Anda di halaman 1dari 49

Laporan Magang 2019 : Buku 1

Sekilas Tentang
PT. Dirgantara Indonesia (Persero)
Bandung – Jawa Barat

Oleh :
Yofa Kautsar Putra
10311710003036

Departemen Teknik Elektro Otomasi – Fakultas


Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2019
Lembar Pengesahan
Program Magang Industri merupakan salah satu mata kuliah Program
Diploma III di Departemen Teknik Elektro Otomasi, Fakultas Vokasi, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember. Buku laporan kegiatan tersebut terdiri atas Buku 1
: Sekilas Tentang PT. Dirgantara Indonesia Jalan Pajajaran, Husen
Sastranegara, Kec. Cicendo, Kota Bandung, Jawa Barat dan Buku 2 : Sistem
External Lighting pada bagian Navigation Lights Pesawat Terbang CN-235.
Di dalam Buku 1 ini memuat semua informasi mengenai perusahaan, dimana
program Magang Industri telah dilaksanakan di PT. Dirgantara Indonesia
(Persero). Semoga informasi yang terdapat di dalam buku ini dapat bermanfaat
bagi mahasiswa yang akan magang dan masyarakat.

Disetujui Oleh : Diperiksa Oleh : Disiapkan Oleh :

Moch Hafid Asep Juhana Yofa Kautsar Putra


Supervisor AEI Pembimbing Lapangan NRP. 10311700010036
Installation CN-235
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan berkat , rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan magang yang berjudul “PT. Dirgantara Indonesia
.(Pesero)”.

Laporan magang ini, disusun berdasarkan hasil Magang yang telah penulis
laksanakan pada PT. Dirgantara Indonesia (Persero) mulai tanggal 3 September
2019 hingga 31 Oktober 2019. Pada dasarnya, magang merupakan salah satu mata
kuliah wajib di program studi D3 Teknik Elektro Otomasi Fakultas Vokasi Institut
Teknologi Sepuluh Nopember mata kuliah “Magang” bertujuan untuk
mengenalkan dunia kerja kepada mahasiswa, serta mengetahui aplikasi dari ilmu
yang telah diperoleh selama di bangku kuliah.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapakan terima kasih yang sebesar
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu selama masa pelaksanaan kerja
praktik maupun dalam penyusunan laporan. Untuk itu, melalui pengantar ini
penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Allah SWT, yang telah memberikan hidayah dan kelancaran dalam


pembuatan laporan ini.
2. Orang tua dan keluarga, yang selalu memberikan doa serta dukungan.
3. Bapak Asep Juhana selaku pembimbing dari bagian Avionic Electrical
Instrument (AEI) Installation, Divisi Final Assembly Line, PT. Dirgantara
Indonesia (Persero) yang telah banyak membantu, memberikan ilmu, dan
pengalaman dalam pelaksanaan praktek kerja.
4. Ibu Rita Rosita Wiganda selaku koordinator OJT PT. Dirgantara Indonesia
(Persero).
5. Bapak Ir. Joko Susila, MT. selaku Kepala Departemen Teknik Elektro
Otomasi.
6. Bapak Ir. Joko Susila, MT. selaku pembimbing yang memberikan
bimbingan kepada penulis dalam pembuatan laporan ini.
7. Seluruh karyawan PT. Dirgantara Indonesia (Persero) khususnya bagian
Avionic Electrical Instrument (AEI) Installation and Test yang telah banyak
memberi pengalaman, ilmu dan masukkan untuk penulis.
8. Pihak-pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis, yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu namun dengan tidak mengurangi rasa
hormat penulis mengucapkan terima kasih.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna.
Karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
memperbaiki isi laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi siapapun
yang membaca laporan ini.
Akhir kata penulis mohon maaf apabila dalam penulisan terdapat kata-kata
yang kurang tepat, penulis berharap Laporan Kerja Praktik ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan semua pihak yang membaca.

Bandung, 25 Oktober 2019

Penulis
Daftar Isi

Lembar Pengesahan ................................................................................................ ii


Kata Pengantar ....................................................................................................... iii
Daftar Isi...................................................................................................................v
Daftar Gambar ....................................................................................................... vi
BAB I .......................................................................................................................1
 Sekilas Tentang Perusahaan ......................................................................... 1
BAB II ......................................................................................................................3
 Sejarah Peusahaan ........................................................................................ 3
BAB III ..................................................................................................................32
 Ruang Lingkup Pekerjaan .......................................................................... 32
BAB IV ..................................................................................................................36
 Struktur Organisasi .................................................................................... 36
BAB V....................................................................................................................43
PENUTUP ......................................................................................................... 43
Daftar Gambar

Gambar 2. 1 Gedung Pusat Manajemen PT. Dirgantara Indonesia ............................ 3


Gambar 3. 1 Skematis Tata Kerja PT Dirgantara Indonesia ..................................... 35
Gambar 4. 1 Struktur Organisasi Perusahaan ............................................................ 36
BAB I
 Sekilas Tentang Perusahaan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sekarang ini
membuat kita untuk lebih membuka diri dalam menerima perubahan -perubahan
yang terjadi akibat kemajuan dan perkembangan tersebut. dalam masa persaingan
yang sedemikian ketatnya sekarang ini, menyadari sumber daya manusia
merupakan modal utama dalam suatu usaha, maka kualitas tenaga kerja harus
dikembangkan dengan baik. Sehingga perusahaan atau instansi diharapkan
memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk lebih mengenal dunia kerja denan
cara menerima mahasiswa yang ingin mengadakan kegiatan Praktik Kerja
Lapangan. Praktik kerja lapangan adalah penerapan seorang mahasiswa pada dunia
kerja nyata, yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan dan etika
perkerjaan, serta untuk mendapatkan kesempatan dalam menerapkan ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang ada kaitannya dengan kurikulum pendidikan.

PT. Dirgantara Indonesia (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak di


bidang produksi pesawat terbang untuk kebutuhan misi militer, misi khusus, dan
juga sipil. Sudah banyak produksi pesawat yang telah dipakai di berbagai dunia
untuk kebutuhan beragam, dan juga melayani service pesawat terbang dan
pembuatan rangka pesawat terbang. Dengan adanya PT. Dirgantara Indonesia
(Persero) menjadikan industri pesawat terbang di Indonesia bangkit dengan
banyaknya pemesanan pesawat terbang buatan Indonesia untuk berbagai negara.
Pesawat CN-235 merupakan sebuah pesawat penumpang sipil (airliner) tipe angkut
kelas menengah bermesin dua. Pesawat ini dirancang bersama antara PT Dirgantara
Indonesia dan CASA Spanyol. Pesawat ini diberi sandi Tetuka dan saat ini menjadi
pesawat paling sukses pemasarannya di kelasnya. Selain digunakan sipil, kalangan
militer juga menggunakan pesawat untuk kepentingan pengamanan dan
pengangkutan. Turki menjadi negara pembeli paling terbanyak, setidaknya ada 50
pesawat yang digunakan sampai saat ini.

1
Hingga kini, terdapat 70 varian pesawat CN-235 yang sudah diproduksi.
Negara-negara yang mempergunakannya untuk kepentingan militer antara lain,
Brunei, Burkina Faso, Kamerun, Chili, Kolombia, Ekuador, Prancis, Indonesia,
Irlandia, Yordania, Malaysia, Meksiko, Maroko, Oman, Pakistan, Papua Nugini,
Korea, Arab Saudi, Senegal hingga Uni Emirat Arab. Tak ketinggalan,Pasukan
Penjaga Pantau AS Coast Guard juga menggunakan CN-235.Namun, mereka
mengganti kode pesawat menjadi HC-144A Ocean Sentry.

Pada pesawat terbang terdapat banyak sistem salah satunya adalah sistem
engine starting. Sistem engine starting diperoleh dari starter atau generator yang
dikendaliakn oleh GCU (Generator Control Unit) sehingga starter atau generator
akam bertindak sebagai pembangkit listrik untuk sistem pesawat terbang. Setiap
pesawat harus melalui beberapa pengecekan yang bertujuan untuk mengecek
apakah sistem dan komponen bekerja dengan baik atau tidak. Karena hal tersebut,
penulis ingin membahas mengenai prinsip kerja, definisi, fungsi, serta fungsional
pada pesawat terbang CN-235.

2
BAB II
 Sejarah Peusahaan

Gambar 2. 1 Gedung Pusat Manajemen PT. Dirgantara Indonesia

Memiliki sebuah Industri Pesawat terbang Merupakan suatu kebanggaan


bagi suatu bangsa. Demikian juga dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Keberadaan PT Dirgantara Indonesia (Persero) tidak hanya menjadi sorotan
dunia karena kiprahnya, melainkan juga sebagai salah satu industri strategis yang
mampu menjawab kebutuhan alat utama sistem pertahanan negara dan juga alat
transportasi udara. Perjalanan 40 tahun memang bukan waktu yang singkat banyak
catatan penting yang harus digaris bawahi untuk jadi bahan pembelajaran dan
cermin bagi generasi mendatang.

 Pra Kemerdekaan
Pada era Pemerintahan Hindia Belanda, di tahun 1918 pembuatan pesawat
telah dimulai. Seusai Perang Dunia I, dibawah pimpinan Ir. D.S . Gaastra
telah dirancang pesawat meniru A VRO 504 buatan Kanada. Pesawat itu dirancang
di pabrik pesawat terbang di Sukamiskin (sekarang penjara Sukamiskin) Bandung.
Pada tahun 1920 Pemerintah Belanda menentukan Kampung Andir sebagai lokasi
lapangan terbang baru menggantikan lapangan terbang Sukamiskin. Peresmian
penggunaan lapangan terbang A ndir berlangsung 26 Oktober 1925. Kemudian,
pada tanggal 1 November 1928 dibuka rute penerbangan Batavia (Jakarta) –

3
Bandung yang dilayani Perusahaan Penerbangan KNILM (Perusahaan
Penerbangan Kerajaan Hindia Belanda). Tahun 1930 lapangan terbang Andir
merupakan rute akhir penerbangan Hindia Belanda, artinya lapangan terbang Andir
ini merupakan sarana penting ketika itu.

Tiga tahun sesudah lapangan terbang dipindah dari Sukamiskin ke Andir,


yakni tahun 1927 – 1928, Laurents Walraven membuat 12 pesawat terbang meniru
seri de Haviland DH 9. Pada Maret tahun 1934 seorang jutawan pemilik toko serba
ada “Merbaboe”, Khouw Khe Hien memesan pesawat bermesin ganda setelah
melihat keterampilan Walraven untuk memperlancar kegiatan usahanya.
Berdasarkan pesanan tersebut dirancang pesawat bersayap rendah, dilengkapi dua
mesin (engine) Pobyo 90 masing-masing berkekuatan 90 daya kuda (shp).

