Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asuhan kebidanan pada keluarga merupakan asuhan kebidanan komunitas

yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan keluarga. Dalam sebuah keluarga

biasanya dijumpai lebih dari satu permasalahan kesehatan. Misalnya adalah

keluarga Bapak M di dalam keluarga itu terdapat masalah kesehatan yaitu ASI

eksklusif.

Keluarga Bapak M terdiri dari 5 anggota keluarga dengan permasalahan

kesehatan yang terdapat pada masing-masing anggota keluarga. Bapak M selaku

kepala keluarga tidak memiliki permasalahan, sedangkan Ibu M manfaat

pemberian ASI eksklusif pada anak, karena bayi masih berusia lima bulan dan

masalah pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI eksklusif.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis memutuskan untuk


menjadikan keluarga tersebut menjadi keluarga binaan yang akan diberikan
beberapa informasi melalui konseling atau penyuluhan tentang ASI eksklusif.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Dapat melaksanakan Asuhan Kebidanan Komunitas Tentang

Konseling Pemberian ASI eksklusif Pada Ibu M Di Gampong Ranto

Panyang Timur Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.

1
2. Tujuan khusus

a. Melaksanakan pengkajian pada Ibu M Di Gampong Ranto Panyang

Timur.

b. Melaksanakan perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan pada

ibu M Di Gampong Ranto Panyang Timur.

c. Melaksanakan perencanaan pada Ibu M Di Gampong Ranto Panyang

Timur.

d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada Ibu M Di Gampong Ranto

Panyang Timur.

e. Melaksanakan evaluasi pada Ibu M Di Gampong Ranto Panyang Timur.

f. Melaksanakan pencatatan asuhan kebidanan pada Ibu M Di Gampong

Ranto Panyang Timur.

D. Manfaat

Dari Asuhan Kebidanan dalam konteks keluarga Kepada Keluarga Bapak M

bermanfaat.

1. Individu

Untuk lebih memahami dan mengembangkan bidang ilmu pengetahuan

asuhan kebidanan komunitas dalam konteks kesehatan ibu dan anak.

2. Masyarakat

Untuk masyarakat dapat mengetahui dan memahami promosi kesehatan

yang diberikan dan dapat melaksanakan penkes yang telah diberikan, serta

2
dapat membentuk dan mewujudkan masyarakat yang sehat terutama bagi ibu

dan anak.

3. Institusi Pendidikan

a. Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman institusi dalam

melaksanakan kegiatan asuhan kebidanan komunitas.

b. Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menerapkan ilmu pendidikan

yang diperoleh oleh mahasiswi dibangku kuliah.

c. Mengetahui adanya kesenjangan masalah yang terjadi antara teori dengan

praktek sebagai asuhan analisa dalam asuhan kebidanan komunitas.

4. Keluarga Binaan

a. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran keluarga dalam mewujudkan

keluarga yang bahagia, sejahtera dan bekualitas

b. Meningkatkan kesehatan bayi dan keluaga

E. Sasaran

Sebagai bahan masukan dan dapat menjadi suatu pengetahuan bagi

keluarga Ibu M dalam menjalankan program yang telah disusun secara bersama

dan terus dikembangkan guna mewujudkan keluarga yang sehat, sejahtera dan

terwujudnya keluarga yang sehat dan lingkungan sehat dan nyaman.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Komunitas

Komunitas berasal dari bahasa latin “communitas” yang berarti kesamaan,

dan juga “communis” yang berarti sama, publik ataupun banyak. Dapat

diterjemahkan sebagai kelompok orang yang berada disuatu lokasi/daerah area

tertentu ( Meilani, Niken dkk, 2010 : 1).

Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional yang

ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi,

dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan

penyakit, peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan

yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan,

pelaksanaan dan eveluasi pelayanan kesehatan (Spradly, 1985; Logan dan

Dawkin, 1987).

B. Konsep Keluarga

1. Pengertian

Keluarga adalah sekumpulan orang yang di hubungkan oleh

perkawaninan,adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan

mempertahankan budaya.meningkatkan perkembangan fisik,mental,emosional

dan sosial dari individu individu yang ada di dalamnya terlihat dari pola interaksi

yang saling ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama (Friendman,1998).

4
Keluarga merupakan lembaga sosial dasar dari mana semua lembaga atau

pranata sosial lainya berkembang.di masyarakat mana pun di dunia,keluarga

merupakan kebutuhan manusia yang universal dan menajdi pusart terpenting dari

kegiatan dalam kehidupan individu,(Narwoto dan Suyanto,2004).

Bentuk Tipe Keluarga menurut Effendi (1990)

a. Keluarga inti (Nurclear family) , adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan

anak-anak.

b. Keluarga besar (ETtended Familly), adalah kluarga inti di tambah sanak

saudara , misalnya nenek,kakek, keponaan ,saudara sepupu, paman ,bibi , dan

sebagainya

c. Keluarga berantai (Serial Familly ), adalah keluarga yag terdiri dari wanita pria

yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluaga inti.

d. Keluarga duda/janda (Composite), adalah keluarga yang terjadi karena

perceraian atau kematian

e. Keluarga berkomposisi , adalah yang perkawinannya berpoligami dan hidup

secara bersama-sama

f. Keluaraga kabitas (Cobition), adalah dua orang yang menjadi atau tanpa

pernikahan tetapi membentuk satu keluarga.

