Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

SEORANG ANAK LAKI-LAKI USIA 5 TAHUN DENGAN DIARE CAIR AKUT


TANPA DEHIDRASI

Diajukan guna memenuhi tugas Kepaniteraan Senior


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Disusun oleh :
Marko Darmawan
22010116220276

PRODI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
2018

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Seorang Anak Laki-laki Usia 5 Tahun dengan Diare Cair
Akut Tanpa Tanda Dehidrasi, telah disajikan guna melengkapi tugas Kepaniteraan Senior
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Semarang, Oktober 2018

Mengesahkan,
Dosen Pembimbing Lapangan

dr. Teddy, M.Kes

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang
termasuk di Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi
pada anak. Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2009, diare adalah
penyebab kematian pertama pada anak dibawah 5 tahun.1
Berdasarkan hasil Riskesdas 2007, diare merupakan penyebab kematian bayi terbanyak
di Indonesia yaitu 42%, diikuti oleh pneumonia sebesar 24%. Penyebab kematian terbesar
pada anak usia 1-4 tahun karena diare sebesar 25,2% dibanding pneumonia 15,5%.
Berdasarkan karakteristik penduduk, kelompok umur balita adalah kelompok yang paling
tinggi menderita diare. Berdasarkan Riskesdas 2013 kejadian diare anak terbanyak pada
usia < 1 tahun yaitu 7% dan usia 1-4 tahun sebesar 6,7 %.1
Diare adalah penyakit yang ditandai bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari
biasanya (lebih dari 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja dengan atau tanpa darah
atau lendir.Unsur penting dalam pengelolaan anak dengan diare adalah penyediaan terapi
rehidrasi, dukungan nutrisi berupa terus menyusui dan makanan tetap diteruskan sesuai
umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat untuk pengganti nutrisi yang
hilang serta mencegah agar tidak menjadi gizi buruk, pemberian suplementasi zinc,
pemberian antibiotik selektif hanya untuk anak dengan diare berdarah, kasus kolera yang
parah, atau infeksi non-usus serius, dan edukasi orang tua anak yang jelas mengenai
pencegahan diare agar tidak terulang kembali.2

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui cara mendiagnosis dan
mengelola pasien secara komprehensif dan holistik berdasarkan data yang diperoleh dari
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang serta kepustakaan pada anak
yang menderita diare tanpa tanda dehidrasi.

1
1.3 Manfaat
Penulisan laporan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai media belajar agar dapat
mendiagnosis dan mengelola pasien dengan tepat dan komprehensif, serta mengetahui
prognosis penyakit diare pada anak.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diare
Diare adalah buang air besar yang lebih sering dan dengan konsistensi yang lebih
encer dari biasanya.3 Berdasarkan etiologinya, diare diklasifikasikan menjadi diare cair dan
diare berdarah. Diare cair adalah buang air besar lembek atau cair bahkan dapat berupa air
saja dengan frekuensi lebih 3 kali atau lebih sering dari biasanya dalam 24 jam, sedangkan
diare berdarah sering disebut sebagai disentri, yaitu episode diare akut yang pada tinjanya
ditemukan darah terlihat secara kasat mata. Darah yang hanya terlihat secara mikroskopis,
atau tinja berwarna hitam yang menandakan adanya darah pada saluran cerna atas, bukan
merupakan diare berdarah.4
Ditinjau dari lamanya, diare dibagi menjadi diare akut, diare persisten, dan diare
kronik. Diare akut adalah buang air besar pada anak atau anak lebih dari 3 kali perhari,
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang
berlangsung kurang dari 14 hari.4,5 Diare persisten biasanya merupakan kelanjutan dari
diare akut dengan atau tanpa disertai darah yang berlangsung selama 14 hari atau lebih yang
diperkirakan penyebabnya adalah infeksi dan mulainya sebagai diare akut tetapi berakhir
lebih dari 14 hari, serta kondisi ini menyebabkan malnutrisi dan berisiko tinggi
menyebabkan kematian. Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari
dengan etiologi non infeksi.6
2.1.1 Epidemiologi
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang
termasuk di Indonesia, dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan
tertinggi pada anak, terutama anakusia di bawah 5 tahun. Berdasarkan data WHO (2013),
setiap tahunnya, terdapat 1,7 milyar kasus diare dan menyebabkan kematian 760,000 anak
usia di bawah 5 tahun.7
Berdasarkan hasil Riskesdas 2007, diare merupakan penyebab kematian anak
terbanyak di Indonesia yaitu 42%. Berdasarkan Riskesdas 2013, Insiden diare balita di
Indonesia adalah 6,7 persen. Karakteristik diare balita tertinggi terjadi pada kelompok umur
12-23 bulan (7,6%) dan urutan kedua diikuti oleh usia 1-4 tahun sebesar 6,7 %.1

3
2.1.2 Cara Penularan dan Faktor Risiko
Cara penularan diare pada umumnya terjadi melalui cara fekal oral yaitu melalui
makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen atau kontak langsung tangan
dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung
melalui lalat.3
Faktor risiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara lain: tidak
memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama kehidupan, tidak memadainya
penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana kebersihan (MCK),
kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang
tidak higienis, alat makan dan minum yang tidak higienis, dan cara penyapihan yang tidak
baik. Selain hal hal tersebut, beberapa faktor pada penderita dapat meningkatkan
kecenderungan untuk dijangkiti diare antara lain: gizi buruk, imunodefisiensi, berkurangnya
keasaman lambung, menurunnya motilitas usus, menderita campak dalam 4 minggu
terakhir, dan faktor genetik.3
2.1.3 Etiologi
Diare dapat disebabkan oleh infeksi maupun non infeksi. Diare dapat disebabkan
oleh berbagai patogen seperti bakteri, virus dan parasit. Berbagai penelitian epidemiologis
menunjukkan bahwa penyebab utama (55%) diare akut adalah rotavirus. Diare akibat
infeksi virus umumnya bersifat self limiting, sehingga aspek terpenting yang harus
diperhatikan adalah mencegah terjadinya dehidrasi yang menjadi penyebab utama kematian
dan menjamin asupan nutrisi untuk mencegah gangguan pertumbuhan akibat diare.8
Beberapa penyebab diare akut pada manusia,3antara lain:
Golongan Bakteri:
- Aeromonas - Salmonella
- Bacillus cereus - Shigella
- Campylobacter jejuni - Staphylococcus aureus
- Clostridium defficile - Vibrio cholera
- Escherichia coli - Vibrio parahaemolyticus
- Plesiomonas shigeloides - Yersinia enterocolitica
Golongan Virus :
- Astrovirus - Rotavirus
- Calcivirus (Norovirus, Sapovirus) - Norwalk virus
- Enteric adenovirus - Herpes simplex virus*
- Coronavirus - Cytomegalovirus*
Golongan Parasit :
- Balantidium coli - Giardia lamblia
- Blastocystis homonis - Isospora belli
4
- Cryptosporidium parvum - Srongyloides stercoralis
- Entamoeba histolytica - Trichuris trichiura
)
* umumnya berhubungan pada penderita immunocompromised
2.1.4 Diagnosis
Dalam menentukan diagnosis, maka gejala-gejala klinik dari penyakit diare dapat
dibagi menjadi beberapa aspek,5 yaitu :
a. Aspek Persistennya
Perlu dicari informasi sudah berapa lama pasien mengalami diare.apakah sudah lebih
dari 14 hari atau belum, sehingga nantinya dapat menentukan apakah diare pada pasien
diare akut atau diare persisten. Hal ini berkaitan dengan tatalaksana diare yang berkaitan
dengan penyulit atau komplikasi dari diare tersebut.3
b. Aspek etiologi
Diagnosisi klinis diare akut yang disertai lendir dan darah ataupun tidak menentukan
penyebabnya yaitu bakteri, virus, maupun protozoa.3
 Rotavirus
Virus ini berkembang dalam vili usus halus dan menyebabkan kerusakan sel
epitel serta pemendekan vili. Hal ini mengakibatkan gangguan absorbsi dan
peningkatan sekresi cairan maka terjadi diare.Infeksi virus juga bisa menyebabkan
kekurangan enzim dissakaridase untuk menyerap laktosa sehingga terjadi diare
dengan tanda intoleransi laktosa seperti bau asam, nyemprot karena adanya CO2
dan ekskoriasi pada anusnya.
 Bakteri
Penempelan di mukosa usus menyebabkan perubahan epitel usus sehingga
terjadi gangguan absorbsi dan meningkatnya sekresi cairan. Adanya toksin yang
dihasilkan oleh kuman menyebabkan peningkatan sekresi. Bakteri yang
menyebabkan invasi ke mukosa seperti Shigella, C. Jejuni, E coli enteroinvasif dan
Salmonella dapat mengakibatkan adanya diare berdarah.
 Protozoa
Invasi protozoa (amoeba) ke daerah mukosa colon ini mengakibatkan
terbentuknya mikro abses dan ulkus pada colon. Dengan demikian akan
menimbulkan rangsang sekresi cairan dengan perdarahan dan lendir bila defekasi.
Infeksi parenteral yaitu:

5
Merupakan infeksi di luar usus seperti infeksi saluran nafas, infeksi saluran
kencing, campak, dan lainnya.Diperkirakan terjadi melalui jalur susunan saraf
vegetatif yang memengaruhi sistem saluran cerna sehingga terjadi diare.
c. Aspek dehidrasi dan asidosis
Dehidrasi adalah suatu keadaan penurunan total air di dalam tubuh karena hilangnya
cairan secara patologis, asupan air tidak adekuat, atau kombinasi keduanya.
Untuk mempermudah penilaian klinis, maka derajat dehidrasi dibagi menjadi 3
menurut UKK Gastrohepatologi IDAI 2009, yaitu : tanpa tanda dehidrasi, dehidrasi
tidak berat, dehidrasi berat. Untuk menilai derajat dehidrasi dapat menggunakan skor
Maurice King, kriteria WHO, maupun Depkes. Berikut ini tabel derajat dehidrasi dinilai
berdasarkan UKK gastrohepatologi IDAI 2009.5
Tabel 9. Derajat Dehidrasi UKK Gastrohepatologi IDAI 2009
KATEGORI TANDA DAN GEJALA
Dehidrasi berat 2 atau lebih tanda berikut:
- Letargi atau penurunan kesadaran
- Mata cowong
- Tidak bisa minum atau malas minum
- Cubitan kulit perut kembali sangat lambat
Dehidrasi tak 2 atau lebih tanda berikut:
berat - Gelisah
- Mata cowong
- Kehausan atau sangat haus
- Cubitan kulit perut kembali lambat
Tanpa dehidrasi Tidak ada tanda gejala yang cukup untuk
mengelompokkan dalam dehidrasi berat
atau tak berat.

2.1.5 Tatalaksana
Terdapat lima lintas tatalaksana menangani diare, yaitu:
a. Rehidrasi
Mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari memberi cairan
rumah tangga yang dianjurkan seperti air tajin, kuah sayur atau air sup. Bila terjadi
dehidrasi anak harus segera dibawa ke petugas kesehatan untuk mendapatkan

6
pengobatan yang tepat dan cepat yaitu dengan oralit. Komposisi cairan rehidrasi oral
sangat penting untuk memperoleh penyerapan yang optimal. Cairan rehidrasi oral
(CRO) yang di anjurkan WHO selama 3 dekade terakhir ini menggunakan cairan
yang mengandung elektrolit dan glukosa, telah berhasil menurunkan angka
kematian akibat dehidrasi pada diare, karena kombinasi gula dan garam ini dapat
meningkatkan penyerapan cairan di usus. Sesuai dengan anjuran WHO saat ini
penggunaan CRO dengan formula baru yaitu komposisi natrium 75 mmol/L, kalium
20 mmol/L, klorida 65 mmol/L, sitrat 10 mmol/L, dan glukosa 75 mmol/L dengan
total osmolaritas 245 mmol/L.9
b. Dukungan nutrisi
Makanan harus tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada
waktu anak sehat untuk pengganti nutrisi yang hilang agar status gizinya tidak
menurun menjadi gizi buruk, mencegah terjadi uremia akibat protein tubuh terpaksa
diuraikan. Adanya perbaikan nafsu makan dapat menandakan fase kesembuhan.3
c. Suplementasi zinc
Dosis zinc yang dianjurkan adalan 10 mg/hari (1/2 tablet) untuk anak berumur
<6 bulan, dan 20 mg/hari (1 tablet) untuk anak ≥6 bulan. Tablet zinc diberikan
selama 10-14 hari berturut-turut terbukti mengurangi lama dan beratnya diare,
mencegah berulangnya diare selama 2-3 bulan. Zinc juga dapat mengembalikan
nafsu makan anak. Diare dapat menurunkan kadar zinc dalam plasma darah anak
dan anak. Defisiensi zinc dapat menurunkan absorbsi air dan elektrolit. Pemberian
rutin suplementasi zinc pada pasien anak selain menurunkan frekuensi diare juga
menurunkan jumlah cairan yang terbuang akibat diare. Pemberian zinc pada diare
juga dapat mempertahankan keutuhan epitel usus, karena zinc berperan sebagai
faktor transkripsi, sehingga transkripsi dalam sel usus dapat terjaga.3
d. Antibiotik selektif
Antibiotik tidak diberikan pada kasus diare cair akut kecuali dengan indikasi
yaitu pada diare dengan lendir darah dan kolera. Pengobatan kausal dengan
antibiotika harus dengan indikasi yang jelas, karena penggunaan secara bebas dapat
menyebabkan resistensi. Pemberian antibiotik yang tidak rasional justru
memperpanjang lamanya diare karena mengganggu keseimbangan flora usus dan
Clostridium difficile yang akan tumbuh dan sulit disembuhkan. Pemberian antibiotik
yang tidak rasional juga menambah biaya pengobatan yang tidak perlu.9