Pesawat rancangan Walraven dan Pattist tersebut merupakan craftsmanship


buah tangan A chmad bin Talim dan kawan-kawannya. Sepuluh bulan kemudian,
tanggal 4 Januari 1935, Letnan Terluin melakukan penerbangan perdana
pesawat W2 tersebut. Pada 9 Desember1935 pasangan Khouw – Terluin lepas
landas dari bandara Andir Bandung lewat Batavia (Jakarta) menuju Eropa.
Keberhasilan W2 menjalani penerbangan ke Eropa mendorong Khouw
berpetualang ke Cina pada April – Mei 1936 untuk menjajagi kemungkinan
mendirikan pabrik pesawat terbang kedua di A sia – satu di Bandung dan satunya
lagi di daratan Cina. Rencana produksi W3 yang akan mampu mengangkut 4
penumpang baik di Bandung maupun di Cina tidak pernah terwujud. Bulan Pebruari
1938, Khouw Khe Hien tewas dalam suatu kecelakaan pesawat ketika ia mengikuti
suatu penerbangan uji coba pesawat pembom Glenn Martin di Cililitan (sekarang
Halim Perdana Kusuma). Sementara Laurents Walraven meninggal pada tanggal
6 November 1942 akibat penyakit disentri sewaktu berlayar dengan kapal laut
Takoma Maru.

 Era Perang Kemerdekaan Indonesia


 Tahun 1945
Pada masa perang kemerdekaan kegiatan kedirgantaraan yang utama adalah
sebagai bagian untuk memenangkan perjuangan merebut dan mempertahankan

4
kemerdekaan, antara lain melakukan modifikasi pesawat yang ada untuk misi- misi
tempur. Tokoh pada masa ini adalah Agustinus Adisutjipto, yang merencang dan
menguji terbangkan serta menerbangkan dalam pertempuran yang sesungguhnya
“Pesawat Cureng” / Nishikoren peninggalan Jepang yang dimodifikasi menjadi
versi serang darat. Penerbangan perdananya dilakukan pada Oktober 1945 di atas
kota Tasikmalaya.

 Tahun 1946 & Tahun 1948


Para jenius pada masa itu, Wiweko Supono, Nurtanio Pringgoadisurjo dan
Sumarsono telah merintis pembuatan pesawat terbang di tanah air sejak tahun 1946.
Para pionir tersebut bekerja untuk Biro Perencana Konstruksi Pesawat di
lingkungan Tentara Republik Indonesia yang berkedudukan di Madiun. Kemudian
Biro tersebut dipindahkan ke A ndir (sekarang Husein Sastranegara) di Bandung.
Hasil rancang bangun Biro ini antara lain pesawat laying jenis Zogling, Nurtanio,
Wiweko Glider (NWG) dan pada tahun 1948 Wiweko Experimental Light Plane
(WEL X).

 Era Pasca Perang Kemerdekaan


 Tahun 1953 – 1966
Sesungguhnya semangat kedirgantaraan putera-puteri Indonesia sudah
semakin tampak pada tahun 1953. Pada tahun itu dibentuk suatu wadah baru yang
menangani pengembangan pesawat terbang yang diberi nama Seksi Percobaan.
Empat tahun kemudian, tahun 1957 diubah namanya menjadi Sub Depot
Penyelidikan dibawah supervisi Komando Depot Perawatan Teknik Udara yang
dipimpin oleh Mayor Nurtanio Prianggoadisurjo, seorang perwira muda kelahiran
Kandangan (Kalimantan Selatan) 3 Desember 1923. Kemudian pada tahun 1960
Sub Depot ini ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Persiapan Industri
Penerbangan (LAPIP).

Lima tahun kemudian, yaitu pada tahun 1965 berubah lagi menjadi
Komando Pelaksana Persiapan Industri Pesawat Terbang (KOPELAPIP). Dan pada
tahun 1966, KOPELAPIP digabung dengan PN Industri Pesawat Terbang Berdikari
menjadi Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio (LIPNUR). Pesawat-pesawat

5
hasil produksi LIPNUR antara lain Sikumbang, Belalang 85/90, Kunang, Super
Kunang, dan Gelatik/PZL Wilga dan LT 200 (Gelatik dibuat dengan lisensi dari
Ceko-Polandia).

Selain Direktur LAPIP, Nurtanio pernah menjadi Liaison Officer Lembaga


Pembangunan Nasional, Ketua Penasehat Ilmiah Markas Besar TNI AU, anggota
Dewan Teknologi dan Riset Industri, dan Direktur Jenderal Lembaga Penerbangan
dan Angkasa Luar Nasional (LAPAN)

Di sisi lain, Pemerintah dalam hal ini Presiden pertama Republik Indonesia,
Ir. Soekarno sejak tahun 1950 telah mengirim sejumlah mahasiswa (putera- puteri
Indonesia) yang ditugaskan untuk mempelajari ilmu kedirgantaraan dan maritim
(high tech) ke luar negeri.

Sejak tahun 1950 – 1954 mahasiswa yang dikirim Pemerintah Indonesia


ditugaskan untuk belajar tentang konstruksi pesawat terbang dan kedirgantaraan di
TU Delft Belanda. Salah satu diantara mahasiwa yang dikirim dalam gelombang
pertama (tahun 1950) adalah Oetarjo Diran, beliau selain pakar di bidang pesawat
terbang juga guru besar teknik mesin penerbangan di Institut Teknologi Bandung
(ITB), salah satu perguruan tinggi ternama di A sia Tenggara.

Dan salah seorang mahasiswa yang dikirim tahun 1954 (gelombang ke


empat) adalah BJ Habibie (pakar pesawat terbang, Presiden RI ke 3 dan Dirut
pertama PT DI). Sejalan dengan pembentukan Dewan Penerbangan atas perintah
Presiden Soekarno pada tahun 1955. Selanjutnya atas perintas Presiden Soekarno
pula dikirim sekelompok mahasiswa Indonesia untuk belajar konstruksi pesawat
terbang dan kedirgantaraan ke Ceko dan Rusia pada tahun 1958 hingga tahun 1962.

Nurtanio telah berhasil membuat sejumlah pesawat, antara lain


“Kunang”, pesawat olahraga dari kayu yang digerakkan dengan mesin VW dan di
buat di garasi mobil. Pesawat ini berhasil mengelilingi Pulau Jawa. Dengan pesawat
ini Nurtanio ingin meyakinkan bahwa pemuda-pemuda Indonesia tidak hanya
berpuas diri dapat menerbangkan pesawat, tetapi mampu membuat pesawat
sendiri.

6
Nurtanio yang memperoleh gelar Doctor Honoris Causa dalam Aeronautical
Engineering dari Far East Aero Technical Institute Philipina ini meninggal
tanggal 22 Maret 1966. Dia gugur bersama Pangkorud II Kolonel Penerbang
Supadio dalam suatu uji terbang dengan pesawat bukan buatan Indonesia.

Pada tahun 1965, Pemerintah Indonesia membuat proyek Komando


Pelaksana Persiapan Industri Pesawat Terbang (KOPELA PIP). Proyek ini
berencana membuat pesawat terbang komersial bekerja sama dengan Fokker
(Industri Pesawat Terbang Belanda). Waktu itu, Panglima Angkatan Udara
dijabat Laksamana Madya Udara Omar Dhani.

 Tahun 1974
Delapan tahun setelah perintis industry pesawat terbang itu meninggal
(Nurtanio), pada tahun 1974 melalui SK Dirut Pertamina, Habibie yang lahir di Pare
-Pare, 25 Juni 1936 yang saat itu menjabat Vice President Direktur Aplikasi
Teknologi perusahaan pesawat terbang Jerman Messerschmit-Bolkow Blohm
(MBB sekarang Eurocopter Jerman) ditugaskan membentuk dan memimpin Divisi
Advanced Technology dan Teknologi Penerbangan (ATTP) dibawah Pertamina.

Program pertama ATTP adalah membuat pesawat C212 dibawah lisensi CA


SA (sekarang Airbus Military) Spanyol dan helikopter BO -105 dibawah lisensi
MBB Jerman. Habibie juga ditugaskan Presiden Soeharto mempersiapkan
pendirian industri pesawat terbang bertaraf internasional dengan menggunakan aset
yang tersedia, seperti aset TNI A U dan Pertamina.

 Tahun 1976 – 2012


PT Dirgantara Indonesia (Persero) (PTDI) pada saat peresmian
pendiriannya bernama PT Nurtanio. PT Nurtanio didirikan berdasarkan Akte
Notaris No. 15 Tertanggal 28 April T ahun 1976. Peresmian pendirian PT
Nurtanio berlangsung di Kawasan Produksi I PT Nurtanio dan diresmikan Presiden
ke-2 Republik Indonesia Jenderal TNI Soeharto pada tanggal 23 A gustus 1976.
Prof. Dr. Ing BJ Habibie diangkat sebagai Direktur Utama PT Nurtanio. Perusahaan

7
ini menggabungkan asset ATTP dan LIPNUR berupa 2 hanggar, beberapa mesin
konvensional, sekitar 500 orang karyawan termasuk 17 insinyur di dalamnya.

Beberapa faktor yang merupakan dasar didirikannya industri pesawat


terbang adalah:

1. Sebagai sarana pemenuhan kebutuhan alat pertahanan (alut sista) bagi


bangsa Indonesia. Dengan memiliki sarana ini diharapkan setahap demi
setahap bangsa Indonesia mampu mandiri dan sekaligus mengurangi
ketergantung pada bangsa-bangsa lain (luar negeri).
2. Sebagai wahana pembuatan alat transportasi udara yang perannya sangat
besar bagi peningkatan dan pertumbuhan ekonomi nasional karena
dengan pesawat dapat menghubungkan semua titik di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang terbentang dari Sabang sampai
Merauke.
3. Penguasaan teknologi tinggi (high tech) sebagai bagian dari perjalanan
bangsa menguasai teknologi mutakhir yang merupakan kemampuan puncak
umat manusia. Dengan penguasaan teknologi ini maka akan
menumbuhkan ratusan industri pendukung dari bahan baku (raw
material) sampai pada industri komponen standar (standard part) yang akan
menyerap jutaan tenaga kerja putera-puteri Indonesia.
Prof. Dr. Ing BJ. Habibie yang lebih dari 20 tahun bermukim di Jerman dan
posisi terakhir sebagai salah satu Vice President di industri pesawat terbang
terkemuka di Eropa Barat itu saat kembali ke tanah air memiliki “grand strategy”
penguasaan teknologi oleh putera-puteri Indonesia.

Tahap Pertama adalah alih teknologi atau “underlicense”. Pada tahap ini
memanfaatkan produk yang sudah ada di dunia (produk Negara/perusahaan lain)
dengan membuat pesawat di bawah lisensi untuk diproduksi di PTDI (di
Indonesia).

Tahap kedua adalah integrasi teknologi / ”integration technology”. Pada tahap


ini bangsa Indonesia dan bangsa lain duduk bersama untuk merancangan bangun

8
dan memproduksi bersama (co-design and co- manufacturing) suatu produk baru
yang belum ada di pasar. PTDI bekerjasama dengan CA SA Spanyol (sekarang
bernama Airbus Defence and Space) membangun, mendesain dan memproduksi
CN235, pesawat berpenumpang 35-44 orang, multi purpose, pesawat commuter,
dengan integrasi teknologi yang terjamin untuk mengembangkan beberapa
teknologi baru, produk yang memiliki keunggulan di pasarnya.

Tahap ketiga adalah pengembangan teknologi / ”technology development”.


Pada tahap ini bangsa Indonesia merancang bangun penuh pesawat yang akan
diproduksinya (full design). Pada tahap ini PTDI berhasil melakukan rancang
bangun pesawat baru asli karya anak bangsa yang dikenal dengan nama N250,
pesawat berbadan lebar yang mampu mengangkut penumpang 64-70 orang,
memiliki teknologi Fly - By - Wire, konfigurasi T Tail.

