Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Otak


Menurut Gray (2004), kepala merupakan bagian terpenting dari tubuh

yang terdiri dari tulang tengkorak (cranium), otak (cerebral), dan organ-organ

penting seperti mata, telinga, hidung dan mulut.

2.1.1. Cranium

Cranium atau tulang tengkorak merupakan puncak dari kolum vertebrae

yang terdiri dari 22 tulang yang berbeda dan dibagi kedalam 2 bagian,

yaitu 8 tulang cranial (Gambar 2.1) dan 14 tulang facial (Gambar 2.2).

Tulang cranial berfungsi sebagai wadah pelindung bagi otak, sedangkan

tulang facial berfungsi sebagai pembentuk tulang wajah sekaligus

melindungi system respiratori dan system digestive bagian atas. Tulang

cranial yang berfungsi sebagai pelindung otak atau cerebral dibagi atas 2

bagain, yaitu calvarium (tutup kepala) dan base (dasar kepala).

(Ballinger, 2016)

2.1.2. Cerebral (Otak)

Menurut Damasio (2005), cerebral atau otak merupakan struktur pusat

pengaturan yang memiliki volume sekitar 1.350cc dan terdiri atas 100

juta sel saraf atau neuron. Cerebral mengatur dan mengkoordinir

sebagian besar gerakan, prilaku, dan fungsi tubuh seperti detak jantung,

tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh. Cerebral

4
5

terdiri dari dua bagian utama yaitu Cerebrum (otak besar) dan

Cerebellum (otak kecil). Adapun penjelasan kedua bagian tersebut ialah:

a. Cerebrum (Sherwood, 2011)

Cerebrum, dibagi menjadi dua bagian yang sama,

hemisfersere kiri dan kanan (Gambar 2.2). Keduanya saling

berhubungan melalui korpus kolosum, suatu pita tebal yang

diperkirakan terdiri dari 300 juta akson neuron yang berjalan di antara

kedua hemisfer. Korpus kolosum adalah “jalan layang informasi”

tubuh. Kedua hemisfer berkomunikasi dan saling bekerjasama

melalui pertukaran informasi instan lewat koneksi sarafini.

Keterangan gambar
1. Medula oblongata
2. Pons
3. Otak tengah
4. Meningens
5. Otak depan
6. Serebrum
7. Konvolus
8. Dienchepalon
9. Serebellum
10. Hind brain
11. Medullaspinalis

Gambar 2.1 Penampang Melintang Otak


(Syaifuddin, 2007).
6

b. Cerebellum (Sherwood, 2011)

Pada cerebellum ditemukan lebih banyak neuron individual

daripada di bagian otak lainnya, dan hal ini menunjukkan pentingnya

struktur ini. Cerebellum terdiri dari tiga bagian yang secara fungsional

berbeda dengan perannya yang terutama berkaitan dengan kontrol

bawah sadar aktivitas motorik (Gambar 2.5). Secara spesifik, bagian-

bagian cerebellum melakukan fungsi-fungsi berikut:

1) Vestibulo cerebellum penting untuk mempertahankan

keseimbangan dan kontrol gerakan mata.

2) Spino cerebellum meningkatkan tonus otot dan mengoordinasikan

gerakan volunter terampil. Bagian otak ini sangat penting dalam

memastikan waktu yang tepat kontraksi berbagai otot untuk

mengoordinasikan gerakan yang melibatkan banyak sendi. Cerebo

cerebellum berperan dalam perencanaan dan inisiasi aktivitas

volunter dengan memberikan masukan ke daerahmotorik korteks.

