Anda di halaman 1dari 5

BAB I

DEFINISI

A. Pengertian Pelayanan Kerohanian


Pelayanan bantuan rohani bagi pasien dan keluarganya dalam menghadapi sakit yang
dideritanya serta diharapkan dapat menciptakan loyalitas pelanggan untuk komunitas
beragama. Pendamping pastoral adalah gabungan dua kata yang mempunyai makna
pelayanan, yaitu kata pandamping dan pastoral. Istilah pendamping berasal dari kata kerja
“mendampingi”. Mendampingi merupakan suatu kegiatan menolong orang lain yang
karena sesuatu sebab perlu didampingi. Orang yang melakukan kegiatan mendampingi
tersebut “pendamping”.
Antara yang didampingi dengan pendamping terjadi suatu interaksi sejajar dan atau
relasi timbal balik. Pihak yang paling bertanggung jawab (sejauh mungkin sesuai dengan
kemampuan) adalah pihak yang didampingi. Dengan demikian, istilah pendamping
memiliki arti kegiatan kemitraan, bahu membahu, menemani, membagi/berbagi dengan
tujuan saling menumbuhkan dan mengutuhkan. Yang dimaksud dengan fungsi adalah
kegunaan atau manfaat yang dapat diperoleh dari pekerjaan pendamping tersebut. Dengan
demikian, fungsi pendampingan merupakan tujuan-tujuan operasional yang hendak
dicapai dalam memberikan pertolongan kepada orang lain.
Howard dan Clinebell dalam Aart Van Beek 12 mengemukankan enam fungsi dari
pengembalaan atau pendampingan pastoral yang merupakan tujuan-tujuan operasional
yang hendak dicapai dalam memberikan pertolongan kepada orang lain, antara lain:
1. Fungsi membimbing
Orang yang didampingi, ditolong untuk memilih/mengambil keputusan tentang apa
yang akan ditempuh atau apa yang akan menjadi masa depannya. Pendamping
mengemukakan beberapa beberapa kemungkinan yang bertanggung jawab dengan segala
resikonya, sambil membimbing orang kearah pemilihan yang berguna. Pengambilan
keputusan tentang masa depan ataupun mengubah dan memperbaiki tingkah laku tertentu,
tetap ditangan orang yang mendampingi (penderita).
2. Fungsi mendamaikan/memperbaiki hubungan
Pendamping pastoral dapat berfungsi sebagai perantara untuk memperbaiki hubungan
yang rusak dan terganggu. Menganalisa mana yang mengancam hubungan, akhirnya
mencari alternatif untuk memperbaiki hubungan tersebut. Hal yang perlu mendapat
perhatian pendamping adalah jangan sampai pendamping memihak salah satu pihak, ia
hendaknya menjadi orang yang netral atau penengah yang bijaksana.
3. Fungsi penompang atau penyokong
Kita diperhadapkan kepada seseorang yang tiba-tiba mengalami krisis mendalam
(kehilangan kematian orang-orang yang dikasihi, dukacita) dan seringkali pada saat itu

1
kita tidak dapat berbuat banyak untuk menolong. Keadaan ini bukan berarti kita tidak
dapat melakukan pendamping, tetapi kehadiran kita adalah untuk membantu mereka
bertahan dalam situasi krisis yang bagaimanapun beratnya. Dukungan berupa kehadiran
dan sapaan yang meneduhkan dan sikap yang terbuka, akan mengurangi penderitaan
mereka.
4. Fungsi menyembuhkan
Dalam hal pendamping pastoral, fungsi penyembuhan ini sangat penting dalam arti
bahwa melalui pendamping yang berisi kasih sayang, rela mendengarkan segala keluhan
batin, dan kepedulian yang tinggi akan membuat seseorang yang sedang menderita
mengalami rasa aman dan kelegaan sebagai pintu masuk kearah penyembuhan yang
sebenarnya. Fungsi ini sangat penting karena berguna bagi mereka yang dukacita dan
luka batin akibat ditinggal seseorang, biasanya berakibat pada penyakit psikosomatis,
suatu penyakit yang secara langsung atau tidak langsung disebabkan oleh tekanan mental
yang sangat berat.
5. Fungsi mengasuh
Dalam hal menolong mereka yang memerlukan pendamping kita perlu melihat
potensi apa yang dapat menembuh-kembangkan kehidupan sebagai kekuatan yang dapat
diandalkannya untuk melanjutkan kehidupan. Untuk itu diperlukan pengasuhan kearah
pertumbuhan melalui proses pendamping pastoral.
6. Fungsi mengutuhkan
Fungsi ini adalah fungsi pusat karena sekaligus merupakan tujuan utama dari
pendampingan pastoral, yaitu pengutuhan kehidupan manusia dalam segala aspek
kehidupannya yakni: fisik, sosial, mental dan spiritual.