7
e. Edukasi orang tua
Keluarga, terutama ibu penderita mendapatkan pengarahan tentang diare, tanda-
tanda dehidrasi, pencegahan diare serta pemberian nutrisi pada penderita selama
perawatan, ibu diikutsertakan untuk merawat anaknya dan mengetahui cara
pembuatan cairan rehidrasi oral agar ibu dapat membuat sendiri di rumah.
Menyarankan kepada orang tua untuk membawa anaknya berobat segera apabila
anak mengalami diare dengan demam, tinja berdarah, muntah berulang, makan dan
minum sedikit atau anak menjadi malas makan dan minum, anak merasa sangat
haus, diare makin sering dan gejala diare tidak membaik dalam 3 hari. Selain itu
disarankan menjaga kebersihan, cuci tangan setelah buang air kecil/besar dan
sebelum makan, air minum dimasak, persiapan alat makan dan minum yang bersih,
pengolahan makanan yang bersih mengingat sumber penularannya melalui fekal
oral.11
2.2 Status Gizi
Status gizi yang baik yaitu keadaan dimana asupan zat gizi sesuai penggunaan
aktivitas tubuh. Hal ini diwujudkan dengan adanya keselarasan antara tinggi badan
terhadap umur (TB/U), berat badan terhadap umur (BB/U), dan tinggi badan terhadap
berat badan(TB/BB). IDAI telah menetapkan untuk skrining pertumbuhan anak dengan
umur sampai 5 tahun dapat menggunakan kurva pertumbuhan WHO. Dari berbagai
indeks tersebut, untuk menginterpretasikannya dibutuhkan ambang batas. Ambang
batas dapat disajikan dalam tiga cara, yaitu persen terhadap median, persentil, dan
standar deviasi unit yang disebut juga z-score.Tingkat kesehatan gizi yang baik ialah
kesehatan gizi optimum. 12
Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data yang diperoleh
dengan menggunakan berbagai macam cara untuk menemukan suatu populasi atau
individu yang memiliki risiko status gizi kurang maupun gizi lebih. 12
Cara interpretasi status gizi berdasarkan kombinasi berat badan terhadap panjang
badan, berat badan terhadap umur, dan panjang badan terhadap umur menurut baku z-
score. Selain itu penilaian status gizi dapat dilakukan dengan:
- Anamnesis untuk menilai masukan diet.
- Pemeriksaan klinis dengan menilai ada tidaknya tanda-tanda kurang gizi.
- Pemeriksaan laboratorium dengan melihat kadar hemoglobin, protein dan
kolesterol.

8
Tabel 10. Tabel Growth Chart WHO
INDIKATOR PERTUMBUHAN
z-Score
TB/U BB/U BB/TB IMT/U
Di atas 3 Lihat catatan 1 Obesitas Obesitas
Di atas 2 Overweight Overweight
Lihat catatan 2 (Gizi Lebih) (Gizi Lebih)
Berisiko Gizi Berisiko Gizi
Di atas 1 Lebih Lebih
(Lihat catatan 3) (Lihat catatan 3)
0 (Median)
Di bawah -1
Di bawah -2 Perawakan pendek
Gizi kurang Kurus Kurus
(Lihat catatan 4)
Perawakan sangat
Di bawah -3 Gizi Buruk
pendek/kerdil Sangat Kurus Sangat Kurus
(Lihat catatan 5)
(Lihat catatan 4)

2.3 Kedokteran Keluarga12


Kedokteran keluarga merupakan disiplin akademik profesional, yaitu pengetahuan klinik
yang dimplementasikan pada komunitas keluarga. Dokter harus mmahami manusia bukan
hanya sebagai makhluk biologik, tetapi juga makhluk sosial. Dalam hal ini harus memahami
hakikat biologik, psikologik, sosiologik, ekologik, dan medik.
a. Hakikat biologik
Kedokteran keluarga memperhatikan pula perihal dinamika kehidupan keluarga sebagai
makhluk biologis, yaitu masuk keluarnya seseorang anggota keluarga dalam organisasi
keluarga. Mulai dari proses pra-konsepsi/ pra-nikah sampai lahirnya anak, atau
bertambahnya jumlah anggota keluarga. Bertambahnya usia kemudian meninggal, atau
anggota keluarga yang pindah tempat, sehingga berkurang jumlah anggota keluarga.
Untuk lebih terinci menilai permasalahan keluarga, dinilai dari kualitas hidup keluarga
serta fungsi keluarga, yaitu peranan fungsi biologis keluarga perihal yang berkenaan dengan
organ sistem terpadu dari individu dan anggota keluarga lainnya yang mempunyai risiko,
meliputi: adanya faktor keturunan, kesehatan keluarga, dan reproduksi keluarga; yang
semuanya berpengaruh terhadap kualitas hidup keluarga.

9
b. Hakikat psikologik
Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai aktivitas dan tingkah laku yang
meerupakan gambaran sikap manusia yang menentukan penampilan dan pola perilakuk dan
kebiasaannya.
c. Hakikat sosiologik
Dalam kehidupannya manusia berhubungan dengan sesama baik lingkup keluarga,
pekerjaan, budaya, dan geografis, yang menimbulkan berbagai proses dan gejolak.
Kebijaksanaan yang digunakan dokter keluarga adalah yang berorientasikan penyakit/
permasalahan yang berhubungan dengan:
 Proses dinamika dalam keluarga
 Potensi keluarga
 Kualitas hidup yang dipengaruhi oleh budaya positif
 Pendidikan dan lingkungannya
d. Hakikat ekologik
Ekologi dalam kedokteran keluarga membahas manusia seutuhnya dalam interaksinya
dengan sesamanya dan spesies lainnnya juga hubungannya dengan lingkungan fisik dalam
rumah tangganya.
e. Hakikat medik
Temuan-tmuan di bidang teknologi kedokteran akan juga mempengaruhi ilmu
kedokteran keluarga. Pergeseran pola perilaku dan pola penyakit, akan mempengaruhi pola
pelayanan kedokteran. Karena itu, kedokteran keluarga sebagai ilmu akan berkembanga
dalam bidang yang mempengaruhi kesehatan, kesejahteraan, dan kebahagiaan keluarga.
Pendekatan Kedokteran Keluarga16
Prinsip dalam kedokteran keluarga adalah pendekatan keluarga. Pendekatan keluarga
merupaka serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang terencana, terarah, untuk
menggali, meningkatkan, dan mengarahkan peran serta keluarga agar dapat memanfaatkan
potensi yang ada guna menyembukan anggota keluarga dan menyelesaikan masalah
kesehatan keluarga yang mereka hadapi. Dalam pendekatan ini diberdayakan apa yang
dimiliki oleh keluarga dan anggota keluarga untuk menyembukan dan menyelesaikan
masalah keluarga. Hal ini dapat dilakukan bila memahami profil dan fungsi keluarga.

10
Pelayanan kedokteran keluarga merupakan pelayanan yang bersifat komprehensif,
meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Materi kedokteran keluarga
pada hakikatnya merupakan kepedulian dunia kedokteran perihal masalah-masalah
ekonomi dan sosial, di samping masalah organobiologik, yaitu ditujukan terhadap pengguna
jasa sebagai bagian dalam lingkungan keluarga. Demikian pula pemanfaatan ilmunya yang
bersifat menyeluruh, yaitu pelayanan terhadap masalah organ, mental-psikologikal dan
sosial keluarga.

11
BAB III
HASIL KUNJUNGAN RUMAH

1.1 IDENTITAS PASIEN DAN KELUARGA


A. Identitas Pasien
 Nama : An. Rasya
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Usia : 5 tahun
 Status Pernikahan: Belum Menikah
 Alamat : Jl. Bledak Anggur gang II No. 26, RT3/RW6, Tlogosari
 Agama : Islam
 Suku Bangsa : Jawa
 Pendidikan : TK
 Pekerjaan :-

B. Identitas Kepala Keluarga


 Nama : Tn. Cahyo
 Jenis Kelamin : Laki – laki
 Umur : 41 tahun
 Status Pernikahan: Menikah
 Alamat : Jl. Bledak Anggur gang II No. 26, RT3/RW6, Tlogosari
 Agama : Islam
 Suku Bangsa : Jawa
 Pendidikan : SMP
 Pekerjaan : Pegawai Swasta