Tahap keempat adalah penelitian secara besar-besaran di bidang ilmu dasar


seperti, matematika, fisika, kimia, biologi, bio kimia, bio teknologi, aerodinamika,
themo dinamika, elektronika, gas dan getaran, uji konstruksi, dll. Pada tahap ini
PTDI berkonsentrasi melakukan riset dan pengembangan produk baru untuk masa
depan dengan menggunakan teknologi terbaru, berpenumpang 80-130 orang,
pesawat jet berbadan lebar, memiliki teknologi Fly - By - Wire, yang dikenal
dengan nama N2130, yang direncanakan akan diperkenalkan ke publik pada
Indonesia A ir Show Ketiga di bulan Juli 2006.

 Tahun 1977
Fasilitas PTDI di kawasan produksi satu (KP I) yang semula hanya dari
LIPNUR kemudian dikembangkan ke sebelah barat di area seluas 11 hektar.

 Tahun 1979
Pada tahun 1979 didirikanlah Aircraft Technology Industry (Airtech)
berkedudukan di Madrid Spanyol dan Dr. BJ Habibie diangkat sebagai Direktur
Utamanya. Program pertama dari usaha patungan ini adalah pesawat CN235
(CASA – Nurtanio, 2 mesin 35 penumpang). Saat ini sudah lebih dari 300 pesawat
CN235 dioperasikan di seluruh dunia.

9
Pesawat CN235 dirancangan bangun bersama oleh para insinyur Indonesia dan
Spanyol. PTDI mendapatkan bagian untuk membuat “outer wings” dan “tail
unit”, dan pintu-pintu (doors), sementara Airbus Defence and Space
mendapatkan tugas membuat “center wings” dan “noses”. Badan tengah dan badan
belakang (center fuselage and rear fuselage) dibuat masing-masing sesuai order
yang diterima. CN235 ditenagai 2 mesin (engine) General Electric (USA ) CT7-9C
masing-masing berkekuatan 1750 daya kuda (Shp).

Pada tahap pertama PTDI memproduksi C212 dibawah lisensi CASA


(sekarang Airbus Defence and Space) Spanyol dan helikopter BO-105 dibawah
lisensi MBB (sekarang Airbus Helicopter) Jerman. Ini merupakan realisasi tahap
pertama dari penguasaan teknologi. Dalam penguasaan teknologi ini Dr. BJ Habibie
menerapkan metode “progressive manufacturing plan” .

Program ini merupakan suatu bentuk penyerapan teknologi yang diawali


dengan pengenalan secara umum tipe dan karakteristik pesawat. Kemudian
dilanjutkan dengan penguasaan tehnik-tehnik pembuatan bagian-bagian struktur
pesawat (single part) hingga komponen terkecil (detail part). Sehingga pada
akhirnya menguasai pembuatan keseluruhan (total part manufacturing) dari
masing- masing pesawat dan helikopter yang diproduksi PTDI.

Konsep Prof. Dr. BJ Habibie di atas tidak saja menjamin mutu standar
internasional, tetapi memberikan kesempatan atau peluang kerja bagi putera-puteri
Indonesia dengan standar gaji yang memadai. Berikut adalah konsep dari Dr. Bj
Habibie.

Pada tahap kedua, PTDI mencari mitra untuk diajak bekerjasama merancang
dan memproduksi bersama sebuah pesawat baru yang belum ada di pasaran. Setelah
pihak Fokker diajak oleh Dr. Habibie tapi tidak bersedia, maka yang kemudian mau
bekerjasama adalah CASA (Airbus Defence and Space).

Tahap ketiga yang dicanangkan oleh Dr. BJ Habibie adalah “pengembangan


teknologi”. Pada tahap ini bangsa Indonesia khususnya putera-puteri yang
bekerja di PTDI mendapat tugas untuk merancang dan memproduksi secara penuh

10
pesawat baru. Sejak tahun 1987 mulailah rancang bangun pesawat N250 (Nusantara
2 mesin 50 penumpang).

Dalam rancang bangun N250 tidak kurang dari 4000 insinyur termasuk S2 dan
S3 terlibat di dalamnya. Dan pada tanggal 10 A gustus 1995 N250 “Gatot Koco”
melakukan penerbangan perdananya selama 80 menit berjalan dengan lancar.
Keberhasilan ini dijadikan momentum bersejarah, yakni tanggal 10 A gustus
ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan T eknologi Nasional (HAKTEKNAS).

N250 pesawat kebanggaan bangsa Indonesia rencananya akan diproduksi di 3


tempat, yakni Bandung, Alabama (USA ) dan Stugart (Jerman). Namun hal itu tidak
terealisasi karena diberhentikannya aliran dana dari Pemerintah sejak Januari 1998
setelah Letter of Intent (LoI) antara Pemerintah Indonesia dengan Internasional
Monetery Fund (IMF). Dampak dari krisis ekonomi ini berakibat pula pada
program pesawat bermesin jet N2130 dan program pembuatan satelit, program
pengembangan SDM, dll.

Tahap keempat, yakni penelitian di bidang ilmu dasar oleh Dr. BJ Habibie
dipusatkan di Serpong Tanggerang. Beberapa fasilitas yang sudah dibangun
sampai sekarang masih berjalan tetapi ada beberapa fasilitas yang tidak jadi karena
hantaman krisis sejak 1998.

Pada tahun yang sama PTDI mendapatkan fasilitas pembuatan roket dari
TNI Angkatan Udara (Pemerintah) yang berada di Cibeureum Tasikmalaya. Pada
saat itu sedang diproduksi Roket Sura D dibawah lisensi dari Oerlikon Swiss.
Kemudian program Sura D diganti oleh PTDI menjadi program pembuatan Roket
FFA R 2,75” dibawah lisensi dari Fellzebrugee (FZ) Belgia. Program ini berlanjut
sampai sekarang. Roket ini mampu jarak jangkaunya 8,75 km.

Tahun 1979 PTDI juga mendapat lisensi dari Siemen – Telefunken Jerman
untuk memproduksi Surface Underwater Target Torpedo (SUT) Torpedo. Senjata
ini diproduksi di Kawan Produksi V PTDI di Batuporon Madura. Pada tahun yang
sama PTDI berhasil menyelesaikan perakitan 11 unit helikopter Puma NSA 330

11
untuk TNI Angkatan Udara. Helikopter ini produksi Aerospatiale (sekarang
Eurocopter) Perancis.

 Tahun 1980
Pada tahun ini Direktur Umum PTDI (PT Nurtanio saat itu), Marsekal
Untung Suwignyo beserta sejumlah staf mengalami musibah saat penerbangan
Bandung – Jakarta menggunakan pesawat C212 di gunung Sanggabuana – Bogor.

Pada tahun ini dilakukan pula peletakkan batu pertama pembangunan


Kawasan Produksi II PTDI yang terletak di sebelah utara landasan pacu Husein
Sastranegara di atas tanah seluas 40 hektar. Saat ini KP II menjadi pusat kegiatan
manajemen, rancang bangun, produksi dan jasa perawatan PTDI.

 Tahun 1981
Pesawat CN235 terus melakukan uji terbang untuk mendapatkan sertifikasi
dari DGA C/DGCA. Pada tahun ini dipersiapkan pula pendirian salah satu divisi
perawatan/pemeliharaan mesin-mesin pesawat dan industry. Divisi tersebut dikenal
dengan nama Universal Maintenance Center (UMC).

 Tahun 1982
Pada Tahun 1982 PTDI bekerja sama dengan Boeing Company di bidang
manajemen dan organisasi. Pada tahun ini pula PTDI mengembangkan
kerjasama dengan Aerospatiale (Eurocopter, saat ini dikenal Airbus Helicopter –
Perancis) untuk memproduksi helikopter Super Puma NA S332 dibawah lisensi
perusahaan Perancis tersebut.

Kerjasama juga ditandatangani PTDI dengan Bell Helicopter Textron USA


untuk memproduksi Bell 412 dibawah lisensi perusahaan A merika tersebut. Pada
tahun ini salah satu divisi, yakni Divisi Universal Maintenance Center (pusat
perawatan, pemeliharaan dan perawatan berat) engine / mesin-mesin pesawat mulai
beroperasi. Kekuatan personilnya sekitar 50 orang dan mereka telah menjalani
training di General Electric (GE) USA .

 Tahun 1983

12
Pada tahun ini tercatat beberapa peristiwa penting. Pada tanggal 10
September 1983 Presiden Soeharto meresmikan peluncuran (Roll-Out) CN235 dan
sekaligus memberi nama pesawat prototype tersebut dengan nama Gatot Koco
semasa bayi yakni “Tetuko”. Inilah awal Indonesia memasuki era baru di bidang
teknologi dirgantara.

Keberhasilan tersebut dilengkapi dengan penerbangan perdana T etuko pada


pengujung bulan Desember yaitu tanggal 30 Desember 1983 ketika Tetuko terbang
perdana selama 85 menit di atas kota Bandung dan sekitarnya. Pilot Kol Penerbang
Guillermo Delgado dan Co Pilot Letnan Kolonel Penerbang E. Mursanto begitu
percaya diri menerbangkan bayi Tetuko.

Sekitar 11.000 pasang mata, yakni para karyawan PTDI menyaksikan hari
yang bersejarah tersebut. Tidak terasa air mata pun jatuh dari sebagian besar
karyawan yang menyaksikan hasil karyanya mengudara.

CN235 pesawat commuter serba guna mampu mengangkut 35 – 42


penumpang, panjang 21,40 m tinggi 8,12 m, memiliki baling-baling 4 bilah dan
rentang sayap 27,30 m dengan beban maksimum 4000 kg dan kecepatan terbang
maksimal 236 knots. CN235 merupakan pesawat serba guna memiliki ramp door
yang memudahkan bagi pengguna untuk mengangkut peralatan militer.

 Tahun 1984
Pada Tahun 1984 PTDI mulai memproduksi helikopter Bell 412 dibawah
lisensi Bell Helicopter Textron USA. Alih teknologi Bell 412 ini setahap lebih maju
dibandingkan produk-produk lisensi sebelumnya. Pada saat PTDI mulai merakit
helikopter ini bagian ekor (tail unit)nya sudah diproduksi di PTDI.

 Tahun 1985
Pada tahun 1985, prototype CN235 “Tetuko” diperkenalkan kepada para
calon pembeli (customers). Hasil-hasil uji terbang dari Tertuko disebarkan dalam
berbagai event internasional termasuk “Paris Air Show”. Nama PTDI semakin
melambung dalam kancah industri pesawat terbang internasional. Wartawan
Flight International, Pieter Mindleton bahkan menyebut PT NUrtanio (saat itu)

13
sebagai “the rising star of the orient” (Bintang yang muncul dari timur). Dan satu
sebutan lagi sebagai “Everret of the East”. (Everret salah satu kota yang menjadi
pusat produksi pesawat Boeing). Pada tahun ini dipersiapkan juga Indonesia Air
Show pertama. Pada tahun 1985 PTDI mengirim beberapa insinyur Indonesia untuk
bekerja di Hughes Aerospace Industry di California USA .

