Anda di halaman 1dari 3

Jika pasien tidak pernah periksa dalam waktu setahun terakhir perawat perlu melakukan pemeriksaan

fisik dan disesuaikan dengan riwayat keperawatan nya.

Pemeriksaan fisik meliputi:

 Kecurigaan terhadap infertility kehamilan.


 Cairan yang keluar bagaimana karakteristiknya.
 Apakah terdapat benjolan atau adanya perubahan warna, ukuran, dan bentuk pada organ
genital.
 Perubahan pada fungsi urinary.
 Perlu dilakukan papsmear.

Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan masalah seksualitas adalah gangguan
pola seksualitas dan disfungsi seksual sehubungan dengan :

 Takut terhadap efek koitus; serangan jantung.


 Trauma tulang belakang.
 Perubahan neurologi impoten.
 Pandangan negative tentang perubahan tubuh; mastectomy.
 Kurang pengetahuan tentang penyakit yang berhubungan dengan seksual.
 Hamil atau takut bayi cacat karena koitus.
 Penggunaan alcohol yang berlebihan.
 Perasaan bersalah jika melakukan hubungan seksual.
 Pengalaman traumatik; pemeriksaan.
 Takut tidak memuaskan pasangan.
 Kurang pengetahuan tentang konsepsi.
 Takut hamil.
 Rasa nyeri karena tidak adequat pengeluaran cairan vagina.

Contoh diagnosa lain yang mungkin timbul:

1. Kurang nya pengetahuan tentang konsepsi, kontrasepsi atau perubahan seksual yang
berhubungan dengan umur yang normal sehubungan dengan kurang nya informasi dan mitos
seksual.
2. Nyeri, sehubungan dengan lubrikasi vagina yang tidak adequat atau efek pembedahan genital.
3. Kecemasan sehubungan dengan hilangnya hormon dan fungsi seksual.
4. Takut sehubungan dengan adanya riwayat dyspareurina.
5. Gangguan body image; mastectomy sehubungan dengan adanya penolakan dari pasangan.
Perencanaan

Tujuan pada pasien dengan masalah seksual adalah untuk mempertahankan, memperbaiki,
menumbuhkan kesehatan seksual. Kriteria hasil yang diharapkan adalah :

 Pasien dapat memverbalisasikan kehawatiran tentang perubahan pada pola seksualitas yang
meliputi body image, sek role, hasrat seksualnya, orientasi seksual dan respon seksual.
 Pasien dapat memverbalisasikan pengertian nya tentang anatomi fisiologi seksual, perubahan
fisiologi pada kehamilan, memilih kontrasepsi yang sesuai, factor yang berhubungan dengan
perubahan pola seksualitas dan alternative untuk mengatasi masalah seksualitas.

IMPLEMENTASI

1. Memberikan pendidikan kesehatan informasi yang terbatas “limited information”.


Pasien perlu informasi yang tepat dan ringkas, perawat harus menjelaskan tentang hal-hal seperti
beberapa kondisi medis, pengobatan, injuri atau pembedahan yang dapat mempengaruhi fungsi
seksualitas atau faktor usia yang mempengaruhi fungsi seksualitas.

Perawat perlu menginformasikan:


a. Informasi umum tentang seksualitas meliputi:
 Anatomi fisiologi organ seks.
 Tahapan-tahapan perkembangan seksualitas.
 Pemeriksaan sendiri pada payudara dan testicular.
 Posisi coitus

b. Informasi spesifik tentang kebutuhan pasien, seperti:


 Perubahan fungsi seksualitas dapat di sebabkan oleh penyakit, obat-obatan
pembedahan dan medikasi.
 Alternative dalam mengekspresikan seksualnya.
 Kontrasepsi, aborsi, dan infertility.
2. Diskusi tentang ketakutan dan kekhawatirannya.
3. Memberikan support mental dan semangat .
4. Meningkatkan harga diri dan body image pasien.
5. Mempertahankan seksualitas pasien dengan:
 Memberikan privasi selama “intimate body care”.
 Melibatkan pasangan pasien dalam perawatan fisik.
 Memberikan perhatian terhadap penampilan dan pakaian pasien.
 Menyampaikan bahwa kebutuhan seksual ini berlangsung sejak lahir sampai mati.
 Memberikan perivasi kepada pasien untuk menemukan kebutuhan seksualnya sendiri atau
dengan partnernya apabila keadaan fisiknya memungkinkan.
EVALUASI
Perawat mengevaluasi hasil yang telah dilakukan dan disesuaikan dengan criteria hasil
yang telah di tetapkan, apakah tercapai atau tidak.
Jika tidak tercapai, perawat harus menggali alasan-alasannya yang meliputi :
1. Apakah faktor resiko dapat diidentifikasi dengan baik .
2. Apakah pasien mengeksresikan tentang ketakutan dan kekhawatirannya tentang
sexsualitas.
3. Apakah pasien merasa aman dan nyaman selama mengikuti diskusi tentang
sexsualitas.
4. Apakah pasien mengerti apa yang sudah dijelaskan oleh perawat.
5. Apakah pasien siap untuk menangani masalah sexsualitasnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan dalam fungsi sexsual :

1. Tidak ada role model .


2. Gangguan struktur dan fungsi tubuh , trauma,obat,kehamilan,abnormal
anatomi,genetelia.
3. Kurang pengetahuan dan informasi yang salah tentang sexsualitas.
4. Penganiayaan fisik.
5. Penyimpangan psikososial.
6. Konflik terhadap nilai.
7. Kehilangan partner.

Anda mungkin juga menyukai