2. Pemegang Kekuasaan dalam Keluarga

Bentuk Tipe Keluarga menurut Effendi (1998).

a. Patrikal, yang dominan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak

ayah.

5
b. Matrikal, yang dominan memegang kekuasaan dalah keluarga adalah pihak

ibu.

c. Equalitarian, yang dominan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah

pihak ayah dan ibu.

3. Peranan Keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat

kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.

Menurut (Effendi, 1998) penaran dalam keluarga adalah:

a. Peranan ayah

Sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anak, pecari nafkah,

pendidik, pelindung, kepala keluarga, anggota dari kelompok sosialnya,

anggota masyarakat dari lingkungannya.

b. Peran ibu

Sebagai istri dan ibu dari anak-anak, mengurus rumah tangga, mengasuh

dan pendidik, pelindung dari salah satu kelompok dari peranan sosialnya,

serta sebagai anggota masnyarakat dari lingkungannya, pencari nafkah

tambahan dalam keluarga.

c. Peranan anak

Melaksanakan peranan psikososial sesuai tingkat perkembangan baik

fisik, mental maupun spiritial.

6
4. Fungsi Keluarga

a. Fungsi biologis

Untuk meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak,

memenuhi kebutuhan gizi keluarga, memelihara dan merawat anggora

keluarga.

b. Fungsi psikologis

1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman.

2) Memberikan kasih sayang diantara anggota keluarga.

c. Fungsi sosial

1) Membina sosialisasi pada anak.

2) Membentuk norma tingkah laku sesuai tingkat perkembangan anak.

d. Fungsi ekonomi

1) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi

kebutuhan keluarga.

2) Mencari sumber penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan

keluarga.

3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga dimasa yang akan

datang.

e. Fungsi Pendidikan

1) Menyekolahkan anak untuk membekali pendidikan, ketrampilan dan

membentuk perilaku sesuai bakat dan minat yang dimilikinya.

2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang,

memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.

7
3) Mendidik anak sesuai tingkat perkembangannya.

f. Gambaran Keluarga Sehat

Gambaran keluarga sehat dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Anggota keluarga dalam kondisi sehat fisik, mental maupun sosial.

2. Cepat meminta bantuan tenaga kesehatan atau unit pelayanan kesehatan bila

timbul masalah kesehatan pada salah satu anggota keluarga.

3. Di rumah tersedia kotak berisi obat-obatan sederhana untuk P3K.

4. Tinggal di rumah dan lingkungan yang sehat.

5. Selalu memperhatikan kesehatan keluarga dan masyarakat.

Seorang bidan yang bekerja di komuniti harus mengetahui data

wilayah kerjanya, data tersebut mencakup komposisi keluarga, keadaan

sosial, ekonomi, adat kebiasaan, kehidupan beragama, status kesehatan serta

masalah ibu dan anak balita. Keberhasilan bidan yang bekerja dibidang

komuniti tergantung pada peningkatan kesehatan ibu dan anak balita di

wilayah kerjanya.

Sasaran umum kebidanan komunitas asalah ibu dan anak dalam

keluarga. Menurut undang-undang no.12 tentang kesehatan, yang dimaksud

dengan keluarga adalah suami, istri, anak dan anggota keluarga lainnya.

Di dalam kesehatan keluarga, kesehatan istri mencakup kesehatan

masa pra kehamilan, persalinan, pasca persalinan dan masa di luar masa

kehamilan (masa interfal) serta persalinan. Upaya kesehatan ibu dan anak

dilakukan melalui peningkatan kesehatan anak dalam kandungan, masa bayi,

masa balita dan masa pra sekolah.

8
C. Konsep Manajemen Asuhan Keluarga

Dalam memecahkan masalah pasiennya, bidan menggunakan pendekatan

manajemen kebidanan. Manajemen kebidanan adalah metode yang digunakan oleh bidan

dalam menentukan dan mencari langkah-langkah pemecahan masalah serta melakukan

tindakan untuk menyelamatkan pasiennya dari gangguan kesehatan. Penerapan

manajemen kebidanan melalui proses yang secara berurutan yaitu identifikasi masalah,

analisis dan perumusan masalah, rencana dan tindakan pelaksanaan serta evaluasi hasil

tindakan. Manajemen kebidanan juga digunakan oleh bidan dalam menangani kesehatan

ibu, anak dan KB di komuniti, penerapan manajemen kebidanan komuniti (Syahlan,

1996).

Dalam memecahkan masalah pasiennya, bidan menggunakan manajemen

yaitu suatu metode yang digunakan oleh bidan dalam menentukan dan mencari

langkah-langkah pemecahan masalah serta melakukan tndakan untuk

menyelamatkan pasiennya dari gangguan kesehatan.

Langkah-langkah kebidanan komunitas:

1. Identitas masalah

Dalam identifikasi masalah bidan melakukan pengumpulan data

berdasarkan sumber data, pengumpulan dilakukan secara langsung di

masyarakat (data subyektif) dan secara tidak langsung (data obyektif).