Ini merupakan bagian cerebellum yang menyimpan ingatan

procedural.
7

Keterangan :
1. Vena-vena serebri superior.
2. Lobus frontalis.
3. Vena serebri media.
4. Vena-vena serebri inferior.
5. Rolandi.
6. Serebelum
7. Medula oblongata.
8. Lobus temporalis

Gambar 2.2 Otak dengan Piarameter


(Syaifuddin, 2007).

c. Sistem Ventrikel

Ventrikel terdiri dari empat rongga yang saling berhubungan di

dalam interior otak serta juga bersambungan dengan kanalis sentralis

sempit yang membentuk terowongan di bagian tengah medulla

spinalis. Sel-sel ependim yang melapisi ventrikel ikut membentuk

cairan serebrospinal. Gerakan silia sel ependim berperan mengalirkan

cairan serebrospinal di seluruh ventrikel (Sherwood, 2011).

d. Catatan Klinis

Meskipun banyak bahan dalam darah tidak pernah berkontak

langsung dengan jaringan otak, namun otak, dibandingkan dengan

jaringan lain sangat bergantung pada pasokan darah yang konstan.

Otak akan mengalami kerusakan jika organ tidak mendapatkan


8

pasokan O2, lebih dari 4-5 menit atau penyaluran glukosanya terputus

lebih dari 10-15 menit (Sherwood, 2011).

2.2 Patologi Cerebrovascular Disease (CVD)

Menurut (Fransisca B. Batticaca, 2011), cerebrovascular disease adalah

suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan perdarahan di otak yang

menyebabkan kematian otak, sehingga mengakibatkan seseorangn menderita

kelumpuhan atau kematian. Pasien yang mengalami cerebrovascular disease

(CVD) biasanya menyebabkan kehilangan fungsi otak dan gangguan

neurologic. Gejala yang terjadi biasanya berbeda-beda tergantung dari bagian

jaringan cerebral mana yang mengalami gangguan.

Tipe-tipe cerebrovascular disease (CVD) :

a. Transient Ischemic Attack disease (TIA)

Transient Ischemic Attack disease (TIA) adalah gangguan sementara pada

pembuluh darah yang mensuplai otak. Transient Ischemic Attack disease

(TIA) juga merupakan gangguan neurologis lokal yang terjadi selama

beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang

dengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.

Transient Ischemic Attack disease (TIA) sering disebut dengan mini stroke,

disebabkan oleh gangguan sementara pasokan darah ke bagian otak, yang

berhenti bekerja sampai suplai darah dipulihkan. Gejala yang muncul

hamper mirip dengan stroke, tetapi hanya berlangsung dalam waktu

singkat. Biasanya setiap serangan iskemik yang berlangsung kurang dari

24 jam digolongkan sebagai Transient Ischemic Attack (TIA).


9

Penyebab Transient Ischemic Attack (TIA) antara lain, pembekuan darah

pada arteri otak, pembekuan darah yang menuju ke otak dari bagian tubuh

yang lain, kerusakan pada pembuluh darah dan penyempitan pembuluh

darah.

Gejalanya :

1) Pusing dan drooping face

2) Bingung dan kehilangan memori

3) Mati rasa pada salah satu sisi tubuh

4) Tidak mampu mengenali orang atau objek tertentu

5) Penurunan kerja bladder dan usus

6) Kesulita berbicara/pemahaman kata

7) Penurunan koordinasi dan kestabilan seperti kesulitan berjalan

8) Penurunan penglihatan pada salah satu mata

b. Subarachnoid Hemorhage (SH) atau Hemoragic Stroke

Subarachnoid Hemorhage (SH) adalah pendarahan di subarachnoid space

diaman berada diantara otak dan jaringan tipis yang menutupi otak, atau

sering disebut pendarahan cerebri. Stroke hemoragic adalah disfungsi

neurologis fokal yang akut dan disebabkan oleh pendarahan primer

substansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh karena trauma

kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh arteri, vena dan

kapiler.

Penyebab dari Subarachnoid Hemorhage (SH) antara lain, perdarahan,

terjadi rupture aneurysm cerebral, luka kepala akibat terbentur atau


10

kecelakaan, penggunaan obat pencair darah, pecahnya pembuluh darah

pada daerah otak tertentu.

Gejalanya :

1) Berkurangnya kesadaran

2) Mata tidak nyaman di cahaya yang tajam

3) Perubahan keadaan jiwa dan kepribadian

4) Otot terasa sakit (khusus pada leher dan bahu)

5) Mual dan muntah

6) Mati rasa pada salah satu sisi tubuh

7) Kedua mata kabur atau buta sementara pada salah satu mata

c. Vascular dimentia

Vascular dementia adalah hilangnya kemampuan mental yang disebabkan

oleh kerusakan se-sel otak sebagai akibat dari perdarahan atau kekurangan

suplai darah. Vascular dementia dapat terjadi akibat dari stroke tunggal

atau beberapa stroke, atau dapat terjadi tanpa gejala lainnya.

