DISUSUN OLEH :
Mochammad Fauzi Rachman (10318021)
Gelar Pandu Ramadan (10318013)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Wayang Golek” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Prof. Dr. Hj. Umi
Narimawati, Dra., SE., M.Si. pada Bahas Indonesia. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Wayang Golek bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si. ,
selaku Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
C. Tujuan ……………………………………………………… 5
D. Manfaat ……………………………………………………. 7
C. Hipotesis ………………………………………………….. 21
Wayang Golek adalah suatu seni tradisional sunda pertunjukan wayang yang terbuat dari
boneka kayu, yang terutama sangat populer di wilayah Tanah Pasundan, Daerah penyebarannya
terbentang luas dari Cirebon di sebelah timur sampai wilayah Banten di sebelah barat, bahkan di
daerah Jawa Tengah yang berbatasan dengan Jawa Barat sering pula dipertunjukkan pergelaran
Wayang Golek.
Berkenaan dengan wayang golek, ada dua macam diantaranya wayang golek papak (cepak)
dan wayang golek purwa yang ada di daerah Sunda. Kecuali wayang wong, dari semua wayang
itu dimainkan oleh seorang dalang sebagai pemimpin pertunjukan yang sekaligus menyanyikan
suluk, menyuarakan antawacana, mengatur gamelan mengatur lagu dan lain-lain.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun sebelum Masehi.
Masyarakat Indonesia memeluk kepercayaan animisme berupa pemujaan roh nenek moyang yang
disebut hyang atau dahyang, yang diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar.
Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Pulau Jawa dan
Bali. Pertunjukan wayang telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai
karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan
sangat berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).
Ada versi wayang yang dimainkan oleh orang dengan memakai kostum, yang dikenal sebagai
wayang orang, dan ada pula wayang yang berupa sekumpulan boneka yang dimainkan oleh dalang.
Wayang yang dimainkan dalang ini diantaranya berupa wayang kulit atau wayang golek. Cerita
yang dikisahkan dalam pagelaran wayang biasanya berasal dari Mahabharata dan Ramayana.
Pertunjukan wayang di setiap negara memiliki teknik dan gayanya sendiri, dengan demikian
wayang Indonesia merupakan buatan orang Indonesia asli yang memiliki cerita, gaya dan dalang
yang luar biasa.
Kadangkala repertoar cerita Panji dan cerita Menak (cerita-cerita Islam) dipentaskan pula.
Wayang, oleh para pendahulu negeri ini sangat mengandung arti yang sangat dalam. Sunan Kali
Jaga dan Raden Patah sangat berjasa dalam mengembangkan Wayang. Para Wali di Tanah Jawa
sudah mengatur sedemikian rupa menjadi tiga bagian. Pertama Wayang Kulit di Jawa Timur,
kedua Wayang Wong atau Wayang Orang di Jawa Tengah, dan ketiga Wayang Golek di Jawa
Barat. Masing masing sangat bekaitan satu sama lain. Yaitu "Mana yang Isi(Wayang Wong) dan
Mana yang Kulit (Wayang Kulit) harus dicari (Wayang Golek)".
BAB II
B. Permasalahan
1. Bagaimana asal mula adanya wayang golek?
2. Apa saja jenis-jenis wayang golek?
3. Bagaimana cara pembuatan wayang golek?
4. apa saja budaya yang terkandung dalam kesenian wayang golek?
5. Bagaimana kondisi kesenian wayang golek di era globalosasi?
6. apakah kesenian wayang goilek akan punah?
BAB III
PEMBAHASAN
A. Sejarah
Asal mula wayang golek tidak diketahui secara jelas karena tidak ada keterangan lengkap,
baik tertulis maupun lisan. Kehadiran wayang golek tidak dapat dipisahkan dari wayang kulit
karena wayang golek merupakan perkembangan dari wayang kulit. Namun demikian, Salmun
(1986) menyebutkan bahwa pada tahun 1583 Masehi Sunan Kudus membuat wayang dari kayu
yang kemudian disebut wayang golek yang dapat dipentaskan pada siang hari. Sejalan dengan itu
Ismunandar (1988) menyebutkan bahwa pada awal abad ke-16 Sunan Kudus membuat bangun
'wayang purwo' sejumlah 70 buah dengan cerita Menak yang diiringi gamelan Salendro.
Pertunjukkannya dilakukan pada siang hari. Wayang ini tidak memerlukan kelir. Bentuknya
menyerupai boneka yang terbuat dari kayu (bukan dari kulit sebagaimana halnya wayang kulit).
Jadi, seperti golek. Oleh karena itu, disebut sebagai wayang golek.
Pada mulanya yang dilakonkan dalam wayang golek adalah ceritera panji dan wayangnya
disebut wayang golek menak. Konon, wayang golek ini baru ada sejak masa Panembahan Ratu
(cicit Sunan Gunung Jati (1540-1650)). Di sana (di daerah Cirebon) disebut sebagai wayang golek
papak atau wayang cepak karena bentuk kepalanya datar. Pada zaman Pangeran Girilaya (1650-
1662) wayang cepak dilengkapi dengan cerita yang diambil dari babad dan sejarah tanah Jawa.
Lakon-lakon yang dibawakan waktu itu berkisar pada penyebaran agama Islam. Selanjutnya,
wayang golek dengan lakon Ramayana dan Mahabarata (wayang golek purwa) yang lahir pada
1840 (Somantri, 1988).