Data subyektif didapat dari informasi yang langsung diterima dari

masyarakat melalui wawancara. Data obyektif adalah data yang diperoleh dari

hasil observasi pemeriksaan dan penelaahan catatan keluarga, masyarakat dan

lingkungannya.

9
Kegiatan yang dilakukan oleh bidan dalam pengumpulan data ini adalah

pengumplan data tentang keadaan kesehatan desa dan pencatatan data keluarga

sebagai sasaran pemeriksaan.

2. Data Desa

Data desa meliputi:

a. Wilayah desa (Luas, keadaan geografi, jarak desa dan fasilitas

kesehatan pemeriksaan).

b. Penduduk (jumlah penduduk, jumlah keluarga, mata pencaharian,

pertumbuhan penduduk, dinamika penduduk).

c. Status kesehatan (angka kematian, jenis dan angka kesaktan ibu, anak

dan balita).

d. Keadaan lingkungan (jumlah sarana air minum, jumlah jamban

keluarga, pembuangan sampah dan kotoran, pembuangan tinja dan

kondisi tinja).

e. Sosial ekonomi (pendidikan, pendapatan perkapita, organisasi dari

lembaga swadaya masyarakat yang ada, media komunikasi yang

dimiliki masyarakat).

f. Data keluarga Pemeriksaan fisik anggota keluarga yaitu (ibu, bayi dan

balita).

Pemeriksaan lingkungan keluarga (rumah, pekarangan, pembuangan

sampah dan kotoran).

3. Analisa dan Perumusan Masalah

10
Setelah data dikumpulkan dan dicatat sebagai syarat dengan

ditetapkan masalah kesehatan lingkungan di komuniti.

a. Analisis

Tujuan analisis adalah menggunakan data yang terkumpul dan

mencari kaitan satu dengan lainnya sehingga ditemukan berbagai masalah,

melalui proses analisis ditemukan jawaban tentang hubungan antara

penyakit atau kasus kesehatan dengan lingkungan keadaan sosial budaya

(perilaku). Pelayanan kesehatan serta faktor keturunan yang berpengaruh

terhadap kesehatan.

b. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dapat dikumpulkan berdasarkan hasil analisa.

Dalam rumusan masalah mencakup masalah utama dan penyebabnya serta

masalah potensial.

c. Rencana dan Tindakan

Bila sudah diketahui masalah utama kesehatan lingkungan serta

penyebannya, maka disusun rencana dan tindakan yang dilakukan.

Tindakan dilakukan berdasarkan rencana yang disusun:

1. Rencana

Rencana untuk pemecahan masalah kesehatan lingkungan di

komunitas dapat dibagi menjadi tujuan, rencana pelaksanaan, dan evaluasi.

Untuk pencapaian tujuan tersebut perlu ditetapkan sasaran, maka disusun

rencana pelaksanaan.

Di dalam pelaksanaan mencakup:

11
1) Pemeliharaan kesehatan lingkungan.

2) Penyuluhan tentang kesehatan lingkungan yang diberikan pada

keluarga.

Untuk mengetahui hasil suatu upaya, maka perlu ditentukan

kriteria keberhasilan, kriteria ini ditetapkan di dalam rencana evaluasi

tercakup:

a. Tingkat kesehatan lingkungan

b. Frekuensi penyuluhan

c. Partisipasi keluarga dalam bentuk tindakan.

2. Tindakan

Di dalam pelaksanaan kegiatan, bidan harus memonitor

perkembangan dan perubahan yang terjadi terhadap lingkungan

kemungkinan penetapan tujuan juga tidak tepat, bila hal ini terjadi, maka

perlu dilakukan modifikasi dan juga menyebabkan perubahan dalam

melaksanakan tindakan dan evaluasi.

3. Evaluasi

Tujuan evaluasi adalah mengetahui ketepatan dan kesempurnaan

antara hasil yang dicapai dengan tujuan yang ditetapkan. Suatu pengkajian

dinyatakan berhasil bila evaluasi menunjukan data yang sesuai dengan

tujuan yang akan dicapai. Bila tujuan tidak tercapai, maka perlu dikaji

kembali penyebabnya. Bila kegiatan berhasil mencapai tujuan maka

identifikasi dilakukan dalam mengantisipasi kemungkinan terjadi masalah

lain yang timbul akibat keberhasilan tersebut.

12
D. Tujuan Asuhan Kebidanan Dikomunitas

1. Tujuan umum

Mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya kesehatan

perempuan diwilayah kerja bidan.

2. Tujuan khusus

a. Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai tangguang

jawab bidan

b. Meningkatkan pelayanan mutu ibu hamil, pertolongan persalinan,

perawatan nifas, dan perinatal secara terpadu

c. Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan resiko kehamilan,

persalinan, nifas, dan perinatal

d. Mendukung program-program pemerintah lainnya untuk menurunkan angka

kematian ibu dan anak

e. Membangun jejaring kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh masyarakat

setempat atau terkait.