12
1.2 PROFIL KELUARGA YANG TINGGAL SATU RUMAH
Tabel 3.Profil Keluarga Yang Tinggal Satu Rumah
No Nama Kedudukan JK Umur Pendidikan Pekerjaan Keterangan
dalam (th)
Keluarga
1 Tn. C KK L 41 Tamat SMP Pegawai Sehat
Swasta
2 Ny. M Istri P 33 Tamat SMA Ibu Rumah Sehat
Tangga
3 An. M Anak L 13 SMP Pelajar Sehat
pertama
4 An. R Anak kedua P 5 Belum Belum Diare Tanpa
sekolah bekerja Dehidrasi

Tn. S Ny.S Tn.M Ny.R


57 tahun 56 tahun 70 tahun 66 tahun

Ny. A Tn. K
Ny.M Tn. C Tn. S
30 tahun 26 tahun
33 tahun 41 tahun 35 tahun

An. M An.R
13 tahun 5 tahun

Gambar 1. Genogram Keluarga Penderita

13
Keterangan :

: Perempuan

: Laki-laki

: Hamil

: Meninggal

: Pasien

: Tinggal serumah

Tabel 4. Family APGAR Score

No Pertanyaan Hampir Kadang- Hampir tidak


selalu (2) kadang (1) pernah (0)
1 Addaptation: Saya puas dengan √
keluarga saya karena masing-masing
anggota keluarga sudah menjalankan
kewajiban sesuai dengan seharusnya
2 Partnership: Saya puas dengan √
keluarga saya karena dapat membantu
memberikan solusi terhadap
permasalahan yang saya hadapi
3 Growth: Saya puas dengan kebebasan √
yang diberikan keluarga saya untuk
mengembangkan kemampuan yang
saya miliki
4 Affection: Saya puas dengan √
kehangatan/kasih sayang yang
diberikan keluarga saya
5 Resolve: Saya puas dengan waktu √
yang disediakan keluarga untuk
menjalin kerjasama

Dari tabel di atas, bila dijumlahkan mempunyai total 10 poin yang berarti
fungsi dalam keluarga ini baik.

14
Tabel 5. Family SCREEM

Variabel Resource Pathology

Social Komunikasi pasien dengan ibu pasien,

ayah, dan kakak pasien dalam keadaan

baik dan harmonis.

Komunikasi pasien dengan teman

sebaya baik.

Cultural Pasien merupakan suku Jawa dan lama

hidup di Jawa. Keluarga pasien

cenderung tidak percaya akan hal-hal

berbau mistis. Keluarga pasien memiliki

budaya saling membantu sama lain di

lingkungan keluarga maupun

lingkungan tetangga.

Religion Pasien menganut agama Islam. Orang

tua juga menganut agama yang sama

dan taat beribadah

Economic Ayah pasien bekerja sebagai supir di Penghasilan kedua

buruh pabrik dengan penghasilan orang tua dirasa kurang

perbulan Rp. 2.500.000. Ibu pasien untuk memenuhi

bekerja sebagai supir taksi online kebutuhan anak sehari-

dengan penghasilan yang tidak hari

15
menentu. Uang tersebut dipakai untuk

kebutuhan rumah tangga sehari-hari

seperti makan, obat, biaya sekolah anak

dan lainnya. Pasien menggunakan JKN

Non PBI kelas 3

Education Pasien sudah masuk TK Besar dan

dapat mengikuti pelajaran dan

besosialisasi dengan teman sebayanya

dengan baik.

Medical Ibu pasien mengetahui bahwa orang

yang sakit harus diperiksakan ke tenaga

medis namun pasien jarang periksa ke

tenaga kesehatan ketika dirasa sakitnya

ringan, pasien membeli obat sendiri di

warung atau pengobatan herbal.

Family Mapping

Ny.
M

An.
R

An. M 16Tn. C
 Disfungsional
Hubungan antara anggota keluarga tidak erat
 Fungsional
Hubungan antara keluarga erat
 Enmeshed/over-involved/terlalu ikut campur
Hubungan antara keluarga yang terlalu ikut campur
 Clear Boundaries (Batasan yang jelas)
Menolong keluarga mempertahankan otonomi dan privasi individual tanpa
mengurangi rasa saling memiliki dan interdependensi dalam keseluruhan
keluarga.
 Rigid Boundaries (Batasan yang terlalu kaku)
Membuat anggota keluarga menjadi berjarak dan saling terisolasi. Otonomi
mungkin tetap ada namun sulit mempertukarkan keterlibatan dan afeksi satu
sama lain.
 Diffused Bondaries (Batasan yang terlalu buram)
Membuat masing-masing anggota keluarga sangat mudah terganggu oleh
campur tangan anggota keluarga lainnya. Perkembangan kemandirian
menjadi terhambat.
Kesimpulan  Hubungan antara pasien, orang tua, dan kakak pasien yang tinggal serumah
dalam keadaan yang fungsional.

17
Family Life Line
Berikut garis riwayat hidup pasien ditinjau dari aspek psikologis yang mempengaruhi
kesehatan :

Lahir : 2013
Sakit diare : 2017

Sakit saat ini : 2018

Family Life Cycle


Keluarga berada pada siklus ke-4 yaitu: keluarga dengan anak usia sekolah.

KUESIONER IDENTIFIKASI MASALAH PERTUMBUHAN – PERKEMBANGAN


DAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO
Tabel 6. Kuesioner Identifikasi Masalah Pertumbuhan – Perkembangan Dan Faktor-
Faktor Risiko
No Pola Asuh KETERANGAN
1 Apakah tipe pola asuh orang tua yang diberikan pada anak?(berdasarkan Demokratis
kuesioner pola asuh)
No Identifikasi Faktor Risiko Lingkungan Mikro YA TIDAK
2 Apakah terdapat kelainan/penyakit yang diturunkan di keluarga? V
3 Apakah proses kelahiran anak normal tanpa masalah kesehatan? V
4 Apakah Anak sehat secara fisik? V
5 Apakah terdapat kelainan congenital atau dismorfik? V
6 Apakah Anak sehat secara mental emosional? V
7 Apakah Anak dapat bersosialisasi dengan baik? V
8 Apakah pertumbuhan anak normal?(sesuai buku KIA) V
9 Apakah perkembangan anak normal?(sesuai buku KIA) V
10 Apakah anak termasuk dalam tipe anak manja/penurut/pasif (pilih salah Penurut
satu)
No Identifikasi Faktor Risiko Lingkungan Mini YA TIDAK
11 Apakah terdapat masalah kesehatan saat kehamilan? V
12 Apakah orangtua memiliki pengetahuan yang cukup untuk merawat anak? V
13 Apakah orangtua mengetahui arti asi eksklusif? V
14 Apakah orangtua mempraktekkan asi eksklusif kepada anak? V
15 Apakah orangtua mengetahui tindakan apa yang dilakukan bila anak V
demam?
16 Apakah orangtua mengetahui tindakan apa yang dilakukan bila anak V
diare?
17 Apakah orangtua tahu cara memantau pertumbuhan dan perkembangan V
anak?

