Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Judul Percobaan
Analisa Pengendapan

B. Tujuan Percobaan
Mempelajari proses pemisahan suatu partikel padat yang terdapat di dalam
suatu fluida yang didasarkan atas besar kecilnya diameter partikel ( distribusi
ukuran partikel ) berdasarkan Hukum Stoke.

C. Latar Belakang
Pembentukan endapan adalah salah satu teknik untuk memisahkan analit
dari zat lain, dan endapan ditentukan dengan cara ditimbang dan dilakukan
perhitungan stoikiometri. Endapan merupakan zat yang memisahkan diri dari
larutan berfase padat, terbentuk jika larutan lewat jenuh. Suatu zat akan mengendap
jika hasil kali kelarutannya ion –ionnya lebih besar dari Ksp. Kelarutan ( s )
didefinisikan sebagai konsentrasi molar dari larutan jenuhnya.

Zat yang ditimbang mempunyai susunan tertentu yang diketahui murni. Jika
suatu larutan telah lewat jenuh maka akan terbentuk larutan. Larutan merupakan zat
yang memisahkan diri atau terpisah darisuatu larutan yang mempunyai fase padat.

23
BAB II
LANDASAN TEORI

Penentuan distribusi ukuran partikel tepung terigu merupakan salah satu


metode yang penting dalam teknologi partikel dalam industri tepung terigu. Selama
ini, berbagai cara sudah dilakukan untuk menentukan ukuran partikel . Untuk sistem
padat-cair, distribusi ukuran partikel diukur menggunakan diameter Stokes dengan
mengukur kecepatan perpindahan partikel dalam larutan. Metode-metode yang
menggunakan cara ini antara lain adalah Metode Andreasen Pipette, Metode
Sedimentation Balance , Metode

Centrifugal Sedimentation, dan lain-lain. Metode-metode ini sangat murah


dalam pengoperasiannya, tetapi membutuhkan waktu yang agak lama dan kurang
praktis dalam penggunaannya. Pada sisi lain, berbagai metode dengan sistem
berbeda juga telah ditemukan seperti Metode Laser Diffraction/Scattering ,
Microscopy dan Metode Coulter Counter . Pengoperasian metode-metode ini
sangat praktis sekali dan hasil yang diperoleh sangat akurat dalam tempo yang
singkat, tetapi harga peralatan yang dipakai sangat mahal.

Prinsip Dasar Dalam Metode Pengendapan

a) Endapannya mempunyai kelarutan yang kecil sekali dan dapat dipisahkan


secara filtrasi.
b) Sifat fisik endapan sedimikian rupa, sehingga mudah dipisahkan dari larutannya
dengan filtrasi, dapat dicuci untuk menghilangkan pengotor, ukuran partikelnya
cukup besar serta endapan dapat diubah menjadi zat murni dengan komposisi
kimia tertentu.

Pengendapan adalah proses membentuk endapan yaitu padatan yang


dinyatakan tidak larut dalam air walaupun endapan tersebut sebenarnya mempunyai
kelarutan sekecil apapun. Prosedur analisis menentukan jumlah pereaksi yang
digunakan atau ditambahkan kedalam sampel/analat agar terbentuk endapan.
Dalam kasus dimana jumlah pengendap tidak disebutkan, biasanya dapat dilakukan
estimasi kasar dengan cara perhitungan sederhana yang melibatkan konsentrasi

24
pereaksi dan perkiraan berat zat/konstituen yang ada. Biasanya disarankan
pemakaian pengendap berlebih karena kelarutan endapan-endapanberkurang atau
menurun, yang disebabkan oleh efek ion yang sama (common – ion effect).
Kelebihan pengendap yang banyak tidak diinginkan, bukan saja karena pemborosan
pereaksi tetapi juga karena endapan dapat cenderung m/elarut kembali dalam
kelebihan pereaksi yang banyak, membentuk ion rangkai (kompleks).