 Tahun 1986
Pada tahun 1986 nama PT Nurtanio diganti menj adi PT Industri
Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) berdasarkan Keputusan Presiden Republik
Indonesia. Kata “Nusantara” merupakan gabungan dari “Nusa” yang berarti
kepulauan dan “A ntara” yang berarti diantara. Secara lengkap Nusantara
diartikan sebagai suatu kesatuan dari kepualauan dan perairan yang
mengelilinginya, yang terletak di antara dua benua, A sia dan A ustralia. Pada tahun
ini kelayakan terbang CN235 semakin sempurna dengan diperolehnya sertifikasi
FAA melalui CASA Spanyol.

Pada tahun ini juga CN235 mulai dioperasikan oleh PT Merpati


Nusantara. Sebanyak 15 pesawat secara bertahap melayani berbagai rute di tanah
air. Rute yang menggunakan CN235 antara lain Bandung – Jakarta (pp), Jakarta –
Lampung (pp), Semarang – Pangkalan Bun (pp), Bali – Lombok (pp).

Pesawat pertama CN235 yang diserahkan pada tanggal 15 Desember 1986


diberi nama Obira, nama sebuah pulau di Indonesia bagian timur. Di wilayah itulah
Obira dioperasikan.

Pada tahun ini diselenggarakan “Indonesia Air Show” yang pertama di


Bandara Kemayoran Jakarta. Pameran Kedirgantaraan T erbesar di Asia T enggara
ini diikuti oleh ratusan perusahaan baik pembuat pesawat maupun komponen-
komponen dan industri pendukungnya dari puluhan Negara.

Pembukaan dan penyelenggaraan pameran yang dimeriahkan dengan demo


terbang pesawat-pesawat tempur membuat langit Jakarta hingar-bingar. A irshow
berlangsung dari tanggal 22 Juni sampai 1 Juli 1986.

14
Pada tahun ini juga PTDI mendapatkan offset dari General Dynamics,
pabrik pembuat pesawat tempur F-16 karena pembelian 12 pesawat tersebut oleh
TNI Angkatan Udara. Berdasarkan kesepakatan PTDI mendapatkan offset
senilai 35% dari total pembelian. PTDI menggantinya dengan membuat 400 shipset
komponen F-16, antara lain (pintu kiri dan kanan, tempat senjata, tempat bahan
bakar, sirip tegak/vertical fin). Tahun 1986 pula PTDI mendapatkan sertifikasi dari
Boeing. Dengan sertifikasi ini maka setiap produk komponen PTDI dapat
dimanfaatkan oleh setiap pesawat Boeing.

 Tahun 1987
PTDI mulai memasuki tahap ke 3 pada tahun ini, yaitu tahap
“pengembangan teknologi”. PTDI mendapat tugas dari Pemerintah untuk
merancang bangun dan memproduksi sepenuhnya pesawat baru. Maka dimulailah
rancang bangun pesawat N250.

PTDI pada saat itu semakin meningkatkan jumlah SDMnya terutama para
engineer (insinyur). N250 merupakan pesawat turbo prop yang menggunakan
teknologi mutakhir termasuk sistem fly by wire. Rancang bangunnya melibatkan
SDM terpilih antara lain 4000 insinyur, temasuk lebih dari 100 orang S3 dan 350
S2.

 Tahun 1988
Kerjasama PTDI dengan Hughes Aerosystem USA terus berlanjut dan
PTDI mengirim 30 insinyur ke California. Mereka terlibat dalam perancangan
Satelit B2R, C1 dan C2 yang dibeli PT Telkom Indonesia (Persero).

Pada tahun ini rancang bangun pesawat N250 terus berjalan dan semua yang
terlibat benar-benar memiliki harapan besar untuk dapat terwujudnya pesawat yang
akan jadi andalan PTDI di masa mendatang setelah eranya CN235. Kemampuan
putera-puteri Indonesia di sini benar-benar diuji karena N250 adalah pesawat
pertama yang sepenuhnya dirancang oleh bangsa Indonesia.

 Tahun 1989

15
Pada tahun ini dunia dibuat tercengang ketika Dr. BJ Habibie memperkenalkan
pesawat yang dirancang sepenuhnya oleh putera-puteri Indonesia, yakni N250
dipublikasikan di Le Bourget Paris dalam rangka Paris Air Show. Dengan
diketahuinya tentang pesawat N250 lebih luas maka para pesaingnya begitu was-
was. A palagi setelah mereka tahu bahwa N250 menggunakan teknologi mutakhir
fly by wire serta sejumlah perusahaan domestik di Indonesia telah memesan
pesawat tersebut semakin khawatirlah mereka.

 Tahun 1990
Salah satu peristiwa penting bagi PTDI di tahun 1990 adalah Kunjungan
Presiden Uni Emirate Arab ke Indonesia. Dalam kunjungan tersebut
ditandatangani memorandum of understanding (MoU) yang menyangkut minat
UEA untuk membeli sejumlah produk PTDI dan dikemudian hari UEA membeli 7
unit CN235 produk PTDI.

 Tahun 1991
Pada tahun ini PTDI bersiap memasuki tahap ke empat dari penguasaan
teknologi, yakni penelitian ilmu dasar yang akan diaplikasikan dalam produk
pesawat transonik berkapasitas 100 – 130 tempat duduk, yakni N2130. PTDI juga
sudah memperkirakan beberapa metoda untuk mendukung proses rancang bangun
pesawat antara lain: computational fluid dynamic, structural optimization, new
material technology, smart wings, fly-by-optics, adaptive control, human factor
engineering.

 Tahun 1992
Pada Agustus 1992, N250 memasuki tahap produksi yang ditandai dengan
pemotongan pertama material untuk komponen bagian sayap yang dilakukan Dirut
PTDI, Dr. BJ Habibie dengan menekan spindle mesin CNC (computer numerical
control machine), di hanggar Fabrikasi (sekarang Aerostructure). Komponen N250
pertama yang dibuat adalah bagian sayap kiri atas dari bahan baku aluminium alloy.

 Tahun 1994

16
Dua tahun kemudian, tepatnya 10 Nopember 1994 prototype pertama pesawat
N250 berkapasitas 50 penumpang yang diberinama Gatot Koco keluar hanggar
(roll-out) ditarik 50 orang karyawan. Gatot Koco nama yang diberikan Presiden
Soeharto untuk pesawat prototype pertama. Untuk ketiga prototype berikutnya yang
berkapasitas 70 penumpang Presiden Soeharto member nama, Krincingwesi,
Koconegoro dan Putut Guritno.

Pada tahun ini pesawat N2130 mulai dirancang dan diperhitungkan tahun 2003
akan terbang perdana. Pesawat ini dapat dibuat 80, 100, dan 130 tempat duduk.
Pesawat ini dibuat untuk dapat bersaing merebut pasar pesawat berkapasitas 80 –
130 tempat duduk yang diproyeksikan pada tahun 1995 – 2015 kebutuhan dunia
mencapai 2.757 pesawat.

 Tahun 1995
Pada Tahun 1995 ada dua peristiwa besar, pertama peringatan 50 tahun
Kemerdekaan Republik Indonesia dan yang kedua adalah penerbangan perdana
(first flight) N250 Gatot Koco. Tanggal 10 Agustus 1995 kemudian ditetapkan
menjadi Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (HAKTEKNAS). Penerbangan
perdana N250 disaksikan langsung Presiden Soeharto beserta Ibu Tien Soeharto
dan Wakil Presiden Try Sutrisno berserta Ibu Tuti Try Sutrisno dan sejumlah
Menteri.

Peristiwa terbang perdana N250 sebagai hadiah ulang tahun Emas Republik
Indonesia dipandang sebagai suatu ujian psikologis bagi siapapun yang berada di
kubu yang ingin melihat suksesnya terbang, karena sebelumnya banyak yang
pesimis dan meragukan bahwa N250 buatan putera-puteri Indonesia itu bias
terbang.

N250 Gatot Koco yang berigestrasi PK-XNG, dikemudikan oleh Chief Test
Pilot Erwin Danuwinata dan co pilot test Sumarwoto dan dibantu teknisi terbang
Hindawan Hari Wibowo dan Yuarez Riadi. Setelah keempat crew melapor kepada

17
Presiden mereka langsung naik ke pesawat yang telah disiapkan sebelumnya.
Sementara itu Presiden beserta rombongan bergegas menuju menara control.

Di atas menara control Presiden Soeharto, Ibu Tien, Wakil Presiden Try
Sutrisno, Ibu Tuti menyaksikan N250 Gatot Kaca mengudara. Presiden Soeharto
juga berbincang dengan Kapten Pilot Erwin Danuwinata. Pada kesempatan tersebut
Presiden menanyakan tentang peralatan yang ada di pesawat. Kapten Pilot Erwin
menjawab bahwa semua peralatan berjalan baik. Setelah 56 menit mengudara N250
Gatot Koco mendarat mulus di landasan pacu Bandara Husein Sastranegara
Bandung.

Pertengahan Juni 1995 Dr. BJ. Habibie Declaration of Intent dengan Gubernur
A labama yang diwakili Dick Campton tentang pendirian pabrik perakitan pesawat
N250 di A S, A merican Regional A ircraft Industry (A MRA I) akan berpusat di
kota Mobile rencananya akan merakit antara 1 – 3 pesawat N250 per minggu. Pada
saat itu Gubernur A labama menyiapkan tanah seluas 15 hektar dan harga sewa
tanah US $ 1 per meter/tahun.

Selain di A S, perakitan N250 juga akan dilaksanakan di Jerman. Pada 13 Juni


1995 ditandatangani Surat Kesepakatan Bersama (SKB) dengan Menteri
Ekonomi, Teknologi dan Perhubungan Nierderscahen, Jerman Dr. Fisher dalam
kaitan penunjukkan perusahaan A ircraft Services Lemwerder (A SL) sebagai agen
tunggal N20 untuk wilayah Eropa. Khusus untuk Eropa PTDI akan lebih
memfokuskan pesawat N250 tipe Krincingwesi yang kapasista tempat duduknya
lebih banyak dari Gatot Koco.

Di Perusahaan ini PTDI (IPTN saat itu) memiliki 25,11 persen saham A
SL. Berbeda dengan Mobile (Alabama – USA ) pabrik perakitan akan didirikan di
kota Lemwerder Jerman, apabila A SL berhasil mencapai titik impas penjualan
18 pesawat N250.

 Tahun 1996
Pada tahun ini, di wilayah udara Jakarta khususnya di sekitar Bandara Soekarno
Hatta kembali hingar bingar dengan Penyelenggaraan Indonesia Air Show untuk

18
kedua kalinya. N250 Gatot Koco dengan gagahnya terbang dalam demo flight di
Indonesia Air Show. Ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia memang memiliki
kemampuan yang tidak kalah dibandingkan bangsa lain. Di samping N250, CN235
juga tampil dalam perhelatan besar tersebut.

 Tahun 1997
Tahun 1997 PTDI kehilangan beberapa putera terbaiknya. Kapten Pilot Erwin
Danuwinata dan crew CN235 yang sedang menjalani uji terbang dan droping
barang dari pesawat mengalami musibah di Gorda Serang Banten. Kapten Erwin
yang sedianya akan menerbangkan N250 ke Paris dan sejumlah kota di berbagai
Negara tidak kesampaian. Beliau gugur saat menjalankan tugas.

