DIABETES MELITUS
Ningsih (1614301028)
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2018/2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN
DIABETES MELITUS
Waktu : 60 menit
A. Latar Belakang
Penyakit Kencing Manis / Diabetes Melitus adalah ketidakmampuan tubuh
untuk mengubah makanan menjadi energi karena gangguan metabolisme yang terjadi
dalam tubuh.Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan
sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis
mikrovaskuler, makrovaskuler, dan neuropati.
Penyakit Kencing Manis / Diabetes Melitus adalah ketidakmampuan tubuh
untuk mengubah makanan menjadi energi karena gangguan metabolisme yang terjadi
dalam tubuh.Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan
sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis
mikrovaskuler, makrovaskuler, dan neuropati.
Saat melakukan pengkajian keperawatan kelurga kami mendapatkan bahwa
lansia menderita diabetes. Riwayat keluarga lansia, tidak ada keluarga yang menderita
diabetes, lansia menderita diabetes akibat pola makanan yang tidak sehat.
Berdasarkan keterangan lansia , gula darah terakhir kali di pemeriksaan yaitu 600, ini
sangat tinggi untuk batasan gula darah normal. Hal ini di karnakan kurangnya
kesadaran lansia akan pentingnya menjaga pola makan, dan keluarga lansia juga tidak
memahami dengan baik apa itu penyakit diabetes melitus, tanda dan gejala serta
dampak bagi kesehatan.
Keluarga lansia juga belum mengetahui hal apa saja yang harus di lakukan
keluarga apabila sudah terkena diabetes melitus, dan pola makan seperti apa yang di
anjurkan bagi penderita diabetes melitus. Berdasarkan keterangan keluarga lansia
terakhir gula darahnya 400. Oleh karena itu beranjak dari hal ini kami mencoba
memberikan pendidikan kesehatan bagi keluarga supaya keluarga dan lansia sendiri
mengenal apa itu diabetes militus tanda dan gejala, serta cara perawatan dan
pencegahannya di rumah.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah askep keluarga dilakukan diharapkan kelurga memahami penyakit
diabetes melitus.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberi askep keluarga maka diharapkan keluarga Ny. W dapat :
1. Mengatakan pengertian secara sederhana tentang diabetes.
2. Menjelaskan tentang keputusan/ akibat dari diabetes.
3. Melakukan tindakan perawatan diabetes.
4. Melakukan midifikasi lingkungan/ tindakan pencegahan penyakit diabetes.
5. Mau untuk datang ke pelayanan kesehatan yang ada.
C. Materi
1. Pengertian diabetes melitus.
2. Penyebab diabetes melitus.
3. Tanda dan gejala diabetes melitus.
4. Komplikasi diabetes melitus.
5. Makanan apa saja yang di anjurkan dan tidak dianjurkan bagi penderita diabetes
melitus.
D. Strategi Pelaksanaan
1. Persiapan :
a. Survey karakter dan lokasi sasaran
b. Koordinasi dengan pihak keluarga
c. Menyiapkan alat dan bahan
2. Pelaksanaan
NO Waktu Kegiatan Respon
1 Pembukaan 1. Membuka acara dengan 1. Menjawab salam dan
5 menit mengucapkan salam kepada mendengarkan
sasaran. 2. Mendengar dan
2. Menyampaikan topic dan memperhatikan
tujuan penkes kepada 3. Memberikan tanggapan.
sasaran. 4. Menyetujui kontrak.
3. Kontrak waktu untuk
kesepakatan pelaksanaan
penkes dengan sasaran.
2 Tahap Appersepsi 1. Menanyakan pengetahuan 1. Memperhatikan dan
5 menit kepada lansia dan keluarga menjawab pertanyaan
tentang penyakit Diabetes 2. Mendengar, menerima
Melitus meliputi pengertian,
penyebab,serta tanda dan
gejala.
