Anda di halaman 1dari 20

PKMRS RSPAU dr. S.

HARDJOLUKITO

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Disusun Oleh :

Aisyah Nasibar PO.71.31.1.16.004

Fatriani PO.71.31.1.16.014

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

PROGRAM STUDI D IV GIZI

2019
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
DI RSPAU dr. S. HARDJOLUKITO

PENYULUHAN RAWAT JALAN TENTANG PENYAKIT


GAGAL GINJAL DI HEMODIALISA

Disusun Oleh :

Aisyah Nasibar PO.71.31.1.16.004

Fatriani PO.71.31.1.16.010

Telah disetujui dan dipertahankan pada tanggal, Oktober 2019

Mengetahui,

Pembimbing Lahan Kepala Bagian Instalasi Gizi

Supri Astuti, A.Md, Gz, RD Juni Indresti, S.Gz, RD


NIP.198502252007122001 Letkol Kes NRP 520714

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan laporan studi kasus
mendalam dengan judul “Penyuluhan Rawat Jalan Tentang Penyakit Gagal
Ginjal di Hemodialisa” RSPAU dr. S. Hardjolukito Yogyakarta dapat
terselesaikan.

Laporan studi kasus ini terwujud atas bimbingan, pengarahan, dan


bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu dan
pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan terimakasih
kepada :

1. Ibu Susyani, S.SiT.,M.Kes selaku Ketua Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes


Palembang
2. Ibu Juni Indresti, S.Gz, RD selaku Kepala Instalasi Gizi di RSPAU dr. S
Hardjolukito Yogyakarta.
3. Ibu Terati, SKM, M.Si selaku pembimbing lapangan AGK di RSPAU dr. S
Hardjolukito Yogyakarta.
4. Teman-teman mahasiswa D4 Gizi Poltekkes Palembang yang telah
banyak membantu menyelesaikan tugas.
5. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu
Penulis menyadari bahwa laporan studi kasus anak ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu Penulis berterimakasih atas kritik dan saran yang
bersifat membangun yang telah diberikan.

3
Satuan Acara Penyuluhan

1. Pokok bahasan : Diet Gagal Ginjal dengan Hemodialisa

Sub pokok bahasan :


1. Pengertian penyakit gagal ginjal
2. Tanda dan gejala penyakit gagal ginjal
3. Faktor resiko gagal ginjal
4. Cara menjaga kesehatan gagal ginjal
5. Pengertian hemodialisa
6. Prinsip yang mendasari kerja hemodialisa
7. Penatalaksanaan diet hemodialisa

2. Sasaran : Pengunjung poli hemodialisa RSPAU


dr. S. Hardjolukito.

3. Hari/ Tanggal : Jum’at, 18 Oktober 2019


Pukul : 13.00 WIB – 14.00 WIB
Tempat : Ruang tunggu poli Hemodialisa RSPAU
dr. S. Hardjolukito

4. Tujuan :
a. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan, kesadaran dn kemauan pasien poli
Hemodialisa untuk melaksanakan diet gagal dengan Hemodialisa.
b. Tujuan Khusus
 Memberikan pengetahuan mengenai penyakit gagal ginjal

4
 Meningkatkan kesadaran pasien mengenai penyakit ginjal
 Meningkatkan kemauan pasien untuk hidup lebih baik agar
dapat meningkatkan kualitas hidup
 Memberikan pengetahuan mengenai diet gagal ginjal dengan
hemodialisa

5. Kegiatan Penyuluhan
a. Materi ( terlampir )
b. Media : Leaflet
c. Metode Penyuluhan
 Ceramah
 Diskusi ( Tanya jawab )
d. Langkah kegiatan penyuluh
Kegiatan
No Waktu
Pembicara Peserta
Pembukaan :
1. Memberi salam 1. Menjawab
2. Memperkenalkan diri salam
1 10 menit
3. Menyampaikan topic 2. Mendengarkan
4. Menjelaskan tujuan dan
penyuluhan memperhatikan
Isi :
1. Pengertian penyakit gagal
ginjal
2 30 menit 2. Tanda dan gejala
penyakit gagal ginjal Mendengarkan
3. Factor resiko gagal ginjal dan
4. Cara menjaga kesehatan memperhatikan