Kelahiran wayang golek diprakarsai oleh Dalem Karang Anyar (Wiranata Koesoemah III)
pada masa akhir jabatannya. Waktu itu Dalem memerintahkan Ki Darman (penyungging wayang
kulit asal Tegal) yang tinggal di Cibiru, Ujung Berung, untuk membuat wayang dari kayu. Bentuk
wayang yang dibuatnya semula berbentuk gepeng dan berpola pada wayang kulit. Namun, pada
perkembangan selanjutnya, atas anjuran Dalem, Ki Darman membuat wayang golek yang
membulat tidak jauh berbeda dengan wayang golek sekarang. Di daerah Priangan sendiri dikenal
pada awal abad ke-19. Perkenalan masyarakat Sunda dengan wayang golek dimungkinkan sejak
dibukanya jalan raya Daendels yang menghubungkan daerah pantai dengan Priangan yang
bergunung-gunung. Semula wayang golek di Priangan menggunakan bahasa Jawa. Namun, setelah
orang Sunda pandai mendalang, maka bahasa yang digunakan adalah bahasa Sunda.
B. Jenis-jenis Wayang Golek
Ada tiga jenis wayang golek, yaitu: wayang golek cepak, wayang golek purwa, danwayang
golek modern. Wayang golek papak (cepak) terkenal di Cirebon dengan ceritera babad dan
legenda serta menggunakan bahasa Cirebon. Wayang golek purwa adalah wayang golek khusus
membawakan cerita Mahabharata dan Ramayana dengan pengantar bahasa Sunda sebagai.
Sedangkan, wayang golek modern seperti wayang purwa (ceritanya tentang Mahabarata dan
Ramayana, tetapi dalam pementasannya menggunakan listrik untuk membuat trik-trik. Pembuatan
trik-trik tersebut untuk menyesuaikan pertunjukan wayang golek dengan kehidupan modern.
Wayang golek modern dirintis oleh R.U. Partasuanda dan dikembangkan oleh Asep Sunandar
tahun 1970--1980.
C. Pembuatan
Wayang golek terbuat dari albasiah atau lame. Cara pembuatannya adalah dengan meraut dan
mengukirnya, hingga menyerupai bentuk yang diinginkan. Untuk mewarnai dan menggambar
mata, alis, bibir dan motif di kepala wayang, digunakan cat duko. Cat ini menjadikan wayang
tampak lebih cerah. Pewarnaan wayang merupakan bagian penting karena dapat menghasilkan
berbagai karakter tokoh. Adapun warna dasar yang biasa digunakan dalam wayang ada empat
yaitu: merah, putih, prada, dan hitam.
D. Nilai Budaya
Wayang golek sebagai suatu kesenian tidak hanya mengandung nilai estetika semata, tetapi
meliputi keseluruhan nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu
disosialisasikan oleh para seniman dan seniwati pedalangan yang mengemban kode etik
pedalangan. Kode etik pedalangan tersebut dinamakan "Sapta Sila Kehormatan Seniman Seniwati
Pedalangan Jawa Barat". Rumusan kode etik pedalangan tersebut merupakan hasil musyawarah
para seniman seniwati pedalangan pada tanggal 28 Februari 1964 di Bandung. Isinya antara lain
sebagai berikut: Satu: Seniman dan seniwati pedalangan adalah seniman sejati sebab itu harus
menjaga nilainya. Dua: Mendidik masyarakat. Itulah sebabnya diwajibkan memberi con-toh, baik
dalam bentuk ucapan maupun tingkah laku. Tiga: Juru penerang. Karena itu diwajibkan
menyampaikan pesan-pesan atau membantu pemerintah serta menyebarkan segala cita-cita negara
bangsanya kepada masyarakat. Empat: Sosial Indonesia. Sebab itu diwajibkan mengukuhi jiwa
gotong-royong dalam segala masalah. Lima: Susilawan. Diwajibkan menjaga etika di lingkungan
masyarakat. Enam: Mempunyai kepribadian sendiri, maka diwajibkan menjaga kepribadian
sendiri dan bangsa. Tujuh: Setiawan. Maka diwajibkan tunduk dan taat, serta menghormati hukum
Republik Indonesia, demikian pula terhadap adat-istiadat bangsa.
E. Kondisi Kesenian Wayang Golek
A. Kesimpulan
A. Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun sebelum Masehi. Masyarakat
Indonesia memeluk kepercayaan animisme berupa pemujaan roh nenek moyang yang
disebut hyang atau dahyang, yang diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar.
B. Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Pulau Jawa dan Bali.
C. Pertunjukan wayang telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya
kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan sangat
berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).
D. asal kata wayang. Pendapat pertama mengatakan wayang berasal dari kata wayangan
ataubayangan yaitu sumber ilham, yang maksudnya yaitu ide dalam menggambar wujud tokoh.
Sedangkan pada pendapat kedua mengatakan kata wayang berasal dari Wad danHyang,
artinya leluhur.
E. Dalam Kamus Bahasa Indonesia Wayang berarti sesuatu yang dimainkan ki Dalang berupa
gambar pahatan dari kulit binatang, melambangkan watak-watak manusia.
F. Kesenian wayang golek di Indonesia mulai terlupakan yang merupakan masalah yang sangat
besar.