E. Metode Prioritas Masalah

Masalah yang telah diidentifikasi perlu ditentukan menurut urutan atau prioritas

masalah, untuk itu digunakan beberapa metode. Metode yang dapat digunakan dalam

menetapkan urutan prioritas masalah, pada umumnya dibagi atas, Teknik Skoring dan

Teknik Non Skoring, sebagai berikut : Teknik scoring dapat digunakan apabila tersedia

data kuantitatif atau data yang dapat terukur dan dapat dinyatakan dalam angka, yang

cukup dan lengkap. Yang termasuk teknik scoring dalam penetuan prioritas masalah,

yakni:

13
1. Metode USG (Urgency, Seriousness, and Growth)

2. Metode MCUA (Multi Criteria Utility Assesment)

3. Metode CARL (Capability, Accesability, Readiness & Leverage)

4. Metode Hanlon (nama penemu metode Hanlon)

F. ASI EKSKLUSIF

1. Pengertian

ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur

kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI

mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi,

serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat

makanan (Hubertin, 2004).

ASI adalah sebuah cairan ciptaan Allah yang memenuhi kebutuhan

gizi bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan

penyakit. Keseimbangan zat-zat gizi dalam air susu ibu berada pada

tingkat terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh

bayi yang masih muda. Pada saat yang sama ASI juga sangat kaya akan

sari-sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan

perkembangan sistem saraf (Yahya, 2007).

14
2. Keuntungan Menyusui Bayi Secara Ekslusif

Ada beberapa keuntungan menyusui eksklusif secara umum, yaitu :

1. untuk bayi

dapat mengurangi resiko infeksi lambung dan usus, sembelit serta

alergi, bayi yang diberi ASI lebih kebal terhadap penyakit dari pada bayi

yang tidak mendapatkan ASI, bayi yang diberi ASI lebih mampu menghadapi

efek penyakit kuning, pemberian ASI dapat semakin mendekatkan hubungan

ibu dengan bayinya. hal ini akan berpengaruh terhadap kemapanan emosinya

di masa depan, apabila bayi sakit, ASI merupakan makanan yang tepat bagi

bayi karena mudah dicerna dan dapat mempercepat penyembuhan, pada bayi

prematur, ASI dapat menaikkan berat badan secara cepat dan mempercepat

pertumbuhan sel otak, tingkat kecerdasan bayi yang diberi ASI lebih tinggi 7-

9 poin dibandingkan bayi yang tidak diberi ASI ( Roesli, 2000 )

2. Untuk Ibu

Isapan bayi dapat membuat rahim menciut, mempercepat kondisi ibu

untuk kembali ke masa prakehamilan, serta mengurangi resiko perdarahan,

lemak yang ditimbun di sekitar panggul dan paha pada masa kehamilan akan

berpindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing kembali, resiko

terkena kanker rahim dan kanker payudara pada ibu yang menyusui bayi lebih

rendah dari pada ibu yang tidak menyusui, menyusui bayi lebih menghemat

waktu, karena ibu tidak perlu menyiapkan botol dan mensterilkannya.

15
ASI lebih praktis lantaran ibu bisa berjalan-jalan tanpa membawa

perlengkapan lain, ASI lebih murah dari pada susu formula, ASI selalu steril

dan bebas kuman sehingga aman untuk ibu dan bayinya. ( Dwi Sunar, 2009 ).

3. Untuk Keluarga

Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli susu formula,

botol susu, serta peralatan lainnya, jika bayi sehat, berarti keluarga

mengeluarkan lebih sedikit biaya guna perawatan kesehatan, penjarangan

kelahiran lantaran efek kontrasepsi dari ASI eksklusif, jika bayi sehat berarti

menghemat waktu keluarga, menghemat tenaga keluarga karena ASI selalu

tersedia setiap saat, keluarga tidak perlu repot membawa berbagai peralatan

susu ketika bepergian ( Roesli, 2005 ).

4. Untuk Masyarakat dan Negara

Menghemat devisa negara karena tidak perlu mengimpor susu formula

dan peralatan lainnya, bayi sehat membuat negara lebih sehat, penghematan

pada sektor kesehatan, karena jumlah bayi yang sakit hanya sedikit,

memperbaiki kelangsungan hidup anak karena dapat menurunkan angka

kematian, ASI merupakan sumber daya yang terus-menerus di produksi (Dwi

Sunar, 2009 ).

16
3. Faktor yang mempengaruhi ketidakberhasilan ASI ekslusif

a. Faktor Internal

1. Ketersediaan ASI

Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah tidak melakukan

inisiasi menyusui dini, menjadwal pemberian ASI, memberikan minuman

prelaktal (bayi diberi minum sebelum ASI keluar), apalagi memberikannya

dengan botol/dot, kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi pada saat

menyusui (Badriul, 2008 ).

Inisiasi menyusui dini adalah meletakkan bayi diatas dada atau perut ibu

segera setelah dilahirkan dan membiarkan bayi mencari puting ibu kemudian

menghisapnya setidaknya satu jam setelah melahirkan. Cara bayi melakukan

inisiasi menyusui dini disebut baby crawl. Karena sentuhan atau emutan dan

jilatan pada puting ibu akan merangsang pengeluaran ASI dari payudara. Dan

apabila tidak melakukan inisiasi menyusui dini akan dapat mempengaruhi

produksi ASI (Maryunani, 2009).

