milik
dan warisan kita sendiri sekarang oleh negara lain masih suka di akui bahwa kebudayaan milik
Indonesia adalah kebudayaan miliknya, bukan milik Indonesia. Hal ini semakin menandakan
bahwa Indonesia itu adalah negara kaya akan kebudayaan, namun kebudayaan tersebut jika tidak
dikembangkan dan dilestarikan di negara ini sehingga dapat dengan mudah negara lain menuduh
bahwa beberapa kebudayaan milik Indonesia adalah miliknya. Kita berharap ke depannya tidak
akan terjadi hal demikian, serta adanya suatu kesadaran pula dari masyarakat tentang pentingnya
mengenal dan melestarikan budaya Indonesia, khususnya wayang golek.
BAB 4
PENUTUP

A. Kesimpulan
A. Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun sebelum Masehi. Masyarakat
Indonesia memeluk kepercayaan animisme berupa pemujaan roh nenek moyang yang
disebut hyang atau dahyang, yang diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar.
B. Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Pulau Jawa dan Bali.
C. Pertunjukan wayang telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya
kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan sangat
berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).
D. asal kata wayang. Pendapat pertama mengatakan wayang berasal dari kata wayangan
ataubayangan yaitu sumber ilham, yang maksudnya yaitu ide dalam menggambar wujud tokoh.
Sedangkan pada pendapat kedua mengatakan kata wayang berasal dari Wad danHyang,
artinya leluhur.
E. Dalam Kamus Bahasa Indonesia Wayang berarti sesuatu yang dimainkan ki Dalang berupa
gambar pahatan dari kulit binatang, melambangkan watak-watak manusia.
F. Kesenian wayang golek di Indonesia mulai terlupakan yang merupakan masalah yang sangat
besar.

Anda mungkin juga menyukai