Penyebab dari vascular dementia antara lain, stroke atau mini stroke dan

penyumbatan pada pembuluh darah kecil dibagian otak.

Gejalanya :

1) Masalah dalam memperlihatkan atau konsentrasi

2) Berkurangnya kemampuan mengorganisasi pikiran atau tingkah laku

3) Susah memutuskan apa yang dilakukan selanjutnya

4) Masalah degan daya ingat

5) Penurunan kerja bowel dan bladder


11

2.3 Prinsip Dasar CT-Scan

Menurut Bontranger (2014), Tomografi radiografi berasal dari kata

Yunani tomos, yang berarti "irisan," dan graphein, yang berarti "untuk menulis."

CT menggunakan komputer yang kompleks dan sistem pencitraan mekanis

untuk memberikan gambar anatomis sectional pada bidang aksial, sagital, dan

koronal. Konsep CT dapat disederhanakan dengan membandingkan prosedur

dengan mencitrakan sepotong tubuh; Radiografi konvensional menangkap

gambar tubuh secara keseluruhan, sedangkan CT mengambil tubuh itu dan

membaginya dalam irisan individu (juga disebut bagian, atau potongan), yang

dilihat secara independen. Data ini direkonstruksi menjadi gambar.

2.4 Komponen Dasar CT-Scan

Menurut Bontranger (2014), Komponen CT Scan terdiri dari tiga kompnen

utama yaitu gantry, komputer, dan konsol operator. Komponen ini mencakup

perangkat komputasi dan pencitraan yang sangat kompleks. Berikut adalah

penjelasan mengenai komponen tersebut :

a. Gantry

Gantry terdiri dari tabung sinar-x, detektor array, dan kolimator. Bergantung

pada spesifikasi teknis unit, gantry biasanya dapat miring 30° di setiap arah,

sesuai kebutuhan yang diperlukan untuk CT-Scan kepala atau tulang

belakang. Pusat gantry berada pada lubang meja pemeriksan (couch) secara

elektronik terkait dengan gantry dengan gerakan terkontrol selama scanning.

Anatomi pasien yang berada di dalam lubang gantry adalah area yang

sedang di scan.
12

a. Tabung Sinar-X

Tabung sinar-x pada CT-Scan mirip dengan tabung sinar-x konvensional

dalam konstruksi dan operasi. Namun, tabung sinar-xpada CT-Scan di

desain agar mampu menahan tambahan kapasitas panas karena

peningkatan waktu penyinaran.

b. Detektor Array

Detektor array yang diguakan adalah detektor solid state terdiri dari dioda

ditambah dengan bahan kristal gemilang. Detektor solid state mengubah

energi listrik dan kemudian menjadi sinyal digital. Detektor array

mempengaruhi dosis pasien dan efisiensi unit CT.

c. Kolimator

Kolimasi pada CT-Scan itu penting karena mengurangi dosis pasien dan

meningkatkan kualitas gambar yang membentuk dan membatasi sinar-x.

Ketebalan irisan unit CT multidetektor modern ditentukan oleh ukuran

detektor baris yang digunakan.

b. Komputer

Komputer CT-Scan membutuhkan dua jenis perangkat lunak yang sangat

canggih, yaitu satu untuk sistem operasi dan satu untuk aplikasi. Sistem

operasi mengelola perangkat keras, sedangkan perangkat lunak aplikasi

mengelola preprocessing, image, dan berbagai operasi pasca pengolahan.

