Anda di halaman 1dari 5

PENDAHULUAN senyawa aktif yang terdapat di dalam umbi

Bawang merah merupakan salah satu gadung antara lain alkaloid dioscorin,
komoditas sayuran unggulan yang sejak lama saponin dan tanin (Siswoyo, 2011).
telah diusahakan oleh petani secara intensif. Senyawa aktif saponin mempunyai efek
Komoditas sayuran ini termasuk ke dalam menurunkan tegangan permukaan sehingga
kelompok rempah tidak bersubstitusi yang merusak membran sel, menginaktifkan enzim
berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan sel dan merusak protein sel. Saponin dapat
serta obat tradisonal. Komoditi bawang berikatan dengan fosfolipid yang menyusun
merah merupakan tanaman yang berproduksi membran sel sehingga mengganggu
musiman dimana pada bulan-bulan tertentu permeabilitas membran sel. Permeabilitas
saja berproduksi sementara kebutuhan akan membran turun maka mengakibatkan
bawang merah hampir dipergunakan setiap senyawa-senyawa toksik masuk sehingga
hari terutama pada hari-hari besar menggangu proses metabolisme larva,
keagamaan. Permintaan akan bawang merah pembentukan ATP juga terhambat sehingga
terus meningkat sejalan dengan peningkatan larva kekurangan energi dan menyebabkan
jumlah penduduk. Pada tahun 2014 produksi kematian (Widodo, 2005).
bawang merah tertinggi terjadi pada bulan Senyawa aktif tanin merupakan senyawa
Januari, Juni dan Juli (Siagian, 2015). polifenol dan mempunyai kemampuan
Kendala dalam pembudidayaan bawang mengikat protein. Tanin dapat memengaruhi
merah di Indonesia ialah adanya serangan pertumbuhan dan perkembangan serangga
organisme ulat bawang (Spodoptera exigua) dengan dua cara, yaitu rasa sepat tanin dapat
yang merupakan OPT utama pada tanaman menurunkan tingkat konsumsi pakan serta
bawang merah. Jika tidak dikendalikan, kemampuan tanin untuk mengikat protein di
serangan hama tersebut dapat menyebabkan intestinum yang menyebabkan penurunan
kegagalan panen (Moekasan dkk, 2012). daya cerna dan absorpsi protein sehingga
Salah satu alternatif yang dapat larva kekurangan nutrisi dan menyebabkan
digunakan dalam mengendalikan hama kematian (Widodo, 2005).
adalah dengan memanfaatkan pestisida
nabati yang berasal dari tumbuhan sebagai BAHAN DAN METODE
pestisida nabati. Dengan memanfaatkan Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan
pestisida nabati dinilai relatif aman karena Bangkala, Kecamatan Manggala, Kota
tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Makassar dilanjutkan di Laboratorium Hama,
Selain itu, pembuatan pestisida nabati Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan,
terbilang mudah karena bahannya mudah Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin,
diperoleh dalam kehidupan sehari-hari yang berlangsung mulai Oktober – Desember
(Ramli dan Sumartina, 2013). 2017.
Umbi gadung (Diascorea hispida) Persiapan Media Tanam. Media tanam
merupakan tanaman yang dapat yang digunakan berupa campuran tanah dan
dimanfaatkan sebagai insektisida nabati. pupuk kandang dengan perbandingan 2:1.
