(RPP)
Waktu : 7 menit
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perlikau jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berintraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menrapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyajikan dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya disekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
3.1 Memahami jenis makanan yang halal
3.2 Memahami jenis makanan yang haram
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
3.1.1. Dapat menjelaskan jenis makanan yang halal
3.1.1 Dapat menjelaskan jenis makanan yang haram
D. Tujuan Pembelajaran
Melalui strategi Interactive Lecturing peserta didik dapat menjelaskan perbedaan jenis
makanan halal dan makanan haram dengan benar.
E. Materi Pembelajaran
1. Jenis makanan halal
اْلُم
َِّي ِيَّ أَّب
ل الن ََّسُو
ن الر َُو َّب
ِع يتَ َِين َّ
الذ
ِيأ ف
همُدَأ
ِنبا عًُو أت
مكَ ه َ د
ُون ُِيج
َ ِي َّ
الذ
َاة
ِ أر َّو
الت
أ
همُهاَأينََ
ُوفِ و َع
أر أ ب أ
ِالم همُُ
مرُأ
يأَ ِنجِيل ِأَ أ
اْل و
ُ
ِمَريحَُ
َاتِ و َّيِب
ُ الط همُُّ َل َُ
يحِل ِ وَرأك
ُن َنِ أ
الم ع
أ َُ
هم أر أ إ
ِص ُأ
هم َن
ُ عَعيض َ و
ََ َائ
ِث ُ أ
الخَب ِم أهليََع
َ
ِين َّ َ
الذ أ ف ِۚ
م أه
ليََ
أ ع َ َ
انت ِي ك َّ ل
الت اْلَغ
َأََل َ أ و
ُواَع َّ َ
اتب ه و َر
ُُو نصََ
و ُُو
ه َّر
َزَع
ِ وِهُوا بمنَآ
ُ
همُ َِك َ ُ
َٰ
ولئ ه أ َُ
ۙ َ
مع َِ
ل ُأ
نز ِي أ َّ َ
الذ ُّور
الن
َُو
ن أل
ِح ُف أ
الم
Artinya: "(yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, nabi yang ummi yang (namanya)
mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang
menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari
mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik
dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka
beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang
yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya
yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka Itulah orang-orang
yang beruntung". (QS. Al-A’raf [7]: 157)
Berdasarkan firman Allah, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis makanan yang halal
ialah:
a. Semua makanan yang baik, tidak kotor dan tidak menjijikan.
b. Semua makanan yang tidak diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
c. Semua makanan yang tidak memberi mudharat, tidak membahayakan kesehatan
jasmani dan tidak merusak akal, moral, dan aqidah.
a. Semua jenis Ikan, karena ikan adalah hewan air dan air sifatnya mensucikan.
b. Belalang. Hal ini didasari oleh hadits Rasulullah SAW “Dihalalkan untuk kita dua
bangkai dan dua darah. Adapun kedua bangkai itu adalah ikan dan belalang. Dan
adapun kedua darah itu adalah hati dan limfa”. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
c. Janin yang ada dalam perut hewan yang disembelih atas nama Allah dan jika hewan
tersebut mengandung maka janinnya halal untuk dimakan tanpa perlu disembelih lagi,
sebagaimana yang disebutkan dalam hadits “Penyembelihan untuk janin adalah
penyembelihan induknya”.