Komputer CT-Scan harus memiliki kecepatan dan kapasitas memori yang

tinggi.

c. Konsol Operator
13

Komponen konsol operator mencakup keyboard, mouse, dan single atau dual

tergantung pada sistem. Konsol operator memungkinkan teknolog untuk

mengontrol parameter pemeriksaan, yang disebut protokol, dan melihat atau

memanipulasi gambar yang dihasilkan. Protokol yang telah ditentukan untuk

setiap prosedur, mencakup faktor-faktor seperti kilovoltage (kV), milli

amperage (mA), pitch, field of view, slice thickness, tabel indexing,

rekonstruksi algoritma, dan tampilan windows. Parameter ini dapat

dimodifikasi oleh teknolog, jika diperlukan, berdasarkan presentasi pasien

atau riwayat klinis.

2.5 Rekontruksi Citra

Menurut Bontranger (2014), Citra CT-Scan menampilkan berbagai

warna abu-abu. Atenuasi sinar-x yang menembus tubuh pasien akan ditangkap

dan diukur oleh detektor. Struktur kepadatan jaringan rendah seperti paru-paru

akan mengatenuasi sedikit sinar-x, sedangkan struktur kepadatan jaringan tinggi

seperti tulang akan mengatenuasi hampir atau semua sinar-x. Informasi

atenuasi akan keluar dari detektor dalam bentuk sinyal analog kemudian akan

diubah menjadi sinyal digital oleh analog to digital converter. Nilai digital

digunakan pada langkah selanjutnya, yang terdiri dari rekonstruksi citra

berdasarkan serangkaian rekonstruksi algoritma. Rekonstruksi citra terdiri dari :

a. Elemen Volume (Voxel)

Matriks tampilan citra digital terdiri dari baris dan kolom blok kecil yang

disebut piksel (elemen gambar). Masing-masing piksel adalah representasi

dua dimensi (2D) dari volume 3D jaringan pada potongan CT. Volume
14

jaringan 3D ini disebut elemen volume, atau voxel. Voxel memiliki tinggi,

lebar, dan kedalaman. Kedalaman voxel ditentukan oleh ketebalan irisan,

seperti yang dipilih oleh teknolog. Setiap voxel diwakili oleh sebuah pixel

dalam citra 2D yang direkonstruksi.

Gambar 2.3 Citra CT-Voxel dan Pixel


(Bontrager, 2014)

CT Multislice memungkinkan ketebalan slice submillimeter, dimana voxel

memiliki dimensi yang sama pada ketiga bidang sumbu (tinggi, lebar, dan

kedalaman atau x, y, z). Dataset dari voxel ini dikatakan isotropik. Kumpulan

data isotropik memungkinkan gambar MPR (Multi Planar Reconstruction) dan

3D yang optimal dengan resolusi spasial yang sama di semua bidang.

Pencitraan isotropik sangat berguna saat gambar beresolusi tinggi MPR

(Multi Planar Reconstruction) diperlukan.

b. Atenuasi Setiap Voxel

Setiap voxel dalam irisan jaringan diberi nomor oleh komputer yang

sebanding dengan tingkat redaman sinar-x dari volume jaringan tersebut.


15

Data dari penyerapan selektif jaringan di setiap voxel dikumpulkan dan

diproses oleh unit pengolahan komputer.

c. Mengubah Voxel 3D menjadi 2D

Bila tingkat atenuasi masing-masing voxel ditentukan, irisan jaringan 3D

ditampilkan pada monitor komputer sebagai citra 2D. Setiap voxel jaringan

diwakili pada display komputer sebagai pixel. Jumlah pixel yang dapat

ditampilkan ditentukan oleh produsen.

d. Gray Scale dan CT Numbers

Setelah komputer CT menentukan tingkat atenuasi untuk setiap voxel, nilai-

nilai ini dikonversikan ke skala numerik lain yang disebut CT Numbers, yang

digunakan pada matriks tampilan. Awalnya, CT Numbers disebut Hounsfield

Unit. Garis dasar untuk CT Numbers adalah air, yang diberi nilai angka CT 0.

Setiap jaringan memiliki CT Numbers sesuai dengan atenuasi mereka.

Scanner dikalibrasi sehingga air selalu bernilai 0. Gradasi warna abu-abu

yang berbeda diberi CT Numbers khusus untuk membuat citra yang

ditampilkan. Berikut adalah tabel jenis jaringan atau struktur dan CT Numbers

dan citra CT yang ditampilkan.


