HARDJOLUKITO
Disusun Oleh :
Fatriani PO.71.31.1.16.014
2019
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
DI RSPAU dr. S. HARDJOLUKITO
Disusun Oleh :
Fatriani PO.71.31.1.16.010
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan laporan studi kasus
mendalam dengan judul “Penyuluhan Rawat Jalan Tentang Penyakit Gagal
Ginjal di Hemodialisa” RSPAU dr. S. Hardjolukito Yogyakarta dapat
terselesaikan.
3
Satuan Acara Penyuluhan
4. Tujuan :
a. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan, kesadaran dn kemauan pasien poli
Hemodialisa untuk melaksanakan diet gagal dengan Hemodialisa.
b. Tujuan Khusus
Memberikan pengetahuan mengenai penyakit gagal ginjal
4
Meningkatkan kesadaran pasien mengenai penyakit ginjal
Meningkatkan kemauan pasien untuk hidup lebih baik agar
dapat meningkatkan kualitas hidup
Memberikan pengetahuan mengenai diet gagal ginjal dengan
hemodialisa
5. Kegiatan Penyuluhan
a. Materi ( terlampir )
b. Media : Leaflet
c. Metode Penyuluhan
Ceramah
Diskusi ( Tanya jawab )
d. Langkah kegiatan penyuluh
Kegiatan
No Waktu
Pembicara Peserta
Pembukaan :
1. Memberi salam 1. Menjawab
2. Memperkenalkan diri salam
1 10 menit
3. Menyampaikan topic 2. Mendengarkan
4. Menjelaskan tujuan dan
penyuluhan memperhatikan
Isi :
1. Pengertian penyakit gagal
ginjal
2 30 menit 2. Tanda dan gejala
penyakit gagal ginjal Mendengarkan
3. Factor resiko gagal ginjal dan
4. Cara menjaga kesehatan memperhatikan
5
gagal ginjal
5. Pengertian hemodialisa
6. Prinsip yang mendasari
kerja hemodialisa
7. Penatalaksanaan diet
hemodialisa
Evaluasi :
1. Memberikan kesempatan
pada peserta untuk
3 10 menit bertanya 1. Bertanya
2. Menanyakan kembali 2. Menjawab
pada peserta tentang
materi yang di sampaikan
Penutup :
1. Menutup, mengucapkan
4 10 menit maaf dan terimakasih 1. Mendengarkan
2. Member salam 2. Menjawab
salam
6. Evaluasi :
Pasien poli Hemodialisa RSPAU dr. S. Harjolukito dapat
menjawab pertanyaan :
1. Pengertian penyakit gagal ginjal
2. Tanda dan gejala penyakit gagal ginjal
3. Factor resiko gagal ginjal
4. Cara menjaga kesehatan gagal ginjal
5. Pegertian hemodialisa
6
6. Prinsip yang mandasari kerja hemodialisa
7. Penatalaksanaan diet hemodialisa
7
Daftar Pustaka
Lewis., Kemper, H., & Dirksen. 2004. Medical Surgical Nursing Fifth Edition.
St Louis Missouri:Mosby.
Nurcahyati, S. & Karim, D. 2016. Implementasi self care model dalam upaya
meningkatkan kualitas hidup penderita gagal ginjal kronik. JKS. 3(2):
25-32.
Pranadari, R dan Woro Supadmi. 2015. Faktor Risiko Gagal Ginjal Kronik Di
Unit Hemodialisis Rsud Wates Kulon Progo. Universitas Ahmad
Dahlan. (E- Journal). Available At :
file:///C:/Users/suratni/Downloads/24120-47849-1-SM.pdf. ( Diakses :
15 Oktober 2019).
Umi, L.A. 2016. Faktor Risiko Kejadian Gagal Ginjal Kronik Pada Usia
Dewasa Muda Di Rsud Dr. Moewardi. Universitas Muhammadiyah
Surakarta. (E-Journal). Available At :
http://eprints.ums.ac.id/45516/19/naskan%20pubikasi.pdf. ( Diakses :
15 Oktober 2019).
8
LAMPIRAN
MATERI PENYULUHAN
9
langsung atau melalui perhitungan berdasarkan nilai pengukuran kreatinin,
jenis kelamin dan umur seseorang. Pengukuran LFG tidak dapat dilakukan
secara langsung, tetapi hasil estimasinya dapat dinilai melalui bersihan ginjal
dari suatu penanda filtrasi. Salah satu penanda tersebut yang sering
digunakan dalam praktik klinis adalah kreatinin serum.