2. Jenis makanan haram
Jenis-jenis makanan yang diharamkan antara lain
a. Bangkai
Yang dimaksud dengan bangkai adalah semua hewan yang mati tanpa melalui proses
penyembelihan yang sesuai syariat agama islam dan juga bukanlah hasil dari aktifitas
perburuan. Allah -Subhanahu wa Ta’ala berfirman mengenai hal yang dimaksudkan
sebagai bangkai dalam ayat berikut:
ُ ََلح
أم ُ والدمَّ َة وَُ َي
أت ُ أ
الم ُم
أك ََ
لي أ عمتَِ
ُرح
ِ
ِه َّ ِ
اَّللِ ب َي
أر ِ َّ
لغ ِلُه
ما أََ
ِ وِيرأز أ
الخِن
ُي
ة َِ
َدَرُت
المَ أ َُ
ة و ُوذ َو
أق َ أ
الم َُ
ة و أخَن
ِق ُن َ أ
الم و
ما َِّ
َ َّل ُ إ
ُعَ السَّب َك
َل ما أ ََ َُ
ة و َّط
ِيح َالن و
َأ
ن َأ
ُبِ وُّص
لى الن ََ
َ ع ِحُب ََ
ما ذ ُم
أ و أت َك
َّي ذ
ٌ
ِۗسأ
ق أ فُملكَِٰ
َ
ِ ذ م ِاْلَز
ۚأََّل ُوا ب أ أس
ِم َقتسأتَ
ُم
أ ِكِينأ د ُوا م
ِن َرَف
َ كِين َّ
الذ َِس
يئَ َ
أمَو أ
الي
ُ
لتَأ
أمَك
َ أأم نِ األي
َو أشَو
ۚأ َاخ و أ
هم تخأشَو
ُأ َ َََل
ف
َت
ِي أم
ِعأ نُم
أك ََ
لي ُ ع َم
أت َأ
تم َأو ُم
أ َك
ِين ُم
أ د َلك
ُر
َّ أط
َنِ اضَم
ۚ ف ًاِين ِسأََلم
َ د ُ أ
اْل ُ َلك
ُم ِيتَض
َرو
َاَّلل
َّ ن َِ
َّإ ٍ فم
ۙثِأ َان
ِفٍ ِْل َج
متُ َ أرَي َة
ٍ غ مخأم
َص َ ِي ف
َحِيم
ٌ ٌ ر َف
ُور غ
Artinya:“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging
hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul,
yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat
kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk
berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah,
(mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini
orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu
janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini
telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.
Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa,
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-
Ma`idah: 3)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bangkai dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis menurut sebab matinya yaitu:
Semua bagian tubuh hewan yang terpisah dari tubuhnya meski hewan tersebut masih
hidup. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits berikut:
“Apa-apa yang terpotong dari hewan dalam keadaan dia (hewan itu) masih hidup,
maka potongan itu adalah bangkai”. (HR. Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzy )
b. Darah
Darah adalah salah satu jenis makanan yang diharamkan dan tidak boleh dikonsumsi
sebagaimana orang mengkonsumsi darah sebagai campuran makanan atau minuman
dan membekukannya untuk dimakan. Darah yang mengalir atau terpancar haram
hukumnya sebagaimana disebutkan dalam Alqur’an surat Al An’an ayat 145yang
bunyinya:
ماًَّ
َرمحُ ََِّليُوحِيَ إ ما أ َ ِي د ف َُِج ُل
أ ََّل أ ق
ًَ
ة أتميَ ن َُو يكَ نَأ َِّ
َّل أ ه إ َم
ُُ أعيطَ ٍ ِمَاعَٰ ط ََ
لى ع
ُن
ه َّإَف ر ي زأنِخ َ
مأح َ
ل أ
و َ
أ اًح وُفأس َ
م ا ً
م َ
د أ
و َ
أ
ِ ٍ ِ
َم
َِن ف ِ
ِۚ
ه َّ ِ
اَّللِ ب َي
أر ِ
لغ َّ
ِل ُهًا أ
ِسأق
أ فَوأسٌ أ
ِجر
َبك
ََّ
ن رَّإ َِ َاد
ٍ ف ع َََّل
ٍ و َ َ
باغ أرَي ُر
َّ غ أط
اض
َحِيم
ٌ ٌ ر َف
ُور غ
Artinya:“Katakanlah: “Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan
kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya,
kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging
babi —karena sesungguhnya semua itu kotor —atau binatang yang
disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan
terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui
batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”. (QS Al Anam 145)
Meskipun demikian apabila darah masih tersisa dalam urat nadi hewan yang
disembelih dengan nama Allah maka darah tersebut halal apabila termakan bersama
dengan dagingnya.
c. Daging babi
Disebutkan dalam surat Al-Maidah ayat 3 bahwa Allah SWT mengharamkan babi
dan apapun makanan yang mengandung bagian dari tubuh babi termasuk daging,
lemak dan bahkan enzim atau sel tubuhnya. Babi diharamkan karena hewan ini
termasuk hewan yang kotor dan membawa bibit penyakit khususnya cacing pita yang
dapat membahayakan manusia.