16

Gambar 2.4 Jenis Jaringan dan CT Numbers


(Bontrager, 2014).

e. Window Width dan Window Level (Window Center)

Window Width (WW) mengacu pada kisaran CT Numbers yang ditampilkan

sebagai warna abu-abu. Window Width (WW) menunjukkan lebih banyak CT

Numbers (skala panjang kontras rendah). Window Width (WW)

mengendalikan kontras citra yang ditampilkan. Sedangkan Window Level

(WL) mengontrol brightness atau determinasi citra CT Numbers yang

merupakan pusat Window Width. Window Level biasanya ditentukan oleh

kepadatan jaringan dalam struktur anatomis.

f. Pitch

Rangkaian tabung sinar-x, detektor, dan pasien terus bergerak selama

perolehan volume. Jumlah anatomi yang tercakup selama pemindaian

tertentu ditentukan oleh pitch. Pitch adalah rasio yang mencerminkan


17

hubungan antara kecepatan meja dan ketebalan slice. Rumus untuk pitch

adalah sebagai berikut:

2.6 Pemeriksaan CT-Scan Kepala


Cedera dan patologi kepala sering melibatkan otak dan jaringan lunak

terkait. Namun citra radiografi polos hanya memberikan pandangan 2D

tengkorak tulang saja. CT Scan dapat mengevaluasi alat vital pasien karena

dapat memungkinkan diferensiasi perdarahan akut, pengumpulan cairan,

kalsifikasi, materi putih dan materi abu-abu, CSF, edema serebral, dan

neoplasma. Istilah CT Scan kepala mengacu pada pencitraan CT otak,

(Bontrager, 2014).

a. Indikasi Patologi (Bontrager, 2014)

Setiap proses diagnosa penyakit yang melibatkan otak merupakan indikasi

CT Scan Kepala. Indikasi umum meliputi :

1) Lesi Tumor : metastasis, meningioma, dan glioma.

2) Sakit Kepala.

3) Patologi peredaran darah : kecelakaan serebrovaskuler, aneurisma, dan

malformasi arteriovenosa.

4) Kondisi inflamasi atau infeksi : meningitis dan abses.

5) Gangguan degeneratif : atrofi otak.

6) Trauma : epidural dan hematoma subdural, patah tulang.

7) Kelainan kongenital.
18

8) Hidrosefalus.

b. Prosedur Pemeriksaan (Sigit Wijokongko, dkk)

Prosedur adalah urutan dari rangkaian pemeriksaan yang harus diikuti.

1) Persiapan Pasien

a. Pasien dengan kasus kegawat daruratan tidak diperlukan persiapan

kusus.

b. Pasien yang non kooperatif, gelisah, diberikan sedasi agar tenang.

c. Asesoris pasien yang dapat menimbulkan artefak (anting-anting, jepit

rambut dan lain-lain) pada gambar dilepas.

2) Teknik Pemeriksaan

a. Posisi Pasien

Tidur telentang (supine) dan kepala dekat dengan gantry (head first).

b. Posisi Objek

Kepala posisi hiperfleksi diletakkan pada head holder. Mid Sagital

Plane (MSP) disejajarkan dengan lampu indikator longitudinal dan

interpilary line sejajar dengan lampu indikator horizontal. Lengan

pasien disamping atau diatas perut. Pasien diberi body strap untuk

mengurangi pergerakan pasien.

c. Scan Parameter Kepala

Scout / Topogram / Scanogram : Kepala lateral

d. Scan Parameter

Scanogram : Cranium Lateral

Scan Range Magnum : Sutura Sagitalis sampai foramen magnum


19

Scan direction : Craniocaudal

Slicethicness : 3 – 8 mm

Faktor Eksposi : kV = 120 mAs = 350 CDTlvol<60

Waktu rotasi : 1.0

Colimatior : 0.6

Normalized pitch : 0.85

Kernel : Standart

a) Potongan Axial I

Merupakan bagian paling superior dari otak yang disebut

hemisphere. Kriteria gambarnya tampak :

