Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sindrom Down (bahasa Inggris: Down syndrome) merupakan kelainan genetik yang terjadi
pada kromosom 21 pada berkas q22 gen SLC5A3, yang dapat dikenal dengan melihat
manifestasi klinis yang cukup khas. Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan
pertumbuhan fisik dan mental ini pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr.John Langdon
Down. Karena ciri-ciri yang tampak aneh seperti tinggi badan yang relatif pendek, kepala
mengecil, hidung yang datar menyerupai orang Mongoloid maka sering juga dikenal dengan
mongolisme. Pada tahun 1970an para ahli dari Amerika dan Eropa merevisi nama dari kelainan
yang terjadi pada anak tersebut dengan merujuk penemu pertama kali sindrom ini dengan istilah
sindrom Down dan hingga kini penyakit ini dikenal dengan istilah yang sama.
(wikipedia).(https://id.wikipedia.org/wiki/Sindrom_Down.)

Tumbuh kembang merupakan proses yang terus berlanjut yang terjadi sejak kehamilan
dan terus berlangsung sampai dewasa. Agar pertumbuhan dapat terjadi secara optimal perlu
perhatian khusus oleh orangtua terhadap calon bayi. Masa kehamilan merupakan hal yang
terpenting dalam menentukan anak yang akan lahir sehat atau tidak, hal tersebut dapat diketahui
dari gizi yang dikonsumsi oleh sang ibu. Perhatian yang lebih selama proses kehamilan seperti
konsumsi gizi yang cukup, juga tidak menutup kemungkinan anak akan terlahir cacat, baik itu
cacat fisik maupun mental sepeti sindrom down hal itu disebabkan oleh faktor genetik, terjadinya
sindrom down ditandai dengan berlebihnya jumlah kromoson nomor 21 yang seharusnya dua
buah menjadi tiga sehingga jumlah seluruh kromosom mencapai 47 buah. Pada manusia normal
jumlah kromosom sel mengandung 23 pasangan kromosom.
B. Rumusan masalah
1. Apa itu Down Syndrom ?
2. Apa Penyebab Down Syndrom ?
3. Bagaimana Ciri-ciri Down Syndrom ?
4. Bagaimana Terapi Gen (Harapan untuk Menyembuhkan Down Syndrom) ?
5. Apa Jenis-Jenis Terapi yang Di butuhkan Penderita Down Syndrom ?
C. Tujuan
1.Untuk mengetahui Down Syndrom
2.Untuk mengetahui Penyebab Down Syndrom
3.Untuk mengetahui Ciri-ciri Down Syndrom
4.Untuk mengetahui Terapi Gen (Harapan untuk Menyembuhkan Down Syndrom)
5.Untuk mengetahui Jenis-Jenis Terapi yang Di butuhkan Penderita Down Syndrom
BAB II
DASAR TEORI
A. Pengertian
Sindrom down adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak
yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk
akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan.
(wikipedia).(https://id.wikipedia.org/wiki/Sindrom_Down.)

Sindrom Down merupakan kelainan genetik yang terjadi pada kromosom 21 yang dapat
dikenal dengan melihat manifestasi klinis yang cukup khas. Karena ciri-ciri yang tampak aneh
seperti tinggi badan yang relative pendek, kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang
mongolid maka sering juga dikenal dengan mongolisme. Anak down syndrome pada umumnya
mempunyai kekhasan yang bisa dilihat secara fisik selain dengan pemeriksaan jumlah
kromosomnya. Tanda-tanda fisik ini bervariasi mulai dari yang tidak tampak sama sekali,
tampak minimal sampai dengan terlihat dengan jelas.(Pratiwi dkk, 2017).

B. Penyebab Sindrom Down

Kromosom merupakan serat-serat khusus yang terdapat didalam setiap sel didalam badan
manusia dimana terdapat bahan-bagan genetik yang menentukan sifat-sifat seseorang. Selain itu
down syndrom disebabkan oleh hasil daripada penyimpangan kromosom semasa konsepsi. Ciri
utama daripada bentuk ini adalah dari segi struktur muka dan satu atau ketidak mampuan fisik
dan juga waktu hidup yang singkat. Sebagai perbandingan, bayi normal dilahirkan dengan
jumlah 46 kromosom (23 pasang) yaitu hanya sepasang kromosom 21 (2 kromosom 21).
Sedangkan bayi dengan penyakit down syndrom terjadi disebabkan oleh kelebihan kromosom 21
dimana 3 kromosom 21 menjadikan jumlah kesemua kromosom ialah 47 kromosom. Lahirnya
anak yang menderita Syndrom Down itu berhubungan erat dengan umur ibu. Tidak ada
korelasinya yang konsisten dengan umur ayah. Kemungkinan karena oosit mengalami waktu
istirahat (profase 1) yang sangat panjang yaitu sejak pemebentukan (meosis) oosit hingga sampai
ovulasi, dengan demikian membutuhkan waktu istirahat kira-kira 12-45 tahun, selama waktu
yang panjang itu oosit mengalami nondisjunction. Biasanya kalainan ini terjadi pada anak terkhir
dari suatu keluarga besar, karena faktor seorang ibu yang melahirkan pada usia lanjut. Down