18
18 Apakah gaji orangtua cukup untuk kehidupan keluarga? V
19 Apakah orangtua mendukung dengan program wajib belajar pemerintah? V
20 Apakah orangtua mengetahui tentang kebutuhan nutrisi anak? V
21 Apakah hubungan suami dan istri harmonis dan konsisten dalam V
menerapkan pola asuh?
22 Apakah orangtua beranggapan terdapat program kesehatan yang V
bertentangan dengan agama/budaya?
23 Apakah orangtua selektif dalam menyikapi teknologi? V
24 Apakah orangtua memliki peraturan mengenai jam menonton V
televisi/bermain game atau gadget?
25 Apakah imunisasi dasar anak lengkap? V
26 Apakah seluruh anggota keluarga sudah mengikuti program BPJS? V
27 Apakah orangtua memiliki buku KIA untuk anak? V
28 Apakah orangtua mengetahui fungsi buku KIA? V
29 Apakah orangtua membawa anak ke fasilitas kesehatan/puskesmas bila V
anak sakit?
30 Apakah orangtua lebih percaya pengobatan alternative dibandingkan V
medis?
31 Apakah anak rutin dibawa ke posyandu? V
32 Apakah kedua orangtua bekerja diluar rumah? V
33 Apakah anak dititipkan di tempat penitipan anak? V
34 Apakah anak mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini V
35 Siapakah yang merawat anak sehari-hari?(ibu/bapak/kakek- Ibu
nenek/pengasuh)
No Identifikasi Faktor Risiko Lingkungan Meso YA TIDAK
36 Apakah terdapat Posyandu di lingkungan anak? V
37 Apakah Puskesmas yang terdekat mudah dijangkau? V
38 Bila lokasi puskesmas jauh, apakah terdapat fasilitas kesehatan yang lebih V
dekat?
39 Apakah terdapat PAUD yang cukup dekat dengan tempat tinggal anak? V
40 Apakah terdapat fasilitas pendidikan formal (SD/SMP/SMU) yang cukup V
dekat dengan tempat tinggal anak?
41 Apakah terdapat Tempat penitipan anak yang cukup dekat dengan tempat
tinggal anak?(bila kedua orangtua bekerja)
42 Menurut orangtua apakah program acara televisi nasional saat ini sudah V
baik?
No Identifikasi Lingkungan Makro
Sebutkan program-program pemerintah dan dasar hukumnya yang menurut anda dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak?
1.
2.
3.

19
Dst…

CATATAN :

20
Tabel 7. Kuesioner Pola Asuh

21
22
1.3 RESUME PENYAKIT DAN PENATALAKSANAAN YANG SUDAH
DILAKUKAN
A. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 25 September 2018 pukul
09.00-pukul 10.00 WIB di Puskesmas Tlogosari Kulon
a. Keluhan Utama:
BAB cair
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
± 1 hari SMRS anak dikeluhkan BAB dengan konsistensi cair dengan ampas (+).
Frekuensi BAB 5 kali. BAB berwarna kuning pucat, berbau asam (+) seperti susu basi
, volume kira-kira 1/2 gelas belimbing tiap BAB, lendir (-),darah (-). Kembung (-), BAB
menyemprot (-), kemerahan di kulit perianal (-). Muntah (-), demam (-), batuk (-), pilek
(-). Mata anak cowong (-), menangis keluar air mata (+), ubun-ubun cekung (-), mukosa
bibir anak kering (+), anak merasa kehausan (+), gerak aktif (+), rewel (-). BAK seperti
biasa dan bewarna kuning. Saat anak diare, anak belum diberikan oralit maupun obat
apapun, lalu dibawa periksa ke Puskesmas Tlogosari Kulon.
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
 Riwayat diare sebelumnya (-)
 Riwayat demam tiphoid sebelumnya disangkal.
d. Riwayat Penyakit Keluarga :
 Tidak ada anggota keluarga yang sakit diare saat ini.
e. Riwayat Sosial Ekonomi :
 Ayah bekerja sebagai Supir di perusahaan swasta dan ibu bekerja sebagai supir
angkutan online. Penghasilan kurang lebih Rp 2.500.000 per bulan.
 Menanggung 2 orang anak yang belum mandiri, sudah bersekolah.
 Biaya pengobatan ditanggung oleh JKN PBI.
 Kesan sosial ekonomi : cukup.
f. Riwayat perinatal
Riwayat pre-natal
Antenatal care >4 kali di bidan. Imunisasi TT (+) 2 kali, suplemen besi (+),
vitamin (-). Penyakit selama kehamilan: hipertensi (-), diabetes mellitus (-),

23
demam dengan ruam (-), perdarahan (-), trauma (-), riwayat merokok (-), riwayat
konsumsi alkohol (-), dan riwayat terpapar radiasi disangkal. Konsumsi obat-
obatan dan jamu disangkal.
Riwayat natal
Lahir anak perempuan dari ibu G2P1A0 saat usia 32 tahun dengan usia kehamilan
38 minggu, lahir spontan di bidan, langsung menangis, biru (-), kuning (-), berat
anak lahir (BBL) 3000 gram, panjang badan lahir 45 cm.
Riwayat post-natal
Anak rutin dibawa ke Posyandu untuk imunisasi dan ditimbang berat badan tiap
bulan. Anak dikatakan sehat.
g. Riwayat Imunisasi
Umur Jenis Vaksin yang Diberikan
Saat lahir HB 1, Polio 0
1 bulan BCG (scar + pada lengan
kanan atas)
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 1
3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 2
4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4
9 bulan Campak

Kesan : Riwayat imunisasi dasar lengkap sesuai usia, booster (+)


h. Riwayat makan dan minum anak
Usia Makanan dan minuman yang dikonsumsi

0 – 6 bulan ASI ekslusif


6 – 12 bulan ASI + MPASI (bubur tim, bubur saring)
12 bulan –
sekarang Makanan keluarga + susu formula

Food-recall
Hari 1 :

Pagi : Nasi 1 centong + ayam goreng + sop sayur

Siang : Nasi 1 centong + ½ lele goreng + sop sayur + susu formula SGM 1+ ½
gelas belimbing

24
Malam : Nasi 1 centong + 1 tempe goreng + sop sayur + susu formula SGM 1+ ½
gelas belimbing

Hari 2 :

Pagi : Nasi 1 centong + 1 tahu goreng + sayur bayam

Siang : Nasi 1 centong + ½ telur goreng + sayur bayam + susu formula SGM 1+
½ gelas belimbing

Malam : Nasi 1 centong + 1/3 mangkok bakso + susu formula SGM 1+ ½ gelas
belimbing

Hari 3 :

Pagi : Nasi 1 centong + ½ mangkok soto ayam

Siang : Nasi 1 centong + ½ telur goreng + sop sayur + susu formula SGM 1+ ½
gelas belimbing

Malam : Nasi 1 centong + 1/3 mangkok bakso + susu formula SGM 1+ ½ gelas
belimbing

Kesan : ASI eksklusif. Kuantitas dan kualitas makanan dan minuman anak cukup.
i. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan anak

Pertumbuhan
BB Lahir : 3000 g
BB sekarang : 8200 g
PB sekarang : 98 cm.
LILA : 17 cm
HAZ : -1,63 SD (perawakan normal)
WHZ : -2,01 SD (gizi baik)
BMI for age : -1,70 SD
Kesan : Gizi baik
Perkembangan
2 bulan : senyum
4 bulan : tengkurap
6 bulan : duduk
8 bulan : merangkak

25
9 bulan : berdiri
10 bulan : berjalan
Saat ini pasien belum bersekolah. Pasien dapat berkomunikasi dan berinteraksi baik
dengan teman sebaya dan keluarganya.
Kesan : perkembangan sesuai usia

B. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 25 September 2018 pukul 10.00
 Keadaan umum : tidak tampak sakit
 Kesadaran : Compos mentis
 Tanda vital:
 Nadi : 90x/menit
 Suhu :36,80C
 Pernapasan : 22x/menit,reguler
 Status Generalis:
 Kepala : mesosefal
 Mata : konjungtiva palpebra pucat (-/-), mata cowong (-/-)
 Telinga : Discharge (-),nyeri tekan mastoid (-)
 Hidung : Discharge (-), nafas cuping hidung (-)
 Mulut : Bibir pucat (-), sianosis (-), mukosa kering (-)
 Tenggorok : T1-1, faring hiperemis (-), granulasi (-), post nasal drip (-),
nyeri telan (-)
 Leher : Trakhea di tengah, pembesaran nnll (-/-)
 Thorax : Simetris, retraksi otot pernafasan (-), sela iga melebar (-),
venektasi dinding dada (-)
 Cor
I : Iktus Cordis tak tampak
Pa : Iktus Cordis teraba di SIC V 2 cm lateral LMCS, kuat angkat, tidak
melebar.
Pe : konfigurasi jantung dalam batas normal
Aus : SJ I – II normal, bising tidak ada, gallop (-)
 Pulmo
I : Simetris, statis, dinamis
26
Pa : Stem fremitus kanan = kiri
Pe : Sonor seluruh lapangan paru
Aus : Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)
 Abdomen :
I : cembung, venektasi (-)
Au : Bising usus dalam batas normal
Pe : tympani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)
Pa : supel, hepar dan lien tak teraba, nyeri tekan (-), nyeri alih (-) , turgor kulit
kembali cepat
 Ekstremitas Superior Inferior
Oedema -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Cappilary Refill <2”/<2” <2”/<2”

3.4 DIAGNOSIS KERJA


 Diare cair akut tanpa tanda dehidrasi
DD/ Infeksi
- Virus (Rotavirus)
Non infeksi
- Malabsorbsi

3.5 DIAGNOSIS HOLISTIK


a. Aspek I (Personal)
Keluhan : anak mengeluh diare cair
Kekhawatiran : tidak ada
Harapan : anak bisa cepat sembuh dari diare sehingga bisa kembali bermain
dengan teman-temannya
b. Aspek II (Diagnosis Kerja)
Pasien merupakan seorang anak laki-laki usia 5 tahun dengan diare cair akut tanpa
tanda dehidrasi dan gizi kurang perawakan pendek.
c. Aspek III (Faktor internal)
 Usia : 5 tahun

27
 Genetik : ibu pasien perawakan normal
 Pola makan : frekuensi makan rata-rata 3 kali sehari. Pasien biasanya makan di
rumah. Variasi makanan dalam keluarga sebagai berikut : nasi, lauk (tahu,
tempe, telur, ayam), sayur hijau, air minum biasanya air putih atau teh. Pasien
dan keluarga mengaku jarang mengkonsumsi daging dan buah. Pasien juga
sering jajan makanan kecil di luar rumah.
 Kebiasaan : pasien tidak memiliki kebiasaan mencuci tangan
d. Aspek IV (Faktor Eksternal)
 Hubungan dengan keluarga : interaksi pasien dengan keluarga baik
 Kondisi ekonomi keluarga kurang
 Keluarga pasien kurang memperhatikan perilaku hidup bersih dan sehat
terutama higienitas dalam menyiapkan makan dan sumber air minum
 Keluarga pasien kurang memberikan asupan makanan yang bergizi bagi pasien
e. Derajat fungsional
 1 : no difficult. Pasien masih aktif dan tidak membutuhkan bantuan untuk
kegiatan sehari-hari

3.6 RENCANA PENATALAKSANAAN


o Medikamentosa :
 Oralit 100 cc per BAB
 Zinc 20 mg per hari
o Non medikamentosa :
 Menjelaskan kepada orang tua bahwa anak perlu diberikan oralit untuk tujuan
rehidrasi pada anak dan diminumkan sedikit demi sedikit namun sering. Jika anak
muntah, tunggu 10 menit, kemudian berikan lagi lebih lambat.
 Menjelaskan kepada ibu bahwa tablet zinc harus dikonsumsi hingga 10-14 hari
sekalipun nantinya diare sudah sembuh.

 Menjelaskan pada ibu perlunya menjaga kebersihan diri dan alat-alat makan dan
minum dengan cara cuci tangan sebelum membuat susu dan menyiapkan makan
serta menggunakan alat-alat makan dan minum yang sudah dicuci bersih.
 Menjelaskan kepada ibu mengenai tanda-tanda dehidrasi seperti rewel, kehausan,
mata cekung, menangis tidak keluar air mata, bibir kering. Bila anak diare disertai
28
muntah berulang, anak tampak kehausan sebaiknya segera dibawa ke puskesmas
atau klinik atau RS terdekat.
 Menjelaskan kepada orang tua pasien bahwa status gizi anak saat ini gizi kurang
perawakan pendek serta menjelaskan pentingnya peningkatan berat badan dan
tinggi badan anak sesuai usia dengan asupan diet yang memenuhi kebutuhan gizi
anak perhari serta komplikasi yang dapat terjadi bila kondisi ini tidak segera
diperbaiki.
 Mengedukasi dan memotivasi orang tua pasien untuk mentaati dan
mempertahankan pola diet yang telah dirancangkan untuk mengejar pertumbuhan
anak.
 Pola diet yang dirancang yaitu meningkatkan kuantitas makan anak menjadi lebih
sering diselingi dengan makanan kecil serta meningkatkan kualitas makan anak
dengan mengutamakan pemberian protein hewani (ayam, daging, ikan) serta
menambahkan 1 sendok minyak ke makanan anak sebagai sumber lemak. Susu
yang diberikan anak dapat diganti menjadi susu tinggi kalori dan diberikan dalam
frekuensi lebih sering (5x sehari) dengan volume ditingkatkan.
 Mengedukasi dan memotivasi orang tua pasien agar memantau pertumbuhan dan
perkembangan anak secara rutin di puskesmas atau posyandu tiap bulan.
Pengelolaan secara Komprehensif
 Promotif : Menjelaskan pada keluarga pasien akan pentingnya pola makanan yang
bergizi dan seimbang untuk pertumbuhan dan perkembangan pasien.
 Preventif : Mengedukasi kepada keluarga tentang pentingnya penyediaan sumber
air bersih, tempat pembuangan tinja. Mengajarkan kepada keluarga tentang
kebiasaan cuci tangan dengan sabun dan persiapan serta pembuatan makan bagi
anak.
 Kuratif : Tatalaksana diare meliputi rehidrasi, dukungan nutrisi, suplementasi zinc,
dan pemberian edukasi pada orang tua
 Rehabilitatif : Mengajarkan dan memotivasi orang tua pasien agar memperbaiki dan
menjaga kualitas dan kuantitas gizi anak sehari-hari di rumah agar kebutuhan gizi
anak tetap tepenuhi dengan baik dan anak memiliki daya tahan tubuh yang baik
sehingga tidak mudah terserang penyakit infeksi misalnya diare.

29
3.7 HASIL PENATALAKSANAAN MEDIS
Pada saat kunjungan (27 September 2018) pasien dalam keadaan baik, tidak ada keluhan
apapun.
Faktor pendukung :
 Pasien masih mengkonsumsi tablet zinc setiap hari meskipun sudah tidak diare
 Keluarga pasien mulai mengubah pola makan pasien sesuai yang dianjurkan
Faktor penghambat :
Keluarga pasien masih sulit mengubah kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat serta
higienitas dalam menyiapkan makanan anak
Indikator keberhasilan :
Adanya kesadaran penderita untuk teratur minum obat, periksa pemantauan tumbuh
kembang tiap bulan di puskesmas, perubahan perilaku hidup bersih dan sehat, dan
perubahan pola makan bergizi.