Ibu sebaiknya tidak menjadwalkan pemberian ASI. Menyusui paling

baik dilakukan sesuai permintaan bayi (on demand ) termasuk pada malam

hari, minimal 8 kali sehari. Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh seringnya

bayi menyusui. Makin jarang bayi disusui biasanya produksi ASI akan

berkurang. Produksi ASI juga dapat berkurang bila menyusui terlalu sebentar.

Pada minggu pertama kelahiran sering kali bayi mudah tertidur saat

menyusui. Ibu sebaiknya merangsang bayi supaya tetap menyusui dengan

17
cara menyentuh telinga/telapak kaki bayi agar bayi tetap menghisap (Badriul,

2008).

2. Pekerjaan atau aktivitas

Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk

mendapatkan penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Wanita yang

bekerja seharusnya diperlakukan berbeda dengan pria dalam hal pelayanan

kesehatan terutuma karena wanita hamil, melahirkan, dan menyusui. Padahal

untuk meningkatkan sumber daya manusia harus sudah sejak janin dalam

kandungan sampai dewasa. Karena itulah wanita yang bekerja mendapat

perhatian agar tetap memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan dan diteruskan

sampai 2 tahun (pusat kesehatan kerja Depkes RI,2005).

Beberapa alasan ibu memberikan makanan tambahan yang berkaitan

dengan pekerjaan adalah tempat kerja yang terlalu jauh, tidak ada penitipan

anak, dan harus kembali kerja dengan cepat karena cuti melahirkan singkat

(Mardiati, 2006). Cuti melahirkan di Indonesia rata-rata tiga bulan. Setelah

itu, banyak ibu khawatir terpaksa memberi bayinya susu formula karena ASI

perah tidak cukup. Bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI

eksklusif, karena waktu ibu bekerja bayi dapat diberi ASI perah yang diperah

minimum 2 kali selama 15 menit. Yang dianjurkan adalah mulailah

menabung ASI perah sebelum masuk kerja. Semakin banyak tabungan ASI

perah, seamakin besar peluang menyelesaikan program ASI eklusif

(Danuatmaja, 2003).

18
3. Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan

ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang. Pengetahuan akan memberikan pengalaman kepada ibu

tentang cara pemberian ASI eksklusif yang baik dan benar yang juga terkait

dengan masa lalunya. Dalam hal ini perlu ditumbuhkan motivasi dalam

dirinya secara sukarela ddan penuh rasa percaya diri untuk mampu menyusui

bayinya. Pengalaman ini akan memberikan pengetahuan, pandangan dan nilai

yang akan menberi sikap positif terhadap masalah menyusui (Erlina, 2008).

Akibat kurang pengetahuan atau informasi, banyak ibu menganggap susu

formula sama baiknya , bahkan lebih baik dari ASI . Hal ini menyebabkan ibu

lebih cepat memberikan susu formula jika merasa ASI kurang atau terbentur

kendala menyusui. Masih banyak pula petugas kesehatan tidak memberikan

informasi pada ibu saat pemeriksaan kehamilan atau sesudah bersalin

(Prasetyono, 2005).

4. Kelainan pada payudara

Tiga hari pasca persalinan payudara sering terasa penuh, tegang, dan

nyeri. Kondisi ini terjadi akibat adanya bendungan pada pembuluh darah di

payudara sebagai tanda ASI mulai banyak diproduksi. Tetapi, apabila

payudara merasa sakit pada saat menyusui ibu pasti akan berhenti memberikan

ASI padahal itu menyebabkan payudara mengkilat dan bertambah parah

bahkan ibu bisa menjadi demam (Roesli, 2000).

19
Jika terdapat lecet pada puting itu terjadi karena beberapa faktor yang

dominan adalah kesalahan posisi menyusui saat bayi hanya menghisap pada

puting. Padahal seharusnya sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi.

Puting lecet juga dapat terjadi pada akhir menyusui, karena bayi tidak pernah

melepaskan isapan. Disamping itu, pada saat ibu membersihkan puting

menggunakan alkohol dan sabun dapat menyebabkan puting lecet sehingga

ibu merasa tersiksa saat menyusui karena sakit (Maulana, 2007).

5. Kondisi kesehatan ibu

Kondisi kesehatan ibu juga dapat mempengaruhi pemberian ASI

secara eksklusif. Pada keadaan tertentu, bayi tidak mendapat ASI sama

sekali, misalnya dokter melarang ibu untuk menyusui karena sedang

menderita penyakit yang dapat membahayakan ibu atau bayinya, seperti

penyakit Hepatitis B, HIV/AIDS, sakit jantung berat, ibu sedang menderita

infeksi virus berat, ibu sedang dirawat di Rumah Sakit atau ibu meninggal

dunia (Pudjiadi, 2001).

b. Faktor eksternal

1. Faktor petugas kesehatan

Program laktasi adalah suatu program multidepartemental yang

melibatkan bagian yang terkait, agar dihasilkan suatu pelayanan yang

komrehensif dan terpadu bagi ibu yang menyusui sehingga promosi ASI

secara aktif dapat dilakukan tenaga kesehatan. Dalam hal ini sikap dan

pengetahuan petugas kesehatan adalah faktor penentu kesiapan petugas

20
dalam mengelola ibu menyusui. Selain itu sistem pelayanan kesehatan dan

tenaga kesehatan juga mempengaruhi kegiatan menyusui (Arifin, 2004).

