Menurut sosiologi Popenoe (1983: 8-9) serta Spencer dan Inkeles (1982:20), cakupannya dapat dibeakan
menjadi dua macam , yaitu sosiologi makro dan sosiologi mikro.Sosiologi makro menurut Popenoe
(1983:9) sebagai “…the study of the large scale structures of society and how they relate to one anther”.
Menurut Sanderson (1982:3) adlah versi yang sangat riuh dan sangat banyak menggunakan berbagai
konsep, teori dan temuan dari dua ilm social yang berbeda yaitu antropologi dan sejarah. selanjutnya
Sanderson mengemukkan bahwa paling tidak terdapat enam strategis teoretis berkaitan dengan luasnya
kajian sosiologi makro yaitu :
Sedangkan untuk kajian sosiolgi mikro menurut Popenoe (1983:9), “the study of the individual as
social being”. Dalam arti lebih memfokuskan pad akajian individual sebagai imakhluk social .
sosiologi of everyday life yang bersifat mikro, khususnya dalam keluarrga
1. Tingkat budaya
Edward B. Tylor mengemukakan bahwa kebudyan merupakan keseluruhan kompleks yang
meluputi pengetahuan, kepercayaan seni moral, hokum, kebiasaan dan kemampuan kemampuan
serta tata cara lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat (Tylor, 192: 1).
2. Tingkat Individual
Tingkatan ini menempatkan individual sebagai pusat perhatian untuk analisis utama sebagai
cntoh adalah Max Weber (1864-1920) seorang sosiolog jerman yang dilahirkan di Erfurt dan
dibesarkan di berlin. Weber mendefinisikan sosiologi sebagai:
…suatu ilmu pengetahuan yang berusaha memperoleh pemanhaman interpretetif mengenai
tindakan social agar dengan demikian dapat sampai ke suatu penjelasan kausal mengenai arah
dan akibat akibatnya dengan indakan dimaksudkan semua perialaku manusia apabila atau
sepanjang individu yang bertindak itu meberikan arti subjektif kepada tindakan itu … tindakan
itu disebut social karena arti subjektif tadi dihubungkan dengannya oleh individu yang bertindak,
… memengaruhi perilaku orang lain dank arena itu diarahkan ke ujungnya (parsons, 1964:5)
3. Tingkat Intepersonal
Kenyataan social pada tinngkat ini meliputi interaksi antar individu dengan individu maupun
dengan kelompok, dalam arti yang berhubungan dengan komunikasi simbolis, penyesuain timbal
balik, negosiasi tindakan yang saling tergantung, kerja sama, maupun konnflik, dua perspektif
teoretis utama yang menekankan tingkatan ini adalah teorii interaksionisme simbolik dan teori
pertukaran (Johnson, 1986:61;Zeitlin, 1995:331).
Ditinjau dari perfektif dominan dalam sosiologi, menurut Metta Spencer dan Alex Inkeles
(1982: 13-17) dapat dibedakan menjadi empat model, yakni (1) Model structural-Fungsinal,
(2) Model konflik (3) model Interaksionasisme-simbolik, dan (4) model etnometologi.
Menurut Faris (1964:5), ..The fact that all men have values does not mean that prejudice bears on every
possible issue, and it does not mean that prejudice bears on every possible issue, and it does not have to
render impossible a value-free science.