Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

a. Defenisi
Ventilasi mekanis adalah alat pernapasan bertekanan negatif atau positif yang
dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dengan jangka waktu
yang lama

b. Tujuan
1. Memberikan kekuatan mekanis paru untuk mempertahankan pertukaran
O2 dan CO2 yang fisiologis
2. Mengambil alih (manipulasi) tekanan jalan napas dan pola pernapasan
untuk memperbaiki pertukaran O2 dan CO2 secara efisien dan oksigenasi
yang kuat
3. Mengurangi kerja otot jantung dengan jalan mengurangi kerja paru

c. Indikasi
1. Gangguan ventilasi
 Disfungsi otot-otot pernapasan, kelelahan otot napas
 Kelainan dinding thorax
 Penyakit neuromuskuler yang menyebabkan kelumpuhan otot napas
 Kekuatan ventilasi yang menurun atau tidal volume rendah
 Peningkatan resistensi atau obstruksi jalan napas
2. Gangguan Oksigenasi
 Hipoksemia yang sukar diatasi, misalnya : edema paru atau penyakit
paru yang lain
 Kerja napas yang berlebihan (frek. Nafas lebih dari 35 x / menit)
3. Lain-lain
 Keadaan yang memerlukan sedasi dan pelumpuh otot
 Untuk menurunkan konsumsi oksigen otot jantung dan sistemik
 Untuk stabilisasi hemodinamik pasca operasi besar
 Untuk mengontrol tekanan supracranial
 Untuk mencegah otelektasis
 Keadaan lain yang menyebabkan Pa O2 < 60 dan Pa CO2 > 60

d. Jenis Respirator
1) Respirator Time Cycled
Pernapasan yang diberikan diatur oleh waktu. Jumlah udara yang
dipompakan mesin akan berhenti sesudah waktu yang ditentukan,
sehingga akan terjadi proses ekspirasi
2) Respirator Pressure Cycled
Inspirasi berhenti sesudah tekanan yang ditentukan tercapai, udara yang
diberikan akan dihentikan sehingga timbul ekspirasi. Besarnya tidal
volume yang tercapai tergantung komplians paru

Hal-hal yang perlu diperhatikan perawat :

a) penderita dengan tahanan jalan napas dapat timbul ekspirasi


premature. Kebocoran dapat membuat inspirasi berkepanjangan tanpa
menghasilkan tidal volume yang diinginkan
b) Karena besarnya tidak volume tergantung dari komplian paru, maka
pengembangan paru harus diperhatikan dengan teliti dan besarnya
tidak volume yang dihasilkan ventilator harus selalu dilihat monitor
ventilator
c) Perlu pemantauan ketat keadaan umum penderita karena berpotensi
terjadinya “low tidal volume”.
3) Ventilator Volume Cycled
Inspirasi berhenti setelah volme gas yang ditentukan tercapai. Ventilator
tipe ini yang banyak dipakai di ICU saat ini. Volume yang diberikan
hampir selalu konstan walaupun terjadi perubahan komplians paru.
Dengan demikian ventilator tipe ini lebih berpotensi terjadi kerusakan
struktur paru seperti barotrauma atau volutrauma
e. Modus Ventilasi Mekanik
a) “Ventilasi Kontrol” (Controlled Mechanical Ventilation = CMV)
CMV memberikan ventilasi tekanan positif dengan frekwensi dan volume
atau pressure yang telah ditentukan sehingga usaha napas pasien
sepenuhnya diambil alih oleh mesin ventilator. Mode ini biasanya dipilih
penderita yang diberi sedasi dan pelumpuh otot atau penderita tidak
mampu bernapas spontan. Kadang-kadang juga dipakai penderita yang
memerlukan control hemodinamik yang ketat.

Hal-hal yang perlu diperhatikan perawat :

 Bila penderita mulai ada usaha napas akan terjadi “tabrakan”


pernapasan penderita dengan ventilator sehingga menimbulkan
ketidaknyamanan atau komplikasi berupa trauma udara struktur paru
 Kontrol yang terlalu lama atau dengan tidal volume yang tinggi dapat
menimbulkan penurunan curah jantung dan ketidakstabilan
hemodinamik sehingga observasi hemodinamik harus ketat
 Kontrol yang berkepanjangan dapat menimbulkan ketergantungan
penderita respirator, atropi otot napas sehingga proses penyapihan
sangat sulit
b) “Ventilasi Assist Kontrol” (Assisted-control Ventilation = AC)
Ventilasi AC memberikan ventilasi “volume cucled” dengan jumlah udara
dan frekwensi yang telah ditentukan. Apabila pasien mulai bernapas
tekanan inspirasi negative yang ditimbulkan akan menyebabkan ventilator
memberikan volume tambahan, tetapi apabila ventilasi mesin tidak sinkron
dengan upaya napas pasien atau aliran gas ventilator tidak cukup untuk
memenuhi kebutuan pasien maka cara ini akan menyebabkan kerja napas
tambahan pasien.