Perhelatan Paris Air Show 1997 di Le Bourget Paris merupakan ajang


pembuktian bahwa N250 produk bangsa Indonesia memang layak diperhitungkan.
Selain N250 PTDI juga menerbangkan CN235 MPA (Maritime Patrol A ircraft)
dan juga memperkenalkan program selanjutnya N2130. Setelah Kapten Erwin
berpulang, Kapten Pilot yang menerbangkan N250 k e Paris adalah Kol Penerbang
(Purn) Chris Sukardjono (58 tahun) dan LetKol Penerbang Sumarwoto (46
tahun). Beliau berdua sangat bangga dan terharu dapat menerbangkan pesawat yang
dirancang dan diproduksi sepenuhnya oleh bangsa Indonesia.

Pada hari Selasa 10 Juni 1997 pagi N250 bertolak dari Bandung. Jarak Bandung
– Paris 13.500 km ditempuh Gatot Kaca selama 30 jam. Ini lebih lama dibandingkan
pesawat komersial lainnya, karena pesawat harus beberapa kali singgah di beberapa
Negara untuk mengisi bahan bakar. Rute yang ditempuh adalah Bandung – Batam
– Bangkok – Calcuta – Bombay – Muskat (Oman) – Riyadh (A rab Saudi) –
Alexandria (Mesir) – Brindisi (Italia) dan terakhir di Le Bourget (Paris).

Jalur yang sama ditempuh juga oleh CN235 MPA. Pada saat kembali N250
terbang di beberapa Negara Eropa, kemudian ke Pakistan, Thailand, Vietnam dan
Pilipina sebelum kembali ke Bandung.

19
Namun situasi berubah begitu cepat. Nilai dolar terhadap rupiah naik sangat
melambung ini jelas menimbulkan malapetaka. Pada bulan Oktober 1997 para
karyawan melaukan unjuk rasa (demo) untuk pertama kalinya.

 Tahun 1998
Masa depan industri kedirgantaraan yang menjanjikan sebenarnya sudah
di depan mata. Ini akan memberikan dampak bola salju yang akan menghidupkan
ratusan industri pendukung. Industri pendukung yang akan tumbuh dan
berkembang bukan hanya untuk PT.DI tapi juga untuk PT.PAL, PT.PINDAD dan
industri lainnya. Lapangan kerja terhormat bagi putera-puteri bangsa akan terbuka
lebar. Indonesia akan memasuki era baru sebagai Negara “maju” di bidang industry
dan akan diperhitungkan oleh Negara yang tergabung dalam G7 dan Rusia.

Namun, bangsa Indonesia kalau menyadari sebenarnya “dihancurkan” oleh


kekuatan luar yang sangat dahsyat. Diawali dengan tiupan “topan” naiknya nilai
dollar terhadap rupiah dan selanjutnya krisis ekonomi yang melanda Asia dan
puncaknya terjadi pada Januari 1998.

Dengan ditandatanganinya Letter of Intent (LoI) antara Pemerintah Republik


Indonesia, Presiden Soeharto dengan Direktur International Monetery Fund
(IMF), Michael Camdesau pada 15 Januari 1998 di Jakarta yang isinya bahwa
“Dana Anggaran dan Non Anggaran” yang digunakan untuk program PTDI (IPTN)
dihentikan. Sebagai tindak lanjut LoI dengan IMF, Pemerintah mengeluarkan
Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 1998 tertanggal 21 Januari 1998, yang berisi:

Menghentikan pemberian bantuan keuangan kepada PT IPT N

Menghentikan pemberian fasilitas kredit yang dijamin Pemerintah kepada


PT.PTN.

Akibat langsung dari LoI di atas, program N250, N2130 dan Satelit A
eri al Navigation Satellite System terhenti. Pada tahun ini yang menjadi Direktur
Utama PT DI, Ir. Hari Laksono

 Tahun 1999

20
Ir. Hari laksono memimpin PTDI sekitar 1 tahun dan beliau digantikan oleh
CTR Direktur Utama, Ir. S Paramajuda. Pada kepemimpinan Ir. S Paramajuda
situasi PT.DI belum beranjak baik. Pada saat itu sempat beberapa bula hari Jum’at
diliburkan untuk efisiensi. Baik dalam kepemimpinan Ir. Hari Laksono maupun Ir.
S. Paramajuda aksi demo karyawan masih berlangsung meskipun frekuensinya
masih kecil. Pada tahun ini sebagai dampak lanjutan dari LoI Pemerintah dengan
IMF PTDI (IPTN) mengeluarkan Program Pensiun Dini sampai 12 tahap, yang
intinya member kesempatan kepada para karyawan untuk mengundurkan diri dari
PT IPTN.

Program ini dimulai tanggal 1 Maret 1999 hingga 1 Januari 2002. Sekitar
5000 karyawan, khususnya para perancang pesawat dari berbagai keakhlian dan
spesialisasi mengundurkan diri (Pensiun Atas Permintaan Sendiri/APS). Bagi
bangsa Indonesia ini benar-benar pukulan telak. Karena bangsa lain yang tidak
mendidik, membiayai dan member pengalaman justru menikmati hasil kerja keras
kita sementara kita yang telah bersusah payah hany tinggal menonton saja. Ini
pukulan yang mematikan dan sangat ironis.

 Tahun 2000
Pada tahun 2000 PTDI dipimpin Direktur Utama baru yaitu Ir. Jusman SD.
Beliau sebelumnya menjabat Direktur Umum. Pada masa ini pensiun dini (APS)
masih berlangsung. Pada tanggal 2 Maret 2000, Presiden Republik Indonesia
mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 33 T ahun 2000
tentang Pencabutan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1980 tentang Larangan
Pemasukan Dan Pemberian Izin Pengoperasian Pesawat Terbang.

Dengan dicabutnya Inpres 1/1980, maka tidak ada lagi proteksi terhadap
produksi PT IPTN (PT DI). Dan pada tahun 2000 ini nama PT Industri Pesawat
Terbang Nusantara (PT IPTN) diubah menjadi PT. Dirgantara Indonesia (PTDI).
Pergantian nama ini diresmikan oleh Presiden RI ke 4, Bapak KH Abdurachman
Wahid pada tanggal 24 Agustus 2000.

21
Pada periode ini dilakukan perombakan organisasi dan dibentuknya unit-unit
bisnis untuk mendongkrak pendapatan perusahaan. Pada tahun 2000 ini terjadi 4
kali aksi demo besar karyawan PTDI.

 Tahun 2001
Dalam kepemimpinan Ir. Jusman SD PTDI untuk pertama kali membukukan
keuntungan sebesar Rp. 11,26 Milyar. Ini suatu prestasi yang luar biasa, karena
dalam sitiuasi dan kondisi yang masih terhempas krisis dan di tengah -tengah
maraknya aksi unjuk rasa (demo), PT.DI mulai membukukan keuntungan dalam
bisnisnya.

Ketidakseimbangan antara jumlah SDM dengan volume kerja akan diatasi


dengan jalan membuat “sekoci-sekoci” berupa anak-anak perusahaan agar dapat
menampung tenaga kerja yang belum mendapatkan beban pekerjaan. Ini secara
bertahap mulai dipersiapkan. PTDI dalam situasi sulit bisnisnya merambah ke
berbagai produk namun tetap bernafaskan teknologi tinggi. PTDI pernah memasok
“cetakan panci”, “antenna parabola”, “kendaraan tempur” dan “kendaraan
taktis” untuk Pasukan Khas TNI Angkatan Udara, “flight simulator” pesawat
CN235 untuk Malaysia, dll.

 Tahun 2002
Direktur Utama PTDI saat itu, Jusman SD menargetkan perusahaan untung
sebesar Rp. 48 milyar. Pada saat itu selain PTDI masih menyelesaikan
pembuatan CN235 untuk Angkatan Udara Korea Selatan juga tengah negosiasi
dengan Tentera Udara Diraja Malaysia untuk pembelian 2 unit CN235 VIP.

Pada tahun itu telah ditandatangani pula pembuatan bagian dari sayap Airbus
A380, yakni IOFLE (Inboard – Outer Fixed Leading Edge) dengan British
Aerospace Inggris. Sementara SBU-SBU sudah semakin bergerak secara serentak
untuk mendapatkan keuntungan, antara lain SBU A ITEM, A IPCM, Helikopter,
ACS, Engineering Services, dll.

22
Proyek lain yang diperoleh antara lain penanganan pekerjaan CN235 Turki
(proyek Meltem), penanganan pesawat Dornier dengan Jerman dan proyek
“penguin” dengan Iran.

Pada masa kepemimpinan Ir. Jusman telah disepakati pula bahwa uang pensiun
karyawan 75% dari penghasilan ketika masih aktif. Kesepakatan ini dibuat
Manajemen dengan SP-FKK yang difasilitasi oleh Kementerian Tenaga Kerja
Republik Indonesia yang langsung dihadiri Menteri Jacob Nuwawea dan dikenal
dengan Kesepakatan Homan, karena dilangsungkan di hotel Homan Bandung.

Tapi apa hendak dikata, jajaran direksi dibawah Ir. Jusman SD diberhentikan
pada bulan Agustus 2002. Ir. Jusman SD digantikan Ir. Edwin Soedarmo sebagai
nakhoda baru. Dengan hadirnya nakhoda baru diharapkan akan lebih
mendongkrak kondisi perusahaan yang sempat terpuruk. Namun saya dalam kurun
waktu satu tahun kondisi bahkan semakin parah. Karena Serikat Pekerja (SP-FKK)
selalu memaksakan kehendaknya tanpa memperhitungkan kondisi keuangan
perusahaan. Keuangan PTDI mengalami pendarahan yang hebat.

 Tahun 2003
Situasi dan kondisi PTDI masih sulit. Beruntung masih ada pengerjaan 2 unit
CN235 untuk Tentera Udara Diraja Malaysia dan sebelumnya PTDI juga
mendapatkan kontrak 4 unit CN235 dari Angkatan Udara Pakistan. Ini merupakan
suatu capaian yang cukup menggembirakan yang dapat dijadikan bekal dalam
periode yang memang masih sulit tersebut. Sebagai langkah untuk menyelamatkan
perusahaan (PTDI pada Pebruari 2003, Menteri Keuangan melakukan audit kinerja
pada PTDI dengan menggunakan jasa Price Waterhouse Coopers (PWC). Audit
Kinerja ini untuk waktu antara 1998 – 2002.

Kemudiaan, Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPP N) melalui


Keputusan Nomor: SK-45a/BPPN/0603 tertanggal 9 Juni 2003, memutuskan
Pembentukan Kelompok Kerja Restrukturisasi PT Dirgantara Indonesia (Persero)
dengan susunan Tim adalah:

23
Ketua Tim Pengarah : Rini M Sumarno Soewandi

Ketua Tim Pelaksana : A chdiat A tmawinata

Tahun 2003 bagi PT.DI tampaknya akan tetap dikenang oleh ribuan mantan
karyawan. Betapa tidak, dalam situasi yang sangat-sangat sulit aksi unjuk rasa
karyawan yang dimotori oleh para pengurus SP-FKK seakan tiada henti. Direktur
Utama, Ir. Edwin Soedarmo dalam rangka menyelamatkan perusahaan, akhirnya
menggunakan jurus “dokter”, kalau sudah busuk harus diamputasi.