1. Bagian anterior sinus superior sagital

2. Centrum semi obale (yang berisi materi cerebrum)

3. Fissura longitudinal (bagian dari falks cerebri)

4. Sulcus

5. Gyrus

6. Bagian posterior sinus superior sagital

Gambar 2.5 Posisi Irisan CT-Scan dan Jaringan otak Axial I


(Bontrager, 2014)
20

b) Potongan Axial IV

Merupakan irisan axial yang ke empat yang disebut tingkat medial

ventrikel. Kriteria gambar :

1. Anterior corpus collosum

2. Anterior hoen dari ventrikel lateral kiri

3. Nucleus caudate

4. Thalamus

5. Ventrikel tiga

6. Kelenjar pineal (agak sedikit mengalami kalsifikasi)

7. Posterior horn dari ventrikel lateral kiri

Gambar 2.6 Posisi Irisan CT-Scan dan Jaringan Otak Axial IV


(Bontrager, 2014)

c) Potongan Axial V

Menggambarkan jaringan otak dalam ventrikel medial tiga. Kriteria

gambar :

1. Anterior corpus collosum

2. Anterior horn ventrikel lateral kiri

3. Ventrikel tiga
21

4. Sinus ethmoid dan atau sinus spenoid

Gambar 2.7 Posisi Irisan CT-Scan dan Jaringan Otak Axial V


(Bontrager, 2014)

d. Potongan Axial VII

Irisan ke tujuh yakni penggambaran jaringan dari bidang orbita.

Struktur dalam irisan ini sulit untuk ditampakkan degan baik dalam

CT-scan. Modifikasi-modifikasi sudut posisi kepala dilakukan untuk

mendapat gambaran :

1. Bola mata /occular 4. Lobis temporal

bulb 5. Cerebellum

2. Nervus optikkanan 6. Lobus oksipitalis

3. Optic chiasma 7. Air cell mastoid


22

Gambar 2.8 Posisi Irisan CT-Scan dan Jaringan Otak Axial VII
(Bontrager, 2014)

c. Pengolahan Gambar

1. Print Out film kasus stroke 1 lembar menggunakan window widht dan

window level kondisasi brain.

2. Print Out kasus trauma 2 lembar menggunakan window widht dan window

level kondisi brain dan kondisi tulang

d. Parameter CT Scan (Sigit Wijokongko, dkk, 2011)

Tabel 1. Parameter CT Scan

4-6 detector 10-20 detector 32-64 detector


Parameter Scaner Protocol
row scanners row scanners row scaners

Tube Voltage (kV) 120 120 120

Rotation Time (s) 0,75 1,0 1,0

Tube Current Time Product 190-250CTDI 190-250CTDI 350 CTDI vol<


(mAs) vol<60 vol<60 60

Colimation (mm) 2,5 1,5 0,6

Normalized pitch 0,65-0,85


23

Sagitalsuture
toforamen
Scan Range
magnum

Scan direction Craniocaudal

Reconstruction Setting

Whole brain recostruction : 5 or Split


Slice Increment (mm) reconstructions : supratentorial : 8 and
infratentorial : 3

Whole brain reconstruction : 5 or Split


Slice Thickness (mm) reconstructions : supratentorial : 8 and
infratentorial : 3

Kernel Standart

2.7 Proteksi Radiasi

Pemeriksaan CT-Scan Kepala perlu memperhatikan tidakan proteksi

radiasi, menurut Bruce W. Long, dkk (2016), beberapa hal yang harus

diperhatikan mengenai proteksi radiasi secara umum :

a. Gunakan gonad shield jika tidak menutupi area pemeriksaan.

b. Atur luas kolimasi sesuai dengan area pemeriksaan.

c. Bekerja dengan hati-hati agar meminimalisasi pengulangan foto.

d. Gunakan gonad shield khusus laki-laki untuk semua pemeriksaan kecuali

pemeriksaan uretra.
24

e. Gunakan gonad shield khusus wanita untuk melindungi daerah panggul

kecuali area pemeriksaan.

f. Lakukan radiografi abdomen dan panggul hanya pada pasien tidak hamil.

Anda mungkin juga menyukai