Anda di halaman 1dari 8

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

GLOMERULONEFRITIS AKUT

Disusun Oleh :

Kelompok 3

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

FAKULTAS KEPERAWATAN ILMU KESEHATAN

TAHUN AJARAN 2017/2018


A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir, usia, alamat, nomor telepon,
status pernikahan, pendidikan terakhir, pekerjaan, agama, suku, bangsa, dan nama
penanggung jawab klien.
B. Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri pada pinggang, urin berdarah, wajah kaki bengkak, pusing dan
badan cepat lelah.
C. Riwayat penyakit
1. Riwayat Penyakit Dahulu
riwayat infeksi streptokokus beta hemolitik dan riwayat lupus eritemateosus.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
klien mengeluh bengkak seluruh tubuuh, kencing berwarna seperti cucian daging atau
berdarah , tidak nagfsu makan, mual, muntah, dan diare. Badan panas saat hari pertama
sakit.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Adakah keluarga pasien yang memiliki penyakit serupa.
D. Pola aktivitas sehari-hari
1. Pola nutrisi dan metabolic : Pasien mengatakan bahwa badan panas pada hari pertama
sakit. Mual, muntah, dan terjadi anoreksia juga menyebabkan intake nutrisi menjadi
tidak adekuat.
2. Pola eliminasi : Tidak terdapat gangguan eliminasi alvi. Eliminasi uri ditemukan
hematuria dan terdapat protein dalam urin.
3. Pola aktivitas : Klien mengeluh cepat lelah untuk melakukan aktivitas.
4. Psikososial spiritual
Meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawat untuk mendapatkan hasil
yang jelas terhadap status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Masalah kesehatan pada
sistem perkemihan menimbulkan respon maladaptif terhadap konsep diri klien
sehingga tingkat stres emosional dan mekanisme koping yang digunakan berbeda-
beda. Nyeri juga memberikan stimulus akan kecemasan dan ketakutan klien.
E. Pemeriksaan FisikKeadaan umum
Kesadaran pasien kompos mentis namun menunjukkan kelemahan dan terlihat sakit,
apabila pasien datang pada fase awal akan didapatkan suhu tubuh meningkat, frekuensi
denyut nadi meningkat, terjadi peningkatan pada tekanan darah.
1. B1 (breathing)
Tidak ditemukan masalah pada pola napas
2. B2 (blood)
Peningkatan tekanan darah sekunder adalah tanda dari glomerulonefritis yang
disebabkan oleh retensi natrium dan air yang berdampak pada kardiovaskuler yang
akan terjadi penurunan perfusi jaringan.
3. B3 (brain)
Terdapat konjungtiva yang anemis dan edema wajah terutama periorbital. Pasien
beresiko kejang sekunder akibat gangguan elektrolit.
4. B4 (bladder)
Terdapat edema pada ektremitas dan wajah. Warna urin menjadi seperti cola karena
proteinuri dan hematuri. Saat dipalpasi terdapat nyeri tekan ringan pada bagian
kostovetebra. Perkusi pada sudut kostovertebra akan ditemukan nyeri ringan lucal
yang menjalar ke pinggang dan abdomen.
5. B5 (bowel)
Mual, muntah, dan anoreksia yang menyebabkan penurunan intake nutrisi
6. B6 (bone)
Pasien mengeluh sering cepat lelah saat melakukan aktivitas sehari-hari.
F. Analisa Data

Masalah
No. Data Etiologi
Keperawatan
DS: pasien mengeluh nyeri bagian
kostovertebra
DO:
P: glomerulonefritis akut
Sensitivitas pada
Q:
neuron primer
1. R: nyeri pada daerah kostovertebra Nyeri akut
aferen
S: pasien mengatakan skala nyeri 4 (0-10)
T: nyeri hilang timbul
Vital sign:
TD : >120/80 mmHg
S : 370C
N :>100 x/menit
RR : normal
DS: Klien mengeluh mata, tangan dan
kaki bengkak
Melaporkan BB meningkat dalam periode
singkat
DO:
Retensi cairan dan
Kelebihan volume
2 a. tampak adanya edema natrium,
cairan
(ekstremitas/periorbital/abdomen)
b. pemeriksaan urinalisis didapatkan
proteinuria > 3,5 gr/hr
c. Timbang berat badan didapatkan
meningkat di atas normal

DS:
Klien mengeluh tidak nafsu makan.
DO:

a. Pasien hanya menghabiskan


setengah dari porsi makan.
b. Jenis diet: tinggi kalori
c. A : BB meningkat karena cairan Mual, Ketidakseimbangan
3. edema muntah,anoreksia nutrisi kurang dari
d. B : hB 13,1 g/dL, Albumin<3,2 kebutuhan tubuh
g/dL.
e. C : klien hanya menghabiskan
setengah dari porsi makan, klien
tampak lemas.
f. D : klien mnedapatkan terapi
tinggi kalori .
G. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan sensitivitas pada neuron primer aferen