Perilaku tenaga kesehatan biasanya ditiru oleh masyarakat dalam hal

perilaku sehat. Promosi ASI eksklusif yang optimal dalam setiap tumbuh

kembangnya sangatlah penting untuk mendukung keberhasilan ibu dalam

menyusui bayinya (Elza, 2008).

Selain itu adanya sikap ibu dari petugas kesehatan baik yang berada di

klinis maupun di masyarakat dalam hal menganjurkan masyarakat agar

menyusui bayi secara eksklusif pada usia 0-6 bulan dan dilanjutkan sampai 2

tahun dan juga meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam hal

memberikan penyuluhan kepada masyarakat yang luas (Erlina, 2008).

2. Kondisi kesehatan bayi

Kondisi kesehatan bayi juga dapat mempengaruhi pemberian ASI

secara eksklusif. Bayi diare tiap kali mendapat ASI, misalnya jika ia

menderita penyakit bawaan tidak dapat menerima laktosa, gula yang terdapat

dalam jumlah besar pada ASI (Pudjiadi, 2001).

Faktor kesehatan bayi adalah salah satu faktor yang dapat

menyebabkan ibu memberikan makanan tambahan pada bayinya antara lain

kelainan anatomik berupa sumbing pada bibir atau palatum yang menyebakan

bayi menciptakan tekanan negatif pada rongga mulut, masalah organik, yaitu

prematuritas, dan faktor psikologis dimana bayi menjadi rewel atau sering

menangis baik sebelum maupun sesudah menyusui akibatnya produksi ASI

21
ibu menjadi berkurang karena bayi menjadi jarang disusui (Soetjiningsih,

1997).

3. Pengganti ASI (PASI) atau susu formula

Meskipun mendapat predikat The Gold Standard, makanan paling

baik, aman, dan satu dari sedikit bahan pangan yang memenuhi kriteria

pangan berkelanjutan (terjangkau, tersedia lokal dan sepanjang masa,

investasi rendah). Sejarah menunjukkan bahwa menyusui merupakan hal

tersulit yang selalu mendapat tantangan, terutama dari kompetitor utama

produk susu formula yang mendisain susu formula menjadi pengganti ASI

(YLKI, 2005).

Seperti di Indonesia sekitar 86% yang tidak berhasil memberikan ASI

eksklusif karena para ibu lebih memilih memberikan susu formula kepada

bayinya. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya penggunaan susu formula

lebih dari 3x lipat selama 5 tahun dari 10,8% pada tahun 1997 menjadi

32,5% tahun 2002 (Depkes, 2006).

4. Keyakinan

Kebiasaan memberi air putih dan cairan lain seperti teh, air manis, dan

jus kepada bayi menyusui dalam bulan-bulan pertama umum dilakukan.

Kebiasaan ini seringkali dimulai saat bayi berusia sebulan. Riset yang

dilakukan di pinggiran kota Lima, Peru menunjukkan bahwa 83% bayi

menerima air putih dan teh dalam bulan pertama. Penelitian di masyarakat

Gambia, Filipina, Mesir, dan Guatemala melaporkan bahwa lebih dari 60%

bayi baru lahir diberi air manis dan/atau teh. Nilai budaya dan keyakinan

22
agama juga ikut mempengaruhi pemberian cairan sebagai minuman

tambahan untuk bayi. Dari generasi ke generasi diturunkan keyakinan bahwa

bayi sebaiknya diberi cairan. Air dipandang sebagai sumber kehidupan,

suatu kebutuhan batin maupun fisik sekaligus (LINKAGES, 2002).

G. Manajemen Kebidanan

1. Pendokumentasian SOAP

Dokumentasi kebidanan adalah bagian dari kegiatan yang harus dikerjakan

oleh bidan setelah memberi asuhan kepada pasien, merupakan informasi lengkap

meliputi status kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan

keperawatan/kebidanan serta respons pasien terhadap asuhan yang diterimanya.

Pendokumentasian asuhan kebidanan menggunakan pendekatan SOAP.

Catatan SOAP terdiri atas 4 langkah yang disarikan dari proses pemikiran

penatalaksanaan kebidanan yang dipakai untuk mendokumentasikan asuhan klien

dalam rekam medis klien sebagai catatan kemajuan.

SOAP adalah catatan yang tertulis secara singkat, lengkap, dan bermanfaat

buat bidan atau pemberi asuhan yang lain. Penggunaan SOAP dalam asuhan ibu

hamil cacatan SOAP ditulis satu kali setiap kunjungan. Sementara bagi ibu

dengan intrapartum, SOAP dibuat lebih dari satu catatan untuk satu orang perhari.

Langkah-langkah pendokumentasian SOAP :

1. Subyektif (S)

Informasi atau data yang diperoleh dari apa yang dikatakan klien.