ُ ََلح
أم ُ و َّ َ
الدم ة وَُ
أتَي ُ أ
الم ُمأك
ليََأ عمتَِ
ُرح
ِ
ِه َّ ِ
اَّللِ ب أر َي
لغِ َّ
ِلُه
ما أََِ وِيرأز أ
الخِن
ُي
ة َِ
َدَرُت َ أ
الم ة و َُ
ُوذأقَو َ أ
الم ة وَُ
ِقأخَن
ُن َ أ
الم و
ما َِّ
َ َّل ُ إ ُعَ السَّبَلَكما أََ
ة وَُِيحَّط
َالن و
َأ
ن َأ ُّص
ُبِ و لى الن ََ
َ ع ِحُبما ذََأ وُم
أت َك
َّي ذ
َ
أمَو ٌ أ
الي ِسأق
أ ف ُم
لكَِ
ِ ذ ِاْلَز
أََّلم ُوا ب أ ِمأس
َقتسأتَ
َََل
أ فُمِك
ِين أ د ُوا م
ِن َرَفَ كِين َّ َِس
الذ يئَ
ُم
أ ُ َلك َأ
لت َك
أم َ أأمَو أنِ أ
الي أشَو
َاخأ وهم تخأشَو
ُأ َ
ُ
ِيت َض
َر ِي و َت
أمِعأ نُم
أك ََ
لي ُ ع أتَم
تمَأ
َأأ وُم
َكِين د
ِي ُر
َّ ف أط
َنِ اض َمًا ف
ِين ِسأََلم
َ د ُ أ
اْل ُمَلك
َاَّلل
َّ ن َِ
َّإ ٍ ف ِأ
ثم َج
َان
ِفٍ ِْل ُ َ
مت أرَي ٍ غَة مخأم
َص َ
َحِيم
ٌ ٌ ر ُورَف
غ
Artinya:“Diharamkan bagi kalian (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging
hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul,
yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang
sempat kalian menyembelihnya, dan (diharamkan bagi kalian) yang
disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan
anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan.
Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agama
kalian, sebab itu janganlah kalian takut kepada mereka dan takutlah kepada-
Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah
Kucukupkan kepada kalian NikmatKu. dan telah Kuridai Islam itu jadi
agama bagi kalian. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa
sengaja berbuat dosa. sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”.
d. Jallalah
Jallalah adalah sebutan bagi hewan pemakan feses atau kotoran manusia atau hewan
lainnya baik kotoran hewan ternak seperti sapi, kerbau, ayam dan sebagainya. Oleh
sebab itu jika seseorang memelihara hewan ternak yang akan dikonsumsi sebaiknya
perhatikan makanannya agar tidak terkontaminasi kotoran tersebut. Jalllalah disini
termasuk burung gagak dan burung pemakan bangkai. Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi
wasallam- melarang dari memakan al-jallalah dan dari meminum susunya”. (HR.
Imam Lima kecuali An-Nasa`iy )
e. Keledai jinak
Keledai adalah hewan yang biasa ditunggangi oleh manusia dan mengkonsumsi
keledai jinak adalah haram hukumnya. Hal ini disebutkan dalam mahzab ke empat
Imam kecuali imam Malik. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits:
“Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya melarang kalian untuk memakan daging-daging
keledai yang jinak, karena dia adalah najis”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim)
Sedangkan hukum memakana keledai liar adalah halal berdasarkan perkataan Jabir -
radhiallahu ‘anhu. “Saat (perang) Khaibar, kami memakan kuda dan keledai liar, dan
Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- melarang kami dari keledai jinak”. (HR.
Muslim)
f. Hewan Yang Diperintahkan untuk dibunuh
Semua hewan yang dapat membahayakan manusia dan diperintahkan untuk dibunuh
tanpa disembelih adalah haram hukumnya untuk dikonsumsi. Binatang tersebut antara
lain disebutkan dalam hadits Rasulullah SAW berikut:
“Ada lima (binatang) yang fasik (jelek) yang boleh dibunuh baik dia berada di
daerah halal (selain Mekkah) maupun yang haram (Mekkah): Ular, gagak yang
belang, tikus, anjing, dan rajawali”. (HR. Muslim)
g. Monyet
Dalam mahzab Syafii disebutkan bahwa monyet adalah haram, karena Allah telah
menghukum sekelompok manusia yang bermaksiat yakni kaum yahudi dan
mengubahnya menjadi binatang babi dan monyet.. Selain itu monyet juga memiliki
kesamaan dengan manusia dalam hal genetis dan kesamaan panca indra serta
disebutkan bahwa monyet bukanlaj jenis hewan yang baik.