Syndrom juga disebabkan oleh kurangnya zat-zat tertentu yang menunjang perkembangan sel
syaraf pada saat bayi masih di dalam kandungan, seperti kurangnya zat iodium. Menurut data
badan UNICEF, Indonesia diperkirakan kehilangan 140 juta poin Intelligence Quotient (IQ)
setiap tahun akibat kekurangan iodium. Faktor yang sama juga telah mengakibatkan 10 hingga
20 kasus keterbelakangan mental setiap tahunnya (Aryanto, dalam Koran Tempo Online). Mutasi
gen ini memiliki kemungkinan paling besar terjadi pada kelahiran dimana usia ibu antara 40
sampai 50 tahun. Persentasenya sekitar 1,5 per 1000 kelahiran. (Irnaningtyas, 2013)
C. Ciri Ciri Sindrom Down

Menurut kamus psikologi, Down Syndrom merupakan satu kerusakan atau cacat fisik
bawaan yang disertai keterbelakangan mental, lidahnya tebal dan retak-retak atau terbelah,
wajahnya datar ceper, dan matanya miring. Sedangkan menurut penelitian, down syndrome
menimpa satu di antara 700 kelahiran hidup atau 1 diantara 800-1000 kelahiran bayi.
Diperkirakan saat ini terdapat empat juta penderita down syndrome di seluruh dunia, dan 300
ribu kasusnya terjadi di Indonesia.(http://nanafitriyana.blogspot.com/2013/10/v-
behaviorurldefaultvmlo.html)
Down Syndrom terjadi hampir merata pada laki-laki dan wanita. Penderita Down
Syndrom memiliki ciri yang khas .(Pratiwi dkk, 2017)., diantaranya yaitu:
1. Abnormalitas pada tengkorak

2. Abnormalitas pada muka


3. Tubuh pendek
4. Dagu atau mulut kecil
5. Leher pendek
6. Kaki dan tangan terkadang bengkok
7. Mulut selalu terbuka
8. Ujung lidah besar
9. Hidung lebar dan rata
10. Jarak antara kedua mata lebar
11. Kelopak mata mempunyai lipatan epikantus
D. Terapi Gen

Down Syndom dapat dicegah dengan melakukan pemeriksaan kromosom


melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan. Terlebih
lagi ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan sindrom down atau mereka yang hamil di
atas usia 40 tahun harus dengan hati-hati memantau perkembangan janinnya karena mereka
memiliki risiko melahirkan anak dengan sindrom down lebih tinggi. Sindrom down tidak bisa
dicegah, karena Down Syndrom merupakan kelainan yang disebabkan oleh kelainan jumlah
kromosom. Jumlah kromosm 21 yang harusnya cuma 2 menjadi 3. Untuk mendeteksi adanya
kelainan pada kromosom, ada beberapa pemeriksaan yang dapat membantu mendiagnosa
kelainan kromosm, antara lain:
 Pemeriksaan fisik penderita
 Chorionic Villus Sampling (CVS) Chorionic Villus Sampling (CVS)
Dalam prosedur ini, bukan cairan ketuban yang diambil, jumlah kecil jaringan diambil
dari plasenta muda (juga disebut lapisan chorionic). Sel-sel ini berisi kromosom janin yang dapat
diuji untuk sindrom Down. Sel dapat dikumpulkan dengan cara yang sama seperti amniosentesis,
tetapi metode lain untuk memasukkan sebuah tabung ke dalam rahim melalui vagina.
 Pemeriksaan kromosom
 Ekokardiogram (ECG)
 Ultrasonografi (USG)
Kegunaan utama USG (juga disebut sonografi) adalah untuk mengkonfirmasi usia
kehamilan janin (dengan cara yang lebih akurat daripada yang berasal dari ibu siklus haid
terakhir). Manfaat lain dari USG juga dapat mengambil masalah-masalah alam medis serius,
seperti penyumbatan usus kecil atau cacat jantung. Mengetahui ada cacat ini sedini mungkin
akan bermanfaat bagi perawatan anak setelah lahir.
 Pemeriksaan darah (Percutaneus Umbilical Blood Sampling)
 Amniosentesis
Prosedur ini digunakan untuk mengambil cairan ketuban, cairan yang ada di rahim. Ini
dilakukan di tempat praktek dokter atau di rumah sakit. Sebuah jarum dimasukkan melalui
dinding perut ibu ke dalam rahim, menggunakan USG untuk memandu jarum. Sekitar satu cairan
diambil untuk pengujian. Cairan ini mengandung sel-sel janin yang dapat diperiksa untuk tes
kromosom. Dibutuhkan sekitar 2 minggu untuk menentukan apakah janin sindrom Down atau
tidak. Amniosentesis tidak dianjurkan sebelum minggu ke-14 kehamilan karena risiko
komplikasi lebih tinggi dan kehilangan kehamilan. .(http://nanafitriyana.blogspot.com/2013/10/v-
behaviorurldefaultvmlo.html)
E. Jenis Jenis Terapi Sindrom Gen