Pengendapan mulai terjadi dengan terbentuknya sejumlah partikel kecil


yang disebut inti-inti (nukla) bila ketetapan hasil kali kelarutan (Ksp) suatu
senyawaan dilampaui. Partikel-partikel kecil ini ukurannya akan membesar dan
akan mengendap kedasar wadah. Partikel-partikel yang relatif besar ini seringkali
lebih murni dan lebih mudah disaring. Pada umumnya ukuran partikel meningkat
mencapai ukuran maksimum dan kemudian berkurang bila konsentrasi pereaksi
pereaksi dinaikkan. Diketahui bahwa makin kecil kelarutan suatu endapan maka
semakin kecil ukuran partikelnya. Tetapi ketentuan ini merupakan aturan kasar atau
tidak mutlak sebagai contoh perak klorida (AgCl) dan bariumsulfat (BaSO4)
mempunyai kelarutan molar yang sama (Ksp sekitar 10-10 tetapi partikel
bariumsulfat jauh lebih besar daripada perak klorida bila digunakan kondisi
pengendapan yang serupa.

Keberhasilan proses pengendapan sangat dipengaruhi oleh berbagai macam


faktor diantaranya temperatur, sifat alami pelarut, pengaruh ion lain, pH,
hidrolisis,dan pembentukan kompleks. Pengaruh ini dapat kita jadikan sebagai
dasar untuk memahami titrasi argentometri dan gravimetri.

1. Temperatur

Kelarutan semakin meningkat dengan naiknya suhu, jadi dengan


meningkatnya suhu maka pembentukan endapan akan berkurang disebabkan
banyak endapan yang berada pada larutannya.

2. Sifat alami pelarut

Garam anorganik mudah larut dalam air dibandingkan dengan pelarut


organik seperti alkohol atau asam asetat. Perbedaan kelarutan suatu zat dalam

25
pelarut organik dapat dipergunakan untuk memisahkan campuran antara dua zat.
Setiap pelarut memiliki kapasitas yang berbeda dalam melarutkan suatau zat, begitu
juga dengan zat yang berbeda memiliki kelarutan yang berbeda pada pelarut
tertentu.

3. Pengaruh ion sejenis

Kelarutan endapan akan berkurang jika dilarutkan dalam larutan yang


mengandung ion sejenis dibandingkan dalam air saja. Sebagai contoh kelarutan
Fe(OH)3 akan menjadi kecil jika kita larutkan dalam larutan NH4OH dibanding
dengan kita melarutkannya dalam air, hal ini disebabkan dalam larutan NH4OH
sudah terdapat ion sejenis yaitu OH- sehingga akan mengurangi konsentrasi
Fe(OH)3 yang akan terlarut. Efek ini biasanya dipakai untuk mencuci endapan
dalam metode gravimetri.

4. Pengaruh pH

Kelarutan endapan garam yang mengandung anion dari asam lemah


dipengaruhi oleh pH, hal ini disebabkan karena penggabungan proton dengan anion
endapannya.

5. Pengaruh hidrolisis

Jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air maka akan dihasilkan
perubahan konsentrasi H+ dimana hal ini akan menyebabkan kation garam tersebut
mengalami hidrolisis dan hal ini akan meningkatkan kelarutan garam tersebut.

6. Pengaruh ion kompleks

Kelarutan garam yang tidak mudah larut akan semakin meningkat dengan
adanya pembentukan kompleks antara ligan dengan kation garam tersebut. Sebagai
contoh AgCl akan naik kelarutannya jika ditambahkan larutan NH3, hal ini
disebabkan karena terbentuknya kompleks Ag(NH3)2Cl.