23
2. Obyektif (O)

Data yang diperoleh dari apa yang dilihat dan dirasakan oleh bidan sewaktu

melakukan pemeriksaan dan hasil laboratorium.

3. Analisa (A)

Kesimpulan yang dibuat berdasarkan data subyektif dan obyektif

4. Penatalaksanaan (P)

Perencanaa, pelaksanaan dan evaluasi sesuai dengan kesimpulan yang telah

dibuat.

Pendokumentasian dianggap penting karena metode SOAP merupakan

kemajuan informasi yang sistematis yang mengorganisasi penemuan dan

kesimpulan untuk menjadi suatu rencana asuhan. Metode ini merupakan

penyaringan inti sari dari proses penatalaksanaan kebidanan untuk tujuan

penyediaan dan pendokumentasian asuhan. SOAP merupakan urut-urutan yang

dapat membantu dalam mengorganisir pikiran dan memberikan asuhan yang

menyeluruh.

24
BAB III

HASIL PENGUMPULAN DATA DAN TINJAUAN KASUS

A. Kunjugan 1

Nama : Ibu M

Umur : 33 tahun

Hari/tanggal : Selasa,12 November 2019

S : Ibu M umur 33 tahun mengatakan bahwa tidak mengetahui apa

itu ASI eksklusif.

O : K/u : Baik, Kesadaran ; composmentis, TD:110/70 mmHg,

N:78x/m, P:19x/m, T:36oC, Sklera : merah muda, Konjungtiva :

putih, putting susu menonjol, payudara simetris, aerola :

kechoklatan, tidak ada benjolan di payudara.

A : Ibu M umur 33 tahun tidak mengetahui tentang pemberian ASI

ekskluif .

P : pukul 16.00 wib

- Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu, ibu mengerti.

- Melakukan pemeriksaan fisik kepada ibu, pemeriksaan fisik

telah di lakukan.

25
- Melakukan pengisian form KK binaan, form KK binaan telah

di isi.

- Memberitahu ibu akan di lakukan kunjungan ke dua, ibu

bersedia.

B. Kunjungan 2

Nama : Ibu M

Umur : 33 tahun

Hari/tanggal : Rabu,13 November 2019

S : Ibu M umur 30 tahun mengatakan bahwa tidak mengetahui apa

itu ASI eksklusif.

O : K/u : Baik, Kesadaran ; composmentis, TD:100/70 mmHg,

N:80x/m, P:20x/m, T:36,5OC Sklera : merah muda, Konjungtiva :

putih, putting susu menonjol, payudara simetris, aerola

kechoklatan, tidak ada benjolan di payudaranya.

A : Ibu M umur 33 tahun tidak mengetahui ASI eksklusif.

P : Pukul 17.00 wib

- Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu, ibu mengerti

- Melakukan pengisian kuesioner tentang ASI eksklusif,

kuesioner telah di isi

- Memberikan penyuluhan kepada ibu tentang ASI eksklusif, ibu

mengerti dan dapat mengulanginya.

26
- Melakukan pengisian kuesioner kembali,kuesioner telah disi

- Memberitahu ibu bahwa akan ada kunjungan ke tiga, ibu

bersedia.

C. Kunjugan 3

Nama : Ibu M

Umur : 33 tahun

Hari/tanggal : Kamis,14 November 2019

S : Ibu M umur 33 tahun mengatakan sudah mengetahui apa itu

ASI eksklusif.

O : K/u : Baik, Kesadaran ; composmentis, TD: 120/80/ mmHg,

N:80x/m, P:22x/m, T:36OC Sklera : merah muda, Konjungtiva

putih, putting susu menonjol, payudara simetris, aerola :

kechoklatan, tidak ada benjolan di payudaranya

A : Ibu M umur 33 tahun mengetahui tentang ASI eksklusif

P : Pukul 17.00 wib

- Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu, ibu mengerti

- Melakukan Evaluasi materi ASI eksklusif,ibu mengerti dan

dapat mengulanginya.

- Melakukan evaluasi tentang ASI eksklusif,ibu mengatakan

bersedia tidak memberikan susu formula lagi kepada bayinya.

27
BAB IV

PEMBAHASAN

Dari keseluruhan permasalahan yang ditemukan berdasarkan hasil

pendekatan dan tabulasi data, telah dilakukan langkah-langkah pemecahan

masalah bersama keluarga Bapak M sesuai dengan prioritas masalah. Pada tahap

pengkajian ini data diperoleh melalui observasi dan wawancara yang dilakukan

secara kunjungan rumah. Menurut Andreas, (2012) pengumpulan data diperoleh

dari data subjektif dan data objektif.

1. Hasil Kunjungan

Nama : Ibu M

Umur : 33 Tahun

Hari/Tanggal : Selasa,12 November 2019

Ibu M mengatakan tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sejak

umur bayi 3 bulan karena ASI ibu sedikit,dan ibu memberikan susu formula

kepada bayinya sebagai pengganti ASI.