Hal-hal yang perlu diperhatikan perawat :

 Berpotensi menyebabkan ketidakstabilan hemodinamik


 Komplikasi hiperventilasi dapat menurunkan rangsang pernapasan
sehingga perlu diperhatikan jumlah pernapasan.
 Bila setting tidak tepat dapat menyebabkan kelelahan bagi pasien.
c) “Syncronized Intermitten Mandatory Ventilator” (IMV/SIMV)
Respirator akan memberikan sejumlah udara (Tidal Volume) dan
frekwensi saat tertentu sesuai dengan napas spontan pasien. mode ini
penderita dapat napas spontan sesuai dengan frekwensi dan tidal volume
yang dikehendaki sedang ventilator akan menyesuaikan saat yang tepat
untuk memompa udara sehingga dapat sinkron dengan napas spontan
pasien.

Mode ini baik digunakan untuk penyapihan sebab dengan penurunan


secara bertahap jumlah pernapasan yang diberikan oleh mesin akan
merangsang penderita secara perlahan akan memperbanyak usaha napas
spontannya sehingga ketergantungan ventilator dapat dikurangi.

Hal-hal yang perlu diperhatikan perawat :

 Harus diobservasi keadaan umum pasien saat penyapihan sebab


frekwensi dan tidal volume rendah yang diberikan akan menyebabkan
kerja napas dan frekwensi pernapasan bertambah sehingga dapat
menimbulkan kelelahan.
 Frekwensi dan tidal volume yang dicapai secara spontan oleh penderita
harus selalu dipantau monitor ventilator agar mode dan kebutuhannya
selalu disesuaikan.
 Modus ini dapat dikombinasikan dengan mode lain seperti “Pressure
support ventilation”.
d) “Pressure Control Ventilation” (PCV)
PCV dibatasi oleh tekanan inspirasi tertinggi yang ditentukan sehingga
ventilasi semenit akan dapat berubah sesuai perubahan komplians paru
atau tekanan jalan napas. Dapat terjadi volume tidal yang diberikan
rendah. Bisa digunakan untuk penderita dengan “Acute Lung injury”

Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh perawat:


 Observasi ketat keadaan umum pasien terutama pengembangan paru
sebab bisa terjadi hipo/hiperventilasi bila terjadi perubahan komplians
paru.
e) “Pressure Support Ventilation” (PSV)
PSV merupakan tekanan positif yang diberikan oleh ventilator untuk
membantu inspirasi dengan tujuan mengatasi tambahan kerja napas yang
diakibatkan oleh proses dalam paru, pipa ETT, sirkuit ventilator atau
hambatan lain yang ada dalam mesin. Dengan PSV pasien dapat mengatur
frekwensi, lama inspirasi aliran dan volume tidal. Dengan SIMV,PSV
membantu inspirasi spontan tanpa mempengaruhi ventilasi mesin.

Hal-hal yang perlu diperhatikan perawat:

 Observasi keadaan umum pasien dan selalu memonitor besar tidal


volume dan frekwensi napas yang dihasilkan oleh pasien monitor
ventilator. Bila perlu besarnya pressure dapat ditambah atau dikurangi.
f) “Continuus Positive Air Way Pressure” (CIPAP)
mode ini penderita napas spontan tetapi diberikan tekanan positif awal
yang lebih tinggi dari udara. Meskipun cara ini memberikan tekanan jalan
napas sebetulnya bukan merupakan bantuan ventilasi mekanik, tetapi bisa
bermanfaat dalam pengobatan penyakit tertentu.
g) Positive End Expiratory Pressure (PEEP)
Suatu cara memanipulasi pernapasan untuk memperbaiki oksigenasi
dengan memberikan tekanan positif akhir ekspirasi sehingga paru tetap
mengembang meskipun saat ekspirasi. Pertimbangan untuk memberikan
PEEP yaitu untuk memperbaiki oksigenisasi untuk mencapai PaO2 yang
tinggi atau untuk mencegah kolaps paru selama ekspirasi, memperbesar
kapasitas residu fungsional paru dan volume paru.

Hal-hal yang perlu diperhatikan perawat:

 PEEP yang tinggi dapat menyebabkan hipotensi karena venous return


yang turun
 Perlu memantau hemodinamik, perfusi perifer terutama produksi
urine.

f. Komplikasi Ventilasi Mekanik


a. Komplikasi saluran nafas
 Aspirasi
 Trauma jalan nafas, kerusakan pipa suara
 Dislokasi pipa ETT
 Infeksi
b. Komplikasi paru
 Barotrauma, volutrauma, biotrauma
 Keracunan Oksigen
c. Komplikasi system hemodinamik
 Penurunan curah jantung
 Perfusi jaringan terganggu
 Balance cairan positif
d. Komplikasi saluran cerna
 Distensi abdomen
 Hipomutilitas usus
e. Gangguan fungsi ginjal
f. Sedasi dan kelumpuhan otot nafas
g. Gangguan psikososial