Menurut Wilson tahun 2006 Perjalanan klinis gagal ginjal progresif dibagi
menjadi 3 stadium yaitu:
1. Stadium I
Stadium pertama disebut dengan penurunan cadangan ginjal.
Selama stadium ini kreatinin serum dan kadar Blood Urea Nitrogen
(BUN) normal dan asimptomatik. Gangguan fungsi ginjal hanya dapat
10
terdeteksi dengan memberi beban kerja yang berat pada ginjal melalui
tes pemekatan urine yang lama atau dengan mengadakan tes LFG.
2. Stadium II
Stadium kedua disebut insufisiensi ginjal. Pada stadium ini lebih
dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak dan kadar BUN mulai
meningkat diatas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda-
beda tergantung dari protein dalam makanan. Pada stadium ini kadar
kreatinin serum juga meningkat melebihi kadar normalnya. Azotemia
biasanya ringan kecuali pada pasien yang mengalami stress akibat
infeksi, gagal jantung atau dehidrasi. Pada stadium ini mulai timbul
gejala-gejala nokturia dan poliuria. Nokturia disebabkan oleh hilangnya
pola pemekatan urine diurnal normal sampai tingkatan tertentu pada
malam hari. Penderita biasanya sering berkemih pada malam hari.
Poliuria yaitu peningkatan volume urine yang terus-menerus. Poliuria
akibat insufisiensi ginjal biasanya lebih besar pada penyakit yang
menyerang tubulus.
3. Stadium III
Stadium akhir gagal ginjal progresif atau disebut penyakit ginjal
stadium akhir atau uremia. Pada stadium ini sekitar 90% dari massa
nefron telah hancur. Nilai LFG hanya 10% dari keadaan normal dan
bersihan kreatinin sebesar 5-10 ml per menit atau kurang. Pada
keadaan ini kreatinin serum dan kadar BUN akan meningkat sebagai
respon terhadap LFG yang mengalami sedikit penurunan. Penderita
mulai merasakan gejala gejala yang cukup parah, karena ginjal tidak
lagi mampu mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit dalam
tubuh.
11
B. Tanda Dan Gejala Penyakit Gagal Ginjal
Tanda dan gejala yang timbul karena penyakit ginjal biasanya
sangat umum (juga tampak pada penyakit lain) seperti :
12
2. Diabetes
Menurut hasil Riskesdas 2013, prevalensi penderita diabetes
di Indonesia adalah sebesar 5,7%, dan hanya 26,3% yang telah
terdiagnosis.
3. Obesitas
Obesitas merupakan faktor risiko kuat terjadinya penyakit
ginjal. Obesitas meningkatkan risiko dari faktor risiko utama dari
PGK seperti hipertensi dan diabetes. Pada obesitas, ginjal juga
harus bekerja lebih keras menyaring darah lebih dari normal untuk
memenuhi kebutuhan metabolik akibat peningkatan berat badan.
Peningkatan fungsi ini dapat merusak ginjal dan meningkatkan
risiko terjadinya PGK dalam jangka panjang.
Hasil Riskesdas 2013 obesitas pada penduduk umur >18
tahun sebesar 14,8% dan berat badan lebih sebesar 11,5%.
Sedangkan obesitas sentral terjadi pada 26,6% penduduk.
Persentase tersebut menunjukkan peningkatan dibandingkan hasil
Riskesdas tahun 2007 dan 2010.
13
E. Pengertian Hemodialisis
HD merupakan suatu proses terapi pengganti ginjal dengan
menggunakan selaput membran semi permeable ( dialiser), yang
berfungsi sebagi nefron sehingga dapat mengeluarka produk sisa
metabolisme dan mengoreksi gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit pada pasien gagal ginjal ( Hayani, 2014 ). HD merupakan
terapi yang paling sering dilakukan oleh pasien PGK, (Son et al.,
2009). Indonesian renal registry (IRR) pada tahun 2015 mencatat
sebanyak 30.554 pasien PGK stadium V aktif menjalani dialisis.