Pada tanggal 11 Juli 2003 seluruh karyawan PTDI sebanyak 9600 orang
dirumahkan melalui SKEP/0598/030.02/PTDI/UT0000/07/03. Pada tanggal 17
Juli 2003 pagi Kementerian BUMN, Direksi dan Komisaris mengadakan rapat
dengan hasil antara lain bahwa Keputusan Direksi tentang Pengrumahan Seluruh
Karyawan PTDI harus tetap dilaksanakan.

Pada tanggal 17 Juli malam, Rapat Kabinet Terbatas antara lain


memutuskan bahwa PTDI harus tetap dipertahankan eksistensinya dan proses
rasionalisasi karyawan harus segera dilaksanakan.

Keputusan KKSK No. Kep 01/K.KKSK/12/2003 tertanggal 2 Desember


2003 sebagai tindak lanjut arahan Rapat Kabinet Terbatas pada tanggal 13
Nopember 2003, KKSK memutuskan bahwa BPPN dan Manajemen PTDI diminta
untuk segera melaksanakan keputusan Rapat Kabinet untuk melakukan PHK
terhadap sebagian karyawan PTDI.

 Tahun 2004
Pada awal tahun, tepatnya tanggal 29 Januari 2004 Panitia Penyelesaian
Perselisihan Perburuhan Pusat (P4P ) memutuskan bahwa Memberi Izin pada
Pengusaha PT Dirgantara Indonesia (Persero) untuk memutuskan hubungan
kerja sdr Eppy Syaifuddin dkk (6.561 karyawan) terhitung sejak tanggal 31
Desember 2003. Keputusan ini dibukukan dengan No 142/03/02-8/X/PHK/1-2004
tertanggal 29 Januari 2004. Amar III Putusan P4P, yakni “Mewajibkan PT
Dirgantara Indonesia untuk memberikan Kompensasi Pensiun dengan
mendasarkan besarnya upah pekerja terakhir menjadi perdebatan dan pokok

24
perselisihan antara PTDI dengan mantan karyawan yang menimbulkan aksi demo
luar biasa.

 Tahun 2005
Tanggal 5 Desember Tahun 2005 untuk pertama kalinya Presiden Republik
Indonesia ke-3 dan juga Direktur Utama PT DI pertama, Prof Dr. Ing BJ Habibie
kembali mengunjungi PT.DI setelah beliau melepaskan jabatan Dirut tahun 1998
lalu.

Sehubungan dengan masalah ketenagakerjaan akibat kemelut di PTDI, Ir.


Edwin Soedarmo sebagai Direktur Utama terbelit masalah hukum. Dengan
pertimbangan beliau tidak dapat berkonsentrasi untuk melakukan tugas-tugas
sebagai Direktur Utama dan untuk memperlancar pengelolaan perusahaan, para
pemegang saham menunjuk Ir. Muhammad Nuril Fuad (Direktur Umum ketika itu)
untuk menjalankan tugas (care taker) Direktur Utama PT DI.

Keputusan tersebut ditandatangani Menteri Negara BUMN, Bapak Sugiharto


dan Direktur Utama PT Perusahaan Pengelola A sset, Bapak Mohammad Syahrial
di Jakarta tanggal 30 A gustus 2005. Selama kurang lebih 18 bulan Ir. Muhammad
Nuril Fuad menjabat care taker Direktur Utama PTDI.

 Tahun 2006
Selasa 3 Januari 2006 Presiden Republik Indonesia, Dr. H. Susilo Bambang
Yudhoyono untuk pertama kalinya mengunjungi PT Dirgantara Indonesia. Presiden
dalam kesempatan kunjungan ke PTDI waktu itu sempat meninjau pesawat N250
yang menjadi kebanggaan bangsa Indonesia.

Pada Nopember 2006 berlangsung penandatanganan kerjasama antara PTDI


dengan Korea A erospace Industry (KA I) dan Dewoo International Corporation.
Kerjasama ini dalam rangka pembuatan pesawat latih dan “light combat” KO-1.

Pada bulan Pebruari 2006 PTDI menyerahkan pesawat CN235 VIP yang kedua
kepada Tentera Udara Diraja Malaysia. Tahun 2007Pada bulan Maret 2007 Direksi
PTDI membentuk “Program riset dan Pengembangan pesawat terbang komuter
CA SR 23. Pesawat yang dirancangbangun sepenuhnya oleh putera-puteri

25
Indonesia ini adalah N219, yang berkapasitas 19 penumpang dan program ini
dipimpin Ir. Andi Alisjahbana.

PTDI memiliki nakhoda baru setelah Pemegang Saham mengangkat Direksi


Baru pada tanggal 6 Juli 2007. Pria kelahiran Jember 18 Juni 1955 ini sempat
menakhodai PT PINDA D sebelum pulang kandang ke PTDI. Dr. Budi Santoso
sejak 6 Juli 2007 dipercaya memimpin PT DI sampai saat ini.

Pada tanggal yang sama, yakni 6 Juli 2007 dua (dua) orang mantan karyawan
yang terkena PHK tahun 2004 mengajukan pailit ke Pengadilan Niaga Jakarta.
Melalui serangkaian sidang pada tanggal 19 September 2007 PT DI dinyatakan
“pailit” oleh Pengadilan Niaga Jakarta. PTDI langsung melakukan upaya Kasasi.

Dalam suasana pailit PTDI berhasil menembus pasar Afrika untuk pertama
kalinya. Satu unit CN235-220 dibeli oleh Angkatan Udara Burkina Faso.

 Tahun 2008
Putusan Kasasi dari Mahkamah A gung yang membatalkan putusan pailit
Pengadilan Niaga Jakarta, dikeluarkan pada tanggal 6 Januari 2008. Pada Mei 2008
Presiden Republik Indonesia mengeluarkan Perpres No. 28 Tahun 2008 tentang
Kebijakan Industri Nasional.

Pada Lampiran Hal 37 poin 3 Industri Kedirgantaraan dinyatakan sebagai berikut:

Melakukan restrukturisasi dan revitalisasi industri kedirgantaraan

Mengembangkan pesawat berpenumpang kurang dari 30 orang

Meningkatkan kemampuan dan pemanfaatan fasilitas perawatan dan perbaikan


pesawat terbang dalam negeri.

Meningkatkan sumber pendanaan untuk peningkatan kemampuan pasok industri


pesawat terbang nasional

Mengembangkan PTDI sebagai pusat produksi dan litbang dan Lembaga


Penerbangan Antariksa Nasional (LAPAN) sebagai pusat R&D produk
kedirgantaraan

26
Mengembangkan pesawat udara jarak pendek dan menengah untuk
berbagai kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.

Pada Juni 2008 PTDI menyerahkan CN-235 MPA ke Kementerian


Pertahanan

Republik Indonesia dan selanjutnya dioperasikan oleh TNI Angkatan Udara. Pada
30 Juni 2008 untuk pertama kalinya PT Dirgantara Indonesia (Persero)
menandatangani Perjanjian Kerja Bersama (PKB) dengan Himpunan Karyawan
Dirgantara Indonesia (HKDI). Penandatanganan PKB disaksikan langsung Kepala
Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Bandung.

Desember 2008 PTDI mendapatkan kontrak pembelian 4 unit CN235


versi pengawas pantai dari Pemerintah Korea Selatan. Kontrak senilai $ 94,5 juta
ini merupakan bukti bahwa produk PTDI masih diminati oleh Negara lain. Pesanan
dari Korea ini memang untuk Korea Coast Guard (KCG) yang di negara tersebut
berada dibawah Kepolisian.

 Tahun 2009
Tahun 2009 merupakan tahun yang memberi harapan bagi dunia
kedirgantaraan. Setelah keluarnya Perpres No 28 Tahun 2008, diberlakukan pula
Undang-Undang (UU) N0 1 Tahun 2009.

Pada BAB XVII PEMBERDAYAAN INDUSTRI DAN PENGEMBANGAN


TEKNOLOGI PENERBANGAN, Pasal 37 berbunyi:

1. Pemberdayaan industri dan pengembangan teknologi penerbangan wajib


dilakukan Pemerintah secara terpadu dengan dukungan semua sektor terkait untuk
memperkuat transportasi udara nasional

2. Pemberdayaan industri dan pengembangan teknologi penerbangan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi: a. rancang bangun,
produksi, dan pemeliharaan pesawat udara; b. mesin, baling - baling dan komponen
pesawat udara; c. fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan; d. teknologi

27
informasi, dan navigasi penerbangan; e. kebandarudaraan; serta f. fasilitas
pendidikan dan pelatihan personel penerbangan.

3. Perkuatan Transportasi udara nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


wajib dilakukan Pemerintah dengan: a. mengembangkan riset pemasaran dan
rancang bangun yang laik jual; b. mengembangkan standarisasi dan komponen
penerbangan dengan mengunakan sebanyak- banyaknya muatan local dan alih
teknologi; c. mengembangkan industry bahan baku dan komponen; d. memberikan
kemudahan fasilitas pembiayaan dan perpajakan; e. memfasilitasi kerja sama
dengan industry sejenis dan/atau pasar pengguna di dalam dan luar negeri;
serta menetapkan kawasan industri penerbangan terpadu.

Maret 2009 PT Dirgantara Indonesia (Persero) menandatangani


kerjasama dengan A lliant Techsystem International (A TK Mission Group A
merika) Kerjasama masing-masing ditandatangani Dirut PTDI, Dr. Budi Santoso
dan Vice President and general Manager A TK Mission System, Mr. David L.
Sharpin di Jakarta. Kedua perusahaan telah sepakat bekerjasama menggunakan
sistem Intellegence Surveillance and Reconnaisance (ISR) untuk pasukan lintas
udara serta menggalang kerjasama untuk peluang pasar di masa mendatang.

Bulan Juli 2009 untuk kedua kalinya Presiden Republik Indonesia, Dr. H.
Susilo Bambang Yudhoyono mengunjungi PT Dirgantara Indonesia (Persero).
Meskipun kedatangan yang keduam kalinya ini untuk menyaksikan penyerahan

40 unit panser dari PT PINDA D (Persero) ke Kementerian Pertahanan tetapi


kedatangan beliau juga membawa angin segar dengan akan ditingkatkannya
anggaran untuk alut sista dalam A PBN 2010.

Pada bulan Agustus 2009 PTDI kembali bekerjasama dengan Bell


Helicopter Textron. Kerjasama dituangkan dalam bentuk Memorandum of
Understanding (MoU), yang masing-masing ditandatangani oleh Direktur Utama
PTDI Dr. Budi Santoso dan CEO Bell Helicopter Textron, Mr. Dick Millma di
Kementerian BUMN Jakarta. Berdasarkan MoU tersebut PTDI akan kembali
memproduksi helicopter Bell 412 generasi terbaru yakni Bell 412 EP.

28
Pada tanggal 1 Desember 2009 PTDI mendapatkan kontrak pembuatan
komponen Airbus A 320, A 321, A 330, A 340 dan A 350 dari Spirit Aero System
sebesar Rp. 273 Milyar.

Pada Desember 2009 PTDI dan Kementerian Pertahanan Republik


Indonesia menandatangani kontrak pembelian 3 unit CN235-220 versi Patroli
Maritime senilai $ 80 juta. Kontrak jual beli ini ditandatangani oleh Dirut PTDI,
Budi Santoso dan Dirjen Ranahan Kementerian Pertahanan, Marsekal Madya TNI
Erris Heryanto di Jakarta. Pesawat ini rencananya akan dioperasikan oleh jajaran
TNI Angkatan Laut.