1.7 TABEL PERMASALAHAN PADA PASIEN


Tabel 4. Tabel Permasalahan Pada Pasien
No. Risiko & masalah Rencana pembinaan Sasaran
kesehatan
1. Pasien diare cair akut tanpa  Edukasi tentang pentingnya Keluarga
tanda dehidrasi pemberian oralit untuk pasien
rehidrasi dan zinc saat diare
 Edukasi tentang tanda bahaya
diare dan kapan harus mencari
tenaga medis
 Edukasi tentang pentingnya
menjaga sumber air bersih,
higienitas makanan pasien
 Memotivasi keluarga pasien
agar selalu mengawasi
kebersihan makanan anak agar
anak tidak sering jajan
sembarangan.

30
 Mengajarkan pada ibu pasien
cara membuat cairan oralit dan
pemberiannya

3. Keluarga dan pasien belum  Mengajarkan cara cuci tangan Keluarga


menerapkan Perilaku Hidup menggunakan sabun pasien
Bersih dan Sehat  Mengajarkan bagaimana
persiapan dan higienitas
makan serta alat makan untuk
anak

1.8 IDENTIFIKASI FUNGSI KELUARGA


1. Fungsi Biologis
Pasien berusia 5 tahun dengan keluhan BAB cair. Pasien belum pernah
mengalami keluhan serupa.
2. Fungsi Psikologis
Pasien tinggal bersama orang tua (ayah dan ibu) pasien dan 1 orang kakak
pasien . Hubungan antara pasien dengan keluarga baik. Pola asuh di keluarga
demokratis.
3. Fungsi Ekonomi
Pasien belum bekerja. Biaya kebutuhan sehari-hari pasien dipenuhi oleh ayah
pasien. Pendapatan ayah pasien perbulan kurang lebih Rp. 2.500.000. Uang tersebut
dipakai untuk kebutuhan rumah tangga seperti listrik dan makan, biaya sekolah
anak, sisanya ditabung untuk biaya calon anak. Pasien mempunyai kartu BPJS PBI
untuk berobat jika sakit.
4. Fungsi Pendidikan
Pasien belum bersekolah. Tahun depan pasien akan mulai bersekolah di
PAUD.
5. Fungsi Religius
Pasien sejak kecil menganut agama Islam, orang tua dan keluarganya juga
menganut agama yang sama dan taat beribadah.
6. Fungsi Sosial dan Budaya

31
Pasien dan keluarga tinggal di jalan bledak anggur gang II RT01 RW06
Tlogosari.Keluarga pasien aktif dalam kegiatan di lingkungan dengan tetangga
sekitar, seperti arisan, pengajian dan PKK yang diadakan oleh ibu-ibu di
lingkungan tempat tinggalnya.
7. Fungsi Cinta Kasih
Pasien mendapat kasih sayang dari ayah, ibu, dan kakaknya.
8. Fungsi Reproduksi
Pasien belum menikah, belum menstruasi, dan belum menjalankan fungsi
reproduksi.

1.9 POLA KONSUMSI KELUARGA


Frekuensi makan rata-rata 3x sehari. Penderita biasanya makan di rumah. Jenis makanan
dalam keluarga ini cukup bervariasi. Variasi makanan dalam keluarga sebagai berikut : nasi,
lauk (tahu, tempe, telur, ayam), sayur hijau, air minum biasanya air putih atau teh. Pasien dan
keluarga mengaku jarang mengkonsumsi daging dan buah. Air minum berasal dari air PDAM
yang direbus. Pasien juga sering jajan makanan kecil di luar rumah.

1.10 PERILAKU KESEHATAN KELUARGA


Pasien merupakan seorang anak yang belum bekerja dan belum bersekolah. Urusan
pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci pakaian, dan membersihkan rumah
dilakukan oleh ibu pasien sebagai ibu rumah tangga. Bila ada anggota keluarga yang sakit, yang
pertama dilakukan adalah mengobati sendiri dengan obat warung, apabila tidak sembuh
diperiksakan ke Puskesmas, pembiayaan dengan BPJS. Apabila ada waktu luang keluarga
hanya menghabiskan waktu bersama berkumpul di rumah, ataupun ke rumah saudara yang
tinggal di desa tersebut, sesekali rekreasi. Pasien dan keluarga tidak memiliki hobi khusus.

1.11 IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN


1. Faktor Perilaku
Pasien dan keluarga pasien belum menyandari pentingnya kesehatan dan belum
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
2. Faktor Lingkungan
Tinggal dalam lingkungan yang padat penduduk. Atap rumah memiliki langit-
langit, dinding terbuat dari batu bata yang sudah di cat. Lantai dari keramik.

32
Kebersihan di dalam rumah kurang baik. Pencahayaan dan sirkulasi di dalam rumah
kurang baik. Sumber air minum berasal dari air PDAM yang direbus. Rumah memiliki
kamar mandi dan jamban sendiri. Pasien mandi dan buang air besar menggunakan
kamar mandi dan jamban sendiri. Sampah dibuang tempat pembuangan sampah di
luar rumah.
3. Faktor sarana pelayanan kesehatan
Terdapat Puskesmas Tlogosari Kulon yang berjarak ±1 km, waktu perjalanan
yang ditempuh dengan kendaraan sekitar 5 menit. Bidan terdekat berjarak sekitar 500
m dari rumah. Rumah Sakit terdekat RS Citarum berjarak ± 2 km, waktu perjalanan
yang ditempuh kendaraan sekitar 10 menit.
4. Faktor keturunan
Terdapat keluarga pasien yaitu ibu pasien yang memiliki perawakan normal.

1.12 IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH


Gambaran Lingkungan Rumah
Rumah pasien terletak di jalan Bledak Anggur Gang II RT01 RW06 TLogosari,
Semarang. Dengan ukuran rumah 4 x 8 m2, 1 lantai. Ditempati oleh 4 orang. Secara umum
gambaran rumah terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, dan 1 dapur
dan 1 kamar mandi di bagian belakang rumah. Kebutuhan ruang ideal perorang kurang
dari 8 m2.
Atap rumah memiliki langit-langit, dinding terbuat dari batu bata yang sudah di plester
dan di cat. Lantai rumah keramik. Kebersihan di dalam rumah kurang. Pencahayaan dan
sirkulasi di dalam rumah kurang. Jendela terdapat pada depan rumah (ruang tamu dan
kamar tidur). Secara umum kondisi dalam rumah terasa agak lembab.Tata letak barang di
rumah cukup rapi tetapi berdebu.
Sumber air bersih berasal dari PDAM. Rumah memiliki kamar mandi dan jamban
sendiri. Pasien mandi dan buang air besar menggunakan kamar mandi dan jamban sendiri
namun jamban tidak sehat karena tidak terdapat septic tank, dan pembuangan jamban
langsung menuju ke sungai.
Dapur dan jamban hanya berjarak kurang lebih 1 meter. Kebersihan dapur kurang,
tidak ada lubang asap di dapur. Sampah dibuang di tempat pembuangan sampah.