Tujuan utama HD yaitu untuk mengendalikan uremia, kelebihan
cairan, dan keseimbangan elektrolit yang terjadi pada pasien PGK
(Kallenbach et al., 2015). Hal tersebut dikarenakan sistem ginjal
buatan yang dilakukan oleh dializer memungkinkan terjadinya
pembuangan sisa metabolisme berupa ureum, kreatinin dan asam
urat, pembuangan cairan, mempertahankan sistem buffer tubuh, serta
mengembalikan kadar elektrolit tubuh (Lewis, 2004).
HD terbukti membantu meningkatkan kelangsungan hidup
pasien dengan memperpanjang harapan hidup pasien PGK stadium V
(Nurcahyati, 2016). National institute of diabetes and digestive and
kidney disesases (NIDDKD) melaporkan tingkat kelangsungan hidup
selama satu tahun untuk pasien dialisis berada pada angka 80%,
sedangkan tingkat harapan hidup selama dua tahun, lima tahun, dan
sepuluh tahun masing-masing sekitar 64%, 33%, dan 10%. HD
diketahui dapat memperbaiki beban dan regangan jantung dengan
cara mengeluarkan toksin uremia dan mengurangi volume overload
sehingga fungsi sistolik dan pergerakan dinding segmen ventrikel kiri
membaik (Alhaj et al., 2013). Kelainan-kelainan jantung yang terjadi
pada pasien PGK stadium V seperti fungsi sistolik, fungsi diastolik, dan
pergerakan dinding segmen ventrikel kiri, dapat diketahui dengan
14
pemeriksaan ekokardiografi (Alhaj et al., 2013). Ekokardiografi
merupakan metode yang paling sering digunakan untuk mengukur
fungsi jantung salah satunya kinetik segmen ventrikel kiri karena
biayanya yang murah, tidak membahayakan tubuh, dapat diulang,
mudah, dan bisa dilihat saat itu juga (Oemar, 2005). Pedoman KDOQI
saat ini merekomendasikan ekokardiografi untuk semua pasien PGK
1-3 bulan setelah terapi penggantian ginjal dan pada interval 3 tahun
setelahnya (Arici, 2014). Dalam praktik klinis, evaluasi kinetik segmen
ventrikel kiri didasarkan pada analisis gambar ekokardiografi.
Ekokardiografi menilai 16 segmen dari ventrikel kiri sehingga dapat
melihat segmen mana yang mengalami kelainan. Skala penilaian
kinetik segmen ventrikel kiri pada ekokardiografi yaitu normokinetik,
hipokinetik, akinesik, dan diskinesik (Cerqueira, 2002).
Ada 3 prinsip dasar dalam HD yang bekerja pada saat yang sama
yaitu:
1. Proses Difusi
Merupakan proses berpindahnya suatu zat terlarut yang
disebabkan karena adanya perbedaan konsentrasi zat-zat terlarut
dalam darah dan dialisat. Perpindahan molekul terjadi dari zat yang
berkonsentrasi tinggi ke yang berkonsentrasi lebih rendah. Pada
HD pergerakan molekul / zat ini melalui suatu membrane semi
permeable yang membatasi kompartemen darah dan kompartemen
dialisat.
Proses difusi dipengaruhi oleh:
15
Perbedaan konsentrasi
Berat molekul (makin kecil BM suatu zat, makin cepat zat itu
keluar)
QB (Blood Pump)
Luas permukaan membrane
Temperatur cairan
Proses konvektik
Tahanan / resistensi membrane
Besar dan banyaknya pori pada membrane
Ketebalan / permeabilitas dari membrane
2. Proses Ultrafiltrasi
3. Proses Osmosis
16
Komponen Utama pada Hemodialisis
HD terdiri dari 3 komponen dasar yaitu :
1. Sirkulasi darah
2. Sirkulasi dialisat
3. Dializer
17
Menurut Lumenta (1992) anjuran pemberian diet pada pasien
hemodialisa 2 x/ minggu:
18
LAPORAN
FOTO DOKUMENTASI
19
20