5
gagal ginjal
5. Pengertian hemodialisa
6. Prinsip yang mendasari
kerja hemodialisa
7. Penatalaksanaan diet
hemodialisa
Evaluasi :
1. Memberikan kesempatan
pada peserta untuk
3 10 menit bertanya 1. Bertanya
2. Menanyakan kembali 2. Menjawab
pada peserta tentang
materi yang di sampaikan
Penutup :
1. Menutup, mengucapkan
4 10 menit maaf dan terimakasih 1. Mendengarkan
2. Member salam 2. Menjawab
salam

6. Evaluasi :
Pasien poli Hemodialisa RSPAU dr. S. Harjolukito dapat
menjawab pertanyaan :
1. Pengertian penyakit gagal ginjal
2. Tanda dan gejala penyakit gagal ginjal
3. Factor resiko gagal ginjal
4. Cara menjaga kesehatan gagal ginjal
5. Pegertian hemodialisa

6
6. Prinsip yang mandasari kerja hemodialisa
7. Penatalaksanaan diet hemodialisa

7
Daftar Pustaka

Esi Kamasita, S dkk. 2018. Pengaruh Hemodialisis Terhadap Kinetik Segmen


Ventrikel Kiri Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Stadium V .
Universitas Jember. (Jurnal). Available At :
file:///C:/Users/suratni/Downloads/6506-481-17052-1-10-
20180711%20(1).pdf. ( Diakses : 15 Oktober 2019 ).

Kementrian Kesehatan Repbuplik Indonesia. 2017. (E- Web). Available At :


http://www.p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/subdit-penyakit-
jantung-dan-pembuluh-darah/diagnosis-klasifikasi-pencegahan-terapi-
penyakit-ginjal-kronis. ( Diakses : 15 Oktober 2019 ).

Kurniawati, A. 2018. Gambaran Tingkat Pengetahuan Penyakit Ginjal Dan


Terapi Diet Ginjal Dan Kualitas Hidup Pasien Hemodialisis Di Rumkital
Dr. Ramelan Surabaya. Surabaya . (E-Journal). Available At :
https://media.neliti.com/media/publications/106621-ID-perbandingan-
kualitas-hidup-pasien-gagal.pdf. ( Diakses : 15 Oktober 2019).

Lewis., Kemper, H., & Dirksen. 2004. Medical Surgical Nursing Fifth Edition.
St Louis Missouri:Mosby.

Nurcahyati, S. & Karim, D. 2016. Implementasi self care model dalam upaya
meningkatkan kualitas hidup penderita gagal ginjal kronik. JKS. 3(2):
25-32.

Pranadari, R dan Woro Supadmi. 2015. Faktor Risiko Gagal Ginjal Kronik Di
Unit Hemodialisis Rsud Wates Kulon Progo. Universitas Ahmad
Dahlan. (E- Journal). Available At :
file:///C:/Users/suratni/Downloads/24120-47849-1-SM.pdf. ( Diakses :
15 Oktober 2019).

Umi, L.A. 2016. Faktor Risiko Kejadian Gagal Ginjal Kronik Pada Usia
Dewasa Muda Di Rsud Dr. Moewardi. Universitas Muhammadiyah
Surakarta. (E-Journal). Available At :
http://eprints.ums.ac.id/45516/19/naskan%20pubikasi.pdf. ( Diakses :
15 Oktober 2019).