Umbi gadung bersifat racun. Kandungan Tanah yang telah dicampur dengan pupuk
kandang kemudian dipindahkan ke polybag cara mengambil 5 ml ekstrak umbi gadung
dengan ukuran 20 x 20 cm. lalu dilarutkan ke dalam aquades sebanyak
Penanaman. Bibit bawang merah yang 95 ml, pembuatan larutan dengan konsentrasi
digunakan berumur 2 bulan sejak panen 10% dilakukan dengan cara mengambil 10
dengan tanda munculnya akar pada bawang. ml ekstrak umbi gadung lalu dilarutkan ke
Memilih bibit bawang merah yang akan dalam aquades sebanyak 90 ml, pembuatan
ditanam dengan ukuran 2 x 2,5 cm. Sehari larutan dengan konsentrasi 15% dilakukan
sebelum penanaman, ujung bibit bawang dengan cara mengambil 15 ml ekstrak umbi
merah dipotong terlebih dahulu dan gadung lalu dilarutkan ke dalam aquades
dikeringkan agar terhidar dari kemungkinan sebanyak 85 ml, pembuatan larutan dengan
adanya pembusukan pada bekas potongan konsentrasi 20% dilakukan dengan cara
tersebut. Membuat lubang tanam lalu mengambil 20 ml ekstrak umbi gadung lalu
membenamkan bibit dalam lubang tanam dilarutkan ke dalam aquades sebanyak 80 ml,
dengan sedikit menekan bibit ke bawah. sedangkan untuk kontrol hanya
Perbanyakan dan Pemeliharaan Larva. menggunakan aquades sebanyak 100 ml.
Perbanyakan larva Spodoptera exigua Pengaplikasian. Tanaman bawang merah
dilakukan agar larva yang digunakan pada berumur ±3 minggu diambil daunnya
saat percobaan berumur seragam. Larva yang sebanyak 5 helai kemudian dicelup ke dalam
digunakan adalah larva instar II. Tempat ekstrak umbi gadung secara terpisah pada
pembiakan Spodoptera exigua berupa berbagai konsentrasi. Setelah ekstrak terserap
kurungan berukuran 40 cm x 40 cm x 50 cm. ke dalam daun, dimasukkan ke dalam wadah
Pembuatan Ekstrak. Pembuatan ekstrak plastik yang berbeda-beda sesuai dengan
dilakukan dengan mengambil umbi gadung konsentrasinya. Kemudian masing-masing
ditimbang sebanyak 1,25 kg dan dibersihkan wadah plastik yang telah terisi daun bawang
terlebih dahulu menggunakan air mengalir merah diberi 10 ekor larva Spodoptera
dan dikering-anginkan, lalu diparut. Ekstrak exigua instar II yang telah dipuasakan selama
dimasukkan ke dalam toples dan direndam 6 jam sebelumnya lalu tutup. Setelah 24 jam,
dengan metanol sebanyak 1 liter sampai larva tersebut dipindahkan ke dalam wadah
menutupi permukaan ekstrak kemudian baru dan diberi makan daun bawang merah
ditutup rapat. Larutan ekstrak dibiarkan yang tidak diberi perlakuan.
selama 48 jam lalu diaduk dan dimasukkan Rancangan Percobaan. Rancangan yang
ke dalam botol. Hasil larutan diuapkan digunakan dalam penelitian adalah
selama 1 minggu untuk memisahkan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian
methanol dan zat terlarut, hasil pemisahan menggunakan 6 perlakuan dan diulang
tersebut digunakan untuk pengujian. Untuk sebanyak 3 kali, dimana setiap perlakuan
pembuatan larutan dengan konsentrasi 1% menggunakan ±5 helai daun. Perlakuan yang
dilakukan dengan cara mengambil 1 ml diberikan adalah sebagai berikut:
ekstrak umbi gadung lalu larutkan ke dalam P0 : Aquades 100% (kontrol)
aquades sebanyak 99 ml, pembuatan larutan P1 : Umbi gadung konsentrasi 1%
dengan konsentrasi 5% dilakukan dengan P2 : Umbi gadung konsentrasi 5%
P3 : Umbi gadung konsentrasi 10% setelah 7 hsa, namun, pada konsentrasi 10%
P4 : Umbi gadung konsentrasi 15% seekor larva mengalami perubahan wujud
P5 : Umbi gadung konsentrasi 20%
menjadi pupa setelah 7 hsa dan sisanya mati
Pengamatan. Pengamatan dilakukan setiap 2
jam selama 24 jsa, dihari berikutnya setelah 8 hsa. Seminggu kemudian, pupa
pengamatan dilakukan setiap 12 jam. tersebut berubah wujud menjadi imago tapi
Variabel yang diamati dalam percobaan
sayapnya tidak terbentuk sempurna/cacat.
adalah perilaku dan mortalitas larva
Spodoptera exigua pada tanaman bawang Pada konsentrasi 5% terjadi perubahan
merah. Perilaku yang diamati adalah tingkat perilaku setelah 9 hsa, perilaku yang
konsumsi larva, keaktifan larva dalam
ditunjukkan yaitu larva menjadi pasif makan,
bergerak, dan kotoran yang dikeluarkan.