 Tahun 2010
Januari 2010 PTDI mencatat langkah baru di bidang produksi komponen.
Tepatnya tanggal 27 Januari diresmikan awal pembuatan komponen untuk
helikopter EC725/EC225 dimulai ditandai dengan merivet (riveting) komponen
tailboom untuk kedua jenis heli tersebut.

Pada tahun ini Pemerintah Republik Indonesia membentuk Komite Kebijakan


Industri Pertahanan (KKIP). KKIP dibentuk berdasarkan Peraturan Persiden
Republik Indonesia (Perpres) No 42 tahun 2010. Komite ini dibentuk
untukmengkoordinasikan perumusan, pelaksanaan, pengendalian, dan kebijakan
nasional industri pertahanan. Komite ini juga berupaya untuk meningkatkan
kapasitas produksi produsen alutsista dan non alutsista.

KKIP beranggotakan: Menteri Pertahanan sebagai Ketua; Menteri Negara


BUMN sebagai Wakil Ketua; Wakil Menteri Pertahanan sebagai Sekretaris dan
anggota yang terdiri dari: Menteri Riset Dan Teknologi, Panglima TNI dan Kapolri.

Pada bulan Juni 2010 saat Presiden Republik Indonesia, Dr. H. Susilo Bambang
Yudhoyono berkunjung ke Turki, Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Turki
sepakat melakukan kerjasama bilateral di bidang industry pertahanan, melalui salah
satu BUMNIS yakni PTDI, yang akan membantu memodifikasi beberapa pesawat
terbang milik Turki untuk keperluan patrol maritim.

29
Pada tahun ini juga dicetuskan bahwa Pemerintah Indonesia akan bekerjasama
dengan Pemerintah Korea Selatan untuk membuat pesawat tempur KFX/IFX.
Pesawat tempur generasi 4,5 ini kemampuannya di atas F16 dan Sukhoi dan di
bawah F35. Mengenai pendanaan akan ditanggung Pemerintah Korea Selatan
sebesar 80% dan Pemerintah Indonesia sebesar 20%. Pesanan pertama untuk
pesawat tempur ini 100 unit untuk Angkatan Udara Korea Selatan dan 50 unit untuk
TNI Angkatan Udara. Sampai saat ini masih didefinisikan tentang pesawat tersebut
yang melibatkan puluhan insinyur dari kedua Negara. Selama 2 tahun lebih 37
insinyur Indonesia (dari PTDI, Kementerian Pertahanan dan ITB) masih bekerja
terus di Seoul Korea Selatan.

 Tahun 2011
PTDI pada tahun ini berada dalam tahap emergency karena mengalami “ defisit
cash flow. Menteri Negara BUMN telah menyetujui dan menginstruksikan PT
Perusahaan Pengelola Aset (PT PPA) untuk melaksanakan proses Restrukturisasi /
Revitalisasi (R/R) di PTDI sejak akhir 2010. Rencannya Business Plan harus masuk
bulan Pebruari 2012 tetapi ada kendala. Pada bulan Mei 2011 pula 1 (satu pesawat)
pesanan A D Trade untuk Senegal sudah sampai di Senegal – Afrika. Demikian
juga dengan 2 (dua) pesawat CN-235 KCG sudah sampai di Korea Selatan.

Tanggal 7 Oktober 2011, Wakil Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Letjen

T NI (Purn) Sjafrie Sjamsuddin mengikuti uji terbang pesawat CN295. Pada hari
Rabu, tanggal 26 Oktober 2011 untuk ketiga kalinya Presiden Republik
Indonesia, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono mengunjungi PT Dirgantara
Indonesia (Persero). Presiden selain didampingi Ibu Ani Yudhoyono juga sejumlah
Menteri. Dalam kesempatan ini Presiden menyaksikan penandatanganan
pengadaan 9 unit CN295 antara Kementerian Pertahanan dengan PTDI seharga $
325 juta.

Dengan penanganan RR, maka pada tahun 2012 – 2015 memasuki tahap
Restrukturisasi dan Stabilitasi. Dan pada tahun 2016 mendatang memasuki tahap
Pertumbuhan (growth).

30
 Tahun 2012
Pertama dalam sejarah PTDI selama 36 tahun bahwa Direksi saat ini dibawah
pimpinan Dr. Budi Santoso telah mengantongi nilai kontrak sampai tahun 2014
mendatang sebesar Rp. 8 Trilyun lebih. Dengan nilai kontrak sebesar itu berarti tiap
tahunnya ada peningkatan nilai sebesar 150% lebih. Ini adalah prestasi yang
mencengangkan dan membanggakan. MDengan perolehan kontrak ini maka
diharapkan dalam tutup buku tahun 2012, 2013 dan 2014 PTDI akan mengulangi
keberhasilan di tahun 2001 yang semapat membukukan keuntungan sebesar Rp
11,26 milyar.

Pada tanggal 15 Pebruari 2012 lalu di tengah-tengah acara Singapore A ir Show


PTDI menandatangani Letter of Intent (LoI) atau kesepakatan pembelian 20
pesawat N219 ditambah opsi 10 dengan PT Nusantara Buana A ir (PT NBA ). Nilai
penjualan tersebut sebesar $ 120 juta. Kesepakatan tersebut masing -masing
ditandatangani Dirut PTDI, Budi Santoso dan Dirut PT NBA , Laurens Prawira
Nata Mihardja.

Tanggal 9 Maret 2012 PTDI menyelesaikan pesanan Korea Coast Guard. Pada
hari Jum’at itu CN235 KCG diterbangkan dari Bandung menuju Korea Selatan.
Pada tahun ini pula PTDI sedang berupaya keras untuk mendapatkan sertifikasi dari
EASA Eropa khusus untuk perawatan pesawat Airbus A 320. Disamping itu PTDI
mendapat kepercayaan untuk membuat sebagian dari komponen sayap Airbus A
350. Di tahun ini pula order melalui pesawat Airbus A 350 tidak hanya diperoleh
dari pembuatan komponennya melainkan juga sudah terlibat dalam proses rancang
bangun meskipun kuantitasnya masih relatif kecil.

31
BAB III
 Ruang Lingkup Pekerjaan
Sejak tahun 1995 PT Dirgantara Indonesia membentuk Tim Pembina Pabrik
Domestik (TP2D) yang bertujuan mendorong pertumbuhan industri nasional.
Aktivitas yang dilakukan adalah pelatihan-pelatihan teknologi dan peningkatan
SDM kepada industri kecil dan menengah yang berbasis teknologi. Telah dibina 30
perusahaan yang terdiri dari industri manufaktur, pemeliharaan bengkel, supplier,
laboratorium dan perusahaan penerbangan. Saat ini sedang disiapkan program yang
sama untuk perusahaan yang tergabung dalam ASPEP (Asosiasi Permesinan dan
Pekerjaan Logam). Berikut produk dan jasa PT. DI :
 Produk
1. Aircraft Full Development :
a) N250
b) N2130
2. Aircraft Joint Development and Production:
a) CN235 Sipil
b) CN235 Militer
c) CN235 Maritim
3. Aircraft under license Production :
a) NC212 \
4. Helicopter under license Production :
a) NBELL-412HP/SP – medium twin helicopter
b) Super Puma NAS-332– heavy helicopter
c) NBO-105CB/CBS – light twin helicopter
5. Subcontract Program :
a) Boeing B737, B757, B767
b) Lockhead F16
c) Mitsubishi Heavy Industry
d) Airbus A330, A340, A380
 Jasa
a. Engineering work packages; design, development. testing

32
b. Manufacturing subcontracts
c. Aircraft Maintenance Repair and Overhaul (MRO)
d. Engine Maintenance Repair and Overhaul (MRO)
e. Aircraft Industrial Tooling & Equipment Manufacturing
 Proses Produksi
Secara garis besar proses produksi pesawat mencakup beberapa tahapan,
diantaranya:
1. Gudang penyimpanan
Sebelum bahan baku diproses menjadi komponen terlebih dahulu
dilakukan evaluasi dan pengujian Quality Assurance melalui destruction
inspection maupun non-destruction inspection. Pengujian dimaksudkan
untuk mengetahui kualitas dan adanya korosi. Selanjutnya bahan baku
tersebut ditempatkan di gudang penyimpanan sesuai dengan
spesifikasinya.
2. Pre-cutting
Bahan baku yang sudah diperiksa dikirim ke bagian pre-cutting
sesuai dengan permintaan bagian produksi disertai job card yang tersedia.
Proses ini dilaksanakan antara lain untuk menghemat bahan yang diproses,
memudahkan pelaksanaan dan pengontrolan bahan. Bahan yang telah
dipotong diperiksa kembali oleh Quality Assurance dan dikirim ke
Fabrikasi untuk proses selanjutnya.
3. Fabrikasi
Bagian ini bertugas membuat komponen pesawat terbang dan
helikopter serta membuat dan menyiapkan tool dan jig sebagai alat bantu
pembuatan kompenen. Pembuatan komponen dilakukan melalui proses
permesinan maupun tidak (di machining shop maupun sheet metal formin).
Perlakuan lain yang diterapkan untuk komponen di atas:
a) Heat Treatment
Suatu perlakuan yang diterapkan terhadap bahan baku sehingga
lebih memudahkan proses pembuatan komponen. Proses yang
dilakukan antara lain: pengerasan, pelunakan dan penormalan

33
kembali. Ketiga hal tersebut di atas dilakukan dengan cara pemanasan,
pendinginan dan kombinasi antara pemanasan dan pendinginan.
Komponen yang memerlukan perlakuan di atas adalah komponen
yang dibuat dengan cara pengepresan.
b) Surface Treatment
Suatu perlakuan pelapisan komponen secara kimiawi sehingga
komponen lebih tahan korosi. Selain di atas terdapat perlakuan lain
terhadap komponen dengan cara chemical milling. Komponen yang
mendapat perlakuan di atas antara lain yang dibuat di sheet metal
forming, machining shop juga komponen-komponen yang dibentuk
dengan cara stretch forming dan rubber press.
c) Pengecatan Dasar
Suatu perlakuan lanjut agar komponen-komponen di atas lebih tahan
korosi. Sebelum komponen-komponen di atas dirakit dibagian fixed
wing dan rotary wing diadakan pengujian final oleh bagian Quality
Assurance sesuai data yang tercantum dalam dokumen
4. Rotary Wing
Bertugas merakit pesawat helikopter dari struktur awal sampai
final, termasuk di dalamnya mesin, sistem elektrik, sistem avionik, interior
dan sebagainya. Perakitan yang disesuaikan dengan pesanan atau
kebutuhan pemesan yang disesuaikan dengan misi dan fungsi pesawat
tersebut dalam operasi.
5. Fixed Wing
Bertugas merakit pesawat bersayap tetap dan proses perakitannya sama
seperti rotary wing. Berikut adalah skematiis tata kerja pembuatan sebuah
pesawat :

34
Gambar 3. 1 Skematis Tata Kerja PT Dirgantara Indonesia

35
BAB IV
 Struktur Organisasi

Gambar 4. 1 Struktur Organisasi Perusahaan

1. Direktur Utama
Memimpin perusahaan agar menjadi lebih mandiri secara bisnis
serta mampu bersaiang di pasar internasional serta dapat penguasaan
teknologi kedirgantaraan beserta pengembangan untuk mengurangi
ketergantugan dari luar.
2. Wakil Direktur Utama
Membantu Direktur Utama untuk menjadi salah satu perusahaan
pendorong pertumbuhan industri nasional serta menumbuhkan kekuatan bangsa
di bidang kedirgantaraan untuk menunjang ketahanan dan keamanan nasional.
3. Satuan Pengawasan Intern

36
Melaksanakan sistem pengamanan perusahaan secara fisik dan non fisik
terhdap segala kemungkinan bahaya bencana agar terdapat kesatuan cara
bertindak untuk pencegahan dan penanggulangan yang berdaya guna, sehingga
pelaksanaannya dapat menjamin untuk mewujudkan rasa dan situasi aman,
tentran, tertib dan teratur dalam rangka menunjang visi, misi dan tujuan
perusahaan.
4. Divisi Manajemen Resiko
Sebagai perekonomian dan arahan tentang pengelolaan resiko yang
mungkin terjadi dalam menjalankan kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai
tujuan perusahaan untuk meminimalkan dampak negatif yang lemungkinan
terjadi.