Metode pengendapan dibagi menjadi dua :

26
a) Metode pengendapan secara fisik yang berdasarkan gaya gravitasi
(sedimentasi). Sedimentasi adalah proses pemisahan padatan yang terkandung
dalam limbah cair oleh gaya gravitasi. Proses sedimentasi biasanya dilakukan
setelah proses koagulasi dan flokulasi. Dimana koagulasi merupakan proses
penambahan bahan kimia (koagulan) ke dalam cairan yang akan diolah
membentuk gumpalan (flok). Sedangkan Flokulasi merupakan proses dimana
gumpalan diaduk untuk mempercepat pembentukan flok, sehingga dapat
dipisahkan dengan cara sedimentasi dan filtrasi.
b) Metode pengendapan secara kimia dengan cara penambahan bahan kimia.

Pengendapan secara kimia dibedakan menjadi dua :

a. Pengaturan pH

Dilakukan jika hasil kali kelarutan ion-ionnya melampaui harga Ksp-nya


sehingga terbentuk endapan. Endapan akan terbentuk hanya jika konsentrasi ion
logam dan hidroksil saat itu adalah lebih tinggi dari yang diperbolehkan oleh hasil
kali kelarutan. Karena konsentrasi ion logam dalam cuplikan/ sample yang
sebenarnya tak jauh berbeda satu sama lain, maka konsentrasi ion hidroksilah yang
memegang peranan menentukan dalam pembentukan endapan-endapan demikian
karena fakta bahwa di dalam air, hasil kali konsentrasi ion hydrogen dan hidroksil
benar-benar konstan (Kw = -1014) pada 250C .

b. Penambahan pereaksi

Filtrasi adalah proses pemisahan dari campuran heterogen yang


mengandung cairan dan partikel – partikel padat dengan menggunakan media filter
yang hanya meloloskan cairan dan menahan partokel – partikel padat. Proses
pemisahan dengan cara filtrasi dapat dibedakan berdasarkan adanya trekanan dan
tanpa tekanan.

Jenis – Jenis Filtrasi

1. Proses filtrasi sederhana (tanpa tekanan) adalah proses penyaringan dengan


media filter kertas saring. Hal ini dilakukan dengan cara kertas saring dipotong

27
melingkar, kemudian lipat dua, sebanyak tiga atau empat kali. Selanjutnya buka
dan letakkan dalam corong pisah sehingga melekat pada corong pisah. Tuangkan
campuran heterogen yang akan dipisahakan, sedikit demio sedikit. Hasil filtrasi
adalah zat padat yang disebut residen dan zat cairnya disebut dengan filtrat.

2. Proses Filtrasi dengan tekanan, umumnya dengan cara divakumkan (disedot


dengan pompa vakum). Proses pemisahan dengan teknik ini sangat tepat dilakukan,
jika jumlah partikel padatnya lebih besar dibandingkan dengan cairannya.

3. Proses Filtrasi dengan Membran merupakan proses saparasi dengan


menggunakan membran dengan ukuran pori £ 0,1 mikron. Prinsip teknik filtrasi
membran ini adalah dengan menyaring cairan sampel melewati saringan yang
sangat tipis dan yang terbuat dari bahan sejenis selulosa.

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Proses Filtrasi

1. Debit Filtrasi

Debit yang terlalu besar akan menyebabkan tidak berfungsinya filter secara
efisien, hal ini menyebabkan berkurangnya waktu kontak antara permukaan butiran
media penyaring dengan air yang akan disaring. Kecepatan aliran yang terlalu
tinggi saat melewati rongga butiran menyebabkan partikel – pertikel yang terlalu
halus yang tersaring akan lolos.

2. Konsentrasi Kekeruhan

Konsentrasi kekeruhan sangat mempengaruhi efisien dari filtrasi.


Konsentrasi kekeruhan air baku yang sangat tinggi akan menyebabkan
tersumbatnya lubang pori dari media.

3. Temperatur

Perubahn suhu atau temperatur dari air yang akan difiltrasi, menyebabkan
massa jenis (density), viskositas absolut, dan viskositas kinematis dari air akan
mengalami perunbahn. Selain itu juga dipengaruhi oleh daya tarik menarik diantara

28
partikel halus penyebab kekeruhan, sehingga terjadi perbedaan dalam ukuran besar
partikel yang akan disaring.