8
LAMPIRAN
MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian Penyakit Gagal Ginjal


Ginjal merupakan organ penting yang berfungsi menjaga komposisi
darah dengan mencegah menumpuknya limbah dan mengendalikan
keseimbangan cairan dalam tubuh, menjaga level elektrolit seperti sodium,
potasium dan fosfat tetap stabil, serta memproduksi hormon dan enzim yang
membantu dalam mengendalikan tekanan darah, membuat sel darah merah
dan menjaga tulang tetap kuat. Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan
masalah kesehatan masyarakat global dengan prevalens dan insidens gagal
ginjal yang meningkat, prognosis yang buruk dan biaya yang tinggi.
Prevalensi PGK meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut
dan kejadian penyakit diabetes melitus serta hipertensi. Sekitar 1 dari 10
populasi global mengalami PGK pada stadium tertentu ( Kemenkes RI,
2017).
Hasil systematic review dan metaanalysis yang dilakukan oleh Hill et
al, 2016, mendapatkan prevalensi global PGK sebesar 13,4%. Menurut hasil
Global Burden of Disease tahun 2010, PGK merupakan penyebab kematian
peringkat ke-27 di dunia tahun 1990 dan meningkat menjadi urutan ke-18
pada tahun 2010. Sedangkan di Indonesia, perawatan penyakit ginjal
merupakan ranking kedua pembiayaan terbesar dari BPJS kesehatan setelah
penyakit jantung. Penyakit ginjal kronis awalnya tidak menunjukkan tanda
dan gejala namun dapat berjalan progresif menjadi gagal ginjal. Penyakit
ginjal bisa dicegah dan ditanggulangi dan kemungkinan untuk mendapatkan
terapi yang efektif akan lebih besar jika diketahui lebih awal ( Kemenkes RI,
2017).
Pengukuran fungsi ginjal terbaik adalah dengan mengukur Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG). Melihat nilai laju filtrasi glomerulus ( LFG ) baik secara

9
langsung atau melalui perhitungan berdasarkan nilai pengukuran kreatinin,
jenis kelamin dan umur seseorang. Pengukuran LFG tidak dapat dilakukan
secara langsung, tetapi hasil estimasinya dapat dinilai melalui bersihan ginjal
dari suatu penanda filtrasi. Salah satu penanda tersebut yang sering
digunakan dalam praktik klinis adalah kreatinin serum.

Menurut Chronic Kidney Disease Improving Global


Outcomes (CKD KDIGO) proposed classification, dapat dibagi menjadi :
Derajat LFG (ml/mnt/1.732m2) Penjelasan
Kerusakan ginjal dengan LFG normal
1 ≥ 90
atau meningkat
Kerusakan ginjal dengan LFG turun
2 60-89
ringan
Kerusakan ginjal dengan LFG turun dari
3A 45-59
ringan sampai sedang
Kerusakan ginjal dengan LFG turun dari
3B 30-44
sedang sampai berat
Kerusakan ginjal dengan LFG turun
4 15-29
berat
5 < 15 Gagal ginjal

Menurut Wilson tahun 2006 Perjalanan klinis gagal ginjal progresif dibagi
menjadi 3 stadium yaitu:
1. Stadium I
Stadium pertama disebut dengan penurunan cadangan ginjal.
Selama stadium ini kreatinin serum dan kadar Blood Urea Nitrogen
(BUN) normal dan asimptomatik. Gangguan fungsi ginjal hanya dapat

10
terdeteksi dengan memberi beban kerja yang berat pada ginjal melalui
tes pemekatan urine yang lama atau dengan mengadakan tes LFG.

