I. Pendahuluan
Dalam undang- undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan, pasal 23 dinyatakan
bahwa upaya kesehatan dan keselamatan kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat
kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit
penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 100 orang. Jika memperhatikan isi dari pasal
diatas maka jelaslah bahwa rumah sakit (RS) termasuk kedalam kriteria tempat kerja dengan
berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap
para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung RS.
Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola RS menerapkan upaya- upaya K3 di RS.
Menurut WHO/ ILO tahun 1995 kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang
bertujuan agar masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik
jasmani, rohani maupun sosial dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau
gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit
umum.
Pelaksanaan K3 adalah suatu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman,
sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan akibat kerja (KAK) dan penyakit akibat kerja (PAK) yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. KAK tidak saja menimbulkan korban jiwa
maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses
produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada
masyarakat luas.
Sumber Daya Manusia untuk selanjutnya disebut tenaga kerja merupakan penggerak
organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Tenaga Kerja yang sehat baik fisik maupun
mental dapat diharapkan mencapai tujuan organisasi secara optimal. Rumah Sakit sebagai sebuah
organisasi yang padat modal, padat karya, padat teknologi dan padat risiko membutuhkan sistem
pengelolaan kesehatan Tenaga Kerja agar dapat mencapai tujuan organisasi Rumah Sakit dalam
hal ini memberikan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya kepada masyarakat.
Potensi bahaya di RS, selain penyakit infeksi juga ada berbagai potensi bahaya lain yang
mempengaruhi situsi dan kondisi di RS, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan
yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber- sumber cidera lainnya), radiasi, bahan
kimia yang berbahaya, gas anastesi, gangguan psikososial dan ergonomic. Semua potensi bahaya
tersebut di atas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi karyawan di RS, pasien maupun
pengunjung yang ada di lingkungan RS. Dalam pekerjaan sehari- hari petugas kesehatan selalu di
hadapkan pada bahaya- bahaya tertentu, misalnya bahaya infeksius, reagensia yang toksik,
peralatan listrik maupun peralatan kesehatan.
Selain itu terdapat beberapa studi bahwa penyakit akut yang di derita petugas RS lebih besar 1,5
kali dari petugas atau pekerja selain di RS, yaitu penyakit infeksi dan parasit, saluran pernafasan,
saluran cerna, hepatitis B dan keluhan lain seperti sakit telinga, sakit kepala, gangguan saluran
kemih, masalah kelahiran anak, gangguan pada saat hamil, penyakit kulit dan system otot dan
tulang rangka.
III. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Terciptanya cara kerja dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan karyawan RS.
2. Tujuan Khusus
a. Bagi RS:
B. Identifikasi risiko
2) B3
4) Pencegahan bencana
6) Peralatan medis
7) Kesehatan karyawan
C. Analisa risiko
5) Pemeriksaan APAR
D. Struktur organisasi
1) Perubahan anggota
1) Mengenai instalasi
3) Mengenai divisi
F. Pelatihan internal
G. Pelatihan eksternal
H. Orientasi
I. Rapat
1) Rapat bulanan
2) Rapat tahunan
3) Rapat insidental
J. Laporan
1) Laporan bulanan
2) Laporan tahunan
VI. SASARAN
1. Dokumen K3RS sesuai dengan standar akreditasi, tersedia 100%
Terlampir 5
VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
Jadwal kegiatan akan dievaluasi setiap bulan agar dapat diketahui ada dan tidaknya
pergeseran atau penyimpangan jadwal yang dapat mengganggu pelaksanaan program dan
pencapaian sasaran.
IX. PENUTUP
Program kerja termasuk dalam regulasi karena memiliki sifat pengaturan dalam rencana
kegiatan beserta anggarannya. Oleh karena itu program kerja selalu dijadikan acuan pada saat
dilakukan evaluasi kinerja. Program persiapan akreditasi harus dijadikan acuan dalam
pelaksanaan kegiatan dan perencanaan kerja di masa yang akan datang agar sesuai dengan
perencanaan dan anggaran yang telah dibuat.
Mengajukan, Menyetujui,