5. Sekertaris Perusahaan
Tugas dari sekertaris perusahaan adalah sebagai berikut :

a) Memastikan perusahaan direksi sesuai dengan peraturan perusahaan


dan ketentuan Good Corporate Gverence (GCG), serta memfasilitasi
pelaksanaan GCG melalui kegiatan-kegiatan perusahaan.
b) Mengembangkan dan mempertahankan citra perusahaan melalui
kehumasan yang efeektif.
c) Menyediakan sistem informasi komputasi bisnis yang handal guna
mendukung proses bisnis dan kegiatan perusahaan yang efektif,
efisien dan profitable.

6. Asisten Pengamanan
Menjadikan pengamanan sebagai bagian integral dan budaya perusahaan
(Corporate Culture) dan sebagai landasan etika, perilaku seluruh karyawan
(Security Mindedness) PT. Dirgantara Indonesia, untuk mendukung terwujudnya
perusahaan yang memiliki iklim kerja dan usaha yang sehat, dinamis dan aman.
7. Direktorat Niaga dan Pengembangan Usaha
Dibagi menjadi 3 Divisi yang terdiri dari :
a) Divisi Riset dan Pengembangan Pasar, Bertugas :

37
1. Membuat strategi, kebijakan dan prosedur yang mengarah pada
perencanaan, riset dan pengembangan pasar yang handal dalam
meningkatkan peluang-peluang bagi produk-produk perusahaan
serta demi tercapainya sasaran-sasaran pemasaran perusahaan.
2. Memastikan bahwasanya keputusan-keputusan didasarkan pada
peluang dan kebutuhan pasar.
b) Divisi Integrasi Komersial dan Pengembangan Usaha
Menyiapkan kreasi-kreasi solusi bisnis untuk mencapai target pemasaran
dan penjualan serta menjaga kesinambungan bisnis perusahaan.
c) Divisi Pemasaran
1. Melakukan kordinasi untuk persiapan kontrak pemasaran produk
dan jasa perusahaan dari seluruh fungsi-fungsi yang ada didalam
perusahaan.
2. Menjaga hubungan dengan konsumen untuk program yang sedang
berjalan termasuk adanya program yang akan datang.
8. Direktorat Teknologi
Dibagi menjadi 5 Divisi yaitu :
a) Divisi Pusat Pengembangan Teknologi
Sebagai pedoman dan arahan dalam proses pemilihan dan penentuan
langkah yang diperlukan untuk mengembangkan teknologi yang akan
diintegrasikan kedalam produk-produk yang terkait dengan teknologi
kedirgantaraan serta menjaga kesiapan seluruh peralatan
pengembangan teknologi sehingga dalam mengintegrasikan seluruh
proses pengembangan teknologi dan peralatan yang dipilih akan dicapai
rangkaian proses yang paling efisien, efektif dan kompetitif.

b) Divisi Pusat Pengembangan Pesawat Terbang


Sebagai pedomn dan arahan dalam merancang, mengelola serta
melaksanakan publikasi dan komunikasi antara perusahaan dengan
publik, baik internal maupun eksternal melalui berbagai media

38
komunikasi massa untuk menciptakan hubungan baik dan harmonis
dalam upaya menjaga meningkatkan citra perusahaan.
c) Divisi Pusat Uji Terbang
Sebagai pedoman dan arahan dalam pelaksanaan penyediaan dan
pengelolaan sistem informasi manajemen didalam perusahaan,
sehingga dapat mendukung bisnis perusahaan secara efektif, efisien dan
pada tingkat resiko yang dapat dikelola perusahaan serta dapat
meningkatkan keunggulan kompettitif perusahaan.
d) Divisi Pusat Laboratorium Uji dan Pengukuran
Sebagai pedoman dan arahan tentang hirarki, penyiapan,
pemeriksaan dan penerbitan command media, tulisan dinas serta sistem
administrasinya agar tercapai visi, misi dan tujuan perusahaan secara
efektif.
e) Divisi Pusat Keselamatan dan Sertifikasi
Sebagai pedoman dan arahan dalam pengelolaan keselamatan,
kesehatan kerja dan lingkungan hidup yang bertujuan untuk
memberikan bagi tenaga kerja, mitra kerja serta lingkungannya.
9. Direktorat Operasi atau Produksi
Dibagi menjadi 2 Divisi yaitu :
a) Divisi Logistik dan Kawasan Berikat
1. Menghimpun, menganalisa supplier yang masih bermasalah
baik secara sistem maupun manual.
2. Membuat proposal pengganti material pesawat ke enginering
b) Divisi Pengembangan Sistem Produksi
Sebagai pedoman dan arahan pengelolaan pengadaan barang
material, properti dan jasa dengan menjamin pelaksanaan yang
transparan, memperhatikan mutu yang tinggi, harga yang optimal,
etika bisnis dari pelanggan dan pemasok.

10. Direktorat Keuangan


Dibagi menjadi 3 Divisi yaitu :

39
a) Divisi Perencanaan
Merencanakan, melaksanakan, menetapkan arah, sasaran
dan starategi yang jelas untuk masa depan perusahaan dalam
menghadapi perubahan lingkungan eksternal maupun internal.
b) Divisi Pendanaan
Mengatur likuiditas perusahaan dalam bertanggung jawab
atas kelancaran, pelaksanaan dan pengamanan baik penerimaan
maupun pembayaran, serta melakukan pengembangan terhadap
penjajagan sumber pendanaan yang baru yang menguntungkan bagi
perusahaan
c) Divisi Akutansi
1. Merencanakan, menyusun, memelihara prosedur, sistem
akutansi dan kebijakan akutansi sesuai perkembangan proses
bisnis perusahaan.
2. Mengimplementasikan dan mengendalikan pelaksanaan
prinsip-prinsip akutansi yang ditetapkan ikatan akutansi
dalam proses pencatatn akutansi.

11. Direktorat Umum


Dibagi menjadi 3 Divisi yaitu :
a) Divisi Sumber Daya Manusia
Sebagai pedoman dan arahan untuk pengelolaan Sumber
Daya Manusia (SDM) yang mengakomodasikan prinsip-prinsip
manajemen SDM sehingga terdapat ketersediaan SDM secara
efektif dan efisien sesuai kebutuhan perusahaan dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dalam mendukung tujuan
perusahaan.
b) Divisi Hukum
Merencanakan, mengkordinir dan mengendalikan
pembuatan pemrosesan semua produk hukum perusahaan dalam
bentuk ketentuan peraturan hukum guna kelancaran pelaksanaan

40
aktivitas perusahaan serta menerbitkan produk hukum dalam bidang
bisnis untuk melegitimasi bisnis perusahaan dan berkewajiban
menyelesaikan permasalahan hukum yang timbul berdasarkan
ketentuan perundang-undangan nasional dan internasional yang
berlaku.
c) Divisi Fasilitas
1. Menciptakan, mengelola dan mengembangkan bisnis umum
yang menjadi bidang usaha fasilitas : penyewaan gedung,
transportasi darat atau laut, kesehatan, telekomunikasi, dll.
2. Membuat perencanaan dan peleksanaan pemeliharaan,
renovasi dan pengembangan fasilitas.

12. Divisi Jaminan Mutu


Divisi ini bertugas :
1. Menjamin bahwa operasional perusahaan telah diperbaiki secara
berkesinambungan, sehingga menghasilkan produk yang unggul
kualitasnya di dunia.
2. Menjamin kepuasan pelanggan bagi seluruh produk dan jasa
perusahaan.
3. Memastikan kesesuaian semua proses dan produk terhadap
persyaratan aturan keselamatan penerbangan yang berlaku di
Indonesia dan Authority Asing.

13. Satuan Usaha Aircraft


Memproduksi beragam pesawat untuk memenuhi berbagai misi
sipil, militer, dan juga misi khusus. Pesawat berkapasitas 19-24
penumpang, dengan beragam versi, dan dapat lepas landas dan mendarat
dalam jarak pendek serta mampu beroperasi dalam landasan rumput atau
tanah, dll.

14. Satuan Usaha Strukture

41
Didukung oleh tenaga ahli yang berpengalaman dan mempunyai
kemampuan tinggi dalam manufaktur pesawat, dilengkapi pula dengan fasilitas
manufaktur dengan ketetapan tinggi, seperti mesin-mesin canggih, bengkel dan
pengelasan.

15. Satuan Usaha Aircraft Services


Dengan keahlian dan pengalaman bertahun-tahun, unit usaha
aircraft services menyediakan services pemeliharaan pesawat dan
helikopter berbagai jenis.

16. Satuan Usaha Engineering Services


Dilengkapi dengan peralatan perancangan dan analisis yang
cangggih, fasilitas uji berteknologi serta tenaga ahli yang berlisensi dan
berpengalaman standar Internasional, satuan usaha engineering services
siap memenuhi kebutuhan produk dan jasa bidang engineering.

17. Satuan Usaha Defence


Bisnis utama satuan usaha defence terdiri dari produk-produk
militer, perawatan, perbaikan, pengujian, dan kalibrasi baik secara
mekanik maupun elektrik dengan tingkat akurasi yang tinggi, integrasi
alat-alat perang, produksi beragam sistem senjata.

42
BAB V
PENUTUP
 Kesimpulan
Program magang sendiri memang diperlukan sebagai sarana pengenalan
dalam dunia kerja yang menambah ilmu mahasiswa agar ketika mahasiswa
telah lulus nanti dan mahasiswa ingin bekerja pada industri, mahasiswa
sudah siap menghadapi dunia kerja karena ilmu saja belum cukup untuk
memasuki dunia kerja maka dari itu dibutuhkan pengalaman juga. Maka
pengalaman inilah yang didapatkan dari program magang.

 Saran
Mematuhi semua peraturan di lingkungan perusahaan dan mematuhi dan
memakai perlengkepan K3 untuk keselamatan mahasiswa dalam bekerja.

 Kontak Perusahaan
PT Dirgantara Indonesia (Persero)
Jalan Pajajaran No. 154
Bandung 40174
West Java - Indonesia
Humas : pub-rel@indonesian-aerospace.com
Marketing : marketing@indonesian-aerospace.com

43

Anda mungkin juga menyukai