2. Stadium II
Stadium kedua disebut insufisiensi ginjal. Pada stadium ini lebih
dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak dan kadar BUN mulai
meningkat diatas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda-
beda tergantung dari protein dalam makanan. Pada stadium ini kadar
kreatinin serum juga meningkat melebihi kadar normalnya. Azotemia
biasanya ringan kecuali pada pasien yang mengalami stress akibat
infeksi, gagal jantung atau dehidrasi. Pada stadium ini mulai timbul
gejala-gejala nokturia dan poliuria. Nokturia disebabkan oleh hilangnya
pola pemekatan urine diurnal normal sampai tingkatan tertentu pada
malam hari. Penderita biasanya sering berkemih pada malam hari.
Poliuria yaitu peningkatan volume urine yang terus-menerus. Poliuria
akibat insufisiensi ginjal biasanya lebih besar pada penyakit yang
menyerang tubulus.
3. Stadium III
Stadium akhir gagal ginjal progresif atau disebut penyakit ginjal
stadium akhir atau uremia. Pada stadium ini sekitar 90% dari massa
nefron telah hancur. Nilai LFG hanya 10% dari keadaan normal dan
bersihan kreatinin sebesar 5-10 ml per menit atau kurang. Pada
keadaan ini kreatinin serum dan kadar BUN akan meningkat sebagai
respon terhadap LFG yang mengalami sedikit penurunan. Penderita
mulai merasakan gejala gejala yang cukup parah, karena ginjal tidak
lagi mampu mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit dalam
tubuh.

11
B. Tanda Dan Gejala Penyakit Gagal Ginjal
Tanda dan gejala yang timbul karena penyakit ginjal biasanya
sangat umum (juga tampak pada penyakit lain) seperti :

1. Tekanan darah tinggi


2. Perubahan jumlah kencing dan berapa kali kencing dalam sehari
3. Adanya darah dalam kencing
4. Rasa lemah serta sulit tidur
5. Kehilangan nafsu makan
6. Sakit kepala
7. Tidak dapat berkonsentrasi
8. Gatal
9. Sesak
10. Mual dan muntah
11. Bengkak, terutama pada kaki dan pergelangan kaki,bengkak pada
kelopak mata waktu bangun tidur pagi hari

C. Factor Resiko Gagal Ginjal


Menurut Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan RI tahun
2017 Proporsi terbesar pasien hemodialisis dilatarbelakangi penyakit
hipertensi dan diabetes, sedangkan faktor risiko yang menjadi tema
Hari Ginjal Sedunia tahun ini adalah obesitas.
1. Hipertensi
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pada
Riskesdas 2013, prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18
tahun ke atas di Indonesia adalah sebesar 25,8%. Sedangkan yang
berdasarkan wawancara telah terdiagnosis hipertensi oleh dokter
hanya 9,4%.

12
2. Diabetes
Menurut hasil Riskesdas 2013, prevalensi penderita diabetes
di Indonesia adalah sebesar 5,7%, dan hanya 26,3% yang telah
terdiagnosis.

3. Obesitas
Obesitas merupakan faktor risiko kuat terjadinya penyakit
ginjal. Obesitas meningkatkan risiko dari faktor risiko utama dari
PGK seperti hipertensi dan diabetes. Pada obesitas, ginjal juga
harus bekerja lebih keras menyaring darah lebih dari normal untuk
memenuhi kebutuhan metabolik akibat peningkatan berat badan.
Peningkatan fungsi ini dapat merusak ginjal dan meningkatkan
risiko terjadinya PGK dalam jangka panjang.
Hasil Riskesdas 2013 obesitas pada penduduk umur >18
tahun sebesar 14,8% dan berat badan lebih sebesar 11,5%.
Sedangkan obesitas sentral terjadi pada 26,6% penduduk.
Persentase tersebut menunjukkan peningkatan dibandingkan hasil
Riskesdas tahun 2007 dan 2010.

D. Cara Menjaga Kesehatan Gagal Ginjal


1. Tetap Aktif dan bugar
2. Konsumsi Makanan Bernutrisi dan Kontrol Kadar Gula Darah
3. Periksa Tekanan Darah Secara Rutin
4. Periksa Berat Badan Secara Rutin
5. Jaga Asupan Cairan Tubuh
6. Jangan Merokok
7. Jangan Mengkonsumsi Obat Tanpa Resep Dokter Secara Reguler
( Sumber : Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan RI,
2017 ).