33
KM DAPUR

R R
U U
M M
A A
H H

T T
E E
T KAMAR 1 KAMAR 2 T
A A
Gambar 2. Denah Rumah
N N
G G
G G
A A
garasi
RUANG
Ruang
TAMU
makan
PINTU
DEPAN

TERAS

JALAN

Gambar 7. Denah Rumah

3.17 PEMBINAAN DAN HASIL KEGIATAN


Tabel 5.Pembinaan dan Hasil Kegiatan
Tanggal Kegiatan yang dilakukan Keluarga Hasil Kegiatan
yang terlibat
25 Melakukan anamnesis dan Pasien dan Mendapatkan diagnosis kerja
September pemeriksaan fisik kepada keluarga pasien dan penyebab
2018 pasien di rumah pasien pasien
27  Memberikan penjelasan Keluarga  Keluarga pasien dapat
September kepada keluarga pasien pasien memahami penjelasan
2018 mengenai penyakit pasien, yang diberikan
status gizi pasien, faktor

34
risiko, dan komplikasi yang
mungkin terjadi
 Keluarga pasien dapat
 Memberikan penjelasan memahami penjelasan
keluarga pasien mengenai tentang tatalaksana yang
tatalaksana diare berupa diberikan, dan
rehidrasi menggunakan memahami kapan harus
oralit, pemberian zinc segera ke pelayanan
selama 10 hari, dan tanda kesehatan
bahaya yang harus segera
ke pelayanan kesehatan
 Ibu pasien memahami
 Memberikan penjelasan penjelasan yang
kepada ibu pasien perlunya diberikan tentang
menjaga kebersihan alat-alat kebersihan dan higienitas
makan dan minum pasien, makanan anak
mencuci tangan sebelum
menyiapkan makan, dan
higienitas makanan pasien
 Keluarga pasien
 Memberikan penjelasan
memahami pentingnya
tentang pentingnya cuci
cuci tangan dan mampu
tangan dengan sabun, kapan
mempraktekkan 6
saat mencuci tangan, dan
langkah cuci tangan
memberikan contoh
dengan sabun dengan
simulasi 6 langkah cuci
benar
tangan dengan sabun

 Keluarga pasien setuju


 Menganjurkan dan
untuk memperbaiki pola
memotivasi keluarga pasien
konsumsi makanan yang
agar memperbaiki pola
bergizi
konsumsi makanan yang
bergizi seperi yang sudah

35
dirancang dengan
mengutamakan protein
hewani, meningkatkan
lemak, dan meningkatkan
kuantitas makan untuk
mengejar pertumbuhan anak
 Keluarga pasien setuju
 Menganjurkan kepada untuk menjaga higiene
keluarga pasien agar sanitasi dan menerapkan
menjaga higiene sanitasi perilaku hidup bersih dan
dan menerapkan perilaku sehat
hidup bersih dan sehat

3.18 KESIMPULAN PEMBINAAN KELUARGA


a. Tingkat pemahaman:
Pemahaman terhadap pembinaan yang dilakukan cukup baik.
b. Faktor pendukung :
 Penderita dan keluarga mau menerima informasi yang diberikan, merasa ingin tahu,
dapat memahami dan menangkap penjelasan yang diberikan tentang diare dan status
gizi anak
 Keluarga yang kooperatif dan adanya keinginan untuk hidup sehat.
c. Faktor penyulit : -
d. Indikator keberhasilan : pasien mengetahui faktor risiko diare dan kaitannya dengan
status gizi anak serta berbagai komplikasi yang terjadi serta mengetahui pentingnya
perubahan poladiet dan perilaku hidup bersih dan sehat

36
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Penatalaksanaan pasien anak usia 5 tahun dengan diare cair akut tanpa tanda
dehidrasi dilakukan pendekatan kedokteran keluarga adalah sebagai berikut:
R/Zinc tablet no X
 1 dd tab 1
R/Oralit sachet no III
 1 dd sachet 1

Terapi edukasi :
 Menjelaskan kepada orang tua bahwa anak perlu diberikan oralit untuk tujuan rehidrasi
pada anak dan diminumkan sedikit demi sedikit namun sering. Jika anak muntah,
tunggu 10 menit, kemudian berikan lagi lebih lambat.
 Menjelaskan kepada ibu bahwa tablet zinc harus dikonsumsi hingga 10-14 hari
sekalipun nantinya diare sudah sembuh.
 Menjelaskan pada ibu perlunya menjaga kebersihan diri dan alat-alat makan dan minum
dengan cara cuci tangan sebelum membuat susu dan menyiapkan makan serta
menggunakan alat-alat makan dan minum yang sudah dicuci bersih.
 Menjelaskan kepada ibu mengenai tanda-tanda dehidrasi seperti rewel, kehausan, mata
cekung, menangis tidak keluar air mata, bibir kering. Bila anak diare disertai muntah
berulang, anak tampak kehausan sebaiknya segera dibawa ke puskesmas atau klinik atau
RS terdekat.
 Pola diet yang dirancang yaitu meningkatkan kuantitas makan anak menjadi lebih sering
diselingi dengan makanan kecil serta meningkatkan kualitas makan anak dengan
mengutamakan pemberian protein hewani (ayam, daging, ikan) serta menambahkan 1
sendok minyak ke makanan anak sebagai sumber lemak. Susu yang diberikan anak
dapat diganti menjadi susu tinggi kalori dan diberikan dalam frekuensi lebih sering (5x
sehari) dengan volume ditingkatkan.
 Pembinaan terhadap pasien dan keluarga
1. Menjelaskankepada keluarga pasien tentang diare dan status gizinya, meliputi
faktor risiko yang ada pada pasien dan penatalaksanaannya.

37
2. Memotivasi keluarga pasien untuk bersama-sama memperhatikan status gizi
anak dan memperbaiki pola makan anak
3. Memotivasi pasien untuk mengubah perilaku hidup bersih dan sehat

4.2 Saran
Untuk menurunkan angka kematian anak akibat diare diperlukan pendekatan
keluarga dalam menatalaksana pasien secara komprehensif.

38
DAFTAR PUSTAKA

1. Dasar RK. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2013.
Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes RI. 2013.
2. Coulston AM, Rock CL, Monsen ER, King Janet(Ed.). Nutrition in the Prevention and
Treatment of Disease. USA: Academic Press; 2003.303.
3. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2011.
4. Departemen Kesehatan RI. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare. 2011. Jakarta :
Depkes
5. IDAI UKK Gastro-Hepatologi. Modul Pelatihan Diare. Yogyakarta: IDAI; 2009.
6. Subagyo B. Santoso N. Diare akut. Jullie 0, Soenarto SS, Oswari H, Ariel S, 5osalina I,
Sri Mulyani N, editors Buku Ajar Gastroenterologi Hepatologi. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI. 2010:87.
7. Kementrian Kesehatan Diare Republik Indonesia. Situasi Diare Di Indonesia [Internet].
2011 [cited 2015 Mar 18]. Available from: Kementrian Kesehatan RI
8. Soenarto Y, Aman AT, Bakri A, Waluya H, Firmansyah A, Kadim M, et al. Burden of
Severe Rotavirus Diarrhea in Indonesia. Journal of Infectious Diseases.
2009;200(Supplement 1):S188-S94
9. IN K. Upaya Pencegahan Diare Ditinjau dari Aspek Kesehatan Masyarakat. Dalam:
Kongres Nasional II BKGAI Bandung: BKGAI. 2003:29-43.
10. Kementrian Kesehatan RI. Manajemen Terpadu Balita Sakit. Jakarta : Kementrian
Kesehatan RI; 2015.
11. Praktek Klinis Ilmu Kesehatan Anak. RI, RSUP Dr. Kariadi Semarang Kementeriaan
Kesehatan; 2015.
12. Anies. Kedokteran Keluarga: Pelayanan Kedokteran yang Berprinsip Pencegahan.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2014

39
LAMPIRAN 2. Dokumentasi Kunjungan Rumah

Pengisian
identitas,
kuesioner, dan
anamnesis ibu
pasien

Kamar Tidur

40
Gambar kondisi rumah pasien

41
42
43

Anda mungkin juga menyukai