2. Memberikan Reinforsement
positif
3 Kegiatan inti 1. Pendidikan kesehatan tentang 1. Mendengar dan
40 menit diabetes mellitus memperhatikan
2. Pemeriksaan GDS 2. Mengajukan pertanyaan
3. Senam dan Pembagian 3. Mendengar dan
leafleat memperhatikan
4. Pemeriksaan GDS
4 Penutup 10 menit 1. Penyaji mengajukan 1. Menjawab pertanyaan
beberapa pertanyaan untuk 2. Membalas dengan salam
mengevaluasi tingkat
pemahaman tentang materi
DM
2. Menutup acara dan
mengucapkan salam
E. Metode dan Teknik
Pemeriksaan Gula darah
Ceramah
Tanya Jawab
G. Evaluasi
a. Struktur
1. Persiapan materi
2. Persiapan media.
3. Kelengkapan alat
b. Proses
1. Penyuluhan sesuai dengan waktu yang direncanakan.
2. Peserta penyuluhan antusias terhadap materi.
3. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar.
4. Peserta penyuluhan mengikuti acara dari awal hingga akhir.
c. Hasil
88% peserta memahami dan mengerti tentang penyakit Diabetes Militus.
H. Sumber Pustaka
Brunner & suddarth (2001) keperawatan medical bedah. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III. Jakarta : Media
Aesculapsis
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawawtan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
DM TIPE 2
Penderita menghasilkan sedikit insulin atau sama sekali tidak menghasilkan
insulin. Pankreas tetap menghasilkan insulin, kadang kadarnya lebih tinggi dari
batas normal. Tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya, sehingga
terjadi kekurangan insulin relatif. Umumnya terjadi sebelum usia 30 tahun, yaitu
anak-anak dan remaja. Bisa terjadi pada anak-anak dan dewasa, tetapi biasanya
terjadi setelah usia 30 tahun. faktor lingkungan (infeksi virus atau faktor gizi pada
masa kanak-kanak atau dewasa awal) menyebabkan sistem kekebalan
menghancurkan sel penghasil insulin di pankreas. Faktor resiko untuk diabetes
tipe 2 adalah obesitas dimana sekitar 80-90% penderita mengalami obesitas. 90 %
penghasil insulin (sel beta) mengalami kerusakan permanen. Terjadi kekurangan
insulin yang berat dan penderita harus mendapatkan suntikan insulin secara
teratur. Diabetes melitus tipe 2 juga cenderung di turunkan secara genetik dalam
keluarga.
b. Komplikasi kronik
Penyakit diabetes melitus yang tidak terkontrol dalam waktu lama akan
menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah dan saraf. Pembuluh darah
yang dapat mengalami kerusakan dibagi menjadi dua jenis, yakni pembuluh
darah besar dan kecil. Yang termasuk dalam pembuluh darah besar antara lain:
Pembuluh darah jantung, yang jika rusak akan menyebabkan penyakit
jantung koroner dan serangan jantung mendadak. Pembuluh darah tepi,
terutama pada tungkai, yang jika rusak akan menyebabkan luka iskemik pada
kaki.
Pembuluh darah otak, yang jika rusak akan dapat menyebabkan
strokeKerusakan pembuluh darah kecil (mikroangiopati) misalnya mengenai
pembuluh darah retina dan dapat menyebabkan kebutaan. Selain itu, dapat
terjadi kerusakan pada pembuluh darah ginjal yang akan menyebabkan
nefropati diabetikum.
Saraf yang paling sering rusak adalah saraf perifer, yang menyebabkan
perasaan kebas atau baal pada ujung-ujung jari. Karena rasa kebas, terutama
pada kakinya, maka pasien DM sering kali tidak menyadari adanya luka pada
kaki, sehingga meningkatkan risiko menjadi luka yang lebih dalam (ulkus
kaki) dan perlunya melakukan tindakan amputasi. Selain kebas, pasien
mungkin juga mengalami kaki terasa terbakar dan bergetar sendiri, lebih terasa
sakit di malam hari serta kelemahan pada tangan dan kaki. Pada pasien yang
mengalami kerusakan saraf perifer, maka harus diajarkan mengenai perawatan
kaki yang memadai sehingga mengurangi risiko luka dan amputasi.