13
E. Pengertian Hemodialisis
HD merupakan suatu proses terapi pengganti ginjal dengan
menggunakan selaput membran semi permeable ( dialiser), yang
berfungsi sebagi nefron sehingga dapat mengeluarka produk sisa
metabolisme dan mengoreksi gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit pada pasien gagal ginjal ( Hayani, 2014 ). HD merupakan
terapi yang paling sering dilakukan oleh pasien PGK, (Son et al.,
2009). Indonesian renal registry (IRR) pada tahun 2015 mencatat
sebanyak 30.554 pasien PGK stadium V aktif menjalani dialisis.
Tujuan utama HD yaitu untuk mengendalikan uremia, kelebihan
cairan, dan keseimbangan elektrolit yang terjadi pada pasien PGK
(Kallenbach et al., 2015). Hal tersebut dikarenakan sistem ginjal
buatan yang dilakukan oleh dializer memungkinkan terjadinya
pembuangan sisa metabolisme berupa ureum, kreatinin dan asam
urat, pembuangan cairan, mempertahankan sistem buffer tubuh, serta
mengembalikan kadar elektrolit tubuh (Lewis, 2004).
HD terbukti membantu meningkatkan kelangsungan hidup
pasien dengan memperpanjang harapan hidup pasien PGK stadium V
(Nurcahyati, 2016). National institute of diabetes and digestive and
kidney disesases (NIDDKD) melaporkan tingkat kelangsungan hidup
selama satu tahun untuk pasien dialisis berada pada angka 80%,
sedangkan tingkat harapan hidup selama dua tahun, lima tahun, dan
sepuluh tahun masing-masing sekitar 64%, 33%, dan 10%. HD
diketahui dapat memperbaiki beban dan regangan jantung dengan
cara mengeluarkan toksin uremia dan mengurangi volume overload
sehingga fungsi sistolik dan pergerakan dinding segmen ventrikel kiri
membaik (Alhaj et al., 2013). Kelainan-kelainan jantung yang terjadi
pada pasien PGK stadium V seperti fungsi sistolik, fungsi diastolik, dan
pergerakan dinding segmen ventrikel kiri, dapat diketahui dengan

14
pemeriksaan ekokardiografi (Alhaj et al., 2013). Ekokardiografi
merupakan metode yang paling sering digunakan untuk mengukur
fungsi jantung salah satunya kinetik segmen ventrikel kiri karena
biayanya yang murah, tidak membahayakan tubuh, dapat diulang,
mudah, dan bisa dilihat saat itu juga (Oemar, 2005). Pedoman KDOQI
saat ini merekomendasikan ekokardiografi untuk semua pasien PGK
1-3 bulan setelah terapi penggantian ginjal dan pada interval 3 tahun
setelahnya (Arici, 2014). Dalam praktik klinis, evaluasi kinetik segmen
ventrikel kiri didasarkan pada analisis gambar ekokardiografi.
Ekokardiografi menilai 16 segmen dari ventrikel kiri sehingga dapat
melihat segmen mana yang mengalami kelainan. Skala penilaian
kinetik segmen ventrikel kiri pada ekokardiografi yaitu normokinetik,
hipokinetik, akinesik, dan diskinesik (Cerqueira, 2002).

F. Prinsip Dasar Kerja Hemodialisis

Ada 3 prinsip dasar dalam HD yang bekerja pada saat yang sama
yaitu:

1. Proses Difusi
Merupakan proses berpindahnya suatu zat terlarut yang
disebabkan karena adanya perbedaan konsentrasi zat-zat terlarut
dalam darah dan dialisat. Perpindahan molekul terjadi dari zat yang
berkonsentrasi tinggi ke yang berkonsentrasi lebih rendah. Pada
HD pergerakan molekul / zat ini melalui suatu membrane semi
permeable yang membatasi kompartemen darah dan kompartemen
dialisat.
Proses difusi dipengaruhi oleh:

15
 Perbedaan konsentrasi
 Berat molekul (makin kecil BM suatu zat, makin cepat zat itu
keluar)
 QB (Blood Pump)
 Luas permukaan membrane
 Temperatur cairan
 Proses konvektik
 Tahanan / resistensi membrane
 Besar dan banyaknya pori pada membrane
 Ketebalan / permeabilitas dari membrane

2. Proses Ultrafiltrasi

Berpindahnya zat pelarut (air) melalui membrane semi


permeable akibat perbedaan tekanan hidrostatik pada
kompartemen darah dan kompartemen dialisat. Tekanan hidrostatik
/ ultrafiltrasi adalah yang memaksa air keluar dari kompartemen
darah ke kompartemen dialisat. Besar tekanan ini ditentukan oleh
tekanan positif dalam kompartemen darah (positive pressure) dan
tekanan negative dalam kompartemen dialisat (negative pressure)
yang disebut TMP (trans membrane pressure) dalam mmHg.

3. Proses Osmosis

Berpindahnya air karena tenaga kimiawi yang terjadi karena


adanya perbedaan tekanan osmotic (osmolalitas) darah dan
dialisat.
Proses osmosis ini lebih banyak ditemukan pada peritoneal
dialysis.

16
Komponen Utama pada Hemodialisis
HD terdiri dari 3 komponen dasar yaitu :
1. Sirkulasi darah
2. Sirkulasi dialisat
3. Dializer

G. Penatalaksanaan Pasien yang Menjalani Hemodialisa


Hemodilisa merupakan hal yang sangat membantu pasien
sebagai upaya memperpanjang usia penderita. Hemodialisa tidak
dapat menyembuhkan penyakit ginjal yang diderita pasien tetapi
hemodialisa dapat meningkatkan kesejahteraan kehidupan pasien
yang gagal ginjal (Wijayakusuma, 2008 dalam Desita, 2010).

Pasien hemodialisa harus mendapat asupan makanan yang


cukup agar tetap dalam gizi yang baik. Gizi kurang merupakan
prediktor yang penting untuk terjadinya kematian pada pasien
hemodialisa. Asupan protein diharapkan 1-1,2 gr/kgBB/hari dengan 50
% terdiri atas asupan protein dengan nilai biologis tinggi. Asupan
kalium diberikan 40-70 meq/hari. Pembatasan kalium sangat
diperlukan, karena itu makanan tinggi kalium seperti buah-buahan dan
umbi-umbian tidak dianjurkan untuk dikonsumsi. Jumlah asupan cairan
dibatasi sesuai dengan jumlah air kencing yang ada ditambah
insensible water loss. Asupan natrium dibatasi 40-120 meq.hari guna
mengendalikan tekanan darah dan edema. Asupan tinggi natrium akan
menimbulkan rasa haus yang selanjutnya mendorong pasien untuk
minum. Bila asupan cairan berlebihan maka selama periode di antara
dialisis akan terjad kenaikan berat badan yang besar (Perhimpunan
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2006).

17
Menurut Lumenta (1992) anjuran pemberian diet pada pasien
hemodialisa 2 x/ minggu:

1. Protein : 1 – 1,2 gr/kgBB/hari


2. Kalori : 126 – 147 kj/ kgBB (30 – 35 kal/kgBB/hari)
3. Lemak : 30 % dari total kalori
4. Hidrat arang : sedikit gula (55 % total kalori)
5. Besi : 1,8 mmol/hari (100 mg)
6. Air : 750 – 1000 ml/hari (500 + sejumlah urin/24 jam)
7. Ca : 25 – 50 mmol/hari (1000 – 2000)

Banyak obat yang diekskresikan seluruhnya atau sebagian


melalui ginjal. Pasien yang memerlukan obat-obatan (preparat
glikosida jantung, antibiotik, antiaritmia, antihipertensi) harus dipantau
dengan ketat untuk memastikan agar kadar obat-obatan ini dalam
darah dan jaringan dapat dipertahankan tanpa menimbulkan
akumulasi toksik. Risiko timbuknya efek toksik akibat obat harus
dipertimbangkan (Brunner & Suddarth, 2002).

18
LAPORAN

FOTO DOKUMENTASI

19
20

Anda mungkin juga menyukai