Pengobatan pada penderita down syndom belum ditemukan, karena cacatnya pada sel benih
yang dibawa dari dalam kandungan. Untuk membantu mempercepat kemajuan pertumbuhan dan
perkembangan anak, penderita ini bisa dilatih dan dididik menjadi manusia yang mandiri untuk
bisa melakukan semua keperluan pribadinya sehari-hari seperti berpakaian dan buang air,
walaupun kemajuannya lebih lambat dari anak biasa, dengan terapi khusus, diantaranya yaitu:
1) Terapi wicara
Suatu terapi yang di pelukan untuk anak DS atau anak bermasalah dengan keterlambatan bicara,
dengan deteksi dini di perlukan untuk mengetahui seawal mungkin menemukan gangguan
kemampuan berkomunikasi, sebagai dasar untuk memberikan pelayanan terapi wicara.
2) Terapi Okupasi
Terapi ini di berikan untuk dasar anak dalam hal kemandirian, kognitif/pemahaman, dan
kemampuan sensorik dan motoriknya. Kemandirian diberikan kerena pada dasarnya anak
“bermasalah” tergantung pada orang lain atau bahkan terlalu acuh sehingga beraktifitas tanpa
komunikasi dan memperdulikan orang lain. Terapi ini membantu anak mengembangkan
kekuatan dan koordinasi, dengan atau tanpa menggunakan alat.
3) Terapi Remedial
Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan akademis skill, jadi bahan bahan dari
sekolah bias dijadikan acuan program.
4) Terapi Kognitif
Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan kognitif dan perceptual, misal anak
yang tidak bisa berkonsentrasi, anak yang mengalami gangguan pemahaman, dll.
5) Terapi Sensori Integrasi
Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan pengintegrasian sensori, misalnya
sensori visual, sensori aktil, sensori pendengaran, sensori keseimbangan, pengintegrasian antara
otak kanan dan otak kiri, dll.
ruangan terapi sendori integrasi :
6) Terapi Snoefzelen
Snoezelen adalah suatu aktifitas terapi yang dilakukan untuk mempengaruhi CNS melalui
pemberian stimulasi pada system sensori primer seperti visual, auditori, taktil. Taste,
dan smell serta system sensori internal seperti vestibular dan proprioceptif dengan tujuan untuk
mencapai relaksasi dan atau aktifiti.
Semua terapi ini dilaksanakan sesuai dengan rekomendasi dari tim dokter yang telah
memeriksa anak yang mengalami gangguan. Dengan melatih anak down syndrome, diharapkan
mereka memiliki skill yang makin lama makin berkembang dan mereka diharapkan dapat
mengurus dirinya sendiri dengan aktivitas-aktivitas yang sederhana.
.(http://nanafitriyana.blogspot.com/2013/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Down Syndrom adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental
anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk
akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan.
Pada penderita down syndrom, kromosom nomor 21 tersebut berjumlah tiga (trisomi), sehingga
totalnya menjadi 47 kromosom. Down Syndrom merupakan satu kerusakan atau cacat fisik
bawaan yang disertai keterbelakangan mental, lidahnya tebal dan retak-retak atau terbelah,
wajahnya datar ceper, dan matanya miring, abnormalitas pada muka, tubuh pendek, dagu atau
mulut kecil, leher pendek, kaki dan tangan terkadang bengkok, dan kelopak mata mempunyai
lipatan epikantus. Down Syndom dapat dicegah dengan melakukan pemeriksaan kromosom
melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan,
dianataranya yaitu Pemeriksaan fisik penderita, Chorionic Villus Sampling (CVS) Chorionic
Villus Sampling (CVS), pemeriksaan kromosom Ekokardiogram (ECG), Ultrasonografi (USG),
Pemeriksaan darah (Percutaneus Umbilical Blood Sampling), dan Amniosentesis. Untuk
membantu mempercepat kemajuan pertumbuhan dan perkembangan anak, penderita ini bisa
dilatih dan dididik menjadi manusia yang mandiri untuk bisa melakukan semua keperluan
pribadinya sehari-hari seperti berpakaian dan buang air, walaupun kemajuannya lebih lambat
dari anak biasa, dengan terapi khusus seperti diatas, diantaranya yaitu terapi wicara, terapi
okupasi, terapi remedial, terapi kognitif, terapi sensori integrasi, dan terapi snoefzelen.

Anda mungkin juga menyukai