Untuk menghitung mortalitas larva diam dan mengeluarkan sedikit feses dan
Spodoptera exigua dapat menggunakan akhirnya semua larva mati setelah 15 hsa.
rumus berikut : Pada konsentrasi 1% terjadi perubahan
𝑎
𝑀 = × 100% perilaku setelah 10 hsa, perilaku yang
𝑏
Keterangan: M : Mortalitas larva ditunjukkan yaitu larva menjadi pasif makan,
a : Jumlah larva yang mati
diam dan mengeluarkan sedikit feses dan
b : Jumlah larva awal
akhirnya semua larva mati setelah 16 hsa.
HASIL DAN PEMBAHASAN Sedangkan, pada kontrol menunjukkan
Perilaku Larva S. exigua dengan
perilaku aktif makan, aktif bergerak dan
Pemberian Berbagai Konsentrasi Umbi
mengeluarkan kotoran yang normal, namun
Gadung pada Tanaman Bawang Merah.
pada 7 hsa hingga 15 hsa satu per satu larva
Hasil pengamatan perilaku larva S.exigua
mulai berubah menjadi pupa yang awalnya
terhadap ekstrak umbi gadung pada
ditandai dengan perubahan perilaku menjadi
konsentrasi 20% menunjukkan adanya
pasif makan, diam, mengeluarkan sedikit
perubahan perilaku setelah 2 hsa, larva
feses, berubah warna menjadi kecoklatan dan
menjadi pasif makan, diam, dan
mengeluarkan lendir. Pupa yang dihasilkan
mengeluarkan sedikit feses dan akhirnya
berwarna coklat kehitaman dan kemudian
semua larva mati setelah 6 hsa . Pada
berubah menjadi imago dengan bagian tubuh
konsentrasi 15% dan 10% terjadi perubahan
yang sempurna. Akan tetapi, ada pula 6 ekor
perilaku setelah 3 hsa, perilaku yang
larva yang mati setelah 7 hsa, 8 hsa, 9 hsa, 10
ditunjukkan yaitu larva menjadi pasif makan,
hsa, dan 12 hsa.
diam dan mengeluarkan sedikit feses. Pada
konsentrasi 15% akhirnya semua larva mati
Mortalitas Larva S. exigua dengan dalam dan merusak sel (Nopianti, Astuti, &
Pemberian Berbagai Konsentrasi Ekstrak Damoto, 2008). Alkaloid yang masuk ke
Umbi Gadung pada Tanaman Bawang dalam tubuh larva melalui absorbsi dan
Merah. Berdasarkan data dari Tabel 1, rata- mendegradasi membran sel kulit, selain itu
rata mortalitas larva S. exigua terhadap alkaloid juga dapat mengganggu sistem kerja
ekstrak umbi gadung pada pengamatan 36 jsa saraf larva (Hapsari, 2012). Senyawa alkaloid
(jam setelah aplikasi), perlakuan konsentrasi berperan sebagai larvasida dengan cara
15% berbeda nyata dengan konsentrasi 20% menghambat daya makan larva (antifeedant),
tetapi tidak berbeda nyata dengan konsentrasi sehingga larva akan mengalami kekurangan
10%, 5%, 1% dan kontrol. Pada pengamatan nutrisi dan pada akhirnya mati (Wardani dkk,
204 jsa, setiap konsentrasi perlakuan yang 2010).
diberikan tidak berbeda nyata dengan Senyawa aktif lain yang terkandung
konsentrasi yang lainnya. Sedangkan, pada dalam umbi gadung adalah saponin. Saponin
372 jsa perlakuan konsentrasi 20% berbeda berperan dalam menurunkan intake makanan
nyata dengan konsentrasi 1% tetapi tidak pada serangga, menghambat perkembangan,
berbeda nyata dengan konsentrasi 15%, 10%, menggangu pertumbuhan dan menghambat
5% dan kontrol. reproduksi serangga (Pradani, 2009).