g. Hal-hal yang perlu diperhatikan perawat penggunaan ventilasi mekanik


a. Pemasangan awal respirator
Sterilisasi alat, kelengkapan alat (sambungan oksigen, udara, setting)
b. Sistem alarm
Perawat harus berespon terhadap setiap alarm. Alarm tidak boleh
dimatikan, ditinggikan atau diturunkan
c. Humidifikasi dan temperature
Setiap penderita yang dilakukan ventilasi mekanik harus ditambahkan
humidifikasi dengan temperature yang terkontrol sehingga udara dapat
dihangatkan karena system pelembab alamiah dari hidung tidak berfungsi.
d. Selang sirkuit ventilator
Harus sealu dijaga dari kemungkinan terlepas, tertekuk, bocor atau
tersumbat. Kadang dalam waktu lama selang dapat berisi cairan yang akan
mengganggu aliran udara.
e. Endotrakeal tube
Selalu evaluasi tekanan balon ETT dari kebocoran. Perhatikan plester agar
ETT tidak tergeser atau terlepas karena pasien yang berkeringat, plester
basah atau penderita yang selalu bergerak mengakibatkan ETT mudah
bermigrasi. Hindari tergigitnya ETT dengan memasang pipa orofaring
(guedel). Ganti ETT tiap 1-2 minggu. Pembilasan ETT dapat dilakukan
dengan memasukkan NaCl 0.9 % di dalam ETT untuk mengencerkan
lender sehingga lebih mudah untuk diaspirasi

Ganti sirkuit alat tiap 1 – 3 hari

Jaga kebersihan mulut penderita dengan membersihkan gigi dan rongga


mulut tiap pagi dengan cairan antiseptic

h. DASAR-DASAR VENTILASI MEKANIK


i. Ventilasi Mekanik
Alat bantu napas yang bisa bertekanan negatif maupun positif yang dapat
mempertahankan Ventilasi dan pemberian oksigen secara Mekanis dan
dalam waktu yang lama.

Ventilasi mekanik dapat dipergunakan di ICU, PICU, NICU dan Unit


Perawatan intensive lainnya.

ii. Langkah-Langkah Pemasangan Ventilator


 Intubasi endotracheal
 Gagal ventilasi
 Gagal Oksigenasi
 Obstruksi jalan nafas (efek obat anestesi post operasi,retensi
sputum, penerunan kesadaran)
 Pemasangan ventilator.
iii. Mode ventilasi mekanik bayi dan anak kecil :
Mode ventilasi mekanik anak yang lebih disukai adalah Pressure-
Controled, time cycle Ventilation (PCV) dibandingkan Volume Constant
Ventilation (VCV). Keuntungan dari mode ini adalah flow berjalan secara
terus menerus dengan konstan, meskipun dalam fase ekspirasi, sehingga
memungkinkan napas spontan pasien.

berat badan diatas 10 kg, dapat digunakan volume constan, time cycle,
pressure-limited, Diatas usia dua tahun maka pengelolaan umum hampir
menyamai orang dewasa.

volume constant. Time-controled ventilator, maka VT ( Volume Tidal ) di


set langsung, sedangkan pressure-limited, time-cycle, constant flow
ventilator, Tidal Volume yang diterima pasien tergantung dari compliance
dan resistance dari pasien dan juga dari parameter ventilasi seperti
inspirasi time (Ti),

Flow (V), P.Insp dan PEEP

iv. Control Mandatory Ventilation (CMV)


Sejumlah udara yang diinspirasikan oleh mesin ke pasien yang dibatasi
oleh volume control (VC) atau Pressure control (PC)

> Parameter VCV > Parameter PCV

 TV a. RR
 RR b. T insp
 FiO2 c. P insp
 T insp. d. PEEP
 Flow e. FiO2
 PEEP
v. Synchronous Intermittent Mandatory Ventilation (SIMV)
Mode ini menekankan mandat yang telah ditentukan sehingga pasien
bernafas waktu-waktu tertentu

Terkadang mode ini diberikan bersamaan dengan pressure support (PS)


dengan SIMV Rate ditiadakan

> Parameter

a. TV

b. SIMV Rate

c. Inspirasi Time

d. Pressure Support

e. FiO2

f. P E E P

vi. Continous Positive Airway Pressure (CPAP)


Dalam mode ini tiap inspirasi disuppor dengan preset constan pressure (
15 – 35 cmH2O ), pasien harus melakukan trigger ventilator dan biasanya
dikombinasi dengan SIMV.

>Parameter :

a. PEEP

b. FiO2

1. Respirasi Rate ( RR )

a. Jumlah napas yang diberikan ke pasien setiap menit

b. Diset diatas dan dibawah nilai normal

c. 30 – 40 x/menit (bayi), 20 – 25 x/menit (anak kecil),dan 10 – 14 x/menit


(dewasa)
2. Tidal Volume ( TV )

a. Volume gas yang dihantarkan oleh Ventilator setiap siklus napas Diset 6
– 8 ml/Kg.BB

b. ARDS, gunakan volume lebih kecil 4 – 6 ml/Kg.BB untuk


meminimalkan tekanan berlebihan didalam alveoli

3. Inspirasi : Ekspirasi Ratio ( I:E Ratio )

a. 1:2 / 1:1, merupakan nilai normal fisiologis inspirasi ekspirasi

b. Terkadang diperlukan fase inspirasi yang sama / lebih lama dibanding


ekspirasi untuk meningkatkan PaO2

4. Inspirasi Pressure ( IP )

a. Mengatur/ membatasi jumlah pressure/volume cycled ventilator.

b. Pressure berlebih, dapat menyebabkan Barotrauma. sedangkan

c. Volume berlebih dapat menyebabkan Valutrauma

d. Jika inspirasi pressure/valume tercapai maka ventilator menghentikan


hantarannya dan alarm berbunyi.

e. Peningkatan pressure bila terjadi obstruksi, batuk, retensi sputum, ETT


tergigit, fighting atau kingking.

f. Tidak melebihi 35 cm H2O.