Menurut teori ASI eksklusif adalah satu jenis makanan yang mencukupi

seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik,psikologi,sosial maupun spiritual yang di

berikan kepada bayi dari umur 0-6 bulan tanpa campuran susu formula,air

mineral,dan makanan lainnya.ASI mengandung Nutrisi ,hormon serta unsur

kekebalan pertumbuhan,anti alergi,serta anti inflamsi,ASI bermanfaat sebagai

pelindung dan zat gizi paling sempurna. (hubertin,2004). Efek dari bayi yang

tidak di berikan ASI eksklusif adalah bayi mudah sakit dan daya tahan tubuhnya

menurun.

28
Setelah mengetahui masalah yang terjadi di keluarga Ibu M,saya

menganjurkan kepada ibu M untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya

dengan cara memberikan konseling dan materi kepada ibu M tentang pentingnya

pemberian ASI eksklusif kepada bayi,dan saya juga mengajarkan kepada Ibu M

tentang pemijatan oksitoksin agar ASI ibu M lancar,dan dari hasil evaluasi akhir

setelah diberikan penyuluhan ibu M bersedia untuk tidak memberikan susu

formula lagi kepada bayinya,dan Ibu M bersedia memberikan ASI eksklusif

kepada bayinya sampai umur bayi 6 bulan.

29
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Asuhan kebidanan komunitas memfokuskan pemberian pelayanan

pada setiap keluarga yang berada dalam wilayah kerjanya, bentuk pemberian

pelayanan yang dilaksanakan adalah menyelesaiakan berbagai permasalahan

di bidang kesehatan khususnya kesehatan ibu dan anak. kegiatan-kegiatan

tersebut tentunya bertujuan akhir untuk menurunkan angka kematian ibu dan

angka kematian bayi. Dari berbagai penyuluhan yang telah di lakukan di

harapkan akan mampu menigkatkan pengetauan masyarakat mengenai

permasalahan kesehatan mereka sehingga di harapkan masyarakat lebih

mandiri dalam menyelesaikan maslah kesehatan yang ada di lingkunganya.

Begitu juga dengan keluarga Bapak H Setelah dilakukan beberapa tindakan

untuk menyelesaikan masalah yang ada, kini keluarga Bapak H Sudah lebih

memahami apa dan bagaimana cara mengatasi masalah kesehatannya.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas penulis mengajukan beberapa saran, antara

lain :

1. Untuk Penulis

Mendapatkan pengalaman menerapkan manajemen kebidanan dalam

memberikan asuhan kebidan pada keluarga berencana sehingga nantinya

pada saat bekerja di lapangan dapat dilakukan secara sistematis yang pada
30
akhirnya meningkatkan mutu pelayanan yang akan memberikan dampak

menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Belajar menerapkan langsung

pada masyarakat di lapangan perkembangan ilmu pengetahuan yang

diperolehnya di dalam kelas.

2. Untuk Keluarga Binaan

Sebagai bahan masukan dan dapat menjadi suatu pengetahuan nagi

keluarga Ibu J dalam menjalankan program yang telah disusun secara

bersama dan terus dikembangkan guna mewujudkan keluarga yang sehat,

sejahtera dan terwujudnya keluarga yang sehat dan lingkingna sehat dan

nyaman

3. Untuk Institusi Pendidikan

Agar lebih memperbanyak literatur - literatur khususnya buku-

buku kebidanan menurut Varney sehingga mahasiswa dapat lebih

memahami dan dapat menerapkan asuhan kebidanan pada pasien. Dapat

menyatukan persepsi dalam penyusunan asuhan kebidanan dengan SOAP.

Agar tetap mempertahankan kesabarannya dalam membimbing mahasiswa

yang seringkali tidak menerapkan teori yang ada dan mengalami

kejenuhan dalam melakukan aktifitas kuliah.

4. Untuk Mahasiswa

Agar tetap mempertahankan dan meningkatkan asuhan kebidanan

telah ada, dan selalu menerapkan teori-teori yang telah didapatkan dan

disesuaikan dengan kondisi lapangan. Sehingga tetap tercermin citra bidan

yang profesional.

31
DAFTAR PUSTAKA

Meilani, Niken dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Fitramaya.

Freadman, MM. 1998. Perawatan Keluarga : Penelitian, Teori dan Praktek.

Jakarta : EGC.

Efendy, N. 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta :

EGC.

Kemenkes, RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan

RI.

Depkes, RI, 2007. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2006. Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta

Prasetyono, Sunar, Dwi. 2009. Cara menyusui yang Baik. Jakarta. Arcan

Roesli, Utami. 2000. Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta. Diva Press.

Soetjiningsih, 1997. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta. EGC.

32
Lampiran 1

Kunjungan 1 KK binaan ASI eksklusif Ibu.M umur 33 tahun Gampong Rantau


Panyang Timur Dusun Syahid Kec.Meureubo Kab.Aceh Barat.

33
Lampiran 2

Kunjungan 2 KK binaan ASI eksklusif Ibu.M umur 33 tahun Gampong Rantau


Panyang Timur Dusun Syahid Kec.Meureubo Kab.Aceh Barat.

34
Lampiran 3

Kunjungan 3 KK binaan ASI eksklusif Ibu.M umur 33 tahun Gampong Rantau


Panyang Timur Dusun Syahid Kec.Meureubo Kab.Aceh Barat.

35

Anda mungkin juga menyukai