4. Kedalaman media, Ukuran, dan Material

Pemilihan media dan ukuran merupakan hal yang penting dalam


penyaringan. Tebal dan tipisnya media akan menentukan lamanya pengaliran dan
daya saring.

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Filtrasi

a) Luas permukaan kertas saring

b) Diameter pori – pori kertas saring

c) Tebal kertas saring

d) Kepekatan larutan yang akan disaring

e) Volume larutan yang akan disaring

Tujuan Dari Filtrasi

a) Memanfaatkan air kotor atau limbah untuk bisa digunakan kembali

b) Mengurangi resiko meluapnya air kotor dan limbah

c) Mengurangi keterbatasan air bersih dengan membuat filtrasi air

d) Mengurangi penyakit yang diakibatkan oleh air kotor

e) Membantu pemerintah untuk menggalakan air bersih

29
BAB III
MATERI DAN METODA
A. Materi
a. Alat
1. Stop watch
2. Silinder anderson pipet
3. Neraca analitis
4. Kertas saring
5. Oven
6. Corong
7. Erlenmeyer
8. Eksikator
9. Pipet volume 10 ml

b. Bahan
1. Serbuk batu bata
2. Bongkahan batu bata
3. Aquadest

B. Metoda

1. 6 buah kertas saring ditimbang dan dicatat beratnya kemudian


ditimbang juga 20,0647 gram serbuk batu bata dan 4,3193 gram
bongkahan batu bata, dicatat beratnya.
2. Kedalam silinder Andreson pipet diisikan aquades sampai batas
tertentu. Dimasukkan thermometer kedalam silinder Andreson
pipet,dicatat temperaturnya. Diukur juga panjang kedua pipet yang ada
dalam silinder Andreson pipet, dicatat panjangnya.
3. Serbuk batu bata dimasukkan sebanyak 20,0647 gram kedalam silinder
Andreson pipet dan diaduk.
4. Silinder diletakkan dalam posisi yang benar – benar tegak lurus.

30
5. Stopwatch dihidupkan dan diatur waktu pengendapan selama 10 menit.
6. Kertas saring yang telah ditimbang dibentuk dan diletakkan dicorong
pengendapan diatas Erlenmeyer.
7. Kemudian sample diambil secara serentak dengan pipet volume dengan
ketinggian yang berbeda, disaring dengan kertas saring kemudian
dikeringkan dalam oven pengering.
8. Setelah itu, kertas saring beserta endapannya ditimbang.
9. Percobaan dilakukan kembali dengan waktu pengendapan 20 dan 30
menit.

Untuk mengukur densitas


1. Gelas ukur diisi dengan Aquades sebanyak 10 ml.
2. Batu bata bongkahan yang telah ditimbang dimasukkan.
3. Batu bata dimasukkan kemuadian volume air diukur .
4. Hitung densitas bongkahan.

C. Gambar rangkaian percobaan

31
BAB IV

HASIL KERJA PRAKTEK DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Kerja Praktek

Time Sedium Sampel


StdH. Net solid
N Distance, Dish Total
M Ope.D. Dish Weight,m’
o. h Weight Weight
( menit H.M No. 𝑔𝑟
( cm) ( gr ) ( gr ) 10𝑐𝑐
)
1. 10 h1 3.4 1 1.2167 1.5876 0.3709
2. 10 h2 6.4 2 1.1534 1.2020 0.0486
3. 20 h1 3.4 3 1.2017 1.2093 0.0076
4. 20 h2 6.4 4 1.1884 1.997 0.0113
5. 30 h1 3.4 5 1.1879 1.1904 0.0025
6. 30 h2 6.4 6 1.1857 1.1877 0.0019