5. FiO2 ( Fraksi Oksigen )

a. Konsentrasi (%) oksigen yang dihantarkan oleh ventilator ke pasien

b. Konsentrasi 21 – 100 %

c. Awal 100 % tidak boleh terlalu lama

d. Dapat diweaning bertahap


e. Setting 100 % bila ada tindakan tertentu yang menginterupsi pemberian
ventilasi, berikan oksigen 100 % selama 15 menit.

6. Flow rate (f)

a. Merupakan jumlah udara inspirasi yang dialirkan dalam 1 menit.

b. Rumus : Flow Rate = (TV x 60) : T.insp


INTERVENSI

A. Suctioning

Suctioning atau penghisapan lendir merupakan prosedur yang rutin dilakukan


untuk membebaskan jalan nafas. Frekuensi yang terlalu sering dapat
mengakibatkan produksi lendir menjadi bertambah atau resiko infeksi menjadi
tinggi. Tindakan ini dilakukan jika memang dianggap perlu sekali karena
pertimbangan jalan nafas yang buruk atau jika saturasi oksigen monitor
mengalami penurunan atau jika lendir mengakibatkan penumpukan CO2 dalam
darah yang ditunjukkan dengan AGD. Untuk menghindari hipoksemia saat
tindakan, dapat diberikan FiO2 dengan konsentrasi tinggi (100%) dalam 3-5
siklus pernafasan atau sampai nilai saturasi oksigen diatas 95%. Untuk
menghindari atelektasis akibat penghisapan lendir, perawat harus menggunakan
teknik yang tepat misalnya diameter suction tidak kurang dari 0,5 diameter ETT.
Menarik ujung suction 1-2 cm dari karina (setelah ada rangsangan batuk) dan
tekanan suction tidak melebihi 100 cmH2O. untuk menghindari infeksi
nosokomial kanula suction digunakan tipe system tertutup atau prosedur 1 kali
pakai buang kanula suction tipe terbuka. Aspirasi tidak melebihi 10 detik dan
berikan FiO2 konsentrasi tinggi selama 5-6 siklus nafas untuk menghindari
hipoksemia paska penghisapan lendir. pasien ARDS, resiko kolaps tidak saja
akibat suctioning namun lepasnya tubing saat akan melakukan tindakan
suctioning mengakibatkan PEEP yang sudah diset menjadi nol dan seketika itu
paru-paru menjadi kolaps.

B. Hemodinamik

Pemilihan PEEP dan TV yang terlalu tinggi pasien hipotensi akan mengakibatkan
penekanan berlebih oleh kedua paru terhadap ventrikel sehingga akan
menurunkan isi sekuncup (stroke volume) dan penurunan terhadap curah jantung.

C. Pembatasan Anggota Gerak

pasien-pasien yang terpasang ventilator jangka panjang, disorientasi atau keadaan


yang tidak kooperatif sering dijumpai. Ekstubasi yang dilakukan oleh pasien
sendiri bukan suatu hal yang tidak mungkin terjadi. Pemasangan restrain kedua
tangan diperlukan pasien-pasien seperti ini karena resiko ekstubasi dengan
keadaan balon ETT masih mengembang sangat beresiko terhadap rupture trakhea.

D. Komunikasi

Komunikasi pasien dilakukan dengan membuat catatan-catatan yang sederhana


dan pasien dipantau terhadap kemungkinan pemakaian energi yang terlalu
berlebih sehingga berdampak peningkatan komsumsi

oksigen (VO2) dan hemodinamik yang merugikan. Penyampaian komunikasi


dilakukan pasien dengan menulis sendiri dan perawat membantu membimbing
tentang apa yang ingin disampaikan pasien.

E. Perubahan Posisi Tidur

Merubah posisi tidur miring ke kiri-kanan, terlentang dan atau tengkurap (jika
tidak terdapat kontra indikasi) secara periodik setiap 2 jam selain memiliki
keuntungan terhadap penurunan resiko dekubitus juga akan membantu
memperbaiki komplain paru dan sirkulasi kapiler pulmonal terhadap efek gravitasi
(west zone) terutama posisi semi rekumben.

F. Humidifier

Humudifer atau pelembab udara inspirasi dari ventilator menuju pasien harus diisi
air akuades dengan ukuran yang sesuai dengan anjuran pabrik. Keuntungan lain
dari humudifer adalah untuk mematikan bakteri yang masuk ke dalam paru
melalui tubing inspirasi. Kelebihan mengisi air akan mengakibatkan naiknya air
dari humudifer ke dalam paru. Dan jika air yang masuk paru dalam jumlah
berlebihan akan mengakibatkan pneumotoraks. beberapa merk ventilator, suhu
humudifer perlu dipantau juga keakuraratannya dengan meraba tubing inspirasi
karena beberapa masalah bisa terjadi seperti suhu yang tertera dihumudifer tidak
sesuai dengan suhu yang sebenarnya (bisa saja lebih panas dari nilai yang tertera)
sehinga akan menyebabkan luka baker disekitar jalur trakheo-bronkhial.
G. Water trapping

Water trapping adalah penampung air diantara dua pipa (tubing). Keuntungannya
adalah untuk mencegah masuknya air ke dalam paru-paru pasien. Water trapping
yang penuh harus segerah dibuang sebelum air naik ke bagian tubing dan masuk
kedalam paru. Akumulasi air akuades tubing inspirasi akan mengakibatkan
hambatan udara inspirasi dari ventilator ke dalam paru pasien sehingga akan
mengakibatkan Tidal Volume (TV) menurun.

H. Mechanical Malfunction

Yakinkan alarm setting aktif, mesin ventilator bisa saja tiba-tiba tidak berfungsi
dengan baik, olehnya itu siapkan resusitation bag disetiap pasien yang
terventilator. Segera lepas ventilator dari pasien dan lakukan manual resuscitation,
kemudian cari penyebab kerusakan bila perlu ganti ventilator

Observasi

Observasi yang dilakukan selama penggunaan ventilator adalah :

a. Penurunan tekanan darah

b. Penurunan central Venus Pressure

c. Penurunan Pulmonary Artery Pressure

d. Penurunan tingkat kesadaran

e. Penurunan urine output

f. Pulsasi peripheral melemah

g. Capilari refill lambat

h. Gelisah

i. Pasien tampak lemah

j. Nyeri dada.
Intervensi keperawatan secara umum pada klien dengan ventilasi mekanik:

1. Pertahankan kepatenan jalan nafas

2. Persiapkan untuk kegawat daruratan, ambubag tersambung dengan sumber O2

3. Kaji ventilator setiap 1-2 jam, mengenai jenis, pola, tidal volume, frekuensi
nafas, Fi02, dan airway pressure.

4. Evaluasi sistem alarm, temperatur, dan sistem humidifikasi.

5. Monitor seiang dari lepas, tertekuk, bocor, atau tersumbat.

6. Lakukan oral higiene, inspeksi mulut dan membran mukosa sekitar ETT.

7. Bantu mengatasi kecemasan, jika perlu dengan medikasi

8. Pemberian neuromuskular bloker, guakan seclasi

9. Cegah ekstubasi akibat kecelakaan

10. Berikan alat komunikasi dengan klien

11. Pertahankan nutrisi yang adekuat, cegah aspirasi

12. Monitor kemungkinan komplikasi.


PROSES KEPERAWATAN

Pengkajian

Pengkajian Klien:

Dalam mengkaji klien yang menggunakan ventilator, perawat mengevaluasi hal-


hal berikut:

1. Tanda-tanda vital

2. Bukti adanya hipoksia (gelisah, ansietas, takikardi, peningkatan frekuensi


pernafasan, dan sianosis)

3. Frekuensi dan pola nafas

4. Bunyi nafas

5. Status neurologic

6. Volume tidal, minnute volume, kapasitas vital kuat.

7. Kebutuhan pengisapan/suctoning

8. Upaya ventilasi spontan klien

9. Status nutrisi

10. Status psikologis

Pengkajian Peralatan

1. Jenis ventilator

2. Mode ventilator

3. Pengesetan volume tidal dan frekuensi

4. Pengesetan Fi02
5. Tekanan inspirasi yang dicapai dan batasan tekanan

6. Adanya air dalam selang, terlepasnya sambungan, atau terlipatnya selang

7. Humidifikasi

8. Alarm (fungsi yang sesuai)

9. PEEP

Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

1. Ketidakmampuan untuk mempertahankan ventilasi spontan berhubungan


dengan kelelahan otot-otot pernafasan, faktor metabolik.

• Hasil yang diharapkan:

Mempertahankan AGD dalam batas normal.

- Mempertahankan airway, mobilisasi sekret, tetap bebas dari dyspnea dan


gelisah.

• Intervensi keperawatan dan rasional:

- Monitor perubahan oksigenasi dan ventilasi, perubahan AGD, pulse oxymetri,


dan end tidaICO2-

R : menjaga oksigenasi adekuat dan keseimbangan asam bass.

- Pertahankan ETT atau trakheostomy; amankan tube dengan plester atau


perlengkapan lain.

R: mempertahankan jalan nafas yang adekuat untuk memfasilitasi ventilasi


mekanik.

- Lakukan suctioning sesuai kebutuhan.

R: mengeluarkan sekret dan menjaga jalan nafas tetap terbuka.


- Kolaborasi dengan dokter untuk meningkatkan sedasi jika agitasi mengganggu
ventilasi.

R: menunjang efektivitas ventilasi mekanik.

- Cegah ekstubasi tak terencana.

R: Menjaga jalan nafas dan keamanan klien.

- Reposisi F- I I dari sisi satu ke sisi yang lain setiap 4 jam, kaji dan
dokumentasikan kondisi kulit. Catatan: tempatkan tube pada batas garis di bibir,
lakukan prosedur oleh 2 prang staff, lakukan suction di atas cuff ETT sebelum
mereposisi ETT.

R: mencegah kerusakan kulit, mengurangi aspirasi dari sekret oral dan pneumonia
akibat pemasangan ventilator, menjaga tube dalam posisi yang benar setelah
manipulasi.

Lakukan auskultasi dada setelah mereposisi tube.

R: memastikan posisi tube tidak berubah.

Kaji status respirasi setiap 4 jam; segera merespon adanya perubahan: suara nafas
di anterior, posterior, chest excursion, kemampuan klien untuk melakukan nafas
spontan, tanda dan gejala hipoxemia.

R: mengisyaratkan kondisi membaik atau memuruk, mungkin mengindikasikan


kebutuhan untuk suctioning.

Monitor RR dan bantuan nafas dan inisiatif klien untuk bernafas. R: Mengkaji
efektivitas ventilasi mekanik.

- Kaji toleransi terhadap bantuan nafas dan monitor adanya pergerakan nafas yang
asinkron, melaporkan adanya sesak nafas, atau pressure alarm yang tinggi. Jika
simptomatik, lepaskan klien dari ventilator dan berikan ventilasi manual dan
siapkan untuk pemasangan chest tube.
R: mengkaji efektivitas ventilasi mekanik dan berjaga-jaga terhadap komplikasi;
volutrauma, untuk secepatnya merespon dan menangani volutrauma.

- Sediakan ambu bag dan perlengkapan suction yang siap digunakan. R: menjaga
jalan nafas dan ventilasi klien apabila terjadi keadaan emergency.

Pertahankan integritas sirkuit ventilator; monitor seting ventilator, responsif


terhadap alarm ventilator, jags tubing bebas dari uap lembab/embun dan gunakan
perlengkapan seperti water trap untuk memfasilitasi pembuangan uap lembab.

R: memaksimalkan efektivitas ventilasi mekanik dan menjaga keamanan klien.

- Monitor cuff pressure dari ETT atau trakheostomy tube: Penggembungan cuff
dengan jumlah minimal udara diperlukan untuk mencegah kebocoran udara
sekitar cuff dan menjaga tidal volume. Laporkan ke dokter jika cuff pressure
melebihi 30 cmH20 atau jika cuff tidak bisa menjaga tekanan yang adekuat.

R: memaksimalkan ventilasi dan mencegah aspirasi dari sekresi oral.

- Lakukan suction oral setiap 4 jam atau jika diperlukan.

R: mencegah aspirasi dari sekresi oral dan meningkatkan kenyamanan klien.

- Monitor serial chest x-ray.

R: Mengkaji posisi ETT dan perbaikan/perburukan kondisi paru-paru.

- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk meningkatkan strategi memaksimalkan


efektivitas penggunaan ventilator: perubahan seting, sedasi, analgetik, teknik
relaksasi, neuromuscular blockade.

R: Terapi mungkin diperlukan untuk memfasilitasi ventilasi mekanik untuk


mengoptimalkan ventilasi dan pertukaran gas.

- Kolaborsi dengan tim kesehatan untuk merawat dan merespon hal-hal yng
mendasari gagal pernafasan.

R: Merawat penyebab yang mendasari akan memajukan weaning ventilator.

- Monitor kesiapan klien untuk diweaning dari ventilator.


R: Identifikasi terhadap inclikator klien siap untuk diweaning dari ventilator.

- Support klien dan keluarga untuk terlibat dalam perencanaan perawatan dan
pencapaian tujuan.

R: Membantu perkembangan klien.

- Implementasikan rencana perawatan untuk menjaga kenyamanan, mobilitas,


nutrisi dan integritas kulit klien.

R: mencegah kehilangan fungsi karena penggunaan ventilator dan bed rest.

2. Inefektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan jalan nafas buatan;


penurunan kemampuan untuk batuk, sekret yang kental.

• Hasil yang diharapkan:

jalan nafas klien terjaga tetap terbuka, sekret muclah diambil.

• Intervensi keperawatan dan rasional:

- Kaji kebutuhan klien untuk suction pada ETT, adanya pressure alarm ventilator,
terdengar suara sekret, suara nafas yang kasar.

R: mengindikasikan kebutuhan untuk suction.

- Suctoning sesuai dengan protokol rumah sakit.

R: mencegah kmplikasi karena suctionin.

- Kaji bunyi nafas setelah suctioning.

R: membandingkan efektivitas: bunyi nafas seharusnya menunjukkan perbaikan.

- 3ika sekresi trakea kental kaji hidrasi klien dan humidifikasi ventilator, hindari
memasukkan normal saline.

R: Mengencerkan sekret yang kental dan memudahkan untuk clikeluarkan.


Pemberian NS tidak menunjukkan keefektifan dan mengakibatkan hipoksemia.

- Rubah posisi secara periodik.


R: meingkatkan drainase sekret dan ventilasi untuk semua bagian paru sehingga
menurunkan resiko atelektasis

- Kolaborasi untuk melakukan fisioterapi dada.

R: meningkatkan ventilasi pada semua segmen paru dan membantu drainase


sekret.

- Ajarkan teknik batuk efektif.

R: meningkatkan keefektifan usaha batuk.

3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan terpasang jalan nafas


buatan dan ventilator.

• Hasil yang diharapkan:

Klien dapat mempertahankan metode komunikasi yang diinginkan sesuai dengan


kebutuhan.

• Intervensi keperawatan:

- Kaji kemampuan komunikasi klien untuk pola komunikasi pengganti. R:


membantu menentukan pola komunikasi yang memungkinkan untuk klien.

- Kembangkan metode komunikasi yang cocok untuk klien; pertanyaan

tertutup, clipboard dengan kertas dan pensil, gambar-gambar untuk

komunikasi, daftar alfabet, kontak mats, dan validasi arti dari komunikasi

yang diinginkan.

R: membantu menginterpretasikan kebutuhan klien

- Usahakan untuk membaca bibir.

R: membantu klien untuk menyampaikan kebutuhannya.

- Bicara pelan dan jelas ke klien.

R: memudahkan klien untuk mengerti.


- Jelaskan setiap prosedur yang dilakukan.

R: mengurangi kekhawatiran klien.

- Hindarkan klien dari frustrasi.

R: meningkatkan rasa nyaman dan motivasi klien untuk menyampaikan


kebutuhannya.

4. Perubahan membran mukosa berhubungan dengan pemasangan jalan nafas


buatan.

• Hasil yang diharapkan:

Kelembaban membran mukosa oral klien terjaga; tidak terjadi ulserasi atau lesi
yang lain.

• Intervensi keperawatan:

- Kaji membran mukosa oral terhadap ulserasi atau lesi yang lain.

- Inspeksi mulut dengan hati-hati, di sekitar dan di bawah plester atau alat¬alat
yang digunakan untuk mengamankan ETT.

- Jaga kebersihan mulut, oral hygiene paling sedikit I kali per shift dengan

menggunakan oral swab, sikat gigi dengan bulu yang halus. Lumasi bibir

dengan air atau pelembab bibir. Gunakan disposible oral suction.

R: semua intervensi meningkatkan kenyamanan klien; mengeluarkan bakteri dari


orofaring, dan mengurangi kemungkinan terjadinya pneumonia karena
penggunaan ventilator.

5. Resiko terjadi infeksi pulmonal berhubungan dengan pemasangan jalan nafas


buatan.

Hasil yang diharapkan: Klien bebas dari infeksi.


• Intervensi keperawatan:

- Pertahankan posisi kepala tempat tidur 30°.

R: mencegah aspirasi dari sekresi gastrik

- Monitor temperatur setiap 4 jam. Monitor jumlah, warns, konsistensi, dan bau
lendir. Lapor dokter jika terjadi peru ba han lendir.

R: mengidentifikasi tanda-tanda infeksi.

- Gunakan teknik mencuci tangan yang balk, gunakan gloves untuk prosedur,
gunakan teknik aseptik untuk suctioning.

R: Mencegah transmisi bakteri ke pasien.

- Suction rongga oral paling sedikit setiap 4 jam. Lakukan perawatan mulut dan
pertahankan integritas cuff ETT.

R: mengeluarkan bakteri dari orofaring dan mencegah aspirasi dari bakteri yang
dapat menyebabkan pneumonia karena penggunaan ventilator.

6. Ansietas berhubungan dengan kebutuhan akan ventilasi mekanik,


ketidakmampuan untuk mengkomunikasikan kebutuhan, ketergatungan secara
psikologis terhadap ventilator.

7. Penurunan cardiac output berhubungan dengan positif pressure ventilation.

8. Perubahan nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan untuk makan per oral,


meningkatnya kebutuhan nutrisi, kerusakan fungsi gastrointestinal.

9. Kelebihan volume cairan, resiko, berhubungan dengan hidrasi, mekanisme


stimulasi RAA.

10.Resiko terjadi injury, perdarahan gastrointestinal berhubungan dengan positif


pressure ventilation, stress yang disebabkan keaclaan sakit kritis.
11.Disfungsi respon penyapihan ventilator berhubungan dengan inefektif bersihan
jalan nafas, gangguan pola tidur, nutrisi inadekuat, nyeri, faktor psikologis.

Masalah Kola boratif/ kompi ikasi potensial:

• Melawan kerja ventilator.

• Masalah-masalah ventilator, peningkatan dalam tekanan jalan nafas puncak,


penurunan tekanan, kehilangan volume.

• Gangguan kardiovaskuler.

• Barotrauma dan pneumothorax.

• Infeksi paru.

Evaluasi

• Menunjukkan pertukaran gas, kadar gas darah arteri, tekanan arteri pulmonal
dan tanda-tanda vital yang adekuat.

• Menunjukkan ventilasi yang adekuat dengan akumulasi lendir yang minimal.

• Bebas dari ceders atau infeksi yang dibuktikan dengan suhu tubuh dan jumlah
sel darah putih yang normal.

• Berkomunikasi secara efektif melalui pecan tertulis dan gerak tubuh, atau slat
komunikasi lainnya.

• Terbebas dari rasa takut.

Klien dapat diweaning dari ventilator dengan AGD yang adekuat, bebas dari
dyspnea dan sesak nafas, jalan nafas efektif.[--)
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn (1999). Nursing Care Plans, Guidelines for Planning and
Documenting Patient Care. (3 1h ed). (Kariasa, dkk, Penerjemah). Philadelphia:
F.A. Davis Company. (Sumber asli diterbitkan 1993)

Smeltzer, Suzanne (2001). Brunner & Suddarths textbook of medical surgical


nursing. (8th ed). (Waluyo, dkk, Penerjemah). Philadelphia: Lippincott. (Sumber
asli diterbitkan 1996)

Sole. Klein. Moseley (2005). Introduction to Critical Care Nursing. (4th ed). St.
Louis: Elsevier Saunders
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ventilator mekanik merupakan alat yang digunakan untuk
membantu fungsi pernapasan. Penggunaannya diindikasikan untuk pasien
dengan hipoksemia, hiperkapnia berat dan gagal napas. Ventilator
mekanik merupakan salah satu aspek yang penting dan banyak digunakan
bagi perawatan pasien yang kritis di Intensive Care Unit (ICU), dengan
penggunaan di Amerika Serikat mencapai 1,5 juta per tahun. Pasien yang
dirawat di ICU berisiko tinggi terkena infeksi nosokomial. Infeksi
nosokomial yang cukup sering diderita pasien adalah pneumonia. Delapan
puluh tujuh persen kejadian pneumonia di ICU terkait dengan penggunaan
dan asuhan keperawatan ventilator mekanik yang tidak tepat sehingga
menimbulkan kolonisasi kuman di orofaring yang berisiko terjadinya
pneumonia terkait ventilator/Ventilator Associated Pneumonia (VAP).
Berdasarkan penelitian Yin-Yin Chen, dkk., pada tahun 2000-2008 di
Taiwan, VAP menempati urutan kedua terbanyak kejadian Device
Associted Infection (DAI) di ICU. Dari penelitian tersebut diperoleh angka
kejadian VAP sebanyak 3,18 kejadian per 1000 ventilator per hari. Angka
ini berada dibawah Infeksi Saluran Kemih(ISK) akibat penggunaan kateter
dengan angka kejadian 3,76 per 1000 kateter urin per hari.
VAP adalah pneumonia yang merupakan infeksi nosokomial yang
terjadi setelah 48 jam pada pasien dengan bantuan ventilasi mekanik, baik
melalui pipa endotrakeal maupun pipa trakeostomi. VAP menjadi
perhatian utama di ICU karena merupakan kejadian yang cukup sering
dijumpai, sulit untuk di diagnosis secara akurat dan memerlukan biaya
yang cukup besar untuk pengobatannya. Kejadian VAP memperpanjang
lama perawatan pasien di ICU dan berhubungan erat dengan tingginya
angka morbiditas dan mortalitas pasien di ICU, dengan angka kematian
mencapai 40-50% dari total penderita.4,5 Secara umum, VAP dapat
didiagnosis jika ditemukan tanda diagnosis standar seperti demam,
takikardi, leukositosis, sputum yang purulen dan konsolidasi pada
gambaran radiografi thoraks. Namun, diagnosis VAP agak sulit dilakukan
jika hanya melihat tampilan klinis pasien. Oleh sebab itu, diagnosis VAP
dapat dibantu dengan Critical Pulmonary Infection Score (CPIS).
Penentuan CPIS didasarkan pada 6 variabel, yaitu: suhu tubuh pasien,
jumlah leukosit dalam darah, volume dan tingkat kekentalan sekret trakea,
indeks oksigenasi, pemeriksaan radiologi paru dan kultur semikuantitatif
dari aspirasi trakea. Jika diperoleh skor lebih dari 6, maka diagnosis VAP
dapat ditegakkan.
Beberapa faktor risiko dicurigai dapat memicu terjadinya VAP,
antara lain: usia lebih dari 60 tahun, derajat keparahan penyakit, penyakit
paru akut atau kronik, sedasi yang berlebihan, nutrisi enteral, luka bakar
yang berat, posisi tubuh yang supine, Glasgow Coma Scale (GCS) kurang
dari 9, penggunaan obat pelumpuh otot, perokok dan lama pemakaian
ventilator. 1,6 Pemakaian ventilator mekanik dengan pipa yang
diintubasikan ke tubuh pasien akan mempermudah masuknya kuman dan
menyebabkan kontaminasi ujung pipa endotrakeal pada penderita dengan
posisi terlentang. Lama penggunaan ventilator mekanik diduga merupakan
salah satu faktor risiko penting yang terkait dengan kejadian VAP.
Philippe Vanhems, dkk., dalam penelitiannya pada tahun 2001-2009 di 11
ICU di Perancis, menemukan 367 (10.8%) dari 3.387 pasien dihitung
dalam 45.760 hari pemakaian ventilator mekanik yang mengalami
kejadian VAP dalam 9 hari pertama. Berdasarkan hasil perhitungan,
diprediksikan angka kejadian VAP pada hari pertama dan kedua (< 48
jam) adalah 5,3 dan 8,3 kejadian. Penelitian dilakukan pada pasien dengan
usia rata-rata 54,3 tahun dan angka kematian 21.7%.8 Perbedaan angka
kejadian VAP di hari pertama dan kedua mengindikasikan adanya
pengaruh lama pemakaian ventilator dalam kasus ini, walaupun faktor-
faktor risiko lain masih ikut berpengaruh.
ASUHAN KEPERAWATAN VENTILATOR

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :
KELOMPOK 8
YOLANDA
SARAH
REYLIAS
LENA
HANDOKO

DOSEN PENGAJAR :
Ns. AGNES MARBUN, M.Kep

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai