Anda di halaman 1dari 3

G Fokus analisis, klasifikasi kenyataan social , dan persektif dominan dalam sosiologi

Menurut sosiologi Popenoe (1983: 8-9) serta Spencer dan Inkeles (1982:20), cakupannya dapat dibeakan
menjadi dua macam , yaitu sosiologi makro dan sosiologi mikro.Sosiologi makro menurut Popenoe
(1983:9) sebagai “…the study of the large scale structures of society and how they relate to one anther”.

Menurut Sanderson (1982:3) adlah versi yang sangat riuh dan sangat banyak menggunakan berbagai
konsep, teori dan temuan dari dua ilm social yang berbeda yaitu antropologi dan sejarah. selanjutnya
Sanderson mengemukkan bahwa paling tidak terdapat enam strategis teoretis berkaitan dengan luasnya
kajian sosiologi makro yaitu :

1. Meterialisme , mengasumsikan bahwa kondisi –kondisi material dari eksistensi manusia


seperti tingkat teknologi , pola kehidupan ekonnomi dan ciriciri ingkungan alamiah
merupakan penyebab yang menentukan pengorganisasian masyarakat manusia dan berbagai
perubahan penting yang terjadi di dalamnya.
2. Idealisme menegaskan signifikansi pikiran manusia dan kreasinya seperti pemikira, gagasan,
kode simbolik bahasa dan seterusnya dalam menentukan pengorganisasian masyarakat dan
perubahan social
3. Fungsionalisme berusaha menjelaskan ciri ciri dasar kehidupan manusia sebgai respons
terhadap kebutuhan dan perimintaan masyarakat sebagai system social yang pernah ada.
4. Strategis konflik memandang masyarakat sebagai arena di mana masing individu dan
kelompok bertarung untuk memenuhi sebagai kebutuhan dan keinginannya .
5. Strategis evolutioner memusatkan perhatian kepada upaya mendeskripsikan dan menjelaskan
transformsi social jagka panjang, yang diasumsiakn akan memperlihatkan arah
teransformasi untuk seluruh perubahan dalam masyarakat manusia.
6. Strategi eletisisime memberikan toleransi kepada semua sudut pandang yang ada, yang
dalam praktiknya berarti menggukan bagian bagian darii setiap yang ada untuk menjelaskan
banyak keadaan kehidupan social.

Sedangkan untuk kajian sosiolgi mikro menurut Popenoe (1983:9), “the study of the individual as
social being”. Dalam arti lebih memfokuskan pad akajian individual sebagai imakhluk social .
sosiologi of everyday life yang bersifat mikro, khususnya dalam keluarrga

Untuk memudahkan pemahaman dalam mengklasifikasikan berbagai tingkatan dalam kenyataan


social menurut jhonson (!986: 61-62) dapat dibedakan menjadi 4 (empat) tingaktan yaitu tingakatan
budaya , individu , interpersonal dan struktur social.

1. Tingkat budaya
Edward B. Tylor mengemukakan bahwa kebudyan merupakan keseluruhan kompleks yang
meluputi pengetahuan, kepercayaan seni moral, hokum, kebiasaan dan kemampuan kemampuan
serta tata cara lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat (Tylor, 192: 1).
2. Tingkat Individual
Tingkatan ini menempatkan individual sebagai pusat perhatian untuk analisis utama sebagai
cntoh adalah Max Weber (1864-1920) seorang sosiolog jerman yang dilahirkan di Erfurt dan
dibesarkan di berlin. Weber mendefinisikan sosiologi sebagai:
…suatu ilmu pengetahuan yang berusaha memperoleh pemanhaman interpretetif mengenai
tindakan social agar dengan demikian dapat sampai ke suatu penjelasan kausal mengenai arah
dan akibat akibatnya dengan indakan dimaksudkan semua perialaku manusia apabila atau
sepanjang individu yang bertindak itu meberikan arti subjektif kepada tindakan itu … tindakan
itu disebut social karena arti subjektif tadi dihubungkan dengannya oleh individu yang bertindak,
… memengaruhi perilaku orang lain dank arena itu diarahkan ke ujungnya (parsons, 1964:5)

3. Tingkat Intepersonal
Kenyataan social pada tinngkat ini meliputi interaksi antar individu dengan individu maupun
dengan kelompok, dalam arti yang berhubungan dengan komunikasi simbolis, penyesuain timbal
balik, negosiasi tindakan yang saling tergantung, kerja sama, maupun konnflik, dua perspektif
teoretis utama yang menekankan tingkatan ini adalah teorii interaksionisme simbolik dan teori
pertukaran (Johnson, 1986:61;Zeitlin, 1995:331).

4. Tingkat Struktur Sosial


Dua alran utama yang berhubungan dengan tingkatan ini adalah teory fungsional dann teori
konflik
a. Teori Fungsional
Teori yang terkenal ini diantaranya digagas oleh telcott Parsons yang dilahirkan tahun 1902
dikolese Amherst.
b. Teori Konflik
Teori ini bukanlah suatu teori yang terdapat ataupun komprehesif.Mungkin karena alas an
inilah teori konflik kedengarannya kurang begitu cocok untuk diangkat sejajar dengan teori-
teori sosiologi lainyan. Focus kajiannya adalah mengenal dan menganalisis kehadiran
konflik dalam kehidupan social, sebab dan bentuknya, sserta akibatnya dalam perubahan
social.

Ditinjau dari perfektif dominan dalam sosiologi, menurut Metta Spencer dan Alex Inkeles
(1982: 13-17) dapat dibedakan menjadi empat model, yakni (1) Model structural-Fungsinal,
(2) Model konflik (3) model Interaksionasisme-simbolik, dan (4) model etnometologi.

(1) Model Struktural-Fungsional


Masyarakat manusia sering dibandingkan dengan suatu organisme raksasa yang terdiri
dari banyak struktu, semuanya berfungsi secara bersama-sama untuk memelihara
keseluruhan system.
(2) Model Konflik
Menurut teori konflik, ahli fungsional sedang mendukung status quo dengan
menguraikan masyarakat seolah-olah dlam keadaan yang terbaik, sama dengan yang
diharapka..
(3) Model Interaksionisme Simbolik
Istilah Interaksionisme simbolis diciptakan oleh Herbert Blumer, figure yang terkemuka
dalam mempromosikan modelnya sejak 1930-an (Spencer dan Inkeles , 1982: 16).
(4) Model Etnometologi
Hal lain yang berkaitan erat dengan interaksionisme simbolis adalah model mikro yang
telah menjadi popular selama beberapa tahun yang lampau, yaitu etnometologi yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari fenomenologi.

H. OBJEKTIVITAS DALAM SOSIOLOGI

Menurut Faris (1964:5), ..The fact that all men have values does not mean that prejudice bears on every
possible issue, and it does not mean that prejudice bears on every possible issue, and it does not have to
render impossible a value-free science.

Anda mungkin juga menyukai