2. Kelebihan volume cairan berhubungaan dengan retensi cairan dan natrium
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah,anoreksia

H. Intervensi dan Rasional


1. Nyeri akut berhubungan dengan sensitivitas pada neuron primer aferen
Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam, skala nyeri yang dilaporkan berkurang.
Kriteria Hasil :
a. skala nyeri 1-3
b. wajah tidak meringis
c. dapat melakukan tehnik relaksasi yang efektif

Intervensi Rasional
1. Observasi secara PQRST dan
Membantu membedakan penyebab nyeri
karakteristik nyeri yang dirasakan
dan memberikan informasi tentang
(menetap, hilang timbul, kolik) serta
kemajuan/perbaikan penyakit, terjadinya
catat temuan yang didapat
komplikasi, dan keefektifan intervensi

2. Kompres hangat pada area yang nyeri Efek dilatasi memberikan respons spasme
akan menurun
3. Bantu klien untuk menggunakan
Meningkatkan istirahat, memusatkan
teknik relaksasi, contoh bimbingan
kembali perhatian, dapat meningkatkan
imajinasi, visualisasi
koping

4. Ajarkan teknik relaksasi pernafasan


Meningkatkan intake oksigen sehingga akan
dalam saat nyeri muncul
menurunkan stimulus internal

5. Tingkatkan tirah baring, biarkan


Tirah baring pada posisi fowler rendah
pasien melakukan posisi yang nyaman
menurunkan tekanan intraabdomen
6. Kolaborasi pemberian obat analgesik
Memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan
sesuai indikasi
berkurang

2. Kelebihan volume cairan berhubungaan dengan retensi cairan dan natrium


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapakan terjadi
keseimbangan cairan dan tidak ada udema pada tubuh serta pengeluaran urin kembali
normal
Kriteria Hasil:
a. Output dan input cairan seimbang.(1-2cc/kg BB/jam-dewasa, anak-anak ½ - 1
cc/kg BB/jam)
b. Tekanan darah normal (100-120/60-90 mmHg)
c. Denyut nadi normal (80-100x/menit)
d. Tidak terjadi acites/oedema pada perut.

Intervensi Rasional
1. Pantau input dan output urine serta
hitung keseimbangan cairan Pemantauan input dan output urine serta
menghitung keseimbangan cairan dapat
membantu mengevaluasi status cairan klien

2. Pantau keadaan umum dan tanda-


tanda vital pasien, perhatikan Sebagai deteksi dini untuk mengetahui
hipertensi,nadi kuat, distensi vena timbulnya komplikasi
leher

3. batasi cairan tergantung pada status


Menghindari terjadinya acites
volume cairan

4. Awasi natrium serum


Sebagai deteksi dini adanya hipernatremi

5. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium Untuk mengetahui kadar elektrolit dalam


untuk kadar elektrolit tubuh klien, sehingga ketidakseimbangan
elektrolit dapat dicegah
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah,anoreksia
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam, nutrisi dan zat gizi klien terpenuhi optimal
Kriteria Hasil :
a. BB klien meningkat > 4kg sesuai proporsi tubuhnya
b. Nafsu makan klien baik
c. Nilai laboratorium (misalnya, transferin, albumin, dan elektrolit) dalam batas
normal.
d. Klien dapat menghabiskan porsi makan yang diberikan

Intervensi Rasional
1. Monitoring intake makanan
setiap hari. Dan timbang berat Penurunan berat badan terus menerus dalam
badan setiap hari serta laporkan keadaan masukan kalori yang cukup merupakan
adanya penurunan atau kenaikan indikasi adanya gangguan pada GIT

2. Auskultasi bising usus Bising usus hiperaktif mencerminkan


peningkatan motilitas lambung yang
menurunkan atau mengubah fungsi absorbsi
3. Berikan makanan sedikit-sedikit
Memberikan makanan sedikit namun sering akan
namun sering
lebih efektif guna sebagai cadangan makanan
untuk klien

4. Hindari pemberian makanan


yang dapat meningkatkan
peristaltik usus (misalnya, teh,
Peningkatan motilitas saluran cerna dapat
kopi, dan makanan berserat
mengakibatkan diare dan gangguan absorbs
lainnya) dan cairan yang
nutrisi yang diperlukan
menyebabkan diare (misalnya,
apel/ jambu)

I. Evaluasi
1. Nyeri pasien berkurang
2. rasa nyaman pasien bertambah
3. Asupan dan haluaran pasien seimbang
4. Berat badan pasien kembali normal

Anda mungkin juga menyukai