Tabel 1. Hasil pengamatan rata-rata Saponin mengakibatkan penurunan aktivitas
mortalitas larva Spodoptera enzim pencernaan dan penyerapan makanan
exigua pada berbagai pada serangga (Pradani, 2009). Selain itu,
konsentrasi ekstrak umbi saponin juga merusak membran kutikula
gadung larva sehingga dapat menyebabkan kematian
Pengamatan
larva (Pedro dkk, 2014). Saponin dapat
Perlakuan 204 372 menurunkan tegangan permukaan selaput
36 Jam mukosa traktus digestivus larva sehingga
Jam Jam
20% 16.17b 0a 0a dinding traktus digestivus menjadi korosif
15% 0a 0a 0a (Wardani, 2010). Selain itu, umbi gadung
10% 0a 0a 0a mengandung senyawa tanin yang bertindak
5% 0 a
10b 0a menghalangi serangga dalam mencerna
1% 0a 0a 3.33b makanan dan juga menyebabkan gangguan
Kontrol 0a 3.33a 0a penyerapan air pada organisme, sehingga
Dalam umbi gadung terkandung dapat mematikan organisme (Mardiana dkk,
alkaloid padat yakni dioscorin. Alkaloid 2009).
merupakan substansi yang bersifat basa dan
mengandung satu atau lebih atom nitrogen KESIMPULAN
dan bersifat toksik. Senyawa alkaloid dapat Pemberian ekstrak umbi gadung konsentrasi
menyebabkan keracunan apabila gadung 20% efektif menekan serangan Spodoptera
dikonsumsi (Pambayun, 2007). exigua mencapai 100%, pada konsentrasi
Alkaloid dalam bagian tumbuhan 15% mencapai 100%, pada konsentrasi 10%
berasa pahit, alkaloid berupa garam sehingga mencapai 96,76%, pada konsentrasi 5%
bisa mendegradasi membran sel masuk ke
mencapai 100%, dan pada konsentrasi 1% aegypti. Jurnal Kesehatan
mencapai 100%. Perilaku yang ditunjukkan Masyarakat Indonesia 6(2): 30-38.
yaitu pasif, yakni diam ditempat, hilangnya Widodo W. 2005. Tanaman Beracun Dalam
nafsu makan, perubahan warna tubuh, dan Kehidupan Ternak. Malang:
mengeluarkan lendir sampai akhirnya Universitas Muhamadiyah Malang
menjadi pupa atau mengalami kematian. Press.

DAFTAR PUSTAKA
Mardiana, Supraptini, dan Nunik Siti
Atninah. 2009. Datura Metel
Linnaeus Sebagai Insektisida dan
Larvasida Botani serta Bahan
Baku Obat Tradisional. Jurnal
Kesehatan XIX (2):1-4.
Pedro M. Gutierrez, Aubrey N A, Bryle
Adrian L., Eugenio, and Santos
MFL. 2014. Larvicidal Activity of
Selected Plant Extracts against the
Dengue vector Aedes aegypti
Mosquito. Int. Res. Journal
Biological Sci 3(4), 23-32.
Pradani F. Y. 2009. Indeks Pertumbuhan
Larva Aedes aegypti L. Yang
Terdedah Dalam Ekstrak Air Kulit
Jengkol (Pithecellobium lobatum).
Jurnal Kesehatan 1(2): 81-85.
Ramli dan Sumartina, Nina. 2013.
Efektifikasi Aplikasi Pestisida
Nabati Terhadap Hama Walang
Sangit (Leptotocorisa oratorius)
Pada Tanaman Padi (Oryza sativa)
di Kelompok Tani “Mandiri”
Desa Cipeuyeum Kecamatan Haur
Wangi Kabupaten Cianjur. Jurnal
Agroscience 6: 1-10.
Wardani R. S., Mifbakhuddin, dan
Yokorinanti K. 2010. Pengaruh
Konsentrasi Ekstrak Daun
Tembelekan (Lantana Camara)
Terhadap Kematian Larva Aedes

Anda mungkin juga menyukai