2
BAB II
RUANG LINGKUP

Sebagai Rumah Sakit Pemerintah Pelayanan Kerohanian yang dilaksanakan oleh RSD.
Kolonel Abundjani diperuntukkan bagi setiap pasien dan atau keluarganya tanpa
membedakan suku agama, ras, jenis kelamin, golongan maupun status sosial.

3
BAB III
TATA LAKSANA

Kegiatan ini tidak lepas dari fungsi pendampingan (sesuai fungsi menyembuhkan) yang
merupakan tujuan-tujuan operasional yang hendak dicapai dalam memberikan pertolongan
kepada orang lain sebagaimana telah disebutkan diatas dengan tujuan bahwa melalui
interaksi ini kita dapat membawa pasien pada hubungan dengan Tuhan.
A. Tim Kerohanian
1. RSD Kolonel Abundjani membentuk tim kerohaniam yang terdiri dari unsur
rohaniawan agama islam, kristen protestan dan kristen katolik, dan staf di setiap
ruangan yang diberikan tugas untuk mengurusi kebutuhan pelayanan kerohanian.
2. RSD Kolonel Abundjani bekerjasama dengan Departemen Agama Kabupaten
Merangin untuk membantu menyediakan rohaniawan yang belum disediakan rumah
sakit.
B. Tempat Pelayanan
Pelayanan kerohanian dapat dilakukan di tempat pelayanan Pasien, seperti:
1. Ruang Perawatan pasien rawat inap
2. Ruang Perawatan pasien ICU.
3. Bila pasien masih diruang perawat pertama (IGD) atau di ruangan observasi, maka
pelayanan kerohanian dapat dilakukan ruang duka (Kamar Jenazah).
C. Tata Tertib
Selama pelayanan kerohanian agar diperhatikan tata tertib sebagai berikut :
1. Tidak mengganggu kenyamanan pasien lainnya.
2. Tidak memaksakan keyakinan atau agama kepada pasien.
3. Tidak bertentangan dengan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Pelayanan kerohanian harus melalui pihak RSD Kolonel Abundjani
D. Prosedur Pelaksanaan
1. Perawat memberikan informasi pada saat orientasi pasien tentang bahwa rumah sakit
menyediakan pelayanan kerohanian.
2. Pasien atau keluarga meminta pelayanan kerohanian kepada pihak rumah sakit dan
mengisi form yang telah disediakan.
3. Perawat menghubungi Tim Kerohanian rumah sakit untuk memfasilitasi pelayanan
kerohanian.
4. Rohaniawan melapor keruangan yang dituju, rohaniawan diberikan tanda pengenal
rohaniawan. Kecuali rohaniawan yang didatangkan oleh keluarga, terlebih dahulu
meminta identitas diri/KTP dan melakukan pencatatan di buku kunjungan.
5. Rohaniawan mengisi form bukti pelayanan kerohanian setelah memberikan pelayanan
kerohanian.

4
BAB IV
DOKUMENTASI

Pelayanan kerohanian harus didokumentasi :


a. Permintaan tertulis dari pasien atau keluarga (Formulir permintaan pelayanan
kerohanian)
b. Bukti telah melaksanakan pelayanan kerohanian (Formulir bukti pelayanan
kerohanian)
c. Bukti catatan telah dilaksanakan kerohanian disimpan dalam status rekam medis
pasien

Ditetapkan : di Bangko
Pada tanggal : 03 Juli 2019
DIREKTUR
RSD KOLONEL ABUNDJANI

BERMAN SARAGIH

Anda mungkin juga menyukai