I. Penilaian
a. Teknik Penilaian :Tes lisan
b. Bentuk Instrumen :Lembar penilaian tes lisan
No Indikator Butir Instrumen
Mengetahui,
Kepala Sekolah SMP Negeri 01 Ngabang Guru Mata pelajaran
................................................. ...........................................
NIP/NRK. NIP/NRK.
PENGERTIAN MAKANAN HALAL
Halal berasal dari bahasa Arab yang artinya disahkan atau dibolehkan. Adapun secara istilah,
makanan dan minuman halal adalah makanan dan minuman yang boleh dimakan atau
dikonsumsi oleh umat agama islam.
Semua makanan dan minuman yang bedara dimuka bumi yang bermanfaat bagi pertumbuhan
badan dan jiwa manusia menurut hukum asalnya adalah halal (boleh) dimakan, kecuali apabila
ada l arangan dari syarat Al-Quran dan Hadist atau karena madharatnya (bahaya). "Hai sekalian
manusia, makanlah yang halal baik dari apa yang terdapat di bumi." (Q.S. Al- Baqarah 168).
Artinya : "Wahai manusia, makanlah apa yang Kami ciptakan di bumi dari segala yang halal
yang tidak Kami haramkan dan yang baik-baik yang disukai manusia. Janganlah mengikuti jejak
langkah setan yang merayu kalian agar memakan yang haram atau menghalalkan yang haram.
Kalian sesungguhnya telah mengetahui permusuhan dan kejahatan-kejahatan setan".
Dari ayat tersebut jelas bahwa makanan yang dimakan oleh seseorang muslim hendaknya
memenuhi dua syarat, yaitu :
a. Halal, artinya diperbolehkan untuk dimakan dan tidak dilarang oleh hukum syara`.
b. Baik, artinya makanan itu bergizi dan bermanfaat untuk kesehatan.
Dengan demikian "halal" itu ditinjau dari ilmu islam, sedangkan "baik" ditinjau dari ilmu
kesehatan. Dalam islam halal itu meliputi tiga hal, yaitu sebagai berikut.
a. Halal karena zatnya, abend itu tidk dilarngoleh hukum syara`. aad ayat al quran
maupun hadits nabi yang melarng tentang makanan tesebut seperti nasi, telur, susu,
dan lain lain.
b. Halal cara memperolehnya artinya sesuatu yang halal itu harus diperbolehkan dengan
cara yang halal pula. sesuatu yang halal tetapi cara memperolehnya bertentangan
dengan hukum syara` maka menjadi haram. Bukan haram karena zatnya tetapi haram
karena cara memperolehnya, seperti telur yg diperoleh dengan cara mencuri, makanan
yg di beli dengan uang hasil merampok, dan lain lain.
c. Halal karena proses atau cara pengolahannya, artinya selain sesuatu yg halal harus
diperoleh dengan cara yg halal juga. Maka cara atau proses pengolahannya pun harus
benar menurut hukum syara`. Sesuatu yg halal tetapi cara pengolahannya tidak benar
maka menjadi haram. Haram karena proses atau cara pengolahannyaseperti daging :
daging hewan yang halal disembelih dengan caara yg salah tidak menyebut asma
allah, hewan halal yang disembelih untuk berhala, dan lain lain.
Adapun kata haram berasal dari kata dalam bahasa Arab yang artinya sesuatu yang dilarang.
Maka dapat disimpulkan bahwa makanan haram adalah makanan atau suatu benda yang haram
dikonsumsi oleh manusia terutama umat islam dan apabila tetap mengkonsumsinya maka ia
berdosa. Allah tidak mengharamkan sesuatu tanpa sebab dan akibat. Segala ketentuan Allah
memiliki dasar hukum yang disebutkan dalam Alqur’an dan hadits Rasulullah SAW.