Bahan = Serbuk batu bata

Berat sampel uji = 20,0647 gr

Volume aquadest = 250 ml

Berat bongkahan = 4.3193 gr

Volume air = 10 ml

Volume air + bongkahan = 12 ml

Temperattur air (Tair) = 31 oC

Viscositas air (π) pada (Tair) = 0,78435 Cp

𝑔𝑟
Densitas air = 0.9953 𝑚𝑙

32
B. Pembahasan

1. Menghitung densitas partikel ( ρp )


𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑜𝑛𝑔𝑘𝑎ℎ𝑎𝑛
𝜌p = ((𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 + 𝑏𝑜𝑛𝑔𝑘𝑎ℎ𝑎𝑛) ― (𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟))
4,3193 𝑔𝑟
𝜌p = ((12 𝑚𝑙) ― (10 𝑚𝑙))

𝑔𝑟
𝜌p = 2,15965 𝑚𝑙

2. Menghitung konsentrasi ( Co )
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 𝑏𝑎𝑡𝑢 𝑏𝑎𝑡𝑎
Co = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
20,0647 𝑔𝑟
Co = 250 𝑚𝑙

𝑔𝑟 1 𝑚𝑙 𝑔𝑟
Co = 0,08025 𝑚𝑙 x 3 = 0,08025
1 𝑐𝑚 𝑐𝑚3

3. Menghitung bilangan Rynold


a. Untuk pemipetan No.1
𝑚′
R=1– 𝐶𝑜 𝑥 10 𝑐𝑚3
0,3709 𝑔𝑟
R=1– 0,08025 𝑔𝑟/𝑐𝑚3 𝑥 10 𝑐𝑚3
= 1 – 0,4621 = 0,5978
b. Untuk pemipetan No.2
𝑚′
R=1– 𝐶𝑜 𝑥 10 𝑐𝑚3
0,0486 𝑔𝑟
R=1– 0,08025 𝑔𝑟/𝑐𝑚3 𝑥 10 𝑐𝑚3
= 1 – 0,0605 = 0,9394
c. Untuk pemipetan No.3
𝑚′
R=1– 𝐶𝑜 𝑥 10 𝑐𝑚3
0,0076 𝑔𝑟
R=1– 0,08025 𝑔𝑟/𝑐𝑚3 𝑥 10 𝑐𝑚3
= 1 – 0,0094 = 0,9905

33
d. Untuk pemipetan No.4
𝑚′
R=1– 𝐶𝑜 𝑥 10 𝑐𝑚3
0,0113 𝑔𝑟
R=1– 0,08025 𝑔𝑟/𝑐𝑚3 𝑥 10 𝑐𝑚3
= 1 – 0,0140 = 0,9859
e. Untuk pemipetan No.5
𝑚′
R=1– 𝐶𝑜 𝑥 10 𝑐𝑚3
0,0025 𝑔𝑟
R=1– 0,08025 𝑔𝑟/𝑐𝑚3 𝑥 10 𝑐𝑚3
= 1 – 0,0031 = 0,9968
f. Untuk pemipetan No.6
𝑚′
R=1– 𝐶𝑜 𝑥 10 𝑐𝑚3
0,0019 𝑔𝑟
R=1– 0,08025 𝑔𝑟/𝑐𝑚3 𝑥 10 𝑐𝑚3
= 1 – 0,0023 = 0,9976

4. Menghitung diameter partikel ( Dp )


π = 0,7843 Cp ( telah di interpolasi)
𝑔𝑟
0,01 𝑐𝑚.𝑠
= 0,7843 Cp x 1 𝐶𝑝
𝑔𝑟
= 0,007843 𝑐𝑚.𝑠
18 x 𝜋 ℎ
Dp = ( 𝜌𝑝 ― 𝜌𝑎 ) 𝑔 x𝜃

a. Untuk kertas saring no. 1


60 𝑠
θ = 10 menit x 1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 = 600 s

34
𝑔𝑟
18 x 0,007843 𝑐𝑚.𝑠 3,4 𝑐𝑚
Dp = 𝑥
( 2,19965 𝑔𝑟 𝑐𝑚3 ― 0,99564 𝑔𝑟 𝑐𝑚3 )980 𝑐𝑚 𝑠2 600 𝑠

𝑔𝑟
0,141174 𝑐𝑚.𝑠 3,4 𝑐𝑚
= 𝑔𝑟 𝑐𝑚 x 600 𝑠
1,20401 3 X 980
𝑐𝑚 𝑠2

0,4799
=
707957,88 𝑐𝑚2

= 6,1 x 10-5 cm
b. Untuk kertas saring no.2
60 𝑠
θ = 10 menit x 1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 = 600 s

𝑔𝑟
18 x 0,007843 𝑐𝑚.𝑠 6,4 𝑐𝑚
Dp = x
( 2,19965
𝑔𝑟
𝑐𝑚3
― 0,99564
𝑔𝑟
𝑐𝑚3
980
𝑐𝑚
𝑠2
)
600 𝑠

𝑔𝑟
0,141174 𝑐𝑚.𝑠 6,4 𝑐𝑚
= 𝑔𝑟 𝑐𝑚 x 600 𝑠
1,20401 3 X 980
𝑐𝑚 𝑠2

0,9035
=
707957,88 𝑐𝑚2

= 1,1554 x 10-4 cm

c. Untuk kertas saring no.3


60 𝑠
θ = 20 menit x 1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 = 1200 s

𝑔𝑟
18 x 0,007843 𝑐𝑚.𝑠 3,4 𝑐𝑚
Dp = x 1200 𝑠
( 2,19965 𝑔𝑟 𝑐𝑚3 ― 0,99564 𝑔𝑟 𝑐𝑚3 ) 980,70 𝑐𝑚 𝑠2
𝑔𝑟
0,141174 𝑐𝑚.𝑠 3,4 𝑐𝑚
= 𝑔𝑟 𝑐𝑚 x 1200 𝑠
1,20401 3 X 980
𝑐𝑚 𝑠2

35
0,4799
=
1415915,76 𝑐𝑚2

= 3,052 x 10-5 cm

d. Untuk kertas saring no. 4


60 𝑠
θ = 20 menit x 1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 = 1200 s

𝑔𝑟
18 x 0,007843 𝑐𝑚.𝑠 6,4 𝑐𝑚
Dp = x
( 2,19965
𝑔𝑟
𝑐𝑚 3 ― 0,99564
𝑔𝑟
𝑐𝑚 3 980
𝑐𝑚
𝑠2 )1200 𝑠

𝑔𝑟
0,141174 𝑐𝑚.𝑠 6,4 𝑐𝑚
= 𝑔𝑟 𝑐𝑚 x 1200 𝑠
1,20401 3 X 980
𝑐𝑚 𝑠2

0,9035
=
1415915,76 𝑐𝑚2

= 5,7 x 10-5 cm

e. Untuk kertas saring no. 5


60 𝑠
θ = 30 menit x 1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 = 1800 s

𝑔𝑟
18 x 0,007843 𝑐𝑚.𝑠 3,4 𝑐𝑚
Dp = x 1260 𝑠
( 2,19965 𝑔𝑟 𝑐𝑚3 ― 0,99564 𝑔𝑟 𝑐𝑚3 ) 980,70 𝑐𝑚 𝑠2
𝑔𝑟
0,141174 𝑐𝑚.𝑠 3,4 𝑐𝑚
= 𝑔𝑟 𝑐𝑚 x 1800 𝑠
1,20401 3 X 980
𝑐𝑚 𝑠2

0,4799
=
2123873,64 𝑐𝑚2

= 1,962 x 10-5 cm

36
f. Untuk kertas saring no. 6
60 𝑠
θ = 21 menit x 1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 = 1260 s

𝑔𝑟
18 x 0,007843
𝑐𝑚.𝑠 6,4 𝑐𝑚
Dp = x
( 2,19965
𝑔𝑟
𝑐𝑚3
― 0,99564
𝑔𝑟
𝑐𝑚3
980
𝑐𝑚
𝑠2
)
1800 𝑠

𝑔𝑟
0,141174 𝑐𝑚.𝑠 6,4 𝑐𝑚
= 𝑔𝑟 𝑐𝑚 x 1800 𝑠
1,20401 3 X 980
𝑐𝑚 𝑠2

0,9035
=
2123873,64𝑐𝑚2

= 3,815 x 10-5 cm

5. Menghitung % Berat
𝑀′
% Berat = 𝑀 x 100 %

a. Untuk kertas saring no. 1


0,3709 𝑔𝑟
% Berat = 20,0647 𝑔𝑟 x 100 % = 1,84 %

b. Untuk kertas saring no.2


0,0486 𝑔𝑟
% Berat = 20,0647 𝑔𝑟 x 100 % = 0,24 %

c. Untuk kertas saring no. 3


0,0076 𝑔𝑟
% Berat = 20,0647 𝑔𝑟 x 100 % = 0,0378 %

d. Untuk kertas saring no.4


0,0113 𝑔𝑟
% Berat = 20,0647 𝑔𝑟 x 100 % = 0,0563 %

e. Untuk kertas saring no. 5


0,0025 𝑔𝑟
% Berat = 20,0647 𝑔𝑟 x 100 % = 0,0124 %

f. Untuk kertas saring no. 6

37
0,0019 𝑔𝑟
% Berat = 20,0647 𝑔𝑟 x 100 % = 0,00094 %

38
C. Grafik

39
40
D. Tabulasi Data

Time Sedium Sampel


Net solid
Dish Total Weight, Dp %
No. StdH.M Ope.D. Distance,h Dish R
Weight Weight m’ ( cm ) Berat
( menit ) H.M ( cm) No.
( gr ) ( gr ) 𝑔𝑟
10𝑐𝑐
1. 10 h1 3,4 1 1.2167 1.5876 0.3709 0,5978 6,1 x 10-5 1,84
2. 10 h2 6,4 2 1.1534 1.2020 0.0486 0,9394 1,154 x 10-4 0,24
3. 20 h3 3,4 3 1.2017 1.2093 0.0076 0,9905 3,052 x 10-5 0,0378
4. 20 h4 6,4 4 1.1884 1.997 0.0113 0,9859 5,7 x 10-5 0,0563
5. 30 h5 3,4 5 1.1879 1.1904 0.0025 0,9968 1,962 x 10-5 0,0124
6. 30 h6 6,4 6 1.1857 1.1877 0.0019 0,9976 3,815 x 10-5 0,0009

𝑔𝑟
Berat sampel uji : 20,0647 gram Viskositas air : 0,78435 Cp = 0.0078435 𝑚𝑙 𝑠

𝑔𝑟
Volume aquades : 250 ml Densitas Air : 0,9953 𝑚𝑙 𝑠

41
𝑔𝑟
Densitas bahan : 1,25965 𝑚𝑙 Temperatur : 31 °

42
BAB V
KESIMPULAN

1. Dari percobaan dapat diketahui bahwa semakin lama waktu pengendapan


maka semakin sedikit endapan yang terpipet.

2. Dari percobaan dapat diketahui bahwa semakin tinggi ketinggian saat


memipetmaka semakin sedikit endapan yang terpipet.

3. Dari percoaan dapat diketahui bahwa semakin cepat waktu pengendapan


maka semakin kecil bilangan reynoldnya.

43
DAFTAR PUSTAKA

Sinaga, Ir Jawaris Msi.2003. Operasi Teknik Kimia-1.Pendidikan Teknologi Kimia


Industri : Medan

McCabe, Warren L, Julian C Smith, dan Peter Harriot. 1999.Operasi Teknik Kimia
Jilid 2, Edisi Keempat. Erlangga: Jakarta

http://www.temukanpengertian.com/2016/02/pengertian-pengendapan.html?m=1

Karina Melias Astriandhit,2017. DINAMIKA LINGKUNGAN PENGENDAPAN


DELTA KALIGARANG, SEMARANG, Universitas Padjadjaran.